BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari lembah Amazon di Amerika Selatan. Kakao merupakan tanaman yang digunakan sebagai penyedap makanan juga sebagai sumber lemak nabati. Kakao ini juga digunakan sebagai bahan dalam pembuatan minuman, campuran gula-gula atau jenis makanan lainnya (Siregar, et. al, 1994). Buah kakao terdiri atas 3 komponen utama, yaitu kulit buah, plasenta dan biji. Kulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao, yaitu lebih dari 70 % berat buah masak. Persentase biji kakao di dalam buah hanya sekitar %, sedang sisanya adalah plasenta yang merupakan pengikat dari 30 sampai 40 biji (Wood dan Lass, 1985). Biji kakao merupakan salah satu komoditas pertanian yang berperan penting bagi perekonomian negara dan sumber pendapatan petani. Kelemahan pokok yang dihadapi mutu kakao Indonesia adalah tingginya tingkat keasaman biji yang diikuti oleh cita rasa (flavor) yang lemah, belum mantapnya konsistensi mutu, dan khususnya masih ditemukan biji-biji yang tidak terfermentasi. Kelemahan tersebut adalah permasalahan pasca panen yang harus segera ditangani guna memperbaiki citra perkebunan Indonesia dan meningkatkan daya saing di pasaran dunia (Wahyudi, et.al., 2008). Perkebunan kakao di Indonesia sebagian besar dikembangkan oleh perkebunan rakyat. Sebagian besar petani kakao mengolah biji kakao tanpa fermentasi. Harga 7

2 8 jual biji kakao hasil fermentasi yang relatif rendah serta waktu fermentasi yang lama (5-7 hari) menajadikan petani kakao enggan mengolah biji kakao dengan fermentasi dan lebih memilih menjual biji kakao kering. Biji kakao kering hasil pengolahan tanpa fermentasi tidak menghasilkan senyawa pembentuk flavor khas kakao, hanya membentuk rasa sepat dan pahit pada produk coklat yang dihasilkan (Rohan, 1964). Setiap biji kakao yang akan dieskpor harus memenuhi persyaratan dan diawasi oleh lembaga yang ditunjuk. Persyaratan atau ketentuan yang digunakan untuk menentukan mutu biji kakao tertuang dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar nasional Indonesia mengatur penggolongan mutu biji kakao kering maupun persyaratan umum dan khusus untuk menjaga konsistensi mutu biji kakao yang dihasilkan. Standar mutu biji kakao kering menurut SNI meliputi definisi, klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan (labeling), cara pengemasan dan rekomendasi. Syarat umum biji kakao yang akan diekspor dibedakan berdasarkan ukuran biji kakao, tingkat kekeringan atau kandungan air dan tingkat kontaminasi benda asing. Ukuran biji kakao ini dinyatakan dalam jumlah biji per 100 gram biji kakao kering (kadar air 6-7 %). Klasifikasi mutu berdasarkan ukuran biji ini diklasifikasikan dalam 5 tingkatan, sedangkan tingkat kekeringan dan kontaminasi ditentukan secara laboratoris atas dasar pengujian kadar air pada sample uji yang mewakili dan diukur menggunakan alat pengukur kadar air biji kakao.

