PENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISITRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Analisis Pengaruh Pariwisata Terhadap Produk Domestik...(Yhoga Bagus)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Provinsi yang memiliki jumlah tenaga kerja yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI JAWA TIMUR (STUDI KASUSU 38 KAB/KOTA DI JAWA TIMUR)

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Muhammad Nurcholis PT. Blue Birds

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen

PPUS : Program Pengembangan Usaha Swasta. : waktu yang dibutuhkan untuk mengurus status tanah (minggu) : persepsi tingkat kemudahan mendapatkan lahan

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Abstract. Pendahuluan. Adelia et al., Analisis Kapasitas Fiskal dan Peranannya Terhadap PDRB...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

BAB XII INTERPRETASI HASIL OLAH DATA

P E N U T U P P E N U T U P

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PENGANGGURAN TERDIDIKDI JAWA TIMUR TAHUN

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

ANALISIS PENYERAPAN.TENAGA.KERJA SEKTOR KONSTRUKSI DI KABUPATEN/KOTA.PROVINSI JAWA.TIMUR TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Tahun

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

BERITA RESMI STATISTIK

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan di Jawa Timur Tahun Factors Affecting Inequality in East Java in Years

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN DENGAN REGRESI PANEL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING SUB SEKTOR PERIKANAN KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TIMUR SKRIPSI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

Abstrak. Abstract. Pendahuluan. Murti et al., Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Keluarga Miskin di

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN MENENGAH PADA TINGKAT KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR

ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN, UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK), DAN PDRB TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN SE-KARESIDENAN MADIUN TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ( ) JURNAL

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

JURNAL ILMIAH. Disusun oleh : Yolan Cahyani JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa)

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

Transkripsi:

PENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISITRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN JAWA TIMUR Satria Yuda Anggriawan PT. Mega Finance Dr. ArisSoelistyo, M.Si Dra. DwiSusilowati, M. M. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Email: satriayudaa1993@gmail.com ABSTRACT This study aims to determine the relationship between the minimum wage and the income distribution of the poor. This research is a quantitative research using panel data, data used in the form of time series (2010-2014) and cross-section (29 districts and 9 cities in East Java). The data used in this study are secondary data obtained from the Central Statistical Agency (BPS) and the journal as a supporter. The analytical method used is the linear regression analysis of data using the software toolbox used common effect EViews 6. The results showed that the number of poor people in the neighborhood / city in the East Java period 2010-2014 decreased in An average of 5,088,144, minimum wage positive and significant variable impact on poverty and income distribution and a significant positive effect on the number of poor people in the neighborhood / city in East Java province. Keywords: Number of poor, minimum wage and income distribution in the District / City ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel Upah Minimum dan Distribusi Pendapatan terhadap jumlah penduduk miskin. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel, data yang digunakan berupa time series (tahun 2010-2014) dan cross section (29 Kabupaten dan 9 Kota di Provinsi Jawa Timur). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan jurnal sebagai pendukung. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier data panel dengan metode Common Effect digunakan alat bantu software Eviews 6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota di Jawa Timur dari tahun 2010-2014 mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 5,088.144, variabel upah minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin dan distribusi pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Kata kunci: Jumlah penduduk miskin, Upah Minimum dan Distribusi Pendapatan di Kabupaten/Kota

PENDAHULUAN Pembangunan adalah suatu proses dinamis yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya kesenjangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Tujuan utama dari usahausaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, kesenjangan pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000). Oleh sebab itu, prioritas pembangunan adalah menghapuskan kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang ada di Indonesia. Jawa Timur khususnya yang juga tidak lepas dari masalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhanya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan lingkungannya sehingga seseorang tersebut mengalami kesengsaraan dalam hidupnya. Variabel kemiskinan sangat beragam, antara lain rendahnya tingkat pendidikan, dan banyaknya masyarakat. Menurut (Arsyad; 1999) ada dua lingkaran perangkap kemiskinan, yaitu dari segi penawaran (supply) dimana tingkat pendapatan masyarakat yang rendah yang diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah menyebabkan kemampuan masyarakat untuk menabung rendah. Kemampuan untuk menabung rendah, menyebabkan tingkat pembentukan modal yang rendah, tingkat pembentukan modal (investasi) yang rendah menyebabkan kekurangan modal, dan dengan demikian tingkat produktivitasnya juga rendah dan seterusnya. Dari segi permintaan (demand), di negara-negara yang miskin perangsang untuk menanamkan modal adalah sangat rendah, karena luas pasar untuk berbagai jenis barang adanya terbatas, hal ini disebabkan oleh karena pendapatan masyarakat sangat rendah. Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku 219

industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerja. (Kaufman 2000) tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Pengaruh antara Upah Minimum terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh adanya biaya sosial inflasi dimana biaya sosial inflasi membuat seseorang semakin miskin. komplain terhadap inflasi adalah hal yang umum, kita tahu bahwa Kenaikan dalam daya beli tenaga kerja berasal dari akumulasi modal dan kemajuan teknologi. Biasanya upah tak bergantung pada beberapa banyak uang yang di cetak pemerintah. Jika pemerintah menurunkan inflasi dengan memperlambat tingkat pertumbuhan uang. Para pekerja tidak akan melihat upah mereka naik lebih cepat. Padahal ketika inflasi lebih lambat perusahaan atau sedikit menaikkan harga produk mereka setiap tahun dan akibatnya akan memberi para pekerja kenaikan Upah minimum yang lebih kecil. (Waluyo, 2007) Menurut Todaro (2000), Pengaruh antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk cenderung berdampak negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga kondisi perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan semakin memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh upah minimum dan distribusi pendapatan terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa Timur. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data upah minimum, distribusi pendapatan dan jumlah penduduk miskin di Kota/Kabupaten Provinsi Jawa Timur hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS).. 1. Regresi Linier Berganda 220

Penelitian ini bersifat kuantitatif, sehingga untuk meneliti pengaruh upah minimum dan distribusi pendapatan terhadap jumlah penduduk miskin, maka metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah OLS (Ordinary Least Square) dengan model regresi linier berganda dengan data panel.. Regresi linier berganda atau model regresi majemuk merupakan suatu model regresi yang terdiri dari atas lebih dari satu variabel independen. Ada tiga teknik dalam perhitungan regresi linier berganda dengan menggunakan data panel yaitu teknik OLS (Ordinary Least Square), Fixed Effect, dan Random Effect. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi Eviews9. Dari tiga teknik perhitungan regresi linier berganda dengan menggunakan data panel pemilihan terbaik peneliti disini menggunakan model OLS (Ordinary Least Square)/ Common Effect. Model regresi linier berganda dengan data panel yang digunakan adalah sebagai berikut : Y it= α + β 1 X 1it + β 2 X 2it + β 3 X 3it + e it Dimana : Y = Kemiskinan α = Konstanta β 1 = Koefisien Regresi dari X 1 β 2 = Koefisien Regresi dari X 2 X 1 = Upah Minimum X 2 = Distribusi Pendapatan e it = Term of error 2. GIS (Analisis Sistem Informasi Geografis) (Interval) Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personel yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi. (Budiyanto, 2002) 3. Uji Hipotesis a. Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual. b. Uji F Uji F pada dasarnya digunakan untuk membuktikan pengaruh secara bersama-sama statistik bahwa seluruh variabel independen yaitu Upah Minimum dan Distribusi Pendapatan di 221

