3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang. didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau

dokumen-dokumen yang mirip
TATA LETAK DENGAN BANTUAN KOMPUTER. Tataletak Fasilitas dengan Bantuan Komputer

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Systematic Layout Planning

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN TATA LETAK BERBANTUAN KOMPUTER (COMPUTERIZED AIDED LAYOUT)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

Perancangan Tata Letak

Landasan Teori BAB II

Keuntungan. Perhitungan dapat dilakukan lebih cepat. Mampu menyelesaikan masalah yang kompleks. Proses perancangan lebih ekonomis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Metode Craft Berbantuan Perangkat Lunak WinQsb Untuk Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas V2.0 Pada Industri Dompet CV. X

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2

BAB 2 LANDASAN TEORI

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik

Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Menggunakan Algoritma CRAFT

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri di bidang manufaktur khususnya di Indonesia dan

Perancangan Tata Letak

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PT MITRA PRESISI PLASTINDO

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK AREA PRODUKSI PT X DENGAN METODE SYSTEMATIC PLANT LAYOUT

Jurnal Metris, 14 (2013): 73 82

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Yunanto (1998) dalam skripsinya yang berjudul Perencanaan Layout

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CRAFT DI CV. ABC HARDWARE INDUSTRY

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengaturan tataletak fasilitas produksi seperti mesin-mesin, bahan-bahan,

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS

USULAN RANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS DENGAN METODE ALGORITMA CORELAP UNTUK MEMINIMUMKAN JARAK LINTASAN DI RESTORAN LIANA SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI ALGORITMA BLOCK PLAN DAN ALDEP DALAM PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PABRIK PENGOLAHAN KARET

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #9

BAB 2 LANDASAN TEORI

Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan tata letak fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas

Pembahasan Materi #13

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix ABSTRAK...

Khristian Edi Nugroho; Dimas Rahmawan; Prayogo Adi Utomo

SISTEM PENANGANAN MATERIAL

PERANCANGAN TATA LETAK BENGKEL JAT AKIBAT PERLUASAN BENGKEL SKRIPSI

TUGAS AKHIR. Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratam akademik guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini pada

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

BAB 1 PENDAHULUAN. secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas produksi

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Service Operation Tujuan dan Objektif Service operation ".

PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

BAB 2 LANDASAN TEORI Defenisi Tata Letak Pabrik. Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitasfasilitas

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan. Material Handling. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Ratih Setyaningrum,MT dan Rindra Yusianto, S.Kom.MT. Universitas Dian Nuswantoro Jalan Nakula I No Semarang

Rancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi pada CV. VISA INSAN MADANI

BAB V HASIL DAN ANALISA

Usulan Perbaikan Tata Letak Pabrik dengan Menggunakan Systematic Layout Planning (SLP) di CV. Arasco Bireuen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

ONGKOS MATERIAL HANDLING

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktivitas mesin. Mesin telah mengurangi beban kerja manusia dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. ini tentunya dapat dilakukan dengan cara mengatur layout pabrik sedemikian rupa

SILABUS MATA KULIAH. Pengalaman Pembelajaran. 1. Mendiskusikan pentingnya. perancangan tata

USULAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS: PT. Kencana Andalan Nusantara) TUGAS AKHIR

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CORELAP PADA PT. VOLTAMA

Transkripsi:

71 3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau pengetahuan tentang keterkaitan antar kegiatan. 4. Catat derajat kedekatan setiap pasangan pada peta keterkaitan sesuai dengan alasan yang di masukkan. 5. Evaluasi peta keterkaitan kreativitas dengan meminta pertimbangan orang lain yang tahu tentang keterkaitan antar departemen. Gambar 3.15. menunjukkan peta hubungan/keterkaitan aktivitas untuk enam departemen. Gambar 3.15. Peta Keterkaitan Aktivitas

72 Pada peta keterkaitan aktivitas terdapat sejumlah belah ketupat, dengan masing-masing belah ketupat meniinjukan hubungan keterkaitan antara dua departemen. Bagian atas dari masing-masing belah ketupat diberi simbol yang menunjukkan derajat keterkaitan dari dua departemen. Sedang bagian bawah merupakan alasan yang dipakai untuk mengukur derajat keterkaitan tersebut. Seperti misalnya pada belah ketupat paling atas merupakan keterkaitan antara Departemen 1 (penerimaan dan pengiriman) dengan departemen 2 (Gudang material dan alat). Kedua departemen tersebut mempunyai derajat keterkaitan A (mutlak didekatkan) karena alasan 1 (urutan aliran kerja), 2 (derajat hubungan kertas kerja) dan 3 (kemudahan pengawasan). Peta aktivitas yang telah dibuat kemudian digunakan sebagai dasar dalam pembuatan activity relationship diagram (ARD) yaitu untuk menentukan letak masing-masing aktivitas/departemen. Dalam memudahkan untuk membuat diagram keterkaitan aktivitas (ARD) perlu dibuat lembar kerja yang ditunjukkan pada tabel 3.2.

