BAB 4 FORECASTING TRAFIK DAN ANALISANYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 FORECASTING DAN PENGAMATAN TRAFIK DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Alokasi frekuensi 3G Telkoms el

LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI MODUL VIII ( TIME SERIES FORECASTING

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Hasil Peramalan dengan Menggunakan Software Minitab

Gambar 1 1 Alokasi Penataan Ulang Frekuensi 1800 MHz[1]

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri

MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Deret Waktu

ANALISIS DERET WAKTU

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Enter the Problem (Masukkan Permasalahan)

PERAMALAN (FORECASTING) #2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) TERTINGGI BULAN DESEMBER disusun untuk memenuhi Tugas Lapangan Mata Kuliah Metode Peramalan

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI: S1 SISTEM INFORMASI Semester : Genap

PERAMALAN PRODUKSI SARUNG TENUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMULUSAN DATA

(FORECASTING ANALYSIS):

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Analisis Peramalan Permintaan Jasa pada Event Organizer Satoe Komunika Indonesia

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam skripsi yang penulis lakukan ini menggunakan analisa forecasting dari

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAN KAITANNYA DALAM PERAMALAN LABA PADA PD. RAMATEX. Nama : Desty Trisnayannis NPM :

BAB 3 Metode Penelitian

PREDIKSI INTENSITAS TRAFFIC MENGGUNAKAN DYNAMIC FORECASTING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah fakta bahwa waktu adalah uang dalam aktivitas penjualan. Pengambilan

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2014 STUDI PERBANDINGAN WEIGHTED MOVING AVERAGE DAN SIMPLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA PENGECEKAN STOK BAHAN BAKU DI MEBEL SERBA JAYA FURNITURE SUBANG

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian...

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

PERAMALAN PENJUALAN TIKET PESAWAT PADA CV. VIDO JAYA TOUR DAN TRAVEL

Bab III PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Hubungan Deret Waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. berlangsung di TELKOM R&D Center PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Jl.

SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN

BAB 2 TEKNOLOGI DAN TREN PERTUMBUHAN WCDMA/HSPA

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat

Pembuatan Aplikasi Prediksi Harga Saham Berbasis Web Menggunakan Metode Holt s: Studi Kasus Di PT Bank Central Asia Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

Bab 3 Metodologi Penelitian

V. ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Penentuan Pemesanan Biro Fajar Antang. sehingga mengakibatkan timbulnya return yang masih tinggi.

SISTEM PERAMALAN PERSEDIAAN UNIT MOBIL MITSUBISHI PADA PT. SARDANA INDAH BERLIAN MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. daratan yang luas membentang maupun lautan yang mengeliling pulau-pulau nusantara.

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR.. ii DAFTAR ISI.. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN. viii

EMA302 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

KATA PENGANTAR. Puji Syukur peneliti sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata 1 Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Malang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016.

Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Deret Waktu dengan Microsoft Office Excel

BAB 2 LANDASAN TEORI

EFEKTIVITAS METODE BOX-JENKINS DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DISHUB KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20

Analisis Peramalan Permintaan Kemasan Karton Box Gelombang Pada PT. Multibox Indah

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN PADA USAHA MIE AYAM MAHMURI DI TAMBUN BEKASI AGUS WIDODO / / 3EA26 DP : SRI KURNIASIH AGUSTIN, SE.

MENENTUKAN PENJUALAN PRODUK TERBAIK DI PERUSAHAAN X DENGAN METODE WINTER EKSPONENSIAL SMOOTHING DAN METODE EVENT BASED

OPTIMASI PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU CAPROLACTAM

BAB 2 LANDASAN TEORI

ESTIMASI PARAMETER MODEL HYBRIDIZING EXPONENTIAL SMOOTHING DAN NEURAL NETWORK PADA HASIL PENGUKURAN MEAN SEA LEVEL SATELIT ALTIMETRI JASON 2

PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN METODE MOVING AVERAGE DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL MERPATI

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, mengharuskan para pelaku bisnis melihat peluang yang ada dalam. memenuhi permintaan konsumen yang beragam.

BAB 2 LANDASAN TEORI

7.1 Karakterisasi Trafik IP

SALESMANSHIP PELUANG PASAR DAN PERAMALAN PENJUALAN. Ariadne Sekar Sari, S.E., M.M. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

PEMODELAN DERET WAKTU MENGGUNAKAN TEKNIK EXPONENSIAL SMOOTHING

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi

PERAMALAN PENJUALAN OBAT MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA TOKO OBAT BINTANG GEURUGOK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri

ANALISA PENERAPAN TEKNOLOGI UMTS UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN KAPASITAS PADA JARINGAN 2G (GSM) STUDI KASUS DI PT. INDOSAT.