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2010-2014 (Gujarati, 2004:120). c. Uji bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variasi variabel independen dapat menerangkan dengan baik variasi variabel dependen. Untuk mengukur kebaikan suatu model (goodnes of fit), di gunakan koefisien determinasi ( ). Koefisien determinasi ( ) merupakan angka yang memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang di jelaskan oleh variabel bebas (X) (gujarati, 2004: 163). PEMBAHASAN Pemetaan penduduk miskin Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2010 di gambarkan pada peta yang dapat di lihat pada gambar 1. Pemetaan tersebut menunjukkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 yang termasuk dalam kategori kelas 1 (satu) dengan tingkat kemiskinan (0,16%-1,31%) terdapat pada Kota Blitar, Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, dan Kota Batu. Kategori kelas 2 (dua) yaitu Blitar, Bondowoso, Madiun, Magetan, Mojokerto, Pacitan, Ponorogo, Situbondo, Trenggalek dan Tulungagung. Yang termasuk kelas 3 (tiga) yaitu Banyuwangi, Gresik, Jombang, Lumajang, Nganjuk, Ngawi, Pamekasan, Pasuruan, Sidoarjodan Surabaya. Sedangkan kategori kelas ke 4 (empat) Bangkalan, Bojonegoro, Kediri, Lamongan, Sumenep, dan Tuban. Yang termasuk kelas ke 5 Jember, Malang, Probolinggo, dan Sampang. Sedangkan Dari pemetaan gambar 2 jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 yang termasuk dalam kelas 1 dengan tingkat kemiskinan (1,31% - 2,47%) terdapat pada Kota Blitar, Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, dan Kota Batu. Yang termasuk kelas 2 yaitu Blitar, Bondowoso, Madiun, Magetan, Mojokerto, Pacitan, Ponorogo, Situbondo, Trenggalek dan Tulungagung. Yang termasuk kelas 3 yaitu Banyuwangi, Gresik, 222

Jombang, Lumajang, Nganjuk, Bojonegoro, Kediri, Lamongan, Ngawi, Pamekasan, Pasuruan, Sumenep, dantuban. Yang termasuk Sidoarjo dan Surabaya. Yang kelas ke 5 Jember, Malang, termasuk kelas ke 4 Bangkalan, Probolinggo, dan Sampang. Gambar 1. Pemetaan Jumlah Penduduk Miskin Berdasarkan Kelas Interval Sumber : Data sekunder diolah, Gis(2016) Sumber : Data sekunder diolah, Gis(2016) Gambar 2. Pemetaan jumlah penduduk miskin berdasarkan kelas interval Sumber : Data sekunder diolah, Gis(2016) Pemetaan penduduk miskin tahun 2012 dapat di gambarkan pada peta gambar 3, dimana yang termasuk dalam kelas 1 dengan tingkat kemiskinan (2,48% - 3,36%) terdapat pada Kota Blitar, Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, dan Kota Batu. Yang termasukkelas 2 yaitublitar, Bondowoso, Madiun, Magetan, Mojokerto, Pacitan, Ponorogo 223

Situbondo, Trenggalek dan Surabaya. Yang termasuk kelas ke 4 Tulungagung. Yang termasuk kelas 3 Bangkalan, Bojonegoro, Kediri, yaitu Banyuwangi, Gresik, Jombang, Lamongan, Sumenep, dantuban. Lumajang, Nganjuk, Ngawi, Yang termasuk kelas ke 5 Jember, Pamekasan, Pasuruan, Sidoarjo dan Malang, Probolinggo, dan Sampang. Gambar 3. Pemetaan jumlah penduduk miskin berdasarkan kelas interval Sumber : Data sekunder diolah, Gis(2016) Gambar 4 pemetaan jumlah penduduk miskin berdasarkan kelas interval Sumber : Data sekunder diolah, Gis(2016 Sedangkan pemetaan penduduk miskin pada tahun 2013 terlihat pada gambar 5. Kategori yang termasuk dalam kelas 1 dengan tingkat kemiskinan (3,64% - 4,79%) terdapat pada Kota Blitar, Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, 224