73 Tabel 3.2. Lembar kerja diagram keterkaitan aktiuitas LEMBAR KERJA DIAGRAM KETERKAITAN AKTIVITAS Aktivitas Derajat Keterkaitan A E I O U X 1. Penerimaan dan pengiriman 2-4 6 3,5-2. Gudang material dan alat 1,4 - - 3,6 5-3. Perawatan - 4-2,6 1,5-4. Produksi 2 3 1,5 - - 6 5. Ruang ganti pakaian - - 4-1,2,3 6 6. Kantor - - - 1,2,3-4,5 Tabel lembar kerja di atas menunjukkan bahwa departemen 1 (penerimaan dan pengiriman) mempunyai derajat keterkaitan A (mutlak perlu) dengan departemen 2 (gudang material dan alat). Selanjutnya departemen 1 mempunyai derajat keterkaitan I (penting) dengan departemen 4 (produksi), mempunyai derajat keterkaitan O (cukup perlu) dengan departemen 6 (kantor) dan mempunyai derajat keterkaitan U (tidak penting) dengan departemen 3 (perawatan) dan 5 (ruang ganti pakaian). Dengan data yang telah disusun secara lebih sistematik dalam lembar kerja akan lebih memudahkan dalam pembuatan diagram keterkaitan. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membuat diagram yaitu dengan membuat template block diagram dan dengan menggunakan kombinasi-kombinasi garis dan pemakaian kode warna yang telah distandarkan untuk setiap hubungan akt.ivitas yang ada. Pada template diagram blok menjelaskan aktivitas yang bersangkutan dihubungkan dengan aktivitas yang lainnya. Semua derajat keterkaitan dimasukkan dalam diagram blok aktivitas kecuali derajat keterkaitan U karena tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap aktivitas yang lainnya.

74 Begitu pula untuk kode angka yang menjelaskan alasan dipakai sebagai dasar memberi ukuran derajat keterkaitan aktivitas tidak dimasukkan dalam diagram. Gambar 3.20. merupakan suatu contoh dari template diagram aktivitas sebagai dasar pembuatan diagram keterkaitan aktivitas. Dari hasil yang diperoleh template diagram aktivitas, kemudian disusun ulang dengan melihat derajat keterkaitan aktivitas yang ditunjukkan oleh simbolsimbol dan angka-angka yang merupakan pasangan departemen yang terdapat pada template diagram aktivitas. Hasil penyusunan ulang berdasar derajat keterkaitan aktivitas tersebut merupakan diagram keterkaitan aktivitas (ARD), yang ditunjukkan seperti pada gambar 3.16. Pada gambar ini sudah disesuaikan dengan besaran masing-masing departemen. Gambar 3.16. Template Diagram Aktivitas

75 Gambar 3.17. Tata Letak Akhir 3.4. Perancangan Tata Letak 3.4.1. Pengertian dan Tujuan Tata Letak Seperti disebut dimuka, definisi tata letak secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas-fasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi pada suatu produksi (Hari Purnomo, 2004, p117). Perancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan, perlengkapan untuk operasi, personalia, dan semua peralatan serta fasilitas yang digunakan dalam proses produksi. Perancangan tata letak juga harus menjamin kelancaran aliran

76 bahan-bahan, penyimpanan bahan, baik bahan baku, bahan setengah jadi maupun produk-produk jadi. Tata letak fasilitas yang dirancang dengan baik pada umumnya akan memberi kontribusi yang positif dalam optimalisasi proses operasi perusahaan dan pada akhirnya akan menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta ke-berhasilan perusahaan. Perancangan sistem fasilitas, perancangan tata letak, dan perancangan material handling pada dasarnya mempunyai kaitan yang tidak dapat terpisahkan. Yang sering terjadi adalah bahwa perancangan tata letak dan material handling dilakukan terlebih dahulu, sedang perancangan sistem fasilitas menyesuaikan dengan tata letak yang telah dirancang. Untuk itu perancangan tata letak diusahakan sefleksibel mungkin, karena dengan adanya perubahan permintaan, penemuan produk baru, proses baru, metoda kerja baru dan sebagainya, perusahaan terpaksa harus melakukan perancangan tata letak ulang. Untuk itu perancangan tata letak harus melihat jauh ke depan agar perubahan-perubahan tata letak dapat diminimalkan, karena biaya yang digunakan dalam proses perancangan ini relatif cukup besar. Pada dasarnya tujuan utama perancangan tata letak ini adalah optimasi pengaturan fasilitas-fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produksi akan maksimal. Adapun secara rinci beberapa tujuan perancangan tata letak fasilitas di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Memanfaatkan area yang ada. Perancangan tata letak yang optimal akan memberikan solusi dalam penghematan penggunaan area (space) yang ada, baik area untuk produksi, gudang, service dan untuk departemen lainnya.

77 2. Pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas produksi lebih besar. Pengaturan yang tepat akan dapat mengurangi investasi di dalam peralatan dan perlengkapan produksi. Peralatan-peralatan dan perlengkapan dalam proses produksi dapat dipergunakan di dalam tingkat efisiensi yang cukup tinggi. Begitu juga tenaga kerja dan fasilitas produksi lainnya akan dapat lebih berdaya guna. 3. Meminimumkan material handling. Selama proses produksi /operasi perusahaan akan selalu terjadi aktivitas perpindahan baik itu bahan baku, tenaga kerja, mesin ataupun peralatan produksi lainnya. Proses perpindahan ini memerlukan biaya yang relatif cukup besar. Dengan demikian, perancangan tata letak yang baik harus mampu meminimalkan aktivitas-aktivitas pemindahan bahan. Tata letak sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan jarak angkut dari masing-masing fasilitas dapat diminimalisir. 4. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran. Waktu tunggu dalam proses produksi (production delays) yang berlebihan akan dapat dikurangi dengan pengaturan tata letak yang terkoordinasi dengan baik. Banyaknya perpotongan dari suatu lintasan produksi seringkali menyebabkan terjadinya kemacetan-kemacetan. 5. Memberikan jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan bagi tenaga kerja. Para tenaga kerja tentu saja menginginkan bekerja dalam lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan. Hal-hal yang dianggap membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan kerja harus dihindari.