3 9 Tabel 5. Mutu Biji Kakao Berdasarkan Ukuran Biji Kakao Ukuran Jumlah Biji /100 gram AA Maks. 85 A Maks. 100 B Maks. 110 C Maks. 120 S > 120 Sumber : SNI Tabel 6. Syarat Umum Standar Mutu Biji Kakao Karakteristik Persyaratan Kadar air Maks. 7,5 % Biji berbau asap / abnormal / berbau asing Tidak ada Serangga hidup Tidak ada Kadar biji pecah / pecahan biji / pecahan kulit Maks. 3 % Kadar benda-benda asing Maks. 0 % Sumber : SNI Syarat khusus biji kakao lebih terkait dengan masalah cita-rasa dan aroma serta masalah kebersihan yang terkait dengan kesehatan manusia. Setelah dilakukan klasifikasi mutu umum, setiap biji kakao perlu digolongkan lagi menjadi dua tingkat mutu, yaitu mutu I dan mutu II. Tabel 7. Syarat Khusus Standar Mutu Biji Kakao Karakteristik Persyaratan Mutu I Mutu II Kadar biji berkapang Maks. 3 % Maks. 4 % Kadar biji tidak terfermentasi Maks. 3 % Maks. 8 % Kadar biji berserangga, pipih, dan berkecambah Maks. 3 % Maks. 6 % Sumber : SNI Secara umum persyaratan yang tercantum dalam standar mutu kakao Indonesia sudah sesuai dengan yang ditentukan dalam standar mutu kakao Internasional yang disusun oleh Food and Drugs Administration (FDA). Standar mutu kakao

4 10 Internasional sudah banyak diadopsi oleh hampir semua negara penghasil kakao di dunia terutama yang mengekspor biji kakao ke Amerika. Beberapa batasan umum yang menggolongkan bii kakao yang layak untuk diperdagangkan di pasaran Internasional adalah sebagai berikut : 1. Biji kakao harus difermentasi, kering (kadar air 7 %), bebas dari biji smoky, bebas dari bau yang tidak normal dan bau asing dan bebas dari bukti-bukti pemalsuan. 2. Biji kakao harus bebas dari serangga hidup 3. Biji kakao dalam satu partai (kemasan) harus mempunyai ukuran seragam, bebas dari biji pecah, pecahan biji, pecahan kulit, dan bebas dari bendabenda asing. 2.2 Landasan Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional merupakan perdagangan antara dua negara atau lebih yang didasarkan kesepakatan bersama. Menurut Amir M.S (2003), dibandingkan dengan perdagangan dalam negeri, perdagangan Internasional sangat rumit dan kompleks karena terdapat beberapa batasan yang memicu hambatan bagi kedua negara. Negara-negara yang memiliki potensi untuk memproduksi suatu barang sebagian besar berkeinginan untuk melakukan perdagangan Internasional.

5 11 Negara A (Eksportir) Perdagangan Internasional Negara B (Importir) Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional terjadi akibat kelebihan penawaran pada negara A dan kelebihan permintaan pada negara B. Pada negara A harga suatu komoditas sebesar Pa, dan di negara B harga komoditas tersebut sebesar Pb, cateris paribus. Pada pasar Internasional harga yang dimiliki oleh negara A akan lebih kecil yaitu berada pada harga P* sehingga negara A akan mengalami kelebihan penawaran (excess supply) di pasar Internasional. Pada negara B, terjadi harga yang lebih besar dibandingkan harga pada pasar Internasional, sehingga akan terjadi kelebihan permintaan (excess demand) di pasar Internasional. Pada keseimbangan di pasar Internasional kelebihan penawaran negara A menjadi penawaran pada pasar Internasional yaitu pada kurva ES.Sedangkan kelebihan permintaan negara B menjadi permintaan pada pasar Internasional yaitu sebesar ED. Kelebihan penawaran dan permintaan tersebut akan terjadi keseimbangan harga sebesar P*. Peristiwa tersebut akan mengakibatkan negara A mengekspor, dan negara B mengimpor komoditas tertentu dengan harga sebesar P* di pasar Internasional. Dari penjelasan di atas didapat bahwa perdagangan Internasional