Kota Probolinggo, dan Kota Batu. Surabaya. Yang termasuk kelas ke 4 Yang termasuk kelas 2 yaitu Blitar, Bangkalan, Bojonegoro, Kediri, Bondowoso, Madiun, Magetan, Lamongan, Sumenep, dan Tuban. Mojokerto, Pacitan, Ponorogo, Yang termasuk kelas ke 5 Jember, Situbondo, Trenggalek dan Malang, Probolinggo, dan Sampang. Tulungagung. Yang termasuk kelas 3 Berikut pemetaan jumlah penduduk yaitu Banyuwangi, Gresik, Jombang, miskin di Kabupaten/Kota di Lumajang, Nganjuk, Ngawi, Provinsi Jawa Timur tahun 2014. Pamekasan, Pasuruan, Sidoarjo dan Gambar 5. Pemetaan Jumlah Penduduk Miskin Berdasarkan Kelas Interval Tulungagung. Yang termasuk kelas 3 yaitu Banyuwangi, Gresik, Jombang, Lumajang, Nganjuk, Ngawi, Sumber : Data sekunder diolah, Gis (2016) Dari pemetaan jumlah penduduk miskin pada tahun 2014 yang termasuk dalam kelas 1 dengan tingkat kemiskinan (4,80% - 5,95%) terdapat pada Kota Blitar, Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, dan Kota Batu. Yang termasukkelas 2 yaitu Blitar, Bondowoso, Madiun, Magetan, Mojokerto, Pacitan, Ponorogo, Situbondo, Trenggalek dan Pamekasan, Pasuruan, Sidoarjo dan Surabaya. Yang termasuk kelas ke 4 Bangkalan, Bojonegoro, Kediri, Lamongan, Sumenep, dan Tuban. Yang termasuk kelas ke 5 Jember, Malang, Probolinggo, dan Sampang. Dari tahun 2010-2014 jumlah penduduk miskin di provinsi Jawa Timur tidak mengalami perubahan yang berarti. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kemiskinan pada 225

tiap-tiap kabupaten dan kota yang di gambarkan pada pemetaan berdasarkan kelas interval. Analisis Regresi Linier Berganda dengan menggunakan Data Panel Untuk mengetahui pengaruh Upah minimum dan distrribusi pendapatan terhadap jumlah penduduk miskin pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan analisis regresi linier berganda menggunakan software E-views 6. Data yang digunakan merupakan panel data yaitu gabungan cross-section dan time series dengan observasi 5 tahun dari tahun 2010 sampai dengan 2014 yang terdiri 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, total observasi sebanyak 190 dan hal ini memenuhi syarat untuk dilakukan analisis regresi linier berganda. Interpretasi Model Berdasarkan pengujian model, model commont effect merupakan yang paling baik digunakan dalam penelitian ini. Dengan menggunakan bantuan software eviews 6, diperoleh hasil output regresi panel data dengan metode fixed effect sebagai berikut: Tabel 1. Output Regresi dengan Metode Commont Effect Variabel Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C 5.013143 0.199080 25.18154 0.0000 X1 0.588074 0.123530 4.760585 0.0000 X2 0.038179 0.017231 2.215645 0.0282 Sumber: Output regresi data panel pada eviews 6 Berdasarakan hasil uji tabel 1 maka diperoleh estimasi persamaan regresi sebagai berikut: Y= 5.013143 (Log Kemiskinan) + 0.588074 (Log Upah Minimum) + 0.038179 (Log Distribusi Pendapatan Konstanta atau intersep Berdasarkan hasil estimasi data tabel 1 maka terdapat nilai konstanta sebesar Log Y = 5.013143maka Y adalah anti-log dari 5.013143 = 103072.5. Hal ini menunjukkan bahwa, jumlah penduduk miskin akan naik ketika variabel Upah Minimum dan Distribusi Pendapatan tetap. Pengaruh Upah Minimum terhadap jumlah penduduk miskin Dari hasil regresi pada tabel 1 dapat dijelaskan bahwa Upah Minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Penduduk Miskin pada 226

