BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SKRIPSI PERAN UNAMID DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DARFUR

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015 Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. memiliki beberapa kesimpulan terkait dengan fokus penelitian.

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

Nota Kesepahaman. antara Pemerintah Republik Indonesia Dan. Gerakan Aceh Merdeka

PELAKSANAAN INTERVENSI HAK ASASI MANUSIA DALAM KONFLIK BERSENJATA NON INTERNASIONAL DI DARFUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta didirikan karena

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM PASCA SARJANA

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM. Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-4

KOMENTAR UMUM no. 08

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN SINGKAT. Tahun Sidang : Masa Persidangan : I Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Pertahanan Rapat ke :

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

PENGIRIMAN PASUKAN PEMELIHARAAN PERDAMAIAN INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONAL Oleh: Yeni Handayani *

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PIAGAM AUDIT INTERNAL

KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

Nota Kesepahaman. antara. Pemerintah Republik Indonesia. dan. Gerakan Aceh Merdeka

Pedoman HAM Uni Eropa tentang Para Pembela HAM 3. Pedoman HAM Uni Eropa tentang Anak-anak dan Konflik Bersenjata 17

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia

BAB III BENTURAN MANDAT ANTARA PBB DAN UNI EROPA DALAM INTERVENSI KEMANUSIAAN DI DARFUR

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

Materi Kuliah HAK ASASI MANUSIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300,

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indo

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP INTERVENSI PIHAK ASING ATAS KONFLIK INTERNAL LIBYA BERDASARKAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB SKRIPSI

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, bersumber pada asas

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

BAB V PENUTUP. keistimewaan bidang kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dapat. yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY.

dilibatkan, diminta pendapatnya sehingga materi konstitusi benar-benar mewakili masyarakat secara keseluruhan.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Strategi yang dilaksanakan oleh masing-masing pengelola dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A. Keinginan Indonesia Menjadi Anggota Tidak Tetap DK PBB

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah

Dukungan Masyarakat Sipil Menuju Kota HAM

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

Deklarasi Vienna dan Program Aksi

BAB III STRATEGI UNISFA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ABYEI. 2011, Perserikatan Bangsa Bangsa membentuk United Interim Securtiy for Abyei (UNISFA)

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pekerjaan Sosial PB :

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan melalui organisasi internasional dan regional, diantaranya dalam hal ini adalah bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh PBB dan Uni Eropa. Pemberian bantuan kemanusiaan yang dilakukan oleh masyarakat internasional melalui kedua lembaga tersebut (PBB dan Uni Eropa) pada prinsipnya didorong oleh kepedulian dan tanggung jawab masyarakat internasional terhadap penghormatan dan perlindungan atas hak asasi manusia secara universal. Namun demikian, prinsip penghormatan dan perlindungan atas hak asasi manusia tersebut pada pelaksanaannya tidak sepenuhnya mendukung keterlibatan Uni Eropa di Darfur. Pendapat ini didasarkan pada kewenangan Uni Eropa atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia di Darfur seharusnya diserahkan kepada PBB sebagai organisasi internasional. Begitu pula halnya bagi pemerintah Sudan bahwa, keterlibatan PBB dan Uni Eropa atas konflik yang terjadi di Darfur mendapatkan protes dari pemerintah Sudan. Hal ini didasarkan pada adanya tidak adanya dukungan secara penuh pemerintah Sudan atas keberadaan PBB dan Uni Eropa di Sudan, sehingga pada akhirnya PBB berusaha untuk mendekati pemerintah Sudan dengan dilakukannya pembicaraan-pembicaraan diplomatik dengan pemerintah Sudan (pada akhirnya tercapai kesepakatankesepakatan antara PBB dan Pemerintah Sudan atas krisis kemanusiaan di Darfur). Pemberian bantuan kemanusiaan di Darfur terdapat permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan bantuan kemanusiaan yang disalurkan melalui PBB dan Uni Eropa. Secara teoritis, 104

