III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

dokumen-dokumen yang mirip
IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. wilayah Cikajang, Kabupaten Garut yang masih aktif sebagai anggota KPGS.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

PENDAHULUAN. ciri skala usahanya yang kecil dan tidak ekonomis serta dilakukan dengan cara

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini yaitu para peternak kerbau di kelompok peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah suatu yang menjadi titik perhatian dari suatu

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Administratif Daerah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak yang mengikuti program Hilirisasi

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di desa Toyomarto, Malang Jawa Timur. Variabel yang diamati yaitu

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Sumedang. Sedangkan, subjek yang diamati dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 23-28

BAB IV METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

Respon Peternak Sapi Perah... Dwi Sulistia Anggarani RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS

Dewi Eka Wahyu Nurcahyo, M Munandar Sulaeman, Didin Supriat Tasripin

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 2 April 2014 sampai 5 Mei 2014, di Kecamatan Jati

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai Perbedaan Intensitas Berahi pada Generasi Pertama

BAB III METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah kinerja petugas kesehatan hewan selaku

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian seperti saat ini, kenyataannya bahwa banyak

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan dua variabel yang diteliti, yaitu variabel

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang hubungan antara paritas, lingkar dada dan umur

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

Hubungan Antara Peran Penyuluh...Satriyawan Hendra W

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

Peran Koperasi Unit Desa (KUD) Andini Luhur Getasan dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) :

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di KTTSP Baru Sireum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango selama 3 bulan yaitu dari bulan April sampai

BAB III. Objek dan Metode Penelitian

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam memilih calon induk sapi perah, meliputi atribut harga dan non harga.

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kolektif dari responden dengan mempergunakan kuesioner. Penelitian survei adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitis yaitu studi yang bertujuan untuk

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pengamatan dilakukan terhadap karyawan di Daerah Operasional II PT.

HASIL DAN PEMBAHASAN. (1) Sebelah Utara: Kabupaten Purwakarta dan Subang. (2) Sebelah Timur: Kabupaten Sumedang dan Garut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Bab 3 METODE PENELITIAN

EVALUASI KONDISI PERKANDANGAN DAN TATALAKSANA PEMERAHAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KPSBU LEMBANG

HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB II METODE PENELITIAN. statistik untuk membantu menganalisis data dan fakta yang diperoleh dari

Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan menjadi pusat penelitian. Objek

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. hubungan antara dua variabel atau lebih. dengan alamat Jl. Putri Hijau No.2 A Medan.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

Transkripsi:

19 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah peternak sapi perah yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Informasi dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Informasi perlu dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. 3.2.1 Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada TPK Cibodas yang berlokasi di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Data lainnya diperoleh dari KPSBU yang berlokasi di Kompleks Pasar Panorama Lembang Jawa Barat dengan pertimbangan bahwa TPK tersebut merupakan TPK terbesar dan TPK terbaik dengan jumlah populasi 350 peternak. 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui teknik wawancara yang berpedoman

20 pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun dan diobservasi terhadap keadaan peternak responden. Data sekunder diperoleh untuk melengkapi data primer melalui penelusuran literatur yang berhubungan dengan penulisan usulan penelitian ini serta dari data KPSBU. 3.2.3 Teknik Penarikan Sampel Penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana (Simple random sampling) yaitu cara pemilihan responden yang memiliki karakteristik homogen secara bebas. Responden yang diambil sebanyak 35 orang dari 350 orang peternak anggota TPK Cibodas atau 10% sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) bahwa dalam populasi yang berjumlah lebih dari 100, maka sampel yang dapat diambil sebanyak 10-15 % atau 20-25%. 3.3 Operasional Variabel Berkaitan dengan penelitian ini maka terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel yang menjadi perhatian utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.3.1 Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku komunikasi interpersonal peternak sapi perah anggota KPSBU, yaitu tingkat aktivitas peternak dalam berkomunikasi dengan pihak lain (petugas koperasi termasuk dengan pengurus, penyuluh, atau peternak) dalam rangka pemenuhan kebutuhan

21 informasi dalam beternak sapi perah. Pemberian skor berdasarkan skala likert (ordinal), berjenjang dari satu sampai tiga. Dimensi atau frekuensi yang diukur adalah: 1. Jumlah sumber informasi yang berbeda. a. Jumlah sumber informasi yang didatangi mengenai manajemen pemeliharaan dan manajemen usaha. Penilaian jumlah sumber informasi yang didatangi peternak diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mendatangi lebih dari dua sumber diberi nilai 3, bila peternak mendatangi dua sumber diberi nilai 2, dan bila peternak mendatangi satu sumber diberi nilai 1. b. Tingkat inisiatif peternak mendatangi sumber informasi. Penilaian tingkat inisiatif peternak mendatangi sumber informasi diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mendatangi sumber informasi atas dasar keinginan diri sendiri diberi nilai 3, bila peternak mendatangi sumber informasi atas dorongan dari orang lain diberi nilai 2, dan bila peternak mendatangi sumber informasi atas dasar keterpaksan diberi nilai 1. 2. Frekuensi peternak bertemu dengan sumber informasi dalam 1 minggu terakhir. a. Frekuensi peternak berkomunikasi dengan petugas koperasi atau petugas penyuluh dalam 1 minggu terakhir. Penilaian jumlah pertemuan peternak berkomunikasi dengan pegawai koperasi atau petugas penyuluhan diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak berkomunikasi melebihi 2 kali pertemuan dengan pegawai koperasi atau petugas penyuluhan dalam 1 minggu terakhir diberi nilai 3, bila peternak berkomunikasi hanya 1 kali pertemuan dengan pegawai koperasi atau petugas penyuluhan dalam 1

22 minggu terakhir diberi nilai 2, bila peternak tidak berkomunikasi atau bertemu dalam 1 minggu terakhir diberi nilai 1. b. Frekuensi peternak berkomunikasi dengan peternak lain dalam 1 minggu terakhir. Penilaian jumlah pertemuan peternak berkomunikasi dengan peternak lain diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak berkomunikasi melebihi 2 kali pertemuan dengan peternak lain dalam 1 minggu terakhir diberi nilai 3, bila peternak berkomunikasi hanya 1 kali pertemuan dengan peternak lain dalam 1 minggu terakhir diberi nilai 2, bila peternak tidak berkomunikasi atau bertemu dalam 1 minggu terakhir diberi nilai 1. 3. Cakupan Informasi peternak. a. Informasi manajemen pemeliharaan, mencakup : Bibit, pakan, tatalaksana pemeliharaan, kandang,dan kesehatan. Penilaian peternak mengenai manajemen dalam pemeliharaan diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak memahami semua mengenai manajemen dalam pemeliharaan diberi nilai 3, bila peternak memahami sebagian mengenai manajemen dalam pemeliharaan diberi nilai 2, bila peternak kurang memahami mengenai manajemen dalam pemeliharaan diberi nilai 1. b. Informasi manajemen usaha, mencakup: tujuan usaha dan penyusunan prioritas pengembangan usaha. Penilaian peternak mengenai aspek pengelolaan usaha diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak memahami semua aspek pengelolaan usaha diberi nilai 3, bila peternak memahami salah satu aspek pengelolaan usaha diberi nilai 2, bila peternak kurang memahami aspek pengelolaan usaha diberi nilai 1.

23 4. Kejelesan peternak menerima informasi. a. Kejelasan informasi manajemen pemeliharaan. Penