BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Spiritualitas merupakan sesuatu yang di percayai oleh seseorang dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu. membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam satu system. Peran merujuk kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah spiritualitas diturunkan dari kata Latin yaitu spiritus, yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

Ibm PELATIHAN ASUHAN SPIRITUAL BAGI PERAWAT DI RSI SITI HAJAR MATARAM TAHUN Irwan Hadi 1), Sopian Halid 2), Dian Istiana 3) STIKES YARSI Mataram

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana

BAB I. tertentu akan tetapi keperawatan adalah profesi (Potter & Perry, 2007). sejak tahun 1984 diakui sebagai suatu profesi (Nursalam, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan manusia di dalam hidupnya adalah mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan, kemampuan dan norma norma, menyediakan layanan spesifik,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Lapangan Komprehensif (PBLK), tujuan akhir kegiatan PBLK, manfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multidisiplin

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana dalam memberikan pelayanan menggunakan konsep multidisiplin.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien di ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah pasien dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1. individu, keluarga, kelompok, bahkan masyarakat (Prasetyawati, 2015). World

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga adalah supporting system yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki pasien dalam memperoleh perawatan yang baik (Asmadi, 2008). Perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh. Penyakit kanker sangat. kematian di seluruh dunia disebabkan oleh kanker.

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengerikan, hal ini dikarenakan kanker merupakan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan menurut Virginia Henderson (1966) dapat didefenisikan

Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

PENGALAMAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL ISLAM PADA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) SKRIPSI

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan. masalah maupun kejadian yang bersifat menekan.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Terletak di Sebelah Utara jalan, dengan alamat Jalan Wates Km.5.5. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Fantasi yang terjadi pada anak usia prasekolah dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP SPIRITUAL CARE DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran informasi dan dukungan emosional. Dalam bidang keperawatan,

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik, yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan tidak terkendali (Diananda, 2009). Kanker menjadi penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATN Oleh: Ibrahim Rahmat, SKp.,SPd.,M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. modern. Perkembangan tersebut membawa dampak bagi peningkatan. kebutuhan tenaga keperawatan profesional yang adaptif dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien yang dirawat diruang ICU (Intencive Care Unit) dilakukan secara terus menerus dalarn 24 jam. Perawatan diruang ICU

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dampak sakit dan hospitalisasi menyebabkan perubahan peran, emosional, dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan melakukan aktivitas secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005). Sebagaimana hal ini terjadi pada pasien yang dirawat di ruang ICU yaitu pasien memerlukan perawatan secara intensif dan sangat bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila kondisi tersebut tidak ditangani dan berlangsung terus menerus dapat menyebabkan distress spiritualitas yang membuat pasien kehilangan kekuatan dan harapan hidup (Taylor, Lilis, & Le Mone, 1997). Distress spiritualitas yang dialami oleh pasien ICU yaitu pasien tidak mampu melaksanakan praktik keagamaan, terisolasi dari orang-orang yang dibutuhkannya, mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikan kekuatan, harapan dan arti kehidupan, bertanya tentang arti kehidupan, mencari dukungan dari keluarga dan teman, tidak dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang dibutuhkannya ( O Brien, 1999). Spiritualitas merupakan hal yang sangat penting pada saat individu menderita suatu penyakit dibandingkan pada saat-saat lain dalam kehidupan (Kozier, Erb, Blais, & Wilkinson, 1995). Spiritualitas menjadi satu-satunya dukungan dan sumber kekuatan individu dalam menghadapi penyakit (Hover, 2002 dalam Young & Koopsen, 2007). Menurut American Psychologists

Association (1992 dalam Hawari, 2002) bahwa spiritualitas dapat meningkatkan koping individu ketika sakit dan mempercepat proses penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. David, Elizabeth, & Martha (2005) menyatakan bahwa spiritualitas mempengaruhi penyembuhan pada pasien gagal jantung yang dirawat di ruang perawatan intensif. Koenig (2001) menyatakan bahwa 90% pasien bertumpu pada spiritualitas yang dapat memberikan kenyamanan dan kekuatan selama menjalani penyakit serius. Uraian di atas menunjukkan bahwa pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat dilakukan oleh perawat dan keluarga. Pada kenyataannya bahwa perawat dan keluarga kurang memperhatikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar perawat merasa tidak mampu memberikan perawatan spiritualitas kepada klien (Piles, 1990 dalam Carpenito, 2000). Perawat menganggap bahwa spiritualitas merupakan masalah pribadi yang merupakan hubungan individu dengan penciptanya dan perawat memandang bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas klien bukan tanggung jawabnya melainkan tanggung jawab keluarga dan tokoh agama (Boyle & Andrews, 1989 dalam Carpenito, 2000). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Juni 2009 di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan bahwa masih ada sebagian perawat yang tidak melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan baik. Sebanyak 20 orang perawat dari 30 (66,7%) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien hanya berkaitan hubungan dengan Tuhan dan 17 orang perawat dari 30 (56,7%) menyatakan

bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas lebih baik diserahkan kepada rohaniawan rumah sakit. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada beberapa orang keluarga menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan hubungan dengan Tuhan dan praktik keagamaan. Salah seorang keluarga menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang paling sering dilakukan oleh keluarga ketika menjenguk pasien ke ruangan dengan berdoa. Selain itu, sebagian besar keluarga tidak dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan baik karena jam kunjungan keluarga terbatas. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritualitas yang merupakan bagian integral dalam kehidupan klien. Perawat berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritualitas klien yaitu dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritualitas klien tersebut walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritualitas atau keagamaan yang sama (Hamid, 1999). Keluarga berperan dalam pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien. Keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien dalam memberikan dukungan dan keyakinan pada mereka. Menurut Davis (2007) menyatakan bahwa keluarga beperan dalam perawatan pasien ICU khususnya pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang mempengaruhi penyembuhan pasien.

Berdasarkan studi pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 2. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang dilakukan oleh perawat? 2. Bagaimana pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang dilakukan oleh keluarga? 3. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang dilakukan oleh perawat. 2. Mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang dilakukan oleh keluarga. 4. Manfaat Penelitian 4.1 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan bagi institusi pendidikan keperawatan untuk diintegrasikan pada materi perkuliahan khususnya

dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Selain itu, perlu diadakannya seminar yang terkait dengan asuhan keperawatan spiritualitas pada pasien. 4.2 Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi penting dan pedoman bagi para perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan agar tidak mengabaikan perawatan spiritualitas pada pasien. 4.2 Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan spiritualitas.