6 12 (ekspor-impor) terjadi karena terdapat perbedaan antara harga domestik (Pa dan Pb), dan harga Internasional (P*), permintaan (ED), dan penawaran (ES) pada komoditas tertentu Penawaran dan Permintaan Ekspor Menurut Lipsey et al. (1995), jumlah komoditi yang akan dijual oleh perusahaan disebut kuantitas yang ditawarkan untuk komoditi itu. Kuantitas yang ditawarkan merupakan jumlah yang akan ditawarkan perusahaan untuk dijual, ini tidak harus merupakan jumlah yang berhasil dijual oleh perusahaan. Akan tetapi jumlah yang dibeli harus sama dengan jumlah yang dijual. Hal ini terjadi, karena tidak seorang pun mungkin dapat membeli barang yang tidak dijual seseorang. Kurva penawaran adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan hubungan antara harga dengan jumlah penawaran suatu barang. Ciri kurva penawaran antara lain, turun dari kanan atas ke kiri bawah, dan berslope positif artinya perubahan harga searah dengan perubahan jumlah penawaran suatu barang. Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu datar adalah jumlah barang yang diminta atau Q (Bangun, 2007). P S P 2 B P 1 A Q 1 Q 2 Q Gambar 2. Kurva Penawaran

7 13 Dimana: P Q S : Harga : Jumlah barang yang ditawarkan : Penawaran A : Penawaran yang terbentuk dari pertemuan P 1 dan Q 1 B : Penawaran yang terbentuk dari pertemuan P 2 dan Q 2 Menurut Pracoyo dan Pracoyo (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penawaran ialah harga komoditi itu sendiri (P), harga barang lain yang berkaitan (Ps), harga input (Pi), teknologi (T). Maka, fungsi penawaran dapat dirumuskan sebagai berkut : QS = f (P, Ps, Pi, T) Teori permintaan diturunkan dari Teori Konsumsi.Konsumen mau meminta (dalam pengertian ekonomi) suatu barang pada harga tertentu karena barang tersebut dianggap berguna baginya. Makin rendah harga suatu barang maka konsumen cenderung untuk membelinya dalam jumlah yang lebih besar. Permintaan (demand) adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (cateris paribus) (Hanafie, 2010). Permintaan terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh produsen terjadi karena konsumen bersedia membelinya.komoditi yang dikonsumsi mempunyai sifat yang khas sebagaimana yang terdapat dalam faktor produksi. Semakin banyak komoditi tersebut dikonsumsi maka kegunaan komoditi tersebut akan semakin

8 14 berkurang dengan demikian pembeli akan lebih banyak membeli komoditi tersebut jika harga satuannya menjadi lebih rendah (Sugiarto, 2000). Kurva permintaan adalah suatu grafik yang menunjukkan hubungan antara harga suatu barang atau jasa dan jumlah atas barang atau jasa yang diminta, cateris paribus.bentuk umum kurva permintaan turun dari kiri-atas ke kanan-bawah sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3 sesuai dengan hukum permintaan. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan, semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2003). Gambar 3. Kurva Permintaan Dimana: P Q D : Harga : Jumlah barang yang diminta : Permintaan A : Permintaan yang terbentuk dari pertemuan P 1 dan Q 1 B : Permintaan yang terbentuk dari pertemuan P 2 dan Q 2 Menurut Pracoyo dan Pracoyo (2006), permintaan suatu komoditi dipengaruhi oleh harga komoditi itu sendiri (P), pendapatan konsumsen (I), harga barang lain

9 15 yang berkaitan (Ps), Selera (S), jumlah penduduk (N), ekspektasi (E). Maka, fungsi permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut: X = f (P, I, Ps, S, N, E) Ekspor merupakan bagian penting dari perdagangan Internasional. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkan ke negara lain yang tidak menghasilkan barang-barang yang dihasilkan negara pengekspor (Lipsey, 1995). Ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Menurut Nopirin (2000), dua faktor yang menjadi penyebab timbulnya perdagangan Internasional, yakni faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, adapun aktivitas tersebut terjadi di dalam negeri dan di luar negeri. Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar, pendapatan dunia, dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar, kapasitas produksi yang bisa diproduksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi. Kelebihan produksi dalam negeri mendorong terjadinya ekspor. Ekspor terjadi apabila terdapat kelebihan penawaran domestik terhadap permintaan domestik. Menurut Salvatore (1997), ekspor suatu negara adalah selisih antara produksi / penawaran domestik dengan konsumsi / permintaan domestik ditambah dengan stok tahun sebelumnya. Secara matematis dapat ditulis seperti berikut ini:

10 16 X t = Q t C t + S t-1 Keterangan : X t Q t C t S t-1 : Jumlah ekspor komoditas tahun t : Jumlah produksi domestik tahun t : Jumlah konsumsi domestik tahun t : Stok tahun sebelumnya (t-1) Jika jumlah stok tahun sebelumnya diasumsikan nol, dikarenakan produksi pada tiap tahun semuanya diekspor, maka dengan demikian fungsi ekspor dapat dirumuskan sebagai berikut: X t = Q t C t Harga Harga dari barang yang akan diperdagangkan merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan perdagangan dengan negara lain (ekspor dan impor), karena harga akan menentukan besar kecilnya jumlah barang yang akan diperdagangkan. Harga merupakan komponen penting dalam permintaan dan penawaran, baik itu permintaan dan penawaran domestik maupun permintaan dan penawaran ekspor dan impor. Menurut Lipsey (1995), terdapat hubungan negatif antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta. Artinya semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah permintaan terhadap komoditi tersebut akan semakin berkurang. Sebaliknya, harga berhubungan secara positif dengan penawaran. Artinya semakin tinggi harga maka akan semakin banyak pula kuantitas yang ditawarkan.

11 17 Dalam perdagangan Internasional terdapat dua tingkat harga yaitu harga yang berlaku di dalam negeri dan harga yang berlaku di luar negeri. Secara umum harga di pasar dalam negeri meningkat lebih cepat daripada harga di luar negeri, sehingga pembeli dalam negeri akan cenderung untuk membeli dari pasar luar negeri, sedangkan para penjual dalam negeri akan cenderung untuk menjual barangnya di pasar dalam negeri yang menyebabkan penawaran ekspor berkurang (Boediono, 2001) Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor adalah pendapatan nasional. Pendapatan nasional digunakan sebagai tolak ukur kinerja perekonomian suatu negara, apakah mengalami kemajuan atau kemunduran. Menurt Lipsey (1995), gross domestic product (GDP) adalah pendapatan nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yaitu pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor-impor. Ketika pendapatan seseorang meningkat, dengan asumsi harga-harga tidak berubah, dampaknya terhadap kuantitas barang yang bisa dikonsumsinya tergantung pada sifat barang yang dikonsumsinya tersebut. Jika barang tersebut masuk kategori barang normal, maka perubahan pada kuantitas barang yang dikonsumsi akan searah dengan perubahan pendapatannya. Artinya jika terjadi peningkatan pendapatan, maka konsumsi barang tersebut juga akan meningkat, dan sebaliknya. Sedangkan jika barang tersebut adalah barang inferior, maka perubahan pada kuantitas barang yang dikonsumsi akan berlawanan arah dengan perubahan pendapatannya (Nicholson, 1991).

12 Nilai Tukar Dalam kegiatan perdagangan Internasional tidak terlepas dari peran nilai tukar mata uang. Menurut Triyono (2008), nilai tukar mata uang (exchange rate / kurs) merupakan pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, perubahan nilai tukar mata uang dapat menentukan banyaknya penawaran dan permintaan ekspor. Nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Menurut Mankiw (2007), nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara, dan nilai tukar riil adalah harga relatif barang-barang antar kedua negara. Nilai tukar riil disebut juga term of trade. Jika nilai tukar riil terdepresiasi, maka harga barang di dalam negeri akan menjadi lebih murah daripada barang lain yang diperdagangkan di luar negeri sehingga akan membuat konsumen dunia meningkatkan permintaannya atau konsumsinya terhadap barang domestik. Menurut Batiz (1994), hubungan nilai tukar riil dan nominal dapat digambarkan oleh persamaan berikut: REER = ER x FFFF DDDD Keterangan : REER ER FP DP : Real effective exchange rate (Nilai tukar riil) : Exchange rate (Nilai tukar nominal) : Foreign price (Indeks harga luar negeri) : Domestic price (Indeks harga domestik)

