ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN PERHIASAN INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR NANDHA RIZKI AWALIA

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

III. METODE PENELITIAN. data sudah dikompilasi ke dalam bentuk digital file, publikasi, buku, laporan dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

ANALISIS KINERJA EKONOMI DAN POTENSI KEUANGAN DAERAH KOTA BOGOR SEBELUM DAN SELAMA DESENTRALISASI FISKAL OLEH DHINTA RACHMAWATI H

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang memiliki

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

3 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR MUTIARA INDONESIA OLEH: AINUR SUKMAWATI H

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

Pe n g e m b a n g a n

BAB III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H14053143 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN YULI WIDIANINGSIH. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina (dibimbing oleh ARIEF DARYANTO). Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Hingga saat ini perkembangan ekspor kakao Indonesia masih didominasi oleh produk primer yaitu ekspor dalam bentuk biji kakao. Indonesia adalah produsen ketiga komoditas kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Meskipun produsen utama berasal dari negara berkembang, namun pengimpor kakao terbesar berasal dari negara maju dengan pasar utama wilayah Eropa. Akan tetapi, Indonesia belum mampu memasuki pasar Eropa secara maksimal, sehingga fokus utama ekspor biji kakao Indonesia masih terbatas di wilayah Amerika Serikat dan wilayah Asia. Benua Asia merupakan pengimpor ketiga biji kakao dunia. Malaysia dan Singapura merupakan negara tujuan utama ekspor kakao Indonesia. Kedua negara tersebut menempati urutan pertama dan ketiga. Cina adalah negara ke delapan tujuan ekspor kakao Indonesia. Meskipun demikian Cina berpotensi besar menjadi tujuan utama ekspor biji kakao Indonesia di masa depan mengingat jumlah penduduk Cina yang sangat besar dan perkembangan industri hilir kakao Cina yang semakin berkembang. Dari data lima tahun terakhir (2004 hingga tahun 2008) perdagangan biji kakao Indonesia ke wilayah Malaysia, Singapura dan Cina masih mengalami fluktuasi dan belum maksimal sehingga perlu dianalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia ke tiga wilayah tersebut. Berdasarkan teori, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor terdiri dari harga domestik tujuan ekspor, harga impor negara tujuan ekspor, pendapatan per kapita negara tujuan ekspor, selera penduduk negara tujuan ekspor, harga di pasar internasional, nilai tukar efektif dan volume ekspor tahun sebelumnya. Dalam penelitian ini hanya akan dianalisis pada empat faktor yang diduga mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. Adapun data-data yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia terdiri dari : harga ekspor biji kakao Indonesia, populasi penduduk Malaysia, Singapura dan Cina, nilai tukar mata uang negara pengimpor terhadap US$, dan pendapatan per kapita Malaysia, Singapura dan Cina. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk pooled (panel) tahun 1992 hingga 2007. Jenis data yang digunakan diperoleh dari beberapa instansi terkait seperti Departemen Pertanian, Asosiasi Kakao Indonesia serta penelusuran internet (Uncomtrade, International Finance Statistics, United Nation, International Cocoa Organization dan International Monetary Fund). Metode pengolahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode panel data. Pengolahan data

dilakukan menggunakan program Eviews 6 dan Microsoft Excel 2007. Selain itu, dilakukan juga analisis deskriptif untuk menjelaskan hubungan antara variabelvariabel yang mempengaruhi volume ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina dari tahun ke tahun terus meningkat meskipun jumlah permintaannya masih berfluktuatif. Dari hasil estimasi dengan menggunakan panel data melaui pendekatan fixed effect diketahui bahwa dari empat variabel yang digunakan terdapat satu variabel yang berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia yaitu variabel harga ekspor. Hal ini dikarenakan harga ekspor biji kakao Indonesia di pasar internasional lebih rendah dibanding harga pesaing. Sehingga peningkatan harga ekspor biji kakao di Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia. Implikasi terhadap penelitian ini diharapkan pemerintah memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada seluruh stake holder kakao agar meningkatkan mutu biji kakaonya sehingga harga kakao Indonesia dapat meningkat, menjaga kestabilan nilai tukar baik di negara pengekspor maupun di negara pengimpor, memperbaiki kondisi perekonomian sehingga tingkat GDP per kapita negara pengekspor dan pengimpor dapat meningkat dan diharapkan pada penelitian selanjutnya variabel-variabel yang belum dianalisis pada penelitian ini dapat dibahas lebih lanjut.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H14053143 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina Nama : Yuli Widianingsih NIM : H14053143 Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Arief Daryanto NIP. 19610618 198609 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002 Tanggal Lulus :

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, September 2009 Yuli Widianingsih H14053143

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Yuli Widianingsih dilahirkan pada tanggal 7 Januari 1987 di Bogor. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Achmad Subandi dan Yanah Maryanah. Pendidikan dasar penulis ditempuh di SDN I Cisarua Bogor, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke SMP Negeri 1 Ciawi dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima menjadi mahasiswi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun kedua di IPB, penulis diterima pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif di organisasi HIPOTESA dan menjadi anggota Maestro Muda Indonesia. Penulis juga aktif dalam kegiatan HIMPRO seperti menjadi Tim Pengajar di Klub Belajar Ilmu Ekonomi dan anggota divisi kewirausahaan HIPOTESA (DISTRO). Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh penulis selama menjadi mahasiswi IPB antara lain sebagai juara II Pemikiran Kritis Mahasiswa Bidang Kewirausahaan Tingkat Nasional ke XXI dan menjadi salah satu peserta Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) yang dilaksanakan oleh DPKHA IPB tahun 2009.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. Penulis memilih topik ini mengingat permintaan ekspor di tiga wilayah yang dianalisis belum maksimal. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Namun, atas segala karunia-nya serta bantuan doa dan dukungan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan juga. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: (1). Dr. Ir. Arief Daryanto selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis baik secara teknis maupun teoritis selama proses penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. (2). Tanti Novianti, M. Si selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji hasil skripsi ini. Semua saran dan kritik merupakan hal yang sangat berharga dalam perbaikan skripsi ini. (3). Tony Irawan, M. App. Ec selaku penguji komisi pendidikan. Terima kasih atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. (4). Orang tua tercinta, Ayahanda Achmad Subandi dan ibunda Yanah Maryanah atas doa, motivasi dan kasih sayang sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. (5). Seluruh keluarga besar penulis atas semua doa dan dukungannya. (6). Pramuditya Aziz Fatiha atas semua doa, dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis.