pemberian bantuan kemanusiaan dalam konteks hubungan internasional tidak lepas dari intervensi kemanusiaan. Untuk itu dalam penelitian ini diidentifikasi ada hubungan yang sangat erat antara bantuan kemanusiaan dengan intervensi kemanusiaan. Berangkat dari hal tersebut di atas, maka terdapat 3 (tiga) permasalahan yang berkenaan dengan pemberian bantuan kemanusiaan di darfur oleh PBB dan Uni Eropa, yaitu: pertama: masalah yang berhubungan dengan alas atau dasar dilakukannya intervensi kemanusiaan, kedua: masalah mengenai benturan mandat, dan yang ketiga: masalah mengenai akibat terjadinya benturan terhadap bantuan kemanusiaan. Mengenai dasar dilakukannya intervensi kemanusiaan, ditemukan jawaban bahwa dilakukannya intervensi kemanusiaan didasarkan pada keberadaan mandat yang diterbitkan oleh PBB dan Uni Eropa. PBB sebelum melakukan intervensi kemanusiaan di Darfur telah mengirimkan suatu tim pemantau yang dikenal dengan sebutan UNAMIS, di mana tim ini diberi tugas untuk melakukan pemantauan dan penilaian atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di Darfur. Laporan dari tim ini kemudian ditindaklanjuti oleh PBB dengan pembentukan suatu misi pasukan perdamaian yang dikenal dengan sebutan UNMIS. UNMIS dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas untuk membantu penyelesaian konflik internal yang terjadi di Darfur dan tugas-tugas yang berhubungan dengan penyaluran bantuan kemanusiaan PBB di wilayah tersebut. Sedangkan Uni Eropa dalam melakukan intervensi kemanusiaan di Darfur tidak secara langsung, melainkan melalui peran Uni Afrika yang lebih dahulu diakui mempunyai peranan dalam membantu penyelesaian konflik dan krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, dengan pembentukan pasukan perdamaian yang dikenal dengan sebutan AMIS. Dengan demikian, keterlibatan Uni Eropa dalam melakukan intervensi kemanusiaan di Darfur tidak lepas dari bantuan yang diberikan Uni Eropa kepada Uni Afrika baik dalam bentuk bantuan keuangan maupun 105

perangkat lainnya. Pelaksanaan intervensi kemanusiaan oleh PBB dan Uni Eropa pada kenyataannya, berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ditemukan bahwa terdapat 3 (tiga) faktor yang berpengaruh, yaitu: pertama: faktor personil, di mana hal ini berhubungan dengan penyediaan tenaga pelaksana, kedua faktor kebutuhan masyarakat yang mengalami krisis kemanusiaan, ketiga: faktor keamanan, di mana perlindungan terhadap petugas-petugas sipil yang melakukan aksi kemanusiaan juga harus menjadi perhatian. Mengenai masalah penelitian yang berkenaan dengan benturan mandat, ditemukan jawaban bahwa pelaksanaan intervensi kemanusiaan mengalami benturan mandat, yang meliputi dua bentuk, yaitu: pertama: benturan yang berupa pelaksana tugas-tugas mandat, kedua: benturan yang berupa penyebaran personil dan bantuan kemanusiaan di daerah konflik. Bentuk benturan pertama terjadi di diakibatkan oleh adanya perbedaan pandangan negara anggota PBB dan Uni Eropa mengenai pelaksana mandat, dalam hal ini pelaksana mandat PBB adalah hasil bentukan dari PBB yang berada di bawah koordinasi PBB secara kelembagaan, sementara itu pelaksana mandat Uni Eropa, dalam hal ini AMIS melibatkan organisasi regional yaitu Uni Afrika. Sedangkan terjadinya bentuk benturan kedua merupakan suatu akibat dari terjadinya benturan pertama. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa terdapat komando masing-masing dari misi kemanusiaan yang dilakukan PBB dan Uni Eropa, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakkoordinasian dalam penyebaran personil dan bantuan kemanusiaan pada daerah konflik di Darfur. Akibat terjadinya benturan-benturan tersebut membawa pengaruh terhadap penyaluran dan pendistribusian bantuan kemanusiaan terhadap penduduk yang mengalami krisis kemanusiaan sebagai akibat konflik internal di Darfur. Pengaruh tersebut secara umum, diakui oleh PBB dan Uni Eropa dalam laporan-laporan yang dikemukakan oleh kedua lembaga tersebut. Faktor utama yang berpengaruh dalam pemberian bantuan 106