13 19 Dari rumus di atas, ketika nilai tukar riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah. Begitu pula sebaliknya, jika nilai tukar riil rendah, barang-barang luar negeri relatif lebih murah dan barang-barang domestik relatif lebih mahal. Kurs riil jika dikaitkan dengan ekspor bersih maka ketika terjadi kurs rendah, barang-barang domestik relatif lebih mahal dibandingkan harga luar negeri, sehingga masyarakat domestik lebih memilih untuk membeli barang produk impor daripada barang domestik. Peningkatan permintaan produk domestik ini menyebabkan ekspor bersih meningkat. Hubungan antara kurs riil ( ) dan ekspor bersih (NX) dapat ditulis sebagai berikut: NX = NX ( ) Persamaan tersebut menunjukkan hubungan negatif antara neraca perdagangan dalam kurs riil. Kurs Riil, NX ( ) Ekspor Bersih Gambar 4. Ekspor Bersih dan Kurs Riil Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai tukar riil berpengaruh negatif terhadap ekspor bersih. Semakin rendah nilai tukar mata uang semakin murah harga barang-barang domestik relatif terhadap barang-barang luar negeri dan semakin besar pula ekpor bersih. Permintaan ekspor barang domestik juga akan semakin besar dikarenakan masyarakat luar negeri akan lebih memilih untuk membeli

14 20 barang-barang domestik yang memiliki harga lebih murah dibandingkan dengan barang-barang luar negeri Forecasting Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa masa depan. Peramalan harus mengambil data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa model matematis. Menurut Nasution (2006), peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang dan jasa. Menurut Heizer dan Render (2006), peramalan pada umumnya dapat dibedakan dari berbagai segi tergantung dalam cara melihatnya. Jangka waktu peramalan dapat dikelompokkan menjadi tiga ketegori, yaitu: a. Peramalan jangka pendek, peramalan untuk jangka waktu kurang dari tiga bulan b. Peramalan jangka menengah, peramalan untuk jangka waktu antara tiga bulan sampai tiga tahun c. Peramalan jangka panjang, peramalan untuk jangka waktu lebih dari tiga tahun Berdasarkan metodenya, peramalan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : a. Metode peramalan kuantitatif, dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Model seri waktu / metode deret berkala (time series) metode yang dipergunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu

15 21 2. Model / metode kausal (causal / explanatory model), mengasumsikan variabel yang diramalkan menunjukkan adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa variabel bebas (independent variable) b. Metode peramalam kualitatif, umumnya bersifat subjektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan, dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu hasil peramalan dari satu orang dengan orang lain dapat berbeda. Meskipun demikian, peramalan kualitatif dapat menggunakan teknik / metode peramalan, yaitu: 1. Juri dan Opini Eksekutif 2. Gabungan Tenaga Penjualan 3. Metode Delphi 4. Survai Pasar (market survey) 2.3 Penelitian Terdahulu Hayati (2010), menganalisis tentang penawaran dan permintaan ekspor kayumanis Sumatera Barat ke Amerika Serikat dan Belanda. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kayumanis di Jawa Barat, faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kayumanis Sumatera Barat ke Amerika Serikat dan Belanda, trend penawaran kayumanis Sumatera Barat, dan trend permintaan ekspor kayumanis Sumatera Barat ke Amerika Serikat dan Belanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penawaran kayumanis di Sumatera Barat dipengaruhi secara positif oleh luar areal panen, produktivitas, dan harga kayumanis di tingkat produsen, permintaan ekspor kayumanis Sumatera Barat ke Amerika Serikat dipengaruhi secara positif oleh harga kayumanis Cina, populasi Amerika Serikat, dan dummy pembebasan kuota ekspor dan dipengaruhi secara