(7). Bapak Akbar, Ibu Subiyanti, Bapak Sril Wahid dan semua pihak di Departemen Pertanian (Deptan) atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. (8). Teman-teman satu bimbingan: Dhamar Kuncoro, Nurul Maisarah S Fathan dan Nugradiki Adrasarduan atas motivasi, doa, dan kesediaannya dalam membantu penulis. (9). Mei, Rina, Tanjung, Fitra atas bantuan dan ilmu yang diberikan. Mamih, Dinta, Ristia, Secha atas segala bantuan dan dukungannya. Teman-teman DISTRO 42 (Gery, Echa, Gita, Vagha) atas kebersamaan dan segala bantuan yang diberikan kepada penulis serta teman-teman IE 42. (10). Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan. Bogor, September 2009 Yuli Widianingsih H14053143

i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian... 7 1.4. Manfaat Penelitian... 7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 9 2.1. Teori Perdagangan Internasional... 9 2.2. Teori Permintaan Ekspor... 12 2.3. Penelitian Terdahulu... 13 2.3.1. Penelitian Mengenai Permintaan Ekspor... 13 2.3.2. Penelitian Mengenai Kakao... 15 2.4. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu... 16 2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis... 16 2.5.1. Hubungan Harga dan Perdagangan... 16 2.5.2. Hubungan Nilai Tukar dan Perdagangan... 17 2.5.3. Hubungan Pendapatan dan Perdagangan... 19 2.5.4. Hubungan Populasi dan Perdagangan... 21 2.6. Kerangka Pemikiran Operasional... 22 2.7. Hipotesis Penelitian... 23 III. METODE PENELITIAN... 24 3.1. Jenis dan Sumber Data... 24 3.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 24 3.3. Pemilihan Model... 28

ii 3.4. Model Penelitian... 30 3.5. Konsep Elastisitas... 31 3.6. Definisi Operasional... 33 3.7. Pengujian Model... 33 3.7.1. Kriteria Statistik... 34 3.7.2. Kriteria Ekonometrika... 36 3.7.3. Kriteria Ekonomi... 38 IV. GAMBARAN UMUM... 39 4.1. Pengelolaan Usaha Perkakaoan Indonesia... 39 4.2. Mutu dan Standarisasi... 41 4.3. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kakao... 44 4.4. Perkembangan Ekspor dan Impor Kakao Indonesia... 47 4.5. Regulasi Perdagangan Beberapa Negara Mitra... 50 V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 54 5.1. Hasil Estimasi Fungsi Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia... 54 5.2. Kriteria Statistik... 55 5.3. Kriteria Ekonometrika... 56 5.4. Kriteria Ekonomi... 57 5.4.1. Harga Ekspor Biji Kakao Indonesia... 57 5.4.2. Populasi Penduduk Malaysia, Singapura dan Cina... 60 5.4.3. Nilai Tukar... 62 5.4.4. GDP per Kapita... 62 VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 64 6.1. Kesimpulan... 64 6.2. Saran... 66 DAFTAR PUSTAKA... 67 LAMPIRAN... 69

iii DAFTAR TABEL Halaman 1.1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Biji Kakao dan Produk Lain Kakao Indonesia, 2003-2007... 1 1.2. Perkembangan Volume ekspor Kakao Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (dalan ton) 2004-2008... 4 3.1. Jenis, Simbol dan Sumber Data Penelitian... 24 3.2. Kerangka Identifikasi Autokorelasi... 37 4.1. Tipe dan Ciri-Ciri Kakao yang Dikembangkan di Indonesia... 40 4.2. Persyaratan Mutu Kakao SNI No. 01-2323-2002... 41 4.3. Spesifikasi Persyaratan Mutu, Syarat Khusus Kakao SNI No.01-2323-2002 42 4.4. Spesifikasi Kelas (Grade Spesification), Standar Malaysia... 43 4.5. Persyaratan Khusus Standar Cocoa Association of Asia... 44 4.6. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kakao Indonesia... 45 4.7. Perkembangan Produksi Perkebunan Kakao Indonesia... 46 4.8. Perkembangan Nilai Ekspor Kakao Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (dalam US$)... 48 4.9. Perkembangan Volume Impor Kakao Indonesia Berdasarkan Negara Asal (dalam ton) 2004-2008... 49 4.10.Perkembangan Nilai Impor Kakao Indonesia Berdasarkan Negara Asal (dalam US$) 2004-2008... 49 4.11.Neraca Perdagangan Komoditi Kakao Indonesia (dalam US$) 2004-2008 50 5.1. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia... 55 5.2. Hasil Pengujian Ekonometrika (Weigted Statistics)... 56 5.3. Hasil Pengujian Ekonometrika (Unweighted Statistics)... 56 5.4. Perkembangan Harga Kakao Dunia... 59