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, dengan koefisien regresi sebesar 0.588074dimana artinya jika Upah Minimum dinaikkan sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan jumlah penduduk miskin pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur sebesar 0,59 %. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa secara langsung Upah berhubungan positif dan signifikan terhadap kemiskinan. Menurut penulis, hal ini terjadi karena sektor terbesar yang mendukung perekonomian di Provinsi Jawa Timur adalah sektor pertanian, jasa dan diikuti oleh perdagangan, dimana sektor pertanian dan jasa adalah sektor informal. Pada sektor informal masih belum bisa mensejahterakan masyarakat Jawa Timur.Jadi peneliti menemukan hubungan yang positif antara upah minimum dan kemiskinan adalah hal wajar karena mayoritas pekerjaan masyarakat Jawa Timur adalah pekerja di sektor informal dan adanya faktor biaya social inflasi. Complain terhadap inflasi adalah hal yang umum, kita tahu bahwa kenaikan dalam daya beli tenaga kerja berasal dari akumulasi modal dan kemajuan teknologi. Biasanya upah tak bergantung pada beberapa banyak uang yang dicetak pemerintah. Jika pemerintah menurunkan inflasi dengan memperlambat tingkat pertumbuhan uang. Para pekerja tidak akan melihat upah mereka naik dengan lebih cepat. Padahal ketika inflasi lebih lambat perusahaan atau sedikit menaikkan harga produk mereka setiap tahun dan akibatnya akan memberi para pekerja kenaikan upah yang lebih kecil. Menurut teori uang klasik, perubahan dalam tingkat harga keseluruhan adalah seperti perubahan dalam unit-unit ukuran. Pengaruh Distribusi Pendapatan jumlah penduduk miskin (X2) Dari hasil regresi pada tabel 1 dapat dijelaskan bahwa Distribusi Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, dengan koefisien regresi sebesar 0.038179 dimana artinya jika distribusi pendapatan naek sebesar 1% maka jumlah penduduk miskin akan meningkat sebesar 1.03%. dimana pengaruh antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap 227

kemiskinan dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk akan berdampak negatif terhadap jumlah penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota yang keluarga yang banyak sehingga kondisi perekonomian mereka berada di garis kemiskinan semakin memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau tingkat kesejahteraan yang menurun. a. Uji Statistik dan Pengujian Hipotesis Uji T Variabel Upah Minimum (X1) Hipotesis: H0 : β1 = β2 = 0 H1 : β1 β2 0 Keriteria pengujian: H0 diterima jika T hitung < T tabel H1 diterima jika T hitung > T tabel T hitung = 4.7605852 T tabel = 1.65300 Berdasarkan hasil pengamatan data diatas diketahui bahwa T hitung (4,760) > T tabel (1,653) dengan demikian H1 diterima karena T hitung tidak berada diantara -1,653 sampai 1,653 yang merupakan daerah H0 diterima, artinya bahwa variabel Upah Minimum (X1) signifikan dan positif mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin (Y) pada tingkat kepercayaan 95 %. Uji T Variabel Distribusi Pendapatan (X2) Hipotesis: H0 : β1 = β2 = 0 H1 : β1 β2 0 Keriteria pengujian: H0 diterima jika T hitung < T tabel H1 diterima jika T hitung > T tabel T hitung = 2.215645 T tabel = 1.65300 Berdasarkan hasil pengamatan data diatas diketahui bahwa T hitung (2,215) > T tabel (1,653) dengan demikian H1 diterima karena T hitung tidak berada diantara -1,653 sampai 1,653 yang merupakan daerah H0 diterima, artinya bahwa variabel Distribusi Pendapatan (X2) signifikan dan positif mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin (Y) pada tingkat kepercayaan 95%. b. Uji F (F-test) Pada tabel 2 diketahui bahwa T hitung (11,391) > T tabel (1,47) dengan demikian H1 diterima karena T hitung lebih besar dari nilai T tabel, artinya 228