78 6. Mempersingkat proses manufaktur. Dengan memperpendek jarak antara operasi satu dengan operasi berikutnya, maka waktu yang diperlukan dari bahan baku untuk berpindah dari satu stasiun kerja satu ke stasiun kerja lainnya dapat dipersingkat pula. Dengan demikian total waktu produksi juga dapat dipersingkat. 7. Mengurangi persediaan setengah jadi. Persediaan barang setengah jadi (work in process inventory) terjadi karena belum selesainya proses produksi dari produk yang bersangkutan. Persediaan barang setengah jadi yang tinggi tidak menguntungkan perusahaan karena dana yang tertanam tersebut sangat besar. Perancangan tata letak yang baik hendaknya memperhatikan keseimbangan lintasan (line balancing), karena menumpuknya barang setengah jadi salah satunya disebabkan oleh tidak seimbangnya lintasan produksi. 8. Mempermudah aktivitas supervisi. Penempatan ruangan supervisor yang tepat akan memberikan keleluasaan bagi supervisor untuk mengawasi aktivitas yang sedang berlangsung di area kerja. 3.4.2. Tahapan Dalam Perencanaan Tata Letak Tahapan-tahapan proses perancangan tata letak dapat dijabarkan mengikuti urutan kegiatan yang dikembangkan oleh Richard Muther, yaitu melalui pendekatan yang dikenal sebagai Systematic Layout Planning (SLP). Berikut ini akan dibahas langkah-langkah dasar dari SLP. Secara sistematis prosedur pelaksanaan SLP dapat digambarkan sebagai berikut.

79 1. Data masukan dari aktivitas 2. Aliran material 3. Hubungan aktivitas 4. Diagram hubungan aktivitas dan/atau aliran 5.a. Kebutuhan ruangan 5.a. Ruangan yang tersedia 6. Diagram hubungan ruangan 7.a. Modifikasi 7.a. Batasan Praktis 8. Pembuatan alternatif tata letak 9. Evaluasi Gambar 3.18 Langkah-langkah dasar SLP (Tompkins J., A., et al) Pada dasarnya, langkah-langkah dalam perancanaan tata letak seperti tersebut di atas dapat dikategorikan ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap analisis yaitu mulai dari analisis aliran material, analisis aktivitas, diagram hubungan aktivitas (relations diagram), pertimbangan keperluan ruangan, dan ruangan yang tersedia. Tahap yang kedua adalah tahap penelitian (research), mulai dari perencanaan diagram hubungan ruangan sampai dengan perancangan alternatif tata letak. Sedangkan tahap terakhir adalah proses seleksi dengan jalan mengevaluasi alternatif tata letak yang telah dirancang.

80 3.4.2.1.Data Masukan Langkah awal dalam perancangan tata letak adalah dengan melakukan pengumpulan data awal. Terdapat tiga sumber data di dalam perencanaan tata letak, yaitu data rancangan produk, rancangan proses, dan rancangan jadwal produksi. A. Data yang berkaitan dengan rancangan produk sangat berpengaruh terhadap tata letak yang akan dibuat. Pada dasarnya rancangan produk terkait erat dengan proses pengerjaan produk tersebut serta urutan perakitan. Dengan demikian proses rancangan produk secara tidak langsung berpengaruh terhadap perancangan tata letak, karena perancangan tata letak dipengaruhi juga oleh langkah-langkah proses pengerjaan produk atau urutan operasi perakitan yang telah dirancang. Dengan demikian data yang berkaitan dengan rancangan produk yang dibuat seperti gambar kerja, peta perakitan, daftar komponen, bills of material, bahkan prototype dari produk yang akan dibuat sangat diperlukan. B. Data masukan yang kedua bersumber pada rancangan proses. Selain rancangan produk, data mengenai proses yang menggambarkan tahapan-tahapan pembuatan komponen, peralatan dan mesin-mesin yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi, serta waktu yang dibutuhkan dalam melakukan proses produksi sangat dibutuhkan dalam perancangan tata letak ini. Data di atas biasanya disimpulkan dalam bentuk peta proses operasi. Dari peta proses operasi dapat dilihat dan dianalisis aliran material dari satu proses ke proses yang lain. Dalam hal ini peta proses operasi merupakan dasar utama dalam perancangan tata letak fasilitas.

81 C. Rancangan jadwal produksi merupakan salah satu sumber data masukan yang digunakan dalam perencanaan tata letak. Data masukan yang berasal dari rancangan jadwal produksi memberi penjabaran tentang di mana dan seberapa besar serta kapan suatu produk akan dibuat yang didasarkan atas ramalan permintaan. Rancangan jadwal memberi pengaruh sangat besar dalam hal pemilihan jenis dan jumlah mesin-mesin yang diperlukan, jumlah karyawan dan shift, kebutuhan ruangan, peralatan, peralatan material handling, kebutuhan personal, dan sebagainya. Dengan demikian rancangan jadwal memberi pengaruh yang sangat besar dalam peoses perencanaan tata letak. 3.4.2.2.Analisis Aliran Material Analisis aliran material merupakan analisis pengukuran kuantitatif untuk setiap gerakan perpindahan material di antara departemen-departemen atau aktivitas-aktivitas operasional. Analisis aliran material ini sangat penting untuk dilakukan, karena seperti disebutkan di muka bahwa salah satu tujuan dari perencanaan tata letak adalah untuk memperlancar aliran kerja proses produksi, mulai dari bahan baku sampai menjadi produk akhir. Dalam penentuan pola aliran material ini terdapat beberapa faktor yang perlu untuk dilakukan analisis yang mendalam antara lain faktor transportasi, jumlah komponen produk yang dibuat, jumlah dan macam operasi pembuatan setiap komponen, urutan operasi perakitan, besar dan bentuk ruang yang tersedia, jenis pola aliran yang ingin diterapkan sesuai dcngan bcntuk ruang yang tersedia, dan scbagainya. Dalam menganalisis aliran material ini sering digunakan peta-peta atau diagram-diagram sebagai berikut.