iv DAFTAR GAMBAR Halaman 1.1. Pangsa Produksi Produsen Kakao Dunia (Estimasi Tahun 2006/2007)... 2 1.2. Pangsa Konsumsi Biji Kakao (Estimasi tahun 2006/2007)... 3 2.1. Kurva Perdagangan Internasional... 11 2.2. Pengaruh Kenaikan Harga Ekspor terhadap Permintaan Ekspor... 17 2.3. Dampak Depresiasi Nilai Tukar terhadap Harga dan Kuantitas Permintaan Ekspor Negara... 19 2.4. Dampak Kenaikan Pendapatan pada Kuantitas Pembelian Barang A dan B di Negara II... 20 2.5. Pergeseran Permintaan... 21 2.6. Kerangka Pemikiran... 22 3.1. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel... 28 4.1. Luas areal Perkebunan menurut Status Pengusahaan... 45 4.2. Perkembangan Luas Areal Kakao di Sulawesi Tahun 2008... 46 4.3. Perkembangan Tingkat Produksi Kakao di Sulawesi Tahun 2008... 47 5.1. Perbandingan Harga Ekspor Kakao Indonesia dan Negara Pesaing... 58 5.2. Perkembangan Populasi Penduduk Malaysia, Singapura dan Cina... 60 5.3. Tingkat Konsumsi Kakao Malaysia, Singapura dan Cina... 61 5.4. Perkembangan Peningkatan GDP per Kapita Negara Malaysia, Singapura dan Cina... 63

v DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Data Penelitian... 69 2. Hasil Estimasi Panel Data... 70

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan, penyedia lapangan kerja, mendorong pengembangan agribisnis dan agroindustri serta pengembangan pengelolaan sumberdaya alam wilayah. Pada tahun 2006, devisa negara dari komoditas kakao sebesar US$ 854.977.124. Posisi tersebut menempatkan kakao sebagai penghasil devisa perkebunan ketiga setelah kelapa sawit dengan nilai US$ 5.551.135.342 dan karet sebesar US$ 4.322.143.721. Selain itu dari 1.320.820 hektar perkebunan kakao, sekitar 1.219.633 hektar atau sekitar 80 persen adalah perkebunan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa kakao merupakan sumber lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat (Deptan, 2007). Perkembangan ekspor kakao Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh produk primer yaitu ekspor dalam bentuk biji kakao. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Biji Kakao dan Produk Lain Kakao Indonesia, 2003-2007 Biji Kakao Pasta Kakao Lemak Kakao Tepung Kakao Nilai Nilai Nilai Nilai Tahun Volume Volume Volume Volume (000 (000 (000 (000 (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) US$) US$) US$) US$) 2003 265.838 410.278 5.344 12.819 43.354 118.339 27.134 53.845 2004 275.484 369.863 7.783 9.593 43.226 108.404 28.694 42.271 2005 367.026 467.252 21.919 10.651 40.788 145.003 26.265 30.154 2006 490.778 619.017 24.705 12.119 49.503 179.073 33.765 27.804 2007 379.829 622.600 22.173 15.538 51.149 230.160 32.232 32.085 Sumber : ICCO diolah oleh Deptan, 2008

2 Adapun yang termasuk ke dalam negara produsen utama kakao secara berurutan yaitu Pantai Gading dengan pangsa produksi per tahun sebesar 36,37 persen, Ghana 18,19 persen, Indonesia 15,68 persen, Nigeria 5,62 persen, Brazil 3,73 persen, Ekuador 3,39 persen dan Malaysia 0,97 persen. Negara-negara dari total produksi dunia. Pangsa produksi produsen ini mewakili hampir 90 persen kakao dunia ini terlihat pada Gambar 1.1.!" # $ %$ Sumber : ICCO, 2008 Gambar 1.1 Pangsa Produksi Produsen Kakao Dunia (Estimasi Tahun 2006/2007) Meskipun produsen kakao terbesar berasal dari negara berkembang namun tingkat konsumsi terbesar kakao masih didominasi oleh negara-negara maju yang telah mengembangkan produk hilir kakaonya menjadi produk yang bernilai tambah lebih tinggi. Apabila diurutkan berdasarkan benua, maka akan terlihat seperti Gambar 1.2.

3!& ' " " '( ()* '+" Sumber : ICCO, 2008 Gambar 1.2 Pangsa Konsumsi Biji Kakao (Estimasi Tahun 2006/2007) Dari Gambar 1.2 dapat diketahui bahwa pengimpor terbesar biji kakao berasal dari benua Eropa disusul oleh benua Amerika, Asia dan Afrika pada urutan keempat. Meskipun Eropa merupakan pengimpor terbesar biji kakao dunia, namun Indonesia belum mampu memasuki pasar Eropa secara maksimal karena rendahnya mutu kakao yang dihasilkan. Berdasarkan data Eurostat tahun 2004, untuk kakao dan produk kakao yang masuk dalam HS dua digit (HS 18), pada tahun 2004 negara pemasok kakao utama ke UE-25 adalah Pantai Gading dengan pangsa sebesar 41,54 persen dari total impor UE dan berturut-turut diikuti oleh Ghana sebesar 19,54 persen, Nigeria sebesar 9,20 persen, Swiss sebesar 7,27 persen, Kamerun sebesar 5,21 persen dan Indonesia berada diurutan ke enam dengan pangsa pasar sebesar 2,46 persen. Benua Asia merupakan pengimpor ketiga biji kakao dunia. Malaysia dan Singapura merupakan negara tujuan utama ekspor kakao Indonesia, di mana kedua negara tersebut menempati urutan pertama dan ketiga, Di sisii lain Cina