16 22 negatif oleh harga kayumanis Sumatera Barat, harga kayumanis Internasional, sedangkan permintaan ekspor kayumanis Sumatera Barat ke Belanda dipengaruhi secara positif oleh populasi Belanda, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dan dummy pembebasan kuota ekspor dan dipengaruhi secara negarif oleh harga kayumanis Sumatera Barat, trend penawaran kayumanis Sumatera Barat cenderung meningkat, dan trend permintaan ekspor kayumanis Sumatera Barat ke Amerika Serikat cenderung meningkat sedangkan trend permintaan kayumanis Sumatera Barat ke Belanda cenderung menurun. Junaidi (2005), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor teh Indonesia. Penelitian ini membahas tentang pengaruh harga ekspor komoditi riil teh, harga domestik riil, nilai tukar riil, volume ekspor tahun sebelumnya, dan variabel dummy terhadap penawaran ekspor teh Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel penawaran ekspor tahun sebelumnya, produksi, nilai tukar dan dummy berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan penawaran ekspor teh Indonesia dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang yaitu pertumbuhan produksi, pertumbuhan nilai tukar, dan dummy. Tilova (2012), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan batubara Indonesia di empat negara tujuan ekspor terbesar. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan batubara Indonesia di empat negara tujuan ekspor terbesar yaitu Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga ekspor batubara dan GDP per kapita negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap permintaan ekspor

17 23 batubara Indonesia, sedangkan jumlah penduduk negara pengimpor dan nilai tukar rill memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif. Karabain (2001), menganalisis tentang kajian perdagangan kakao Indonesia ke Malaysia. Penelitian ini membahas tentang perdagangan kakao Indonesia ke Malaysia dari segi ekspor dan impor. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekspor kakao Indonesia ke Malaysia secara nyata dipengaruhi oleh harga ekspor kakao Indonesia ke Malaysia dan konsumsi kakao Indonesia, dan impor kakao Malaysia dari Indonesia secara nyata dipengaruhi oleh produksi kakao Malaysia sendiri. Komalasari (2009), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor biji kakao Indonesia. Penelitian ini membahas tentang perkembangan ekspor kakao Indonesia di pasar Internasional, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kakao Indonesia di pasar Internasional, dan elastisitas produksi biji kakao terhadap penawaran ekspor biji kakao dalam jangka pendek dan jangka panjang.. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan ekspor biji kakao Indonesia cenderung mengalami peningkatan, dan penawaran ekspor biji kakao Indonesia sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi dan ekspor yang dilakukan pada tahun sebelumnya, serta elastisitas produksi dalam jangka panjang lebih besar dibandingkan dalam jangka pendek yang menunjukkan bahwa produksi dalam jangka panjang lebih memiliki pengaruh cukup besar dalam meningkatkan ekspor biji kakao Indonesia dibandingkan dalam jangka pendek. Sitanggang (2009), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam skema CEPT-AFTA. Penelitian ini membahas tentang pengaruh GDP per

18 24 kapita riil importir, populasi importir, nilai tukar riil importir, harga dunia, harga biji kakao di negara tujuan, ekspor olahan importir, dan CEPT-AFTA terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel GDP per kapita riil importir memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan, variabel populasi importir memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan, variabel harga ekspor memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan, variabel harga dunia biji kakao memiliki pengaruh yang positif dan signifikan, variabel nilai tukar berpengaruh positif dan tidak signifikan, variabel ekspor olahan importir memiliki pengaruh yang positif dan signifikan, serta variabel CEPT-AFTA yang memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Tuty (2009), menganalisis tentang permintaan ekspor biji kakao Sulawesi Tengah oleh Malaysia. Penelitian ini membahas tentang pengaruh harga biji kakao (PCR), volatilitas harga biji kakao Internasional (VPITR), inflasi Malaysia (IFLM), dan kurs (ER), dan pertumbuhan ekonomi Malaysia (EGRWT) terhadap permintaan ekspor biji kakao Sulawesi Tengah oleh Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PCR berpengaruh positif dan signifikan baik bagi pengukuran jangka panjang maupun jangka pendek, variabel VPITR berpengaruh negatif dan signifikan, variabel IFLM berpengaruh negatif dan tidak signifikan, variabel ER dan EGRWT berpengaruh positif dan tidak signifikan baik bagi pengukuruan jangka panjang maupun jangka pendek.