82 Peta aliran proses. Diagram alir. Peta proses produk banyak. Peta Dari-Ke. Peta hubungan aktivitas. Peta perakitan, dan sebagainya. 3.4.2.3. Analisis Hubungan Aktivitas Dalam perancangan tata letak, analisis aliran material lebih cenderung untuk mendapatkan atau mengetahui biaya dari pemindahan material, jadi dalam hal ini lebih bersifat kuantitatif. Sedang analisis yang lebih bersifat kualitatif dalam perancangan tata letak dapat digunakan apa yang dinamakan activity relationship chart (ARC). Gambar 3.19. Contoh ARC

83 3.4.2.4. Diagram Hubungan Aktivitas Dalam perancangan tata letak fasilitas, derajat hubungan antar departemen dapat dipandang dari dua aspek, baik aspek kualitatif maupun aspek kuantitatif. Perancangan tata letak fasilitas yang bersifat kualitatif akan lebih dominan dalam menganalisis derajat hubungan aktivitas dan biasanya ditunjukkan oleh peta hubungan aktivitas. Namun adakalanya analisis dalam perancangan tata letak fasilitas lebih dominan dalam menganalisis aliran material, sehingga yang dibuat adalah suatu flow diagram atau diagram alir. Dalam Systematic Layout Planning (SLP) kedua aspek tersebut menjadi pertimbangan, dengan mengkombinasikan antara derajat hubungan aktivitas dan aliran material. Kombinasi dari kedua aspek tersebut dibuat dalam suatu diagram yang dinamakan relationship diagram atau diagram hubungan aktivitas. Contoh dari diagram hubungan aktivitas digambarkan sebagai berikut. Gambar 3.20. Activity Relationship Diagram

84 3.4.2.5. Diagram Hubungan Ruangan Langkah selanjutnya dalam aktivitas SLP ini adalah pembuatan diagram hubungan ruangan. Dalam proses pembuatan diagram hubungan ruangan ini yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi luas area yang dibutuhkan untuk semua aktivitas perusahaan dan area yang tersedia. Rancangan tata letak fasilitas kerja, idealnya dibuat terlebih dahulu, sedangkan bangunan pabrik didirikan sesuai dengan rancangan tata letak fasilitas yang telah dibuat. Namun dalam beberapa kasus, sering terjadi proses perancangan tata letak pabrik dilakukan setelah bangunan pabrik berdiri. Hal ini bisa terjadi pada proyek perancangan tata letak ulang, atau disebabkan karena dana yang terbatas untuk pendirian bangunan pabrik baru, atau terbentur masalah waktu. Gambar 3.21. Diagram Hubungan Ruangan

85 Diagram hubungan ruangan dapat dibuat setelah dilakukan analisis terhadap luasan yang dibutuhkan dan dikombinasikan dengan Activity Relationship Diagram. Luas Area yang Dibutuhkan Tiga hal yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan luas area yang dibutuhkan, yaitu penentuan tingkat produksi (production rate), peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi, dan karvawan yang diperlukan. Selain digunakan untuk mengestimasi kebutuhan ruangan, tingkat produksi digunakan sebagai panduan dalam proses pemilihan tipe tata letak, apakah menggunakan product layout atau process layout. Penentuan tingkat produksi untuk tiap-tiap tahap proses, memberi gambaran berapa jumlah mesin dan peralatan yang dibutuhkan. Kebutuhan operator yang akan menangani peralatan dan mesin-mesin tergantung dari jumlah peralatan dan mesin serta standard penanganan mesin itu sendiri apakah harus ditangani satu orang atau lebih. Dalam beberapa kasus jumlah karyawan ditentukan oleh adanya keberadaan pekerja kontrak dan kebutuhan akan pekerjaan. Jika peralatan atau mesin yang digunakan bersifat otomatis, bisa terjadi satu orang operator menangani sejumlah mesin-mesin. Untuk keperluan ini seorang analis tata letak sangat membutuhkan peranan dari para analis penjadwalan atau para analis di bidang metode kerja. Terdapat beberapa metode yang sering dipergunakan dalam pcncntuan kcbutuhan luas ruangan.

86 1. Metode Fasilitas Industri. Metode Fasilitas Industri adalah metode penentuan kebutuhan ruangan berdasar fasilitas produksi dan fasilitas pendukung proses produksi yang dipergunakan. Dalam metode ini kebutuhan ruangan didasarkan atas jumlah dan jenis peralatan dan mesin yang dipergunakan dalam proses produksi. Luas ruangan (lantai) dihitung dari ukuran masing-masing jenis mesin atau peralatan yang dipergunakan dikalikan dengan jumlah masing-masing jenis peralatan tersebut ditambah dengan kelonggaran yang dipergunakan untuk operator dan gang (aisle). 2. Metode Template. Metode template adalah penentuan kebutuhan ruangan yang didasarkan atas template atau model yang dibuat. Metode ini akan memberi gambaran yang nyata akan bentuk dan seluruh kebutuhan ruangan. Dengan skala tertentu template atau model yang ditempatkan pada block layout dapat digunakan untuk memperoleh estimasi seluruh kebutuhan ruangan. 3. Metode Standar Industri. Standar industri dibuat atas penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap industri-industri yang dinilai telah melakukan perancangan tata letak secara keseluruhan, khususnya dalam penentuan kebutuhan ruangan. Dalam menentukan kebutuhan ruangan, fasilitas-fasilitas yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut (Francis R., L. et al.). 1. Gudang bahan baku. 2. Gudang bahan setengah jadi. 3. Gudang barang jadi.

