BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB 3 METODE PENELITIAN

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

Bab 2. Landasan Teori

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa

Bab 3. Analisis Data. Analisis tersebut akan penulis jabarkan menjadi dua sub bab, yakni analisis

Bab 5. Ringkasan. Bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( 伝達 ) suatu makna kepada

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 5. Ringkasan. Bahasa adalah sistem tanda yang menimbulkan reaksi yang sama pada lawan bicara

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB 2. Landasan Teori

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

Bab 2. Landasan Teori. digunakan untuk mendukung analisis pemaknaan lagu Evergreen pada bab tiga.

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB 3 ANALISIS DATA. mencoba untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang telah saya temukan

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pergi kemana? どこへ行きますか

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Budaya Pop Sebelum membahas mengenai arti budaya pop, penulis merasa perlu untuk mendefinisikan istilah budaya secara umum terlebih dahulu. Penulis mengutip dari pendapat Raymond Williams yang terdapat dalam buku karya John Storey, yang menyebutkan bahwa budaya secara umum memilik tiga arti. Arti yang pertama adalah suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual dan estetis. Kedua, budaya merupakan pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu. Sedangkan arti ketiga dari budaya menurut Williams adalah karya dan praktek-praktek intelektual, terutama aktivitas artistik. Menurut Storey, apabila berbicara mengenai budaya pop, berarti menggabungkan makna kedua dan makna ketiga di atas. Dalam bukunya Storey mengemukakan: Makna kedua pandangan hidup tertentu memungkinkan kita untuk berbicara dengan praktek-praktek, seperti liburan ke pantai, perayaan Natal, dan aktivitas pemuda struktural sebagai contoh-contoh budayanya. Semua hal ini biasanya disebut sebagai budaya-budaya yang hidup (lived cultures) atau bisa disebut juga sebagai praktek-praktek budaya. Makna ketiga praktek kebermaknaan memungkinkan kita membahas tentang opera sabun, musik pop dan komik sebagai contoh budaya pop. Budaya ini biasanya disebut sebagai teks-teks budaya. (Storey, 1993: 3) Dalam situs http://en.wikipedia.org/wiki/pop_culture disebutkan bahwa: Popular culture, or pop culture, is the vernacular (people s) culture that prevails in any given society. The content of the popular culture is determined by the daily interactions, needs and desires, and cultural moments that make up the everyday lives of the mainstream. It can include any number of practices, including those pertaining to cooking, clothing, mass media and the many facets of entertainment such as sports and literature. 11

Budaya populer, atau budaya pop, adalah budaya rakyat yang berlaku di masyarakat manapun. Isi dari budaya pop ditentukan oleh interaksi sehari-hari, kebutuhan dan keinginan, dan waktu-waktu kebudayaan yang membentuk patokan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa termasuk beberapa kegiatan, termasuk yang berhubungan dengan memasak, media masa dan bidang-bidang hiburan seperti olahraga dan kesusastraan. Hampir sama dengan definisi budaya pop di atas, dalam buku yang disusun Storey juga disebutkan Budaya pop adalah budaya yang berasal dari rakyat. Budaya pop adalah budaya otentik rakyat. Budaya pop seperti halnya budaya daerah merupakan budaya dari rakyat untuk rakyat. (Storey, 1993: 17-18) 2.2. Pengertian Lagu dan Lirik Dalam skripsi ini, penulis menganalisis mengenai lagu yang di dalamnya terdapat lirik. Karena pada bab selanjutnya penulis akan sering menggunakan kata-kata lagu dan lirik, penulis memberikan pengertian lagu dan lirik pada bab ini. Dalam kamus The Concise Oxford Dictionary, disebutkan bahwa pengertian lagu (song) adalah: 1. a short poem or other set of words set to music or meant to be sung 2. singing or vocal music (burst into song) 3. musical composition suggestive of a song 1. puisi pendek atau kumpulan kata-kata yang dimasukkan kedalam musik dan untuk dinyanyikan 2. nanyian atau musik vokal (terus dinyanyikan) 3. komposisi musikal bernada dari sebuah nyanyian (The Concise Oxford Dictionary, 1990: 1160) Masih di dalam kamus yang sama, penulis mendapatkan pengertian dari lirik. Di dalam kamus tersebut dikatakan pengertian lirik (lyric) adalah: 1. (of poetry) expressing the writer s emotions, usually briefly and in stanzas or recognized forms 2. meant to be sung, fit to be expressed in a song, the words of a song 12