19 Kerangka Pemikiran Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang terus mendapat perhatian untuk dikembangkan, dikarenakan kakao memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Kakao adalah bahan yang sangat penting dalam industri berbagai makanan seperti roti, biskuit, permen, dan lain sebagainya. Demikian juga dengan industri berbagai minuman seperti susu, kopi, dan sebagainya, kakao juga dibutuhkan untuk meningkatkan cita rasa. Sebagian besar biji kakao diekspor ke luar negeri. Biji kakao Indonesia memiliki keunggulan melting point cocoa butter yang tinggi, serta tidak mengandung pestisida dibandingkan biji kakao dari Ghana maupun Pantai Gading. Sehingga Indonesia berpotensi untuk menjadi menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang dikemukakan oleh penulis adalah produksi kakao Sumatera Utara, harga domestik biji kakao Sumatera Utara, dan harga Internasional biji kakao. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Malaysia. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang dikemukakan oleh penulis adalah konsumsi biji kakao Malaysia, harga Internasional biji kakao, GDP per kapita Malaysia, dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar.

20 26 Untuk mengetahui berapa penawaran dan permintaan ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Malaysia pada tahun 2020, maka dapat dianalisis melalui data permintaan dan penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Malaysia. Dengan data dan perhitungan forecasting pada tahun tersebut, maka akan diketahui penawaran dan permintaan ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Malaysia tahun 2020.

21 27 Biji Kakao Produksi Kakao Harga Domestik Harga Internasional Penawaran Ekspor Sumatera Utara Permintaan Ekspor Sumatera Utara Ke Malaysia Konsumsi Biji Kakao Malaysia Harga Internasional GDP / Kapita Malaysia Kurs Riil Rupiah - Dollar Analisis Forecasting Penawaran dan Permintaan Ekspor 2020 Keterangan: : Menyatakan hubungan : Menyatakan pengaruh Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

22 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan landasan teori yang telah diuraikan, adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara dipengaruhi oleh produksi kakao Sumatera Utara, harga domestik biji kakao Sumatera Utara, dan harga Internasional biji kakao. 2) Permintaan ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Malaysia dipengaruhi oleh konsumsi biji kakao Malaysia, harga Internasional biji kakao, GDP per kapita Malaysia, dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar. 3) Penawaran dan permintaan ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Malaysia pada tahun 2020 mengalami peningkatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor. Samanhudi, 2009 meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor. Samanhudi, 2009 meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor. Samanhudi, 2009 meneliti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kakao Menurut Badan Perijinan dan Penanaman Modal Provinsi Kalimantan Barat (2009), tanaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini terdapat berbagai hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti lain, baik itu dalam penelitian pada umumnya maupun penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO Biji kakao merupakan biji dari buah tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) yang telah difermentasi, dibersihkan dan dikeringkan. Lebih dari 76% kakao yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003) TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu. Rasul et al (2012:23)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting bagi keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Hukum permintaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk mendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk mendukung 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Konsep Pemikiran Teoritis Pada pasar kopi (negara kecil), keinginan untuk memperdagangkannya adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA

SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA Adalah perekonomian yang berinteraksi secara terbuka dengan perekonomian-perekonomian lainnya di seluruh dunia. Variabel yang terkait dalam perekonomian:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Komoditas Kakao di Indonesia Penelusuran tentang sejarah tanaman kakao melalui publikasi yang tersedia menunjukkan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Tentang Ekspor (Perdagangan Internasional) Umum di Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Tentang Ekspor (Perdagangan Internasional) Umum di Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari Daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Tentang Ekspor (Perdagangan Internasional) Menurut Undang-Undang Perdagangan Tahun 1996 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam yang dapat diandalkan salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.2.1 Tinjauan tentang Impor Menurut Tambunan (2001:1), perdagangan internasional diartikan sebagai perdagangan antar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu hasil perkebunan Indonesia yang cukup potensial. Di tingkat dunia, kakao Indonesia menempati posisi ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana.