4 adalah negara tujuan ekspor Indonesia pada peringkat ke delapan. Hal ini terlihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Perkembangan Volume Ekspor Kakao Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan, 2004-2008 (dalam ton) Negara Trend No 2004 2005 2006 2007 2008 Tujuan (%) 1 Malaysia 128.124.503 158.577.277 196.550.329 193.982.291 219.492.405 14,89 Amerika 2 Serikat 105.414.562 126.595.271 153.534.732 76.202.212 79.055.616-1,31 3 Singapura 34.204.235 31.963.559 45.489.775 45.381.708 46.376.720 9,43 4 Brasil 16.007.517 28.371.271 68.549.269 45.789.166 33.156.756 39,52 5 Prancis 7.960.374 9.232.673 8.096.504 8.890.321 9.552.516 5,23 6 Belanda 4.512.956 7.664.788 12.919.366 9.643.678 9.391.816 27,61 7 Australia 4.760.808 5.106.483 9.486.697 9.857.057 9.088.820 22,29 8 China 14.940.285 19.187.691 22.602.775 24.556.135 21.761.811 10,87 9 Kanada 3.585.000 5.300.000 11.450.522 7.680.001 13.200.000 50,71 10 Thailand 6.729.456 10.172.638 9.582.622 8.516.877 9.601.285 11,74 Lainnya 41.778.046 62.982.321 73.860.934 73.023.633 64.860.951 13,93 Total 368.017.742 465.153.972 612.123.525 503.523.079 515.538.696 10,66 Sumber : Ditjen PPHP, Deptan, 2009 (diolah) Dari Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa perkembangan kakao Indonesia ke Malaysia, Singapura dan Cina memiliki trend yang positif. Meskipun Cina masih menempati urutan ke delapan tujuan ekspor kakao Indonesia namun Cina berpotensi menjadi salah satu negara tujuan utama ekspor biji kakao Indonesia. Adapun beberapa peluang yang dapat diambil oleh Indonesia di negara Cina dalam meningkatkan pangsa pasar biji kakaonya yaitu jumlah penduduk negara Cina yang besar, meningkatnya kerjasama antara pelaku bisnis di kedua negara dengan terbentuknya berbagai macam kesepakatan, meningkatnya kepastian bagi produk unggulan Indonesia dalam memanfaatkan peluang pasar Cina dan terbukanya transfer teknologi antara pelaku bisnis di kedua negara.

5 Untuk wilayah Asia, Indonesia sangat berpeluang besar menjadi produsen utama biji kakao karena pesaing di wilayah Asia hanya sedikit yaitu Malaysia dan Papua Nugini. Malaysia merupakan salah satu negara produsen kakao terbesar di wilayah Asia, namun sejak tahun 1990 produksi biji kakao Malaysia terus menurun karena adanya serangan hama PBK, pengalihan lahan untuk dijadikan real estate dan pengalihan konsentrasi lahan ke kelapa sawit. Sementara itu negara lain yang merupakan produsen biji kakao yaitu Papua Nugini memiliki tingkat produksi kakao yang masih sangat rendah (ASKINDO, 2007). Melihat peluang pasar yang demikian maka sudah selayaknya apabila Indonesia menjadi produsen utama kakao di wilayah Asia. Malaysia, Singapura dan Cina merupakan potensi pasar utama ekspor biji kakao Indonesia. Hal ini dikarenakan ketiga negara tersebut adalah negara industri maju di wilayah Asia yang mengalami pertumbuhan yang pesat pada produk hilir kakaonya. Akan tetapi permintaan ekspor dari ketiga negara tersebut masih mengalami fluktuasi dan belum maksimal. Oleh karenanya menjadi penting untuk dianalisis mengenai faktor-faktor yang menentukan permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. 1.2 Perumusan Masalah Kakao merupakan komoditas unggulan perkebunan Indonesia. Hal ini terlihat dari kontribusi devisa yang dihasilkan oleh kakao yakni sebesar US$ 854.977.124, dengan nilai sebesar ini kakao dijadikan sebagai komoditas unggulan perkebunan ketiga setelah kelapa sawit dan karet.

6 Meskipun produsen kakao terbesar masih didominasi oleh negara berkembang yakni Pantai Gading pada urutan pertama, disusul oleh Ghana dan Indonesia pada urutan kedua dan ketiga, namun tingkat konsumsi terbesar justru didominasi oleh negara-negara maju yang telah mengembangkan industri hilir kakaonya. Eropa merupakan benua terbesar pengkonsumsi biji kakao yang disusul oleh Amerika, Asia dan Afrika. Pemilihan negara Malaysia, Singapura dan Cina sebagai wilayah yang dianalisis berdasarkan pertimbangan bahwa Malaysia dan Singapura merupakan negara pertama dan ketiga tujuan ekspor utama kakao Indonesia. Sementara negara Cina merupakan negara yang berpotensi besar menjadi tujuan ekspor utama Indonesia di masa depan mengingat jumlah penduduk Cina yang sangat besar dan perkembangan industri hilir kakao Cina yang semakin berkembang. Adapun yang menjadi permasalahan adalah jumlah permintaan biji kakao dari negara Malaysia, Singapura dan Cina dari tahun ke tahun tidak stabil karena volume dan nilainya yang berfluktuatif. Kondisi ini dirasakan belum maksimal mengingat Indonesia masih memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi produsen utama di wilayah Asia, sehingga pada penelitian ini akan dianalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao di negara Malaysia, Singapura dan Cina. Ada beberapa hal yang akan penulis analisis terkait masalah tersebut, yaitu : 1. Bagaimana permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina?

7 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina? 3. Sejauh mana faktor-faktor tersebut mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. 3. Menganalisis pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap tingkat permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah serta melihat efek keterkaitannya dengan topik penelitian. 2. Bagi pembaca dapat dijadikan sarana untuk menambah wawasan dan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya. 3. Merumuskan rekomendasi kebijakan yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan pemerintah dalam mendorong pengembangan ekspor biji kakao Indonesia.