1. (dari puisi) mengekspresikan perasaan penulis, biasanya secara singkat dan berupa bait-bait atau berupa bentuk yang dikenali 2. sesuatu yang dinyanyikan, diekspresikan ke dalam lagu, kata-kata dari sebuah lagu (The Concise Oxford Dictionary, 1990: 709) 2.3. Teori Psikologi Dalam ilmu psikologi terdapat sebuah aliran yang disebut dengan psikoanalisis yang pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Freud mengemukakan bahwa ada sebuah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi impuls id (alam bawah sadar) serta menentang tentang super ego (sistem sosial, seperti norma dan lingkungan sosial) yang disebut dengan mekanisme pertahanan (defense mechanism). Dalam buku yang sama, Freud juga mendeskripsikan ada tujuh mekanisme pertahanan, yaitu identification, displacement, repression, fictation, regression, reaction formation, dan projection. (Alwisol, 2006: 27) Salah satu mekanisme pertahan yang disebutkan oleh Freud adalah displacement/reaction compromise atau disebut juga dengan pemindahan/reaksi kompromi. Freud menyebutkan bahwa terdapat tiga macam reaksi kompromi, yaitu: 1. Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi, diterima masyarakat sebagai kultural kreatif. Sebagai contoh adalah Leonardo da Vinci melukis Madonna sebagai sublimasi kerinduannya kepada ibunya yang meninggalkannya pada usia yang muda. 2. Substitusi adalah pemindahan atau kompromi di mana kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya. Sebagai contoh adalah remaja yang cemas untuk menyalurkan dorongan seksnya, mengganti dengan membaca buku cabul dan atau masturbasi. 3. Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan. Gagal memuaskan insting yang satu diganti dengan memberi kepuasan insting yang lain. Sebagai contoh adalah pelajar yang cacat merasa terhambat impuls-impuls sosialnya, berusaha belajar tekun untuk menjadi anak yang terpandai di kelas yang berarti memuaskan impuls berkuasa. (Alwisol, 2006: 30) 13

Dari ketiga macam reaksi kompromi yang disebutkan oleh Freud, bentuk kompromi yang berupa sublimasi berkaitan dengan karya hide yang penulis analisis dalam skripsi ini, yaitu lagu Pink Spider. Hide menciptakan sebuah lagu berjudul Pink Spider sebagai sublimasi gambaran kehidupannya. Gambar 2.1 album hide with The Spread Beaver; Ja, Zoo Hide with Spread Beaver Ja, Zoo (1998.11.21) 1. Spread Beaver 2. Rocket Dive 3. Leather Face 4. Pink Spider 5. Doubt '97 6. Fish Scratch Fever 7. Ever Free 8. Breeding 9. Hurry Go Round 10. Pink Cloud Assembly 2.4. Konsep J-Rock Musik rock cukup terkenal di Jepang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya live house di Jepang yang hampir setiap malam menampilkan band-band rock lokal. Musik rock Jepang (J-Rock) berbeda dengan musik rock dari negara lain, khususnya negara barat. Sebuah buku yang berjudul 日本のポップ ミュジック Nippon Pop menyebutkan: ぜんせいぎょうかいいしょくポップ全盛の日本の音楽業界で ヘビーメタルとハードロックは異色のそんざいちまたおちゃがっきてんれんしゅうや存在 巷のライブハウスや御茶ノ水などの楽器店の練習屋で 耳をつんえんそうすがたざくような音で演奏している彼等の姿をよく目にする チャット上ではしゅりゅうちまたねづよポップが主流だが 巷ではメタルやハードロックの人気も根強い 他のいしきえんしゅつ国との大きな違いは 彼らがゴシックを意識した演出とルックスにこだてんわっている点だろう 例えば X Japan や黒夢 Luna Sea などのバンドはかきょうれつけしょうつてのアメリカの人気バンドの Kiss のように強烈な化粧をほどこし 14