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Gading dan Ghana. Hasil panen dari perkebunan coklat yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Gading dan Ghana. Hasil panen dari perkebunan coklat yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia adalah penghasil kakao terbesar di dunia ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Hasil panen dari perkebunan coklat yang ada di Indonesia cukup tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Impor dan Pembangunan Ekonomi Selain ekspor, impor juga berperan penting dalam proses pembangunan ekonomi. Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1.2. Rumusan Masalah... 1.3. Tujuan dan Manfaat

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biji kakao merupakan bahan baku utama pembuatan produk cokelat, dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai daerah beriklim tropis. Kakao

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dalam bidang ekonomi, menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Perekonomian terbuka membawa suatu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji

Lebih terperinci

Variabel, Masalah dan Kebijakan Ekonomi

Variabel, Masalah dan Kebijakan Ekonomi Variabel, Masalah dan Kebijakan Ekonomi Putri Irene Kanny Pokok bahasan pertemuan ke-2 Variabel ekonomi Masalah dasar ekonomi Tujuan dan kebijakan Ekonomi Bentuk-bentuk kebijakan makroekonomi Sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kegiatan yang terpenting dalam meningkatkan perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk memperdagangkan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil yang tercantum pada Tabel 6.1. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah bagi suatu negara dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Banyak keuntungan yang

Lebih terperinci

Bab 6 TRANSAKSI INTERNASIONAL

Bab 6 TRANSAKSI INTERNASIONAL Bab 6 TRANSAKSI INTERNASIONAL HARGA UNTUK TRANSAKSI INTERNASIONAL : NILAI TUKAR RIIL DAN NOMINAL Transaksi Internasional dipengaruhi oleh harga internasional. Dua harga internasional yang paling penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi dalam perdagangan dan investasi menawarkan banyak peluang dan tantangan bagi agribisnis perkebunan di Indonesia. Kopi merupakan salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori perdagangan internasional Perdagangan internasional adalah transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H14053143 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 12 1.3. Tujuan Penelitian... 14 1.4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis daya saing ekspor beberapa komoditas pertanian dengan berbagai pendekatan parameter komparatif, trade mapping, tren pertumbuhan, kontribusi devisa dan sebaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek digilib.uns.ac.id 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa antara masyarakat di suatu negara dengan masyarakat di negara lain. Indonesia termasuk salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Produksi Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di seluruh dunia, dimana kecap merupakan produk cair berwarna coklat atau

TINJAUAN PUSTAKA. di seluruh dunia, dimana kecap merupakan produk cair berwarna coklat atau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kecap Kecap merupakan jenis makanan fermentasi yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia, dimana kecap merupakan produk cair berwarna coklat atau hitam gelap yang

Lebih terperinci

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM EKONOMI MAKRO Ekonomi Tertutup : Ekonomi yang tidak berinteraksi dengan ekonomi lain di dunia Ekonomi Terbuka : Ekonomi yang berinteraksi secara bebas dengan ekonomi lain

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Areal Tanaman Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan perkebunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pengembangan luas areal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA 36 III. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu menunjukkan perkembangan yang sistematis dalam penelitian kelapa sawit Indonesia. Pada awal tahun 1980-an, penelitian kelapa sawit berfokus pada bagian hulu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bawang Merah Bawang merah dikenal dengan nama ilmiah Allium ascalonicum L. Bawang Merah berasal dari wilayah yang sama dengan bawang

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan diantara harga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi dan perdagangan internasional merupakan dua arus yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Globalisasi ekonomi dapat membuka kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat memajukan perekonomian suatu negara, seperti di Indonesia. Sebagai salah satu negara yang berkeinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin ketat, ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perdagangan saat ini, kemajuan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang

Lebih terperinci