87 4. Gang. 5. Pengiriman dan penerimaan. 6. Tempat peralatan material handling. 7. Ruang perkakas dan rak perkakas. 8. Perbaikan. 9. Pengepakan. 10. Pengawasan. 11. Inspeksi & pengendalian kualitas. 12. Pelayanan kesehatan. 13. Pelayanan makanan. 14. Kamar mandi/toilet. 15. Kantor. 16. Parkir tamu dan tenaga kerja. 17. Parkir penerimaan & pengiriman. 18. Tempat penyimpanan lainnya. 3.4.2.6. Rancangan Altematif Tata Letak Diagram hubungan ruangan merupakan dasar dalam pembuatan rancangan alternatif tata letak dengan mempertimbangkan modifikasi dan batasan praktis. Untuk membuat rancangan tata letak dapat dibuat suatu Block layout yang merupakan diagram blok dengan skala tertentu dan merupakan representasi bangunan. Block Layout menggambarkan batasan-batasan ruang dengan adanya dinding-dinding yang memisahkan antara blok satu dengan blok lainnya. Berikut ini

88 contoh suatu Block Layout yang didasarkan atas diagram hubungan ruangan yang telah dibuat sebelumnya : Gambar 3.22. Block layout Langkah selanjutnya adalah perancangan detail layout berdasarkan block layout yang telah dibuat. Analisis yang digunakan untuk merancang detail layout pada dasarnya mengikuti langkah-langkah seperti halnya pada proses perancangan tata letak secara rnenyeluruh atau overall layout. Perbedaannya adalah bahwa detail layout digunakan sebagai pengatur mesin atau fasilitas kerja yang ditempatkan pada blok-blok yang ada, dan di dalam detail layout ini kita sangat berkepentingan untuk mengetahui hubungan di antara stasiun kerja yang terdapat pada blok tersebut. Sedangkan perancangan overall layout adalah pengaturan suatu blok terhadap blok lainnya dan dari overall layout dapat tergambarkan aliran material antara blok/departemen satu dengan lainnya. Yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan tata letak ini, baik detail layout maupun overall layout adalah bahwa rancangan harus bersifat fleksibel untuk mengakomodasi perubahan yang nantinya

89 bisa terjadi baik pada rancangan produk, rancangan proses maupun rancangan jadwal. Pada dasarnya detail layout dirancang dengan tidak meninggalkan konsep material handling. Aktivitas yang menyangkut pemilihan metode dan peralatan yang digunakan dalam penanganan material, merupakan suatu aktivitas yang tidak terpisahkan dengan aktivitas perancangan tata letak. Atau dengan kata lain bahwa aktivitas dalam penanganan material merupakan bagian integral dari perancangan tata letak, dan semua itu dilakukan agar proses perancangan dapat berlangsung secara efisien. Terdapat tiga metode yang digunakan untuk merepresentasikan tata letak yang dirancang, yaitu: 1. gambar atau sketsa, 2. model dua dimensi (template), dan 3. model tiga dimensi. Metode gambar atau sketsa merupakan metode yang cukup menguntungkan karena mudah dan murah untuk dibuat. Untuk mempermudah pembuatannya biasa digunakan kertas grafik berskala dan penggunaan warna-warna untuk menunjukkan fasilitas-fasilitas yang berbeda. Hanya saja metode gambar sekarang ini dianggap kurang eflsien. Kekurangan dari metode ini adalah bahwa gambar atau sketsa tata letak tidak dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan detail. Di samping itu tata letak yang telah dibuat terdahulu akan sulit dibuat penyesuaian dan perubahannya, kalau pun dapat akan membutuhkan waktu dan biaya lebih banyak.

90 Dengan demikian kemungkinan untuk mendapatkan alternatif-alternatif tata letak menjadi berkurang. Untuk mendapatkan alternatif-alternatif tata letak yang lebih banyak, dewasa ini sering digunakan model dua dimensi atau biasa disebut template. Template merupakan representasi dalam bentuk dua dimensi dari suatu objek fisik yang berupa mesin, peralatan material handling, manusia dan fasilitas kerja lain, yang dibuat untuk keperluan perancangan tata letak. Biasanya terbuat dari bahan kertas tebal atau bahan lain yang mudah untuk ditempelkan pada kertas grafik/skala. Dibandingkan dengan gambar/sketsa, template mempunyai sifat yang fleksibel sehingga akan memberikan kemudahan di dalam melakukan perubahanperubahan tata letak yang direncanakan. Fleksibilitas template ini akan memberikan banyak alternatif-alternatif tata letak yang dirancang. Dewasa ini terdapat beberapa perusahaan yang bergerak di bidang tata letak pabrik memproduksi bermacam-macam bentuk template untuk memudahkan para perancang tata letak pabrik. ASME sendiri telah membuat standard dari bermacammacam template sebagai pedoman bagi perusahaan-perusahaan atau pemasokpemasok template, dan bagi perancang tata letak pabrik. Selain model dua dimensi (template), terdapat model yang dirasa lebih baik dalam merepresentasikan suatu objek fisik yang digunakan dalam perancangan tata letak, yaitu model tiga dimensi. Model dengan tiga dimensi akan memudahkan kita untuk mengamati dan menganalisis tata letak yang dirancang. Dibandingkan dengan gambar, model baik dua dimensi maupun tiga dimensi membutuhkan biaya yang