8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia tanpa mengikutsertakan hasil olahan ataupun produk olahan kakao yang lebih spesifik seperti kakao butter, kakao powder, kakao pasta, maupun olahan kakao yang lebih lanjut seperti cokelat. Latar belakang Malaysia, Singapura dan Cina menjadi objek penelitian karena Malaysia dan Singapura merupakan negara pertama dan ketiga tujuan utama ekspor biji kakao Indonesia. Sedangkan Cina merupakan negara yang sangat berpotensi menjadi tujuan utama ekspor biji kakao Indonesia, sehingga diharapkan pada masa yang akan datang Indonesia mampu menjadi produsen utama di wilayah Asia. Meskipun Eropa dan Amerika merupakan pengkonsumsi terbesar biji kakao dunia, namun kedua negara tidak dimasukkan ke dalam wilayah yang dianalisis karena Indonesia belum dapat memasuki pasar Eropa secara maksimal. Sedangkan ekspor biji kakao Indonesia di Amerika masih mengalami automatic detention sehingga nilai ekspornya lebih rendah. Permasalahan yang akan dikaji meliputi analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. Dalam penelitian ini hanya akan dianalisis pada empat faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia yaitu harga ekspor, jumlah populasi, nilai tukar dan pendapatan per kapita. Data yang dipergunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan biji kakao Indonesia berupa data sekunder tahunan dan akan di analisis dengan metode panel data.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antar negara. Menurut Lindert dan Kindleberger (1995) perdagangaan internasional terjadi karena adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing. Permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang terjadi merupakan hasil interaksi dari kemungkinan produksi dan preferensi konsumen. Suatu negara akan mengekspor komoditas yang dihasilkan lebih murah dan mengimpor komoditas yang dihasilkan lebih mahal dalam penggunaan sumber daya. Perdagangan internasional juga dapat didefinisikan sebagai perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Istilah penduduk yang dimaksud terkait dengan hubungan yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan pemerintah negara yang bersangkutan, pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lainnya. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun namun dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial dan politik baru dapat dirasakan pada beberapa abad terakhir. Manfaat perdagangan internasional yakni dapat meningkatkan GDP suatu negara, mendorong industrialisasi, transportasi, globalisasi dan kehadiran perusahaan multinasional. 1 1 Wikipedia, 2008

10 Adapun faktor-faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, antara lain 2 : 1. Memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara. 2. Memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri. 3. Perbedaan hasil produksi dan keterbatasan produksi yang disebabkan oleh perbedaan sumber daya, iklim, tenaga kerja, budaya dan jumlah penduduk. 4. Perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi. 5. Memerlukan wilayah pemasaran baru akibat kelebihan produk dalam negeri. 6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang. 7. Timbulnya keinginan menjalin kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain. 8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak ada satu negara pun yang mampu memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Perdagangan internasional akan menimbulkan banyak manfaat antara lain : memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negara sendiri, memperoleh manfaat dengan adanya spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan, serta memungkinkan terjadinya transfer teknologi. Proses terjadinya perdagangan internasional dapat dijelaskan oleh gambar di bawah ini. 2 Wikipedia, 2008

11 Sumber : Salvatore, 1997 Gambar 2.1 Kurva Perdagangan Internasional Gambar 2.1 di atas menjelaskan mengenai proses terjadinya perdagangan internasional. Tingkat harga negara A (P a ) lebih rendah daripada tingkat harga dunia (P * ), hal ini menyebabkan negara A mengalami kelebihan penawaran (excess supply). Sementara itu tingkat harga negara B (P b ) berada di atas tingkat harga dunia (P w ) sehingga negara B mengalami kelebihan permintaan (excess demand). Pada kondisi keseimbangan di pasar internasional kelebihan penawaran negara A akan menjadi penawaran pada pasar internasional (kurva ES), sementara kelebihan permintaan pada negara B akan menjadi permintaan pada pasar internasional (kurva ED) sehingga keseimbangan harga akhir terjadi pada titik P *. Negara A akan mengekspor komoditi sebesar X sedangkan negara B akan mengimpor komoditi sebesar M, di mana jumlah X dan M adalah sama.

12 2.2 Teori Permintaan Ekspor Permintaan ekspor suatu komoditi merupakan hubungan yang menyeluruh antara kuantitas komoditi yang akan dibeli konsumen selama periode tertentu pada suatu tingkat harga (Lipsey et al, 1995). Semakin tinggi tingkat harga yang terjadi pada transaksi perdagangan maka jumlah permintaan komoditi suatu barang akan semakin menurun. Definisi dari permintaan sendiri mengacu kepada kebutuhan masyarakat atau individu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan konsumen, tingkat selera, jumlah penduduk, dan peramalan yang akan datang. Permintaan ekspor suatu negara merupakan selisih antara produksi atau penawaran domestik dikurangi dengan konsumsi atau permintaaan domestik negara yang bersangkutan ditambah dengan stok tahun sebelumnya. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: X t = Q t C t + S t-1 (2.1) Di mana : X t = Jumlah ekspor komoditi pada tahun ke t Q t = Jumlah produksi domestik pada tahun ke t C t = Jumlah konsumsi domestik pada tahun ke t S t-1 = Stok tahun sebelumnya (t-1) Jika jumlah stok tahun sebelumnya diasumsikan nol maka persamaan di atas menjadi : X t = Q t C t (2.2) Untuk komoditi ekspor, permintaan komoditi yang bersangkutan akan dialokasikan untuk memenuhi permintaan masyarakat dalam negeri (konsumsi domestik) dan permintaan luar negeri (ekspor). Persediaan yang tersisa akan

13 menjadi persediaan yang akan dijual pada tahun berikutnya. Sebagai sebuah permintaan maka ekspor komoditi suatu negara akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : harga domestik tujuan ekspor (HDt), harga impor negara tujuan ekspor (HI) t, pendapatan per kapita negara tujuan ekspor (YPI t ), dan selera penduduk negara tujuan ekspor (SI t ). Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut permintaan ekspor suatu komoditi dapat dipengaruhi pula oleh faktor harga di pasar internasional (HX) dan nilai tukar efektif (NT t ). Pengaruh jangka panjang dalam kegiatan ekspor dapat diketahui dengan memasukkan peubah lag yaitu volume ekspor tahun sebelumnya (X t-1 ). Selain itu variabel dummy berupa kondisi perekonomian yang stabil dan tidak stabil (krisis) perlu dimasukkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kondisi perekonomian tersebut terhadap kegiatan ekspor. Apabila dirumuskan ke dalam persamaan menjadi: X t = f (HDt, HI t, YPI t, SI t, HX t, NT t, X t-1, D t ) (2.3) 2.3 Penelitian Terdahulu 2.3.1 Penelitian Mengenai Permintaan Ekspor Chintia (2008) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor TPT Indonesia di Uni Eropa. Data yang digunakan oleh peneliti adalah data sekunder 1978-2007 yang dianalisis dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi permintaan ekspor TPT antara lain : volume ekspor TPT, GDP per kapita, harga ekspor, nilai tukar dan dummy kuota. Hasil penelitiannya