はでいしょうからだつつまんが派手な衣装に身を包む リアリティーのない漫画のキャラクターといえすがたけっかきみょうなくもない彼らの姿 しかしその結果 奇妙にもビジュアルロックといたんじょうう新しいジャンルが誕生した Di tengah kejayaan industri musik pop Jepang, musik heavy metal dan hard rock mempunyai keberadaan yang istimewa. Di livehouse lokal dan di ruang latihan di sebuah toko alat musik, kita dapat mendengar permainan musik mereka. Walaupun chart musik Jepang didominasi oleh musik pop, heavy metal dan hard rock tetap terkenal. Yang membedakan J-Rock berbeda dengan musik rock negara lain adalah penampilan mereka yang mempunyai kecenderungan bergaya gothic. Band-band rock seperti X Japan, Kuroyume dan Luna Sea meniru Kiss, sebuah band terkenal dari Amerika, dengan memakai kostum yang rumit dan tata rias yang mencolok. Sebagai hasil akhirnya, mereka berhasil menampilkan jenis baru dalam musik rock yang disebut dengan visual rock. (McClure, 1998: 120) Masih dalam buku yang sama, disebutkan juga sebagian besar lagu-lagu yang dibawakan oleh band-band J-rock penuh dengan perumpamaan yang misterius. Sebagai contohnya adalah lirik lagu berjudul 1999 yang dibawakan oleh Luna Sea. 人が心の牙であらそう夢をみた (Hito ga kokoro no kiba de arasou yume wo mita) Melihat mimpi dengan taring dari hati manusia Judul dalam lagu-lagu Jepang biasanya memakai Bahasa Inggris, atau bahkan dua atau tiga baris dari bagian lagu tersebut memakai Bahasa Inggris. Menurut Paul Wheeler, alasan penggunaan Bahasa Inggris dalam lagu-lagu Jepang adalah karena Bahasa Inggris dirasakan memberi mereka gambaran yang lebih modern. Masih menurut Wheeler, terkadang para musisi Jepang lebih suka menulis lirik lagu mereka dalam Bahasa Inggris karena merasa bahwa musik rock seharusnya dinayanyikan dengan bahasa Negara di mana musik rock itu lahir, dan mereka mempercayai bahwa musik rock terdengar paling tepat apabila dinyanyikan dalam Bahasa Inggris (English in Japanese Rock; http://www.japan-101.com/entertainment/music_english_rock.htm). 15

2.5. Teori Stilistika Stilistika adalah sebuah ilmu mengenai gaya (style) yang digunakan dalam kesusastraan dan bahasa verbal serta pengaruh yang ingin disampaikan oleh penulis/pembicara kepada pembaca/pendengar. Stilistika mencoba untuk menjelaskan pilihan yang digunakan oleh individu atau kelompok sosial dalam pengunaan bahasa mereka seperti, sosialisasi, kritik bahasa (sastra) dan analisis kritik bacaan ilmiah. (Stylistics (linguistics); http://en.wikipedia.org/wiki/stylistics_(linguistics)) disebutkan: Dalam buku Style in Fiction; a Linguistic Introduction to English Fictional Prose, Stylistics, simply defined as the (linguistic) study of style, is rarely undertaken for its own sake, simple as an exercise in describing what use is made of language. We normally study style because we want to explain something, and in general, literally stylistic has, implicitly or explicitly, the goal of explaining the relation between language and artistic function. Stilistika, yang secara sederhana didefinisikan sebagai bidang dalam linguistik mengenai gaya (style). Kita biasanya mempelajari gaya karena kita ingin menjelaskan sesuatu, dan secara umum, stilistika secara eksplisit ataupun implisit mempunyai tujuan untuk menjelaskan hubungan antara bahasa dan fungsi artistik. (Leech & Short, 1981: 13) 2.5.1. Gaya Bahasa Berbicara mengenai stilistika yang merupakan sebuah ilmu mengenai gaya (style) yang digunakan dalam kesusastraan, maka gaya bahasa menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan. Gaya bahasa menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. (Keraf, 1980: 112) 16

Dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa disebutkan bahwa gaya bahasa dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Gaya bahasa dibedakan dilihat dari segi nonbahasa dan dari segi bahasa. Dilihat dari segi nonbahasa, gaya bahasa dibedakan atas tujuh pokok, yaitu berdasarkan pengarang, berdasarkan masa, berdasarkan medium, berdasarkan subjek, berdasarkan tempat, berdasarkan hadirin, dan yang terakhir adalah berdasarkan tujuan. Dan apabila dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. (Keraf, 1980: 115-116) 2.5.1.1.Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata dibedakan atas: a. Gaya bahasa resmi; gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap, dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya denganbaik dan terpelihara. Gaya bahasa resmi pertama-tama adalah bahasa dengan gaya tulisan dalam tingkat tinggi, walaupun sering dipergunakan juga dalam pidato-pidato umum yang bersifat seremonial. b. Gaya bahasa tidak resmi; gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar. Bentuknya toidak terlalu konservatif. Biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis dan sebagainya. c. Gaya bahasa percakapan; pilihan kata dalam gaya bahasa ini adalah katakata populer dan kata-kata percakapan. Akan tetapi harus ditambahkan segi- 17