91 lebih besar, namun mempunyai manfaat yang lebih besar pula, karena bisa digunakan untuk bermacam-macam proyek perancangan tata letak yang lain lagi. 3.4.2.7. Evaluasi dan Tindak Lanjut Alternatif-alternatif tata letak yang telah dibuat, dipilih alternatif perancangan yang terbaik sesuai dengan tujuan organisasi. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi alternatif tata letak, di mana sebagian kriteria tidak dapat dianalisis secara kuantitatif. Berikut ini adalah teknik-teknik untuk mengevaluasi perancangan tata letak. 1. Perbandingan Untung Rugi. Dalam teknik ini disusun daftar keuntungan dan kerugian masing-masing alternatif yang ditawarkan. Alternatif yang dinilai mempunyai keuntungan yang relatif besar dipilih sebagai alternatif perancangan tata letak yang diusulkan. Cara ini merupakan cara yang sederhana dan paling mudah dilakukan, namun dinilai kurang akurat. 2. Peringkat. Pada umumnya perancangan tata letak mempunyai faktor-faktor yang dinilai penting. Faktor-faktor tersebut antara lain tingkat fleksibilitas rancangan, tingkat penggunaan ruangan, aliran material, proses penanganan material, faktor keamanan dan lain-lain. Teknik dengan prosedur peringkat adalah dengan memilih faktor-faktor yang dinilai penting, kemudian dibuat daftar peringkat dari masing-masing alternatif untuk masing-masing faktor. Dengan mengkombinasikan peringkat alternatif perancangan untuk semua faktor akan diketahui skor untuk masing-masing alternatif. Alternatif perancangan dengan jumlah skor tertinggi akan dipilih sebagai perancangan tata

92 letak yang akan dibuat. Sebagai contoh untuk faktor penanganan material alternatif A mempunyai peringkat 2, untuk faktor tingkat fleksibilitas menempati peringkat 1, untuk faktor tingkat penggunaan ruang menempati peringkat 5 dan seterusnya. Dari daftar peringkat tersebut dapat diketahui berapa skor untuk alternatif A, B, C dan alternatif-alternatif lainnya. 3. Analisis Faktor. Cara ini hampir sama dengan metode peringkat yaitu dengan menentukan faktor-faktor yang dianggap penting dalam perancangan tata letak, kemudian dilakukan pemberian bobot untuk tiap-tiap faktor. Faktor yang dianggap paling penting diberi bobot terbesar. Bobot juga diberikan untuk peringkat alternatif masing-masing faktor. Sebagai contoh faktor tingkat fleksibilitas rancangan dinilai sebagai faktor terpenting, maka bobot dari faktor tersebut adalah yang paling besar. Alternatif perancangan yang menempati peringkat pertama pada faktor tersebut diberi bobot terbesar. Hasil kali bobot faktor dan bobot peringkat merupakan skor dari alternatif perancangan. Alternatif perancangan dengan skor tertinggi akan dipilih sebagai alternatif perancangan tata letak terbaik. 4. Perbandingan biaya. Salah satu cara untuk mengevaluasi dan menentukan alternatif perancangan tata letak terbaik adalah dengan mengidentifikasikan biaya-biaya untuk masing-masing alternatif perancangan. Biaya yang diidentifikasi antara lain biaya investasi, operasi dan pemeliharaan. Alternatif perancangan dengan biaya terkecil akan dipilih sebagai alternatif perancangan yang diusulkan.

93 Dengan menganggap rancangan tata letak telah diterima oleh para pengambil keputusan pada suatu organisasi, langkah selanjutnya adalah melakukan instalasi. Ketika dilakukan instalasi tata letak, perlu melakukan perencanaan terlebih dahulu dengan menjadwal semua aktivitas-aktivitas yang ada. Setelah tata letak dibangun harus di cek secara periodik untuk melihat apakah tata letak masih layak atau tidak. 3.5. Tata Letak Dengan Bantuan Komputer 3.5.1. Pendahuluan Secara tradisional, pengembangan dan evaluasi tata letak pabrik diselesaikan oleh para perancang dengan menggunakan teknik-teknik grafik dan manipulasi template. Dewasa ini sering diaplikasikan teknik analitik dengan bantuan komputer dalam pengembangan tata letak. Penggunaan komputer dalam menyelesaikan masalah tata letak mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan pendekatan manual tradisional. Pertama, dengan komputer perhitungan dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan prosedur manual. Kedua, komputer mampu untuk menyelesaikan masalah yang kompleks. Ketiga pada proses perancangan menggunakan komputer lebih ekonomis dibandingkan perancangan dengan manual oleh manusia. Tata letak berbantuan komputer mempertimbangkan aliran antar depart.emen. Aliran antar departemen dapat secara kuantitatif dicatat dalam sebuah From to Chart, atau secara kualitatif dicatat di dalam sebuah Relationship Chart. Tata letak berbantuan komputer yang dikenal antara lain CRAFT