kemanusiaan adalah faktor kurangnya koordinasi dalam penyaluran dan pendistribusian bantuan, sehingga hal tersebut mengakibatkan tidak seluruh penduduk yang mengalami krisis kemanusiaan dapat dibantu oleh kedua lembaga tersebut. Data yang dikeluarkan oleh PBB menyebutkan bahwa dari penduduk yang berada di wilayah Darfur Selatan, Utara dan Barat sebanyak 3.845.138 orang (terdiri dari 2.060.420 pengungsi dan 1.784.718 penduduk setempat) yang dapat dijangkau atau di bantu oleh PBB hanya sekitar 64 persen saja. Begitu pula halnya dengan laporan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa, meskipun tidak menyebutkan data secara spesifik, mengakui bahwa bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh Uni Eropa belum dirasakan secara optimal oleh penduduk di Darfur. Selain laporan-laporan yang secara resmi dikeluarkan oleh PBB dan Uni Eropa mengenai bantuan kemanusiaan di Darfur, akibat dari terjadinya benturan mandat intervensi kemanusiaan secara empiris di lapangan menunjukkan bahwa bantuan tidak mempunyai pengaruh terhadap penyelesaian krisis kemanusiaan dan intensitas konflik internal yang terjadi pada wilayah-wilayah di Darfur. Dengan demikian, pemberian bantuan kemanusiaan yang dilakukan oleh PBB dan Uni Eropa, di mana pada kenyataannya telah menimbulkan benturan-benturan mandat intervensi sehingga akibat dari terjadinya benturan tersebut mengakibatkan bantuan kemanusiaan terhadap penduduk di Darfur menjadi tidak efisien dan efektif. Solusi yang ditempuh oleh kedua lembaga tersebut untuk menghindari terjadinya benturan intervensi kemanusiaan dilakukan dengan cara mengadakan kerja sama di bidang koordinasi pendistribusian bantuan kemanusiaan. Hal ini terbukti dengan langkah-langkah yang ditempuh PBB dan Uni Eropa untuk menyatukan misi intervensi kemanusiaan melalui peleburan AMIS dan UNMIS dalam UNAMID yang dilakukan setelah tahun 2006. Efisiensi dan efektivitas pemberian bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh PBB dan Uni Eropa, secara teoritis dalam konteks 107

hubungan internasional, berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan bahwa terdapat faktor lain berupa kepentingankepentingan beberapa negara atas wilayah di Darfur, misalnya kepentingan akan sumber daya kekayaan alam yang dieksplorasi dan dikelola oleh suatu negara. Hal tersebut terbukti dari proses pengambilan keputusan atas bantuan kemanusiaan yang akan diberikan dan dilaksanakan baik dalam proses persidangan di PBB maupun Uni Eropa. Di samping itu, bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh PBB dan Uni Eropa juga tidak lepas dari faktor berupa persepsi para pihak yang berkonflik di Darfur, meskipun pada akhirnya tercapai kesepakatan dari para pihak yang berkonflik atas penerimaan bantuan yang diberikan oleh PBB dan Uni Eropa. Oleh karena itu, pemberian bantuan kemanusiaan dalam konteks hubungan internasional seharusnya tidak didasarkan pada kepentingan-kepentingan suatu lembaga internasional atau regional bahkan negara-negara anggota PBB dan Uni Eropa, melainkan di dasarkan pada satu komitmen bahwa krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur merupakan suatu tanggung jawab bersama (baik masyarakat internasional maupun masyarakat nasional, dalam hal ini pemerintah Sudan). Jadi kepedulian dan tanggung jawab PBB dan Uni Eropa atas hak asasi manusia tidak ditempatkan dalam perspektif kepentingan suatu negara atau kelembagaan suatu negara, melainkan pada persamaan persepsi masyarakat internasional terhadap kriteria dari krisis kemanusiaan. 108