Bentuk fungsi umum dari pemrograman dinamis ini adalah :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Pemrograman Dinamis dalam Perencanaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Program Dinamik

LAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING

BAB VIII PEMROGRAMAN DINAMIS

PROGRAMA DINAMIS 10/31/2012 1

PENGEMBANGAN MODEL DISTRIBUSI BARANG BANTUAN KEPADA KORBAN BENCANA DENGAN TRANSPORTASI DARAT MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

Rina Tinarty Sihombing, Henry Rani Sitepu, Rosman Siregar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dosen Pembina: HP :

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang industri semen, dengan kapasitas total produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

Dynamic Programming. Pemrograman Dinamis

PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK MENENTUKAN JALUR PERJALANAN YANG OPTIMUM DENGAN BANTUAN SOFTWARE WINQSB

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi yang harus dikeluarkan dalam proses pendistribusian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGOPTIMALAN BIAYA DISTRIBUSI BARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI PADA PT. YUSINDO MITRA PERSADA

Fungsi. Tim PHKI Modul Dasar Pemrograman Fakultas Ilmu Komputer UDINUS Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memberikan pelayanan terbaik ke customer, Dalam hal ketepatan waktu

BAB I PENDAHULUAN. adanya variasi produk serta pengiriman yang tepat waktu. Kebijakan yang

PROGRAMA DINAMIS. Dalam Kehidupan nyata sering dijumpai masalah pengambilan keputusan yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penyelesaian Persoalan Penukaran Uang dengan Program Dinamis

BAB I PENDAHULUAN. ekspedisi. Permasalahan distribusi tersebut mencakup kemudahan untuk

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #10 Ganjil 2015/2016 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terkenal dengan negara agraris. Menurut Badan Pusat

PENERAPAN METODE VOGEL APROXIMATION UNTUK EFISIENSI BIAYA PENGIRIMAN BARANG PADA TIKI (TITIPAN KILAT)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Jombang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di

Program Dinamik (Dynamic Programming) Riset Operasi TIP FTP UB

Model Optimisasi Ukuran Lot Produksi yang Mempertimbangkan Inspeksi Sampling dengan Kriteria Minimisasi Total Ongkos

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini telah menimbulkan persaingan yang ketat antara

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang

BACKWARD INDUCTION (4) N = 4. Kemungkinan langkah awal pemain pertama: 1, 2, atau 3 keping. 03 Juli 2012 Tugas Akhir KI091391

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum terjadi revolusi industri setiap produk dibuat dengan menggunakan

PEMROGRAMAN LINIER: FORMULASI DAN PEMECAHAN GRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

MASALAH TRANSPORTASI

Jl. Meruya Utara no 58 RT 7 RW 11 Jakarta Barat, 11610, Indonesia P : F : M:

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografi. geografis sebaran tempat riset teknologi informasi di kota Garut (2012)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fitur SMS. SMS juga tetap dapat terkirim walaupun ponsel penerima

BAB I. PENDAHULUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. meringankan pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Banyak peralatan

Fungsi, Parameter, Rekursi

UJIAN TENGAH TRIWULAN AKUNTANSI MANAJERIAL AGRIBISNIS [AMA] ANGKATAN REGULER 41 WAKTU 120 MENIT - OPEN BOOK

OPTIMALISASI PEMESANAN BAHAN BAKU DI PT XYZ UNTUK MEREDUKSI BIAYA PERSEDIAAN DENGAN METODE PROGRAM DINAMIS

Pemodelan Programasi Linier dan Solusi Manual Model Assignment

Riset Operasi Bobot: 3 SKS

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMAL DENGAN PENDEKATAN DYNAMIC PROGRAMMING DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Bab 10. Kesimpulan dan Saran

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi informasi pada saat ini telah berkembang sangat pesat sehingga mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya gedung-gedung tinggi yang dibangun pada zaman. sekarang, menyebabkan transportasi vertikal di antara lantai gedung-gedung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN DINAMIK PROGRAMMING (DP) dalam INDUSTRI & BISNIS

PEMROGRAMAN LINIER: MODEL TRANSPORTASI. Oleh: Ni Ketut Tari Tastrawati, S.Si, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1947, George B. Dantzig, seorang anggota kelompok penelitian

Design and Analysis Algorithm. Ahmad Afif Supianto, S.Si., M.Kom. Pertemuan 09

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III. SOLUSI GRAFIK

OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK)

BAB III ALGORITMA GREEDY DAN PROGRAM DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Salah satu teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dasar Pemrograman TIP FTP UB

MODUL. Fungsi (Function) Modul Praktikum C++ Dasar Pemrograman Komputer JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODUL I PROGRAM DINAMIS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Program Dinamis (Dynamic Programming)

PERSOALAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. ringan, praktis, ekonomis dan dapat menggantikan fungsi dari barang-barang lain.