segi morfologis dan sintaksis, yang secara bersama-sama membentuk gaya percakapan ini. (Keraf, 1980: 117-120) 2.5.1.2.Gaya Bahasa Berdasarkan Nada yang Terkandung dalam Wacana Berdasarkan nada, gaya bahasa didasarkan pada sugesti yang dipancarkan rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana dibedakan atas: a. Gaya sederhana; gaya ini cocok untuk memeberi instruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan dan sejenisnya. Gaya ini juga cocok digunakan untuk menyampaikan fakta atau pembuktian-pembuktian. b. Gaya mulia dan bertenaga; gaya ini penuh dengan vitalitas dan energi, dan biasanya dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu. c. Gaya menengah; merupakan gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana senang dan damai. Karena itu, nadanya juga bersifat lemah lembut, penuh kasih sayang, dan mengandung humor yang sehat. (Keraf, 1980: 121-123) 2.5.1.3.Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat Ditinjau dari struktur kalimat, gaya bahasa dibedakan atas: a. Klimaks; gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya b. Antiklimaks; suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. c. Paralelisme; gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. d. Antitesis; gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. e. Repetisi; perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Gaya bahasa repetisi terdiri dari mermacam-macam jenis, antara lain: 18

Epizeuksis; repetisi yang bersifat langsung, kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. Tautotes; repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi. Anafora; repetisi yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Epistrofa; repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir baris atau kalimat berurutan. Simploke; repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut. Mesodiplosis; repetisi di tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan. Epanalepsis; repetisi yang berwujud kata terakhir dari baris, kalusa atau kalimat, mengulang kata pertama. Anadiplosis; kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. (Keraf, 1980: 124-128) 2.5.1.4.Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna Selain gaya bahasa yang ditinjau dari struktur kalimat, dalam buku yang sama disebutkan juga pembagian gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dibedakan atas gaya bahasa retoris yang merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu dan gaya bahasa kiasan yang merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna. (Keraf, 1980: 129) 2.5.1.4.1. Gaya Bahasa Retoris Di dalam gaya bahasa retoris terdapat bermacam-macam gaya bahasa. Bermacammacam gaya bahasa tersebut antara lain adalah: a. Aliterasi; gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. b. Asonansi; gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. 19

c. Anastrof atau Inversi; gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikkan susunan kata yang biasa dalam kalimat. d. Apofasis atau Preterisio; gaya bahasa di mana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. e. Apostrof; berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. f. Asindeton; berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. g. Polisidenton; merupakan kebalikan dari asindenton. Beberapa kata, frasa atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung. h. Kiasmus; gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya. i. Elipsis; gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktural gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. j. Eufimismus; acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan. k. Litotes; gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. l. Histeron Proteron; gaya bahasa yang merupakan keblikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar. m. Pleonasme dan Tautologi; acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. n. Perifrasis; mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari yang diperlukan padahal kata-kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja. o. Prolepsis atau Antisipasi; gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya tejadi. p. Erotesis atau Pertanyaan Retoris; pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai egek yang lebih mendalam 20

dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. q. Silepsis dan Zeugma; gaya di mana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. r. Koreksio atau Apanortosis; gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. s. Hiperbol; gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. t. Paradoks; gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. u. Oksimoron; gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, dan sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks. (Keraf, 1980: 130-136) 2.5.1.4.2. Gaya Bahasa Kiasan Gaya bahasa kiasan pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Gaya bahasa kiasan mencoba menemukan cirri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal dengan membandingkan hal yang satu dengan hal yang lain. Terdapat bermacam-macam gaya bahasa yang masuk ke dalam kategori bahasa kiasan, yaitu: a. Persamaan atau simile; perbandingan yang bersifat eksplisit (langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain). b. Metafora; analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. c. Alegori, Parabel, Fabel; Alegori adalah cerita singkat yang mengandung kiasan. Parabel adalah kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya manusia yang mengandung tema moral. Fabel adalah metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang, di mana binatang-binatang bahkan makhlukmakhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-olah sebagai manusia. 21

d. Personifikasi atau Prosopopoeia; gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. e. Alusi; acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. f. Eponim; gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. g. Epitet; acuan yang menyatakan suatu sifat atau cirri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. h. Sinekdoke; bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal yang menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). i. Metonimia; gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. j. Antonomasia; sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk mengartikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri. k. Hipalase; gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. l. Ironi, Sinisme, dan Sarkasme; Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Sinisme merupakan suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Sarkasme merupakan acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. m. Satire; uraian yang harus ditafsirkan lain dari makna permukaannya. n. Inuendo; semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenranya. o. Antifrasis; ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat dan sebagainya. p. Pun atau paronomasia; kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi. (Keraf, 1980: 136-144) 22