14 menyebutkan bahwa hanya variabel harga ekspor TPT India yang tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan TPT Indonesia. Kesimpulan lainnya yaitu bahwa terdapat perubahan perkembangan volume ekspor TPT Indonesia ke UE, di mana saat sistem kuota berlaku rata-rata pertumbuhan volume ekspor TPT Indonesia ke UE adalah 50,64 persen sedangkan saat sistem kuota berakhir yaitu tahun 2005 hingga tahun 2007 rata-rata pertumbuhan volume ekspor TPT Indonesia ke UE hanya sebesar 6,07 persen. Veronika (2008) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di Cina, Singapura dan Malaysia dalam skema China-ASEAN Free Trade Area. Data yang digunakan oleh peneliti adalah data sekunder kuartalan dari Januari 2003 hingga September 2007 dan metode yang digunakan adalah OLS (Ordinary Least Square). Variabelvariabel yang diduga mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia adalah harga ekspor riil, harga substitusi, pendapatan per kapita riil, nilai tukar riil dan dummy kesepakatan Cina-AFTA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada model permintaan ekspor wood Indonesia di Cina : harga ekspor riil, harga substitusi, dan nilai tukar rupiah terhadap yuan berpengaruh nyata. Pada model permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura variabel yang berpengaruh nyata adalah harga substitusi, GDP riil per kapita, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Singapura. Sedangkan pada model permintaan ekspor wood Indonesia di Malaysia, variabel yang berpengaruh nyata yaitu : harga ekspor riil, GDP riil, dan nilai tukar riil rupiah terhadap ringgit. Dummy kesepakatan Cina-AFTA menyebabkan penurunan permintaan ekspor wood Indonesia di negara Cina dan

15 Malaysia tetapi menyebabkan peningkatan permintaan wood Indonesia di Singapura. 2.3.2 Penelitian Mengenai Kakao Arleen (2006) menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kakao Indonesia. Berdasarkan analisis regresi gravity model dengan metode OLS (Ordinary Least Square) diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor kakao antara lain: tingkat ketersediaan kakao, harga domestik kakao, produksi kakao domestik, stok akhir kakao domestik, harga ekspor kakao, ekspor kakao tahun sebelumnya, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar. Di antara faktor-faktor tersebut, peneliti menyebutkan bahwa tingkat ketersediaan kakao merupakan faktor yang paling berpengaruh dibanding dengan faktor lainnya. Sedangkan Komalasari (2009) melakukan penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi penawaran ekspor biji kakao Indonesia dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisisnya menyimpulkan bahwa penawaran ekspor biji kakao secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh produksi dan ekspor tahun sebelumnya. Sedangkan variabel harga domestik, harga dunia, dan nilai tukar tidak mempengaruhi penawaran ekspor biji kakao secara signifikan. Kesimpulan lain yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu elastisitas produksi dalam jangka panjang memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap peningkatan ekspor dibanding dengan jangka pendek. Kondisi ini terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

16 dalam jangka panjang akan meningkat dengan baik seperti luas lahan, perbaikan bibit unggul, dan teknologi untuk menanggulangi hama penggerek pada buah kakao. 2.4. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu Penelitian ini berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian kakao lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Arleen (2006) memiliki tujuan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kakao Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis Ordinary Least Square (OLS). Pada penelitian Komalasari (2009) bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor biji kakao Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Sedangkan penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina. Penelitian ini menggunakan pendekatan panel data dengan periode analisis dari tahun 1992 hingga tahun 2007. 2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis 2.5.1 Hubungan Harga dan Perdagangan Lipsey et al (1995) mengemukakan bahwa harga berhubungan negatif dengan permintaan (cateris paribus), semakin tinggi tingkat harga yang terjadi maka jumlah permintaan suatu komoditi akan semakin berkurang. Sebaliknya harga berhubungan positif dengan penawaran, semakin tinggi tingkat harga yang

17 ditawarkan akan mendorong produsen meningkatkan skala produksinya sehingga tingkat penawaran pun akan meningkat (Gambar 2.2). Sumber : Lipsey et al, 1995 Gambar 2.2 Pengaruh Kenaikan Harga Ekspor terhadap Permintaan Ekspor Gambar di atas menjelaskan hubungan yang terjadi antara perubahan harga terhadap tingkat permintaan suatu barang. Saat harga ekspor sebesar (P 0 ), permintaan ekspor sebesar S 0 D 0 dan saat harganya naik menjadi (P 1 ), jumlah permintaan berkurang menjadi S 1 D 1. 2.5.2 Hubungan Nilai Tukar dan Perdagangan Nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa disebut dengan kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau dapat juga didefinisikan sebagai nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore, 1997). Para ekonom membagi nilai tukar menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif dari mata uang dua negara sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang antara dua negara (Mankiw, 2003). Nilai tukar riil sering disebut juga sebagai terms of trade. Nilai tukar riil di antara dua negara dihitung dengan cara

18 mengalikan nilai tukar nominal dengan rasio harga yang diperdagangkan. Secara matematis, hubungan tersebut direpresentasikan dalam rumus berikut ini: (2.4) di mana: P d P LN = harga domestik = harga luar negeri Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut dengan apresiasi atas mata uang asing, sedangkan penurunan nilai tukar uang dalam negeri disebut dengan depresiasi atas mata uang asing. Apabila terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, maka barang-barang Indonesia akan dinilai relatif lebih murah sehingga daya saing produk Indonesia akan meningkat dan permintaan pun akan meningkat. Dalam perekonomian di mana hanya terdapat dua negara, apresiasi nilai tukar negara II terhadap nilai tukar perdagangan akan mendorong peningkatan permintaan ekspor barang di negara II. Peningkatan ini terjadi karena harga barang ekspor negara II relatif lebih tinggi daripada harga barang yang sama yang diproduksi oleh negara I. Penduduk negara II akan beralih mengkonsumsi barang negara I yang harganya relatif lebih murah sehingga permintaan ekspor pun akan meningkat (pergeseran dari D ke D*), hal ini terlihat pada Gambar 2.3.