Model Transportasi /ZA 1

BAB 1 PENDAHULUAN. baik sehingga menghasilkan kerja yang baik pula.

EFISIENSI BIAYA PENANGANAN FEEDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014

Pencarian Solusi Optimal dalam Permainan Congklak dengan Program Dinamis

OPERATIONS RESEARCH. Industrial Engineering

BAB I PENDAHULUAN I-1

MODEL KEBIJAKAN CAN ORDER PADA DUA ESELON RANTAI PASOK DENGAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY

PENELITIAN OPERASIONAL PERTEMUAN #9 TKT TAUFIQUR RACHMAN PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. pemasok (supplier) material. Salah satu material yang dibutuhkan oleh PT. Jaya

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantoro KM 1.5 Tropodo, Krian. Perusahaan tersebut

DESAIN DAN IMPLEMENTASI ANTARMUKA GAME BENDORO TENGKULAK

Manajemen Sains. Eko Prasetyo. Teknik Informatika UMG Modul 5 MODEL TRANSPORTASI. 5.1 Pengertian Model Transportasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi sekarang ini, kegiatan usaha

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #8 Ganjil 2016/2017 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Gresik dan Kecamatan Bungah. Untuk pabrik Gresik, kapasitas produksi yang

Transkripsi:

Bab 7 Pemrograman Dinamis Pemrograman dinamis ini pertama kali dikembangkan oleh seorang ilmuwan benama Richard Bellman pada tahun 1957. Apabila dalam riset operasional yang lain, memiliki formulasi standar untuk memecahkan masalah, maka dalam pemrograman dinamis ini tidak ada formulasi yang standar, artinya setiap masalah dalam pemrograman dinamis memerlukan pola pendekatan atau penyelesaian yang berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu perlu berlatih soal sebanyak mungkin untuk mendapatkan banyak bentuk penyelesaian kasus yang berbeda-beda. Namun demikian, ada kesamaan dari setiap penyelesaian masalah dalam pemrograman dinamis ini, dimana setiap keputusan optimal yang diambil diperoleh dari banyak tahap (multistage). Hasil dari sebuah tahap akan berdampak atau menjadi masukan bagi tahap berikutnya. Bentuk fungsi umum dari pemrograman dinamis ini adalah : F n (X) = max { r n (X n ) + f n -1 (X X n ) } dimana n = 2, 3,.. Persamaan di atas digunakan untuk perhitungan dari depan ke belakang (forwardinduction) maupun dari belakang ke depan (backward-induction). Untuk memperjelas masalah pemrograman dinamis ini, perhatikan contoh berikut ini. Sebuah perusahaan memiliki kapasitas produksi sebesar 7 ton per bulan. Distribusi produk dilakukan melalui transportasi darat, dan untuk menghemat biaya pengiriman, telah ditentukan volume pengiriman sebesar 1 ton setiap pengirimannya. Pasar yang dituju adalah pasar A, B, dan C. Dari pengalaman yang ada, return dari setiap pasar dapat dilihat pada tabel berikut ini : 1

Pengiriman Produk ke - Return dari kota A (Rp) Return dari kota B (Rp) Return dari kota C (Rp) 1 2 3 5 6 7,8 1,5 2,3 3 3,6,,6 1,2 2 2,8 3,6,3,6 1,2 1,9 2,8 3,6,7 5, Bagaiman distribusi produk harus dilakukan oleh perusahaan agar diperoleh hasil atau return yang paling optimal? Jawab : Masalah di atas dapat diselesaikan dengan pemrograman dinamis, dimana perhitungan akan dimulai dari pasar A, B dan diakhiri dengan perhitungan return di pasar C. Dengan persamaan dasar di atas, berarti nilai f 1 (X) akan menentukan nilai f 2 (X), dan nilai f 2 (X) ini akan menentukan nilai f 3 (X). Tahap Pertama Apabila semua produk hanya dipasarkan di kota A, maka return atau penghasilan yang diperoleh mulai dari tidak ada pengiriman hingga 7 kiriman (setiap pengiriman berisi 1 ton), adalah sebagai berikut : Jika tidak ada pengiriman f1() = r1 = Jika ada 1 pengiriman f1(1) = f1(1) =,8 (lihat tabel sebelumnya) Jika ada 2 pengiriman f1(2) = r1(2) = 1,5 Jika ada 3 pengiriman f1(3) = r1(3) = 2,3 Jika ada pengiriman f1() = r1() = 3, Jika ada 5 pengiriman f1(5) = r1(5) = 3,6 Jika ada 6 pengiriman f1(6) = r1(6) =, Jika ada 7 pengiriman f1(7) = r1(7) =, Selanjutnya, hasil tersebut di atas, dimasukkan dalam tabel hasil sebagai berikut : 2