bahwa variabel Upah Minimum (X1), Distribusi Pendapatan (X2) secara bersama-sama signifikan Tabel 2. Uji F mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin (Y) pada tingkat kepercayaan 95 %. R-squared 0.132624 Mean dependent var 5.959201 Adjusted R-squared 0.120981 S.D. dependent var 0.094567 S.E. of regression 0.088662 Akaike info criterion -1.988423 Sum squared resid 1.171292 Schwarz criterion -1.928741 Log likelihood 154.1201 Hannan-Quinn criter. -1.964178 F-statistic 11.39124 Durbin-Watson stat 0.492838 Prob(F-statistic) 0.000025 Sumber: Output regresi data panel pada eviews 6 F hitung = 11.3912 F tabel = 1,47 Uji Koefesien Determinasi R 2 Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh atau kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 3. Uji R² Model R² Adjusted R² 1 0.132624 0.120981 Sumber: data sekunder diolah (2016) Sesuai pengamatan dan perhitungan yang terdapat pada Tabel 3maka dapat diperoleh nilai R 2 = 0.120981 yang berarti bahwa 12,09% Jumlah Penduduk Miskin dapat menjelaskan secara bersamasama oleh Upah Minimum dan Distribusi Pendapatan, sisanya 87,9 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai jumlah penduduk miskin pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur : 1. Dari hasil regresi diketahui bahwa Upah minimum memiliki nilai koefisien 103072.5 ini menandakan bahwa setiap terjadi kenaikan Upah Minimum sebesar 1% maka jumlah penduduk miskin akan meningkat sebesar 0,58% artinya bahwa dengan kenaikan upah minimum akan meningkatkan jumlah penduduk miskin. Hal ini bila dikaitkan dengan biaya social inflasi kenaikan upah minimum seakan menjadi percuma ketika inflasi 229

terus meningkat jadi hal ini bisa dikatakan upah minimum meningkat tingkat kesejahteraan penduduk akan jauh lebih baik justru sebaliknya jumlah penduduk miskin semakin meningkat karena biaya hidup yang terus meningkat akibat inflasi. 2. Dari hasil regresi diketahui bahwa Distribusi Pendapatan memiliki nilai koefisien sebesar 0.038179 apabila naik sebesar 1% maka jumlah penduduk miskin akan meningkat sebesar 0,03%. apabila ketimpangan distribusi pendapatan tinggi maka jumlah penduduk miskin akan meningkat karena dipengaruhi oleh adanya peningatan jumlah penduduk yang tiap tahun terus meningkat. Salah satu penyebab dari kemiskinan adalah ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang selanjutnya akan menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. 2.Dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Regresi linier berganda dapat dijelaskan bahwa Upah Minimum berpengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah penduduk miskin pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2010-2014. Sementara Variabel Distribusi Pendapatan berpengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah penduduk miskin pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2010-2014. Saran Berdasarkan dari kesimpulan penelitian, maka peneliti merekomendasikan berupa saransaran sebagai berikut: 1. Pada variabel upah minimum memiliki arah yang positif hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan pada upah minimum akan meningkatkan jumlah penduduk miskin hal ini bagi pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dalam menyikapinya seharusnya berhatihati terutama dalam mengambil kebijakan penetapan Upah Minimum karena akan berdampak pada tingkat kemiskinan. 2. Dari hasil regresi diketahui bahwa variabel Distribusi Pendapatan berpengaruh positif hal ini menunjukkan bahwa jika distribusi pendapatan meningkat maka kemiskinan akan meningkat 230

dan mengalami ketimpangan pendapatan maka pemerintah provinsi Kabupaten/Kota di Jawa Timur menekan seminimal mungkin indeks rasio Gini dengan melakukan suatu kebijakankebijakan yang berdampak kepada pemerataan pendapatan. Dunia Ketiga. Edisi Ketuju. Jakarta:Erlangga. Waluyo, Dwi E, 2007. Ekonomika Makro. Edisi Revisi. Penerbit UMM PRESS. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin, 1999. Ekonomi Pembangunan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE- Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. Provinsi Jawa Timur dalam angka 2010-2014. Badan Pusat Statistik. 2011-2014. Susenas Maret 2015. BPS Jawa Timur. Budiyanto, Eko. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arcviewa GIS. Penerbit Andi. Gujarati, D.N, 2012, Dasar-dasar Ekonometrika, Terjemahan Mangunsong, buku 2, Edisi 5, R.C., Salemba Empat, Jakarta Kaufman, Bruce, 2000, The Economics of Labor Markets, Fifth Edition, The Dryden Press, New York. Todaro, Michael P. 2000, Pembangunan Ekonomi di 231