94 (Computerized Relative Allocation of Facilities Techniques), COFAD (Computerized Facilities Design), PLANET (Plant Layout Analysis and Evaluation Technique), CORELAP (Computerrzed Retationship Layout Technique), ALDEP (Automated Layout Design Program), BLOCPLAN. Paket program diatas dibedakan menjadi 2 bagian berdasarkan aliran inputnya, yaitu aliran input kualitatif dan aliran input kuantitatif. CRAFT dan COFAD membutuhkan flow (aliran) input secara kuantitatif. CORELAP, ALDEP dan BLOCPLAN memerlukan aliran input kualitatif. Sedangkan PLANET menerima kedua aliran input, baik kualitatif atau kuantitatif. Mengingat keterbatasan software yang beredar di kalangan masyarakat, maka untuk sementara ini akan disajikan bagaimana menjalankan software CRAFT dan BLOCPLAN. 3.5.2. CRAFT (Computerized Relative Allocation of Facilities Technique) Teknik CRAFT sejak tahun 1983 bertujuan untuk meminimumkan biaya perpindahan material, di mana biaya perpindahan material didefinisikan sebagai aliran produk, jarak dan biaya unit pengangkutan. CRAFT awalnya dipresentasikan oleh Armour dan Bufa. CRAFT merupakan contoh program tipe teknik HEURISTIK yang berdasarkan pada interpretasi "Quadratic Assignment" dari program proses layout, yaitu mempunyai kriteria dasar yang digunakan meminimumkan biaya perpindahan material, di mana biaya ini digambarkan sebagai fungsi linier dari jarak perpindahan.

95 CRAFT memerlukan input yang berupa biaya perpindahan material. Input biaya perpindahan berupa biaya per satuan perpindahan per satuan jarak (ongkos material handling per satuan jarak/omh per satuan jarak). Asumsi-asumsi biaya perpindahan material adalah sebagai berikut. 1. Biaya perpindahan tidak tergantung (bebas) terhadap utilisasi peralatan. 2. Biaya perpindahan adalah linier terhadap panjang perpindahan. Dalam banyak situasi kedua asumsi di atas tidak dapat dipakai. CRAFT merupakan sebuah program perbaikan, program ini mencari perancangan optimum dengan melakukan perbaikan tata letak secara bertahap. CRAFT mengevaluasi tata letak dengan cara mempertukarkan lokasi departemen. Perubahan antar departemen diharapkan dapat mengurangi biaya perpindahan material. Selanjutnya CRAFT membuat pertimbangan pertukaran departemen untuk tata letak yang baru, dan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai menghasilkan tata letak yang terbaik dengan mempertimbangkan biaya perpindahan material. Input yang diperlukan untuk algoritma CRAFT antara lain (Francis R., L., and White J., A. ) 1. tata letak awal, 2. data aliran (frekuensi perpindahan), 3. data biaya (OMH per satuan jarak), dan 4. jumlah departemen yang tidak berubah (fixed).

96 CRAFT untuk selanjutnya mempertimbangkan perubahan antara dcpartemen-departemen yang luasnya sama atau mempunyai sebuah batas dekat untuk mengurangi biaya transportasi. Tipe pertukaran dapat terjadi seperti berikut (FYancis R., L., and White J., A.,). 1. Pair-Wise Interchanges. 2. Three-Way Interchanges. 3. Pair Wise Allowed by Three Way Interchanges. 4. The best of Pair Wise or Three Way Interchanges. Kita perlu berhati-hati dalam penggunaan metode CRAFT, terutama penggunaan-penggunaan departemen Dummy pada software CRAFT. Sebab CRAFT membangun sebuah tata letak akhir dengan perbaikan bagian dari tata letak awal melalui beberapa iterasi sampai pada layout terakhir, dan tata letak akhir ini diperoleh tergantung pada tata letak awal. Departermen Dummy adalah departemen yang tidak mempunyai aliran terhadap departemen lain tetapi meliputi sebuah area spesifik. Departemen Dummy antara lain dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut. 1. Mengisi bangunan yang bersifat umum atau tidak beraturan. 2. Menggambarkan area yang tetap di dalam fasilitas di mana departemen tidak dapat dialokasikan, yaitu tangga elevator, ruang istirahat, tempat alatalat service, dan lain-lain. 3. Menyatakan ruang ekstra dalam fasilitas. 4. Membantu dalam mengevaluasi lokasi Gang dalam tata letak.

97 Ketika departemen dummy digunakan untuk menyatakan sebuah departemen tidak berubah-ubah posisinya maka lokasi departemen harus dibuat tetap. Keuntungan lain, CRAFT mengizinkan pengguna untuk menetapkan lokasi beberapa departemen (dummy atau departemen lainnya. CRAFT mampu untuk menyesuaikan departemen nonrectangular (tidak berbentuk kotak) atau departemen yang tidak beraturan ditempatkan di mana pun yang diinginkan. 3.5.3. Contoh Pemakaian CRAFT dengan Perhitungan Manual 3.5.3.1. Input Seperti dikemukakan di muka bahwa algoritma CRAFT memerlukan input yang berupa tata letak awal, data aliran (frekuensi perpindahan), data biaya (OMH per satuan jarak), dan jumlah departemen yang tidak berubah (fixed). Tata letak awal dapat berupa tata letak yang sudah ada, ataupun tata letak awal dari hasil rancangan baru. Di dalam tata letak awal perlu adanya data jumlah departemen luas area masing-masing departemen. Contoh tata letak awal ditunjukkan oleh gambar 3.23. berikut ini.

98 Gambar 3.23. Tata Letak Awal Format input dari peta ditunjukkan oleh suatu matrik berisi huruf-huruf atau angka-angka yang menggambarkan macam-macam departemen. Gambar 3.28. adalah salah satu matrik dengan ukuran setiap elemen sama dengan 100 m 2. Setiap baris dan kolom = 10 m. Di sini diberikan 8 baris dan 12 kolom maka luasnya dapat dihitung 80 m x 120 m.