Produk (X), dlm Pasar A Pasar B Pasar C ratusan ton X1 f1(x) X2 F2(X) X3 F3(X) 1 1,8 2 2 1,5 3 3 2,3 3, 5 5 3,6 6 6, 7 7, Tahap Kedua Apabila diperhitungkan pengiriman ke kota A dan kota B Atas dasar hasil f1(x) di atas, nilai f2(x) dapat dicari dengan persamaan umum sebagiberikut : Apabila X =, maka return f2(x) adalah juga, karena tidak ada () pengiriman Apabila X = 1, maka f 2 (X)= max { r 2 (X 2 ) + f 2-1 (1 X 2 ) } Dimana X2 1 Sehingga nilai-nilai f2(1) adalah : r2() + f1(1) = +,8 =,8 f2(1) = max { },8 r2(1) + f1() =,6 + =,6 Dari hasil persamaan di atas, dapat dikatakan bahwa dengan asumsi 1 pengirman dapat dilakukan ke kota A atau ke kota B, maka kalau 1 kiriman berisi 1 ton tersebut sudah dikirim ke kota A, tentu tidak dapat dikirim ke kota B, begitu pula sebaliknya. Jika dikirim ke kota B maka hasilnya adalah,8 sedangkan jika ke kota B, hasilnya adalah,6. Dengan pilihan hasil tersebut, jika hanya ada 1 pengiriman, mana tentu perusahaan akan memilih mengirimkannya ke kota A, karena hasilnya lebih besar (,8). Apabila X = 2, maka f 2 (X)= max { r 2 (X 2 ) + f 2-1 (2 X 2 ) } Dimana X2 2 Sehingga nilai-nilai f2(2) adalah : 3

r2() + f1(2) = + 1,5 = 1,5 f2(2) = max { f2(1) + f1(1) =,6 +,8 = 1, } 1,5 r2(2) + f1() = 1,2 + = 1,2 Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila ada 2 pengiriman (masingmasing berisi 1 ton), dan pengiriman dapat dilakukan di pasar A dan pasar B, maka akan ada 3 alternatif seperti perhitungan di atas. Dari tiga alternatif itu, jika hanya ada 2 mengirim semuanya ke kota A atau f1(2), karena akan menghasilkan nilai yang paling besar yaitu 1,5. Apabila X = 3, maka f 2 (X)= max { r 2 (X 2 ) + f 2-1 (3 X 2 ) } Dimana X2 3 Sehingga nilai-nilai f2(3) adalah : r2() + f1(3) = + 2,3 = 2,3 f2(3) = max { f2(1) + f1(2) =,6 + 1,5 = 2,1 } 2,3 r2(2) + f1(1) = 1,2 +,8 = 2, r2(3) + f1() = 2, + = 2, Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila ada 3 pengiriman (masingmasing berisi 1 ton), dan pengiriman dapat dilakukan di pasar A dan pasar B, maka akan ada alternatif seperti perhitungan di atas. Dari tiga alternatif itu, jika hanya ada 3 mengirim semuanya ke kota A atau f1(3), karena akan menghasilkan nilai yang paling besar yaitu 2,3. Dengan cara yang sama, apabila diteruskan dengan pengiriman, 5 pengiriman, hingga 7 pengiriman, maka akan diperoleh tabel kedua sebagai berikut. Produk (X), dlm Pasar A Pasar B Pasar C ratusan ton X1 f1(x) X2 F2(X) X3 F3(X) Rp Rp 1 1,8,8 2 2 1,5 1,5 3 3 2,3 2,3 3, 3, 5 5 3,6 3,6 6 6, 5, 7 7, 5,1