19 Sumber : Salvatore, 1997 Gambar 2.3 Dampak Depresiasi Nilai Tukar terhadap Harga dan Kuantitas Permintaan Ekspor Negara 2.5.3 Hubungan Pendapatan dan Perdagangan Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang adalah tingkat pendapatan. Pada kasus barang normal, tingkat konsumsi akan naik seiring dengan naiknya pendapatan seseorang. Sedangkan untuk kasus barang inferior, kondisi yang terjadi adalah sebaliknya (Nicholson, 2002). Gambar 2.4 menjelaskan hubungan yang terjadi antara tingkat pendapatan terhadap kualitas pembelian barang suatu negara.

20 Sumber : Nicholson, 2002 Gambar 2.4 Dampak Kenaikan Pendapatan pada Kuantitas Pembelian Barang A dan B di Negara II Gambar 2.4 menggambarkan tingkat konsumsi suatu negara terhadap dua barang normal A dan B (cateris paribus). Saat pendapatan meningkat maka konsumsi negara tersebut terhadap barang A dan B akan meningkat. Kenaikan pendapatan akan menggeser garis anggaran (I 0 I 1 ). U 0 dan U 1 merupakan tingkat utilitas maksimum yang dapat dicapai (persinggungan antara kurva indiferen dan garis anggaran yang tertinggi). Jika barang A merupakan barang impor negara pengimpor maka kenaikan pendapatan negara pengimpor akan meningkatkan konsumsinya. Apabila peningkatan konsumsinya tidak disertai dengan penawaran yang sama akibatnya adalah negara tersebut akan meningkatkan ekspornya dari negara lain.

21 2.5.4 Hubungan Populasi dan Perdagangan Kenaikan jumlah penduduk akan menggeser kurva permintaan ke arah kanan atas. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan naiknya jumlah penduduk maka jumlah komoditi yang dibeli pada setiap tingkat harga akan lebih banyak. (Lipsey et al, 1995). Hal ini dapat dijelaskan oleh Gambar 2.5. Sumber : Lipsey et al, 1995 Gambar 2.5 Pergeseran Permintaan Pergeseran kurva permintaan dari D 0 ke D 1 menunjukkan adanya kenaikan permintaan. Pergeseran ke kanan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : naiknya pendapatan, kenaikan harga barang substitusi, turunnya harga barang komplementer, perubahan selera, kenaikan jumlah penduduk dan terjadinya distribusi pendapatan.

22 2.6 Kerangka Pemikiran Operasional Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan Indonesia Perkembangan ekspor kakao Indonesia masih didominasi oleh produk primer (biji kakao) Malaysia, Singapura dan Cina sebagai tujuan ekspor utama biji kakao Indonesia di Asia Volume dan nilai ekspor berfluktuasi Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura dan Cina Harga ekspor biji kakao Populasi penduduk Pendapatan perkapita Nilai tukar Rekomendasi kebijakan Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran

23 2.7 Hipotesis Penelitian 1. Harga ekspor berhubungan negatif dengan permintaan biji kakao Indonesia. Apabila harga ekspor meningkat maka permintaan biji kakao dari negara pengimpor akan menurun. 2. Populasi penduduk memiliki pengaruh yang positif. Semakin besar jumlah penduduk akan mendorong peningkatan konsumsi cokelat, akibatnya permintaan terhadap biji kakao yang merupakan bahan baku pembuat cokelat pun akan meningkat. 3. Nilai tukar berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia. Apabila nilai tukar negara tujuan ekspor terapresiasi maka permintaan ekspor biji kakao dari negara pengimpor akan meningkat. 4. GDP perkapita negara tujuan ekspor memiliki pengaruh yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila GDP perkapita negara tujuan ekspor meningkat maka daya beli masyarakat terhadap konsumsi cokelat akan meningkat. Akibatnya tingkat konsumsi biji kakao pun akan meningkat sehingga permintaan ekspor biji kakao akan naik.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooled (panel) tahun 1992 hingga tahun 2007. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa instansi terkait seperti Departemen Pertanian (Deptan) dan Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO) serta penelusuran internet (Uncomtrade, International Finance Statistics, United Nation, International Cocoa Organization dan International Monetary Fund). Adapun data-data yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia tercantum dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Jenis, Simbol dan Sumber Data Penelitian No Variabel Satuan Simbol Sumber Volume ekspor biji kakao Indonesia ke 1 kg X Uncomtrade Malaysia, Singapura dan Cina 2 Harga ekspor biji kakao Indonesia ($/kg) Px Uncomtrade Populasi penduduk Malaysia, Singapura 3 jiwa Pop IMF dan Cina (national 4 Nilai tukar Er IFS currency/$) Pendapatan per kapita Malaysia, 5 ($/jiwa) GDPc IMF Singapura dan Cina 3.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode Pengolahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode panel data. Model ini merupakan kombinasi antara data runut waktu (time series) dan kerat lintang (cross section). Proses Pengolahan data dilakukan menggunakan program Eviews 6 dan Microsoft Excel 2007. Analisis data melalui pendekatan deskriptif digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang

25 mempengaruhi volume ekspor biji kakao Indonesia ke Malaysia, Singapura dan Cina. Karena mengkombinasikan data cross section dan time series maka panel data memiliki beberapa keunggulan, antara lain (Gujarati, 2004) : 1. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section murni atau data time series murni. 2. Mampu mengontrol heterogenitas individu. 3. Memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan sehingga data menjadi lebih efisien. 4. Data panel lebih baik digunakan untuk studi dynamics of adjustment karena terkait dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang. 5. Mampu menguji dan mengembangkan model perilaku yang lebih kompleks. Terdapat tiga macam pendekatan dalam panel data yaitu : 1. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square) Merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel. Model pooled didapatkan dengan cara mengkombinasikan atau mengumpulkan semua data cross section dan time series yang akan diduga dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Misalkan terdapat persamaan seperti di bawah ini : (3. 1)

26 di mana : t = variabel endogen = variabel eksogen = intersep = slope = individu ke-i = periode waktu ke-t = error / simpangan 2. Model Efek Tetap (Fixed Effect) Asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik antar individu maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan tujuan penggunaan data panel merupakan masalah terbesar yang dihadapi dalam pendekatan model kuadrat terkecil. Untuk mengatasi hal ini kita dapat menggunakan pendekatan model efek tetap (fixed effect). Model fixed effect adalah model yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy ke dalam model yang selanjutnya akan diduga dengan model OLS (Ordinary Least Square) yaitu: (3. 2)

27 di mana : t = variabel endogen = variabel eksogen = intersep = slope = variabel boneka (dummy) = individu ke-i = periode waktu ke-t = error / simpangan 3. Model Efek Acak (Random Effect) Memasukkan variabel dummy ke dalam model akan mengakibatkan berkurangnya jumlah derajat kebebasan yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah model random effect. Model random effect disebut juga sebagai error component model karena dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Persamaan umum dalam random effect model yaitu : (3. 3) (3. 4) di mana : ~ N(0, ) ~ N(0, ) ~ N(0, ) = komponen cross section error = komponen time series error = komponen combinations error

28 Dalam model ini, kita mengasumsikan bahwa error secara individual tidak saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya. Berbeda dengan model efek tetap, pendekatan random effect dapat menghemat dan tidak mengurangi jumlah derajat kebebasan. Dengan demikian parameter hasil estimasi yang diperoleh semakin efisien sehingga model yang yang didapat semakin baik. 3.3. Pemilihan Model Agar memperoleh dugaan model yang efisien dan paling baik di antara berbagai pilihan model maka kita perlu menganalis dugaan model yang kita gunakan berdasarkan pertimbangan statistik. Terdapat tiga pengujian statistik yang digunakan dalam data panel untuk menentukan model mana yang paling baik untuk kita pilih. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan skema di bawah ini : Gambar 3.1 Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel

29 1. Chow test Chow test atau biasa disebut dengan uji F statistics merupakan pengujian statistik yang bertujuan memilih model fixed effect atau pooled least square. Hipotesis dari uji ini yaitu : H 0 H 1 : Model pooled least square : Model fixed effect Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan F- statistik (Uji Chow) yang dirumuskan dalam persamaan berikut ini : Chow = "! " # $ (3. 5) di mana : %&&! = Residual Sum Square hasil pendugaan model fixed effect ESS 2 N T K = Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square = Jumlah data cross section = Jumlah data time series = Jumlah variabel penjelas Jika nilai chow statistics (F-stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H 0 sehingga model yang digunakan adalah fixed effect dan sebaliknya. 2. Hausman Test Hausman test merupakan uji untuk menentukan apakah kita akan menggunakan model fixed effect atau model random effect. Hipotesis dari uji ini yaitu :

30 H 0 H 1 : Model random effect : Model fixed effects Nilai statistik hausman akan dibandingkan dengan nilai Chi square sebagai dasar dalam menolak H 0. Jika nilai ' ( statistik hasil pengujian lebih besar dari ' ( ) tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H 0 sehingga pendekatan yang digunakan adalah fixed effect model dan sebaliknya. 3. LM Test LM test (The Breusch Pagan LM Test) digunakan sebagai dasar pertimbangan statistik dalam memilih model Random Effect dan Pooled Least Square. Hipotesis dari uji ini yaitu : H 0 H 1 : Model Pooled effect : Model Random effects Dasar penolakan H 0 yaitu dengan cara membandingkan antara nilai statistik LM dengan nilai Chi-square. Apabila nilai LM hasil perhitungan lebih besar dari ' 2 - tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H 0 sehingga model yang akan digunakan adalah random effect dan sebaliknya. 3.4. Model Penelitian Berdasarkan kerangka teoritis dan studi empiris yang disesuaikan dengan fakta di negara tujuan ekspor serta berbagai alternatif spesifikasi model yang telah dicoba dengan tetap mempertimbangakan berbagai asumsi-asumsi yang menjadi acuan dalam model panel, maka variabel-variabel yang diduga mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia terdiri dari harga ekspor, tingkat populasi,

31 nilai tukar dan pendapatan per kapita negara tujuan ekspor. Apabila dinyatakan ke dalam sebuah persamaan akan menjadi : LNX = - 0 LNPx + 1 LNPoP + 3 LNER + 4 LNGDPC + U t (3.6) dimana : X Px PoP = Volume ekspor biji kakao Indonesia ke negara tujuan tahun ke- t (kg) = Harga ekspor biji kakao Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t (US$/kg) = Jumlah penduduk negara tujuan ekspor tahun ke- t (jiwa) GDPc = Pendapatan per kapita negara tujuan ekspor tahun ke t (US$) U t = error term periode ke t = intersep = slope 3.5 Konsep Elastisitas Nilai elastisitas digunakan untuk melihat derajat kepekaan variabel dependen pada suatu persamaan terhadap perubahan variabel independen (Koutsoyiannis, 1977). Jika dinyatakan ke dalam sebuah persamaan matematis, nilai elastisitas dapat dirumuskan sebagai berikut: elastisitas = *" * = +, +-.-, (3.7) di mana : +/0, +, =!, +/0- dan +- =!, maka (3.8) -