99 Gambar 3.24. Matriks Elemen Input lain yang diperlukan CRAFT adalah data aliran, biaya, dan juga jarak perpindahan. Peta dari-ke (from to chart untuk data aliran menunjukkan jumlah perpindahan yang dibuat perperiode waktu di antara kombinasi dari departemen. Sedang peta dari-ke untuk data biaya (cost matrix) perpindahan atau material handling cost menunjukkan biaya yang diperlukan untuk memindahkan 1 satuan jarak antara kombinasi departemen. Jika proses penanganan material dilakukan dengan menggunakan peralatan yang bervariasi, elemen cost yang diperlukan tidak harus sama. Sebagai contoh material handling antara departemen A dan D yang diangkut oleh fork lift, mempunyai elemen biaya yang berbeda antara departemen A dan B yang diangkut oleh hand truck. Oleh karenanya data biaya

100 dinyatakan sebagai biaya per satuan jarak, untuk keperluan ini satuan jarak disamakan sebagai skala tata letak. Jika skala tata letak individual mempunyai luasan 100 m 2 maka elemen biaya pada from to chart dinyatakan sebagai biaya tiap 10 m pengangkutan. Jika conveyor digunakan, maka biaya dipertimbangkan secara proporsional terhadap panjang conveyor dan bukan sebagai fungsi linear dari aliran. Konsekuensinya, jika conveyor dipasang pada departemen A dan departemen C, aliran antara departemen tersebut dijadikan satu kesatuan dan elemen biaya untuk material handling antara departemen tersebut menjadi biaya persatuan waktu persatuan panjang dari conveyor. Penggunaan CRAFT dapat dikemukakan sebagai berikut. Dari tata letak awal seperti ditunjukkan pada gambar 3.24. di atas, dan data aliran biaya (gambar 3.25.), CRAFT menghitung total biaya material handling untuk tata letak awal dengan terlebih dahulu menghitung jarak di antara pusat departemen. Lokasi pusat departemen ditandai dengan suatu titik seperti ditunjukkan pada Gambar 3.26. Gambar 3.25. From To Chart untuk data aliran

101 Gambar 3.26. Lokasi titik pusat tata letak Lokasi sentral: (X a, Y a ) = (20, 60) (X c, Y c ) = (20, 20) (X b, Y b ) = (80, 65) (X d, Y d ) = (80, 25) Dari koordinat lokasi titik pusat (centroid) masing-masing departemen dihitung jarak rectilinear. Sebagai contoh, jarak rectilinear di antara koordinat lokasi titik pusat (centroid) untuk departemen A dan B : Xa Xb + Ya Yb = 120-80 + 60-651 = 65 Hasil matrik jarak ada pada gambar 3.27.a., dan total biaya untuk tata letak awal sebesar 5085 (gambar 3.27.b.). Matrik pada gambar 3.27.b. ini diperoleh dari hasil perkalian antar elemen dari matrik biaya per satuan jarak (gambar 3.25.) dengan matrik jarak (gambar 3.27.a).

102 Gambar 3.27.a. Data Aliran Awal Gambar 3.27.b. Total Biaya Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa CRAFT mengaplikasikan Pairwise Exchange Heuristic, yaitu melaksanakan pergantian sentral lokasi dari departemen-departemen yang mana keduanya mempunyai luasan yang sama atau mempunyai batasan yang dekat. Kemudian dilakukan perhitungan total biaya, sampai diperoleh total biaya paling kecil. Perubahan yang pertama dengan melakukan pertukaran departemen C dan D dengan pertimbangan batasan yang dekat. Karena luasan departemen C dan D tidak sama, maka luasan departemen D tidak berbentuk kotak, seperti

103 ditunjukkan pada gambar 3.28. Perubahan letak departemen antara departemen C dan D akan mengubah koordinat sentral masing-masing departemen C dan D. Untuk departemen D, karena bentuknya bukan persegi, dihitung dengan menggunakan titik berat dengan formula sebagai berikut. TB = M L Dimana : M = Momen L = Luas Mx XiLi 20 1600 + 80 2400 TB X = = = = 56 Lx Li 4000 My YiLi 20 1600 + 15 2400 TB Y = = = = 17 Ly Li 4000 Jadi, koordinat sentral tiap-tiap departemen adalah, untuk departemen A (X a Y a ) = (20, 60), departemen B (X b, Y b ) = (80, 65), departemen C (X c Y c ) = (80, 40) dan departemen D (X d, Y d ) = (56, 17).

104 gambar 3.29. Gambar 3.28. Tata letak dengan perubahan departemen C dan D Perubahan jarak setelah dilakukan pertukaran C dan D seperti terlihat pada Gambar 3.29. Data aliran setelah perubahan departemen C dan D Perhitungan total biaya setelah dilakukan pertukaran departemen C dan departemen D ditunjukkan oleh gambar 3.30. Hasil total biaya sebesar 5217,

105 yang berarti ada kenaikan biaya darl 5085 menjadi 5217. Perubahan yang dilakukan ternyala lidak menguntungkan. Gambar 3.30. Matrik Total Biaya setelah terjadi perubahan departemen C dan D Karena perubahan departemen C dan D tidak menguntungkan, maka dari tata letak awal dicoba lagi perbaikan dengan melakukan perubahan departemen A dan C. Perubahan tata letak departemen A dan C menghasilkan tata letak seperti pada gambar 3.31. Gambar 3.31. Tata Letak setelah perubahan departemen A dan C