Tahap Ketiga Setelah tahap kedua selesai, maka selanjutnya dilakukan perhitungan tahap ketiga untuk Pasar B dan C Apabila X =, maka return f2(x) adalah juga, karena tidak ada () pengiriman Apabila X = 1, maka f 3 (X)= max { r 3 (X 3 ) + f 3-1 (1 X 3 ) } Dimana X3 1 Sehingga nilai-nilai f3(1) adalah : r3() + f2(1) = +,8 =,8 f3(1) = max { },8 r3(1) + f2() =,6 + =,6 Dari hasil persamaan di atas, dapat dikatakan bahwa dengan asumsi 1 pengirman dapat dilakukan ke kota B atau ke kota C, maka kalau 1 kiriman berisi 1 ton tersebut sudah dikirim ke kota B, tentu tidak dapat dikirim ke kota C, begitu pula sebaliknya. Jika dikirim ke kota B maka hasilnya adalah,8 sedangkan jika ke kota C, hasilnya adalah,6. Dengan pilihan hasil tersebut, jika hanya ada 1 pengiriman, mana tentu perusahaan akan memilih mengirimkannya ke kota B, karena hasilnya lebih besar (,8). Apabila X = 2, maka f 3 (X)= max { r 3 (X 3 ) + f 3-1 (2 X 3 ) } Dimana X3 2 Sehingga nilai-nilai f3(2) adalah : r3() + f2(2) = + 1,5 = 1,5 f3(2) = max { f3(1) + f2(1) =,6 +,8 = 1, } 1,5 r3(2) + f2() = 1,2 + = 1,2 Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila ada 2 pengiriman (masingmasing berisi 1 ton), dan pengiriman dapat dilakukan di pasar B dan pasar C, maka akan ada 3 alternatif seperti perhitungan di atas. Dari tiga alternatif itu, jika hanya ada 2 mengirim semuanya ke kota B atau f2(2), karena akan menghasilkan nilai yang paling besar yaitu 1,5. Apabila X = 3, maka 5

f 3 (X)= max { r 3 (X 3 ) + f 3-1 (3 X 3 ) } Dimana X3 3 Sehingga nilai-nilai f3(3) adalah : r3() + f2(3) = + 2,3 = 2,3 f3(3) = max { f3(1) + f2(2) =,6 + 1,5 = 2,1 } 2,3 r3(2) + f2(1) = 1,2 +,8 = 2, r2(3) + f1() = 1,9 + = 1,9 Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila ada 3 pengiriman (masingmasing berisi 1 ton), dan pengiriman dapat dilakukan di pasar B dan pasar C, maka akan ada alternatif seperti perhitungan di atas. Dari tiga alternatif itu, jika hanya ada 3 mengirim semuanya ke kota B atau f3(3), karena akan menghasilkan nilai yang paling besar yaitu 2,3. Dengan cara yang sama, apabila diteruskan dengan pengiriman, 5 pengiriman, hingga 7 pengiriman, maka akan diperoleh tabel kedua sebagai berikut. Produk (X), dlm Pasar A Pasar B Pasar C ratusan ton X1 f1(x) X2 F2(X) X3 F3(X) Rp Rp Rp 1 1 *,8 *,8,8 2 2 1,5 1,5 1,5 3 3 2,3 2,3 2,3 3, 3, 3, 5 5 3,6 3,6 3,6 6 6, 5, 6,7 7 7, 5,1 6 * 5,5 Setelah tabel di atas lengkap, dapat disimpulkan bahwa apabila kapasitas produksi perusahaan dimaksimalkan sehingga dapat berproduksi sebanyak 7 ton dan akan dikirimkan dalam 7 kali pengiriman, maka agar hasilnya optimal, maka distribusi pengiriman yang paling baik adalah bila 6 pengiriman ditujukan ke kota C (karena hasilnya paling tinggi, 5,5 ) dan sisanya ke kota A (,8), karena dari perhitungan sebelumnya dinyatakan bahwa kalau hanya ada 1 pengiriman, yang paling baik kalau ditujukan pada pasar A. Dengan distribusi pengiriman tersebut, hasil optimal yang diperoleh perusahaan adalah sebesar Rp 5,5 +,8 = Rp 6,3, dan ini adalah hasil tertinggi dibandingkan dengan alternatif-alternatif distribusi pengiriman yang lainnya. 6