Siti Fatimah

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi telah berkembang dengan relatif pesat. Di era

MANAJEMEN OPERASI DENGAN ANALISIS PERAMALAN PERMINTAAN PADA PT. SENTRAL TELEKOMUNIKASI MODERN JAYA PT. STMJ INDOSAT SUKOHARJO

Pembahasan Materi #7

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. LEMBAR PERSETUJUAN ii LEMBAR PENGESAHAN. iii LEMBAR PERNYATAAN.. iv

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Keyword : GSM,UMTS, MLSLOT Allocation blocking,capacity

Syafrizal Rahadian

Transkripsi:

BAB 4 FORECASTING TRAFIK DAN ANALISANYA Setelah melakukan tahapan pengamatan data yang ada maka selanjutnya melakukan prediksi bagi pertumbuhan payload masing-masing bearer dan juga transaksi yang ada didalamnya. Perhitungan prediksi diperuntukkan hingga akhir tahun 2009 ini guna mendapatkan salah satu dasar dalam melakukan langkah strategi berikutnya perlu atau tidaknya melakukan peningkatan kapasitas uplink melalui implementasi HSUPA atau alternatif lainnya. Dalam menghasilkan nilai dari fungsi-fungsi perhitungan tersebut maka digunakan software bantuan yakni Minitab sebagai tool. 4.1 Uji Pola Data per Bulan Untuk mengetahui kondisi semua data maka dilakukan uji pola data bulanan. Uji ini dilakukan untuk menjangkau waktu prediksi yang lebih jauh (dalam bulan) serta mengetahui apakah data bersifat tren atau stasioner dengan menunjukkan berkorelasi atau tidak. 4.1.1 Uji Pola Data Uplink Payload Seluruh data pada berbagai jenis layanan trafik uplink yang diagregasi secara bulanan tidak memperlihatkan korelasi. Nilai ACF (Autocorrelation Function) masing-masing jenis bearer dan jumlah user yang sedang aktif per barrier tersebut dapat dilihat dalam lampiran-2 uji pola data tabel A sampai D. Dengan kondisi seperti ini dimana tidak terdapat otokorelasi pada data yang ada maka teknik dalam melakukan prediksi menggunakan moving average dan simple exponential dimana salah satu dari kedua teknik tersebut 34

yang paling sesuai adalah berdasarkan nilai MAPE, MAD, dan MSE yang terkecil. Sebagai contoh adalah gambar dibawah ini yang memperlihatkan uji pola data pada payload PS 64 UL sepanjang bulan Juli 2008 hingga Januari 2009. Gambar 4.1 Uji pola data payload PS 64 UL 4.1.2 Uji Pola Data Jumlah Transaksi Perhitungan fungsi otokorelasi seluruh data bulanan jumlah transaksi pada interactive class dan background class per barrier trafik uplink yang diamati sama seperti yang digunakan pada sub topik 4.1.1 diatas dimana tidak menunjukkan adanya korelasi. Nilai ACF (Autocorrelation Function) masingmasing barrier dan jumlah user yang sedang aktif pada barrier tersebut dapat dilihat dalam lampiran-2 uji pola data tabel E sampai H. 4.2 Perhitungan prediksi trafik Teknik yang digunakan pada metode time series ini adalah Moving Average 2 bulanan dan kemudian dilakukan juga dengan simple exponential. Kedua hasil akan dibandingkan nilai ketepatan prediksinya. 35

4.2.1 Membandingkan antara Moving Average dan Simple Exponential untuk prediksi jumlah uplink payload bulanan Dengan teknik Moving Average-2 dan Simple Exponential untuk masing-masing bearer pada bulan berikutnya selama tahun 2009 diprediksikan nilai-nilai jumlah payload seperti yang terlihat pada gambar berikut ini: PS 64 UL (b) Gambar 4.2 Forecasting Payload PS 64 UL 36

Dari perbandingan diatas didapatkan bahwa nilai MAPE, MAD, MSD untuk PS 64 UL terkecil adalah pada teknik Single Exponential Smoothing sehingga teknik tersebut yang dipilih dengan nilai prediksi jumlah payload sebesar 591.965.230,36 Mbit. PS 128 UL (b) Gambar 4.3 Forecasting Payload PS 128 UL 37

Dari perbandingan diatas didapatkan bahwa nilai MAPE, MAD, MSD terkecil untuk PS 128 UL adalah pada teknik Single Exponential Smoothing sehingga teknik tersebut yang dipilih dengan nilai prediksi jumlah payload sebesar 30.789.365,08 Mbit. PS 256 UL (b) Gambar 4.4 Forecasting Payload PS 256 UL 38

Dari perbandingan diatas didapatkan bahwa nilai MAPE, MAD, MSD terkecil untuk PS 256 UL adalah pada teknik Moving Average-2 sehingga teknik tersebut yang dipilih dengan nilai prediksi jumlah payload sebesar 11.948.535,83 Mbit. PS 384 UL (b) Gambar 4.5 Forecasting Payload PS 384 UL 39

Dari perbandingan diatas didapatkan bahwa nilai MAPE, MAD, MSD terkecil untuk PS 384 UL adalah pada teknik Single Exponential Smoothing sehingga teknik tersebut yang dipilih dengan nilai prediksi jumlah payload sebesar 51.238.490,54 Mbit. 4.2.2 Membandingan antara Moving Average dan Simple Exponential untuk prediksi jumlah transaksi (DCH) uplink bulanan Hal sama dilakukan pula pada jumlah total transaksi (alokasi DCH) pada interactive class dan background class per bearernya. PS 64 UL 40

(b) Gambar 4.6 Forecasting Jumlah Transaksi (DCH) PS 64 UL Dari perbandingan diatas didapatkan bahwa nilai MAPE, MAD, MSD terkecil untuk PS 64 UL adalah pada teknik Single Exponential Smoothing sehingga teknik tersebut yang dipilih dengan nilai prediksi jumlah transaksi (alokasi DCH) sebesar 8.158.714.479. PS 128 UL 41

(b) Gambar 4.7 Forecasting Jumlah Transaksi (DCH) PS 128 UL Dari perbandingan diatas didapatkan bahwa nilai MAPE, MAD, MSD terkecil untuk PS 128 UL adalah pada teknik Single Exponential Smoothing sehingga teknik tersebut yang dipilih dengan nilai prediksi jumlah transaksi (alokasi DCH) sebesar 149.119.496 PS 256 UL 42

(b) Gambar 4.8 Forecasting Jumlah Transaksi (DCH) PS 256 UL Dari perbandingan diatas didapatkan bahwa nilai MAPE, MAD, MSD terkecil untuk PS 256 UL adalah pada teknik Moving Average-2 sehingga teknik tersebut yang dipilih dengan nilai prediksi jumlah transaksi (alokasi DCH) sebesar 566.910.930. PS 384 UL 43

(b) Gambar 4.9 Forecasting Jumlah Transaksi (DCH) PS 384UL Dari perbandingan diatas didapatkan bahwa nilai MAPE, MAD, MSD terkecil untuk PS 384 UL adalah pada teknik Single Exponential Smoothing sehingga teknik tersebut yang dipilih dengan nilai prediksi jumlah transaksi (alokasi DCH) sebesar 796.773.968. 4.2.3 Prediksi Jumlah Payload dan Transaksi Hingga Akhir Tahun 2009 dan Kemungkinan Throughput yang Diterima Pelanggan. Dengan melakukan perhitungan maka diprediksikan jumlah uplink payload yang akan terjadi hingga akhir tahun. Tabel 4.1 Prediksi uplink throughput hingga akhir 2009 Prediction PS 64 UL PS 128 UL PS 256 UL PS 384 UL (kbps) (kbps) (kbps) (kbps) 48.13 113.67 46.92 113.54 44

4.3 Analisa Hasil Forecasting trafik Uplink Dari hasil pengamatan dan analisa dapat diketahui bahwa pada selama bulan Juli 2008 hingga Januari 2009, kondisi rata-rata throughput trafik uplink pelanggan memiliki variasi nilai pada setiap bearernya. Jumlah payload dan transaksi (alokasi DCH) untuk uplink terbanyak berada di area PS 64 UL. Alokasi DCH untuk transaksi pada uplink background class lebih banyak daripada interactive class, namun melihat bahwa jumlah payload dan transaksi pada bearer PS 64 UL lebih banyak maka dapat disimpulkan aktifitas dominan pelanggan masih mengunduh data atau mengambil sesuatu dari internet. Pada PS 64 UL, perbandingan throughput pada setiap bearer terhadap kapasitas bearernya dengan kondisi masih cukup memungkinkan (masih kisaran diatas 70%) demikian pula untuk PS 128 UL sedangkan PS 256 UL dan PS 384 UL dalam kisaran 20%. Namun dengan kondisi perbedaan troughput yang jauh dari kapasitas bearer untuk PS 256 UL dan PS 384 UL nampaknya pada bearer tersebut perlu dilakukan optimalisasi perangkat di lapangan meskipun jumlah payload dan alokasi DCH tidak sebanyak PS 64 UL. Rata-rata durasi waktu uplink setiap transaksi per bearer (PS 64 UL, PS128 UL, PS 256 UL, PS 384 UL) pada kelas trafik interactive dan background class masih dikisaran dua detik atau kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pelanggan melakukan upload data yang tidak banyak sehingga tidak memakan waktu yang lama. Kondisi trafik uplink ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan langkah berikutnya yaitu melakukan pengukuran pola pada kelas-kelas trafik UMTS, transaksi serta jumlah payload pada masing-masing RNC secara lebih detail. Hasil pengukuran tersbut dapat menjadi sebagai masukan dari divisi planning dan traffic monitoring ke bagian marketing dan operasional engineering dimana pemasaran dapat menentukan salah satu strategi bisnis berdasarkan tren yang sedang berlaku pada pelanggannya, sedangkan bagi operasional mendapatkan masukan untuk melakukan optimalisasi bagi sebagian bearer yang tidak mencapai kondisi optimal. 45

Dengan melihat kondisi dan hasil diatas serta prediksi yang akan datang maka perlu dicermati bahwa implementasi HSUPA belum diperlukan setidaknya hingga akhir tahun 2009 ini. Peningkatan payload pada trafik uplink yang hampir mencapai 80% terhadap downlink perlu ditindak lanjuti dengan peningkatan kapasitas downlink misalkan dengan menaikkan HSDPA menuju kategori berikutnya karena jumlah payload downlink HSDPA mengalami peningkatan secara eksponensial. 4.4 Analisa model bisnis terhadap kondisi trafik uplink Untuk menempatkan kondisi trafik uplink saat ini pada posisi bisnis adalah dapat dilakukan dalam dua hal yaitu: 1. Model bisnis untuk dominasi uplink PS 64 UL. 2. Model bisnis untuk meningkatkan uplink pada bearer lain seperti PS 384 UL. 4.4.1 Model bisnis dengan dominasi pada PS 64 UL Dengan melihat bahwa payload dan transaksi terbanyak pada bearer PS 64 UL maka sebenarnya model bisnis yang diterapkan tidak perlu ada perubahan secara signifikan karena merupakan ciri umum dari kebanyakan pelanggan di Indonesia yang masih lebih mengutamakan download. Strategi pemasaran dan harga hanya perlu difokuskan pada harga jual yang menarik di sisi downlinknya. 4.4.2 Model bisnis untuk peningkatan trafik uplink Meningkatnya pertumbuhan web interaktif jaringan pertemanan dan yang semacamnya (twitter, facebook, dsb.) dapat dilihat sebagai potensi untuk meningkatkan jumlah payload dan transaksi uplink sebagai sebuah produk bisnis. Pemberian harga khusus bagi komunitas-komunitas yang tergabung dalam jaringan tersebut yang memerlukan kapasitas uplink lebih besar dibandingkan dengan kapasitas uplink untuk aktifitas lainnya di internet dapat dimanfaatkan 46

sebagai layanan nilai tambah (VAS). Strategi dan peran yang diperlukan dari pihak pemasaran adalah : 1. Ikut terlibat dan merangkul jenis pelanggan dalam komunitas tersebut dengan menjadi bagian dari komunitas; 2. Mengukur secara tepat permintaan pasar dengan mengetahui secara jelas kondisi dan keinginan pelanggan saat mengaktualisasi diri di internet dengan melakukan upload data seperti rata-rata besar file, film, data yang dikirim serta kecepatan yang diinginkan; 3. Menghitung perkiraan pertumbuhan komunitas tersebut kedepan sehingga menjadi masukan bagi pihak perencanaan dan teknis untuk mempersiapkan dari segi kemampuan sumberdaya yang ada terutama pada teknologi uplink yang akan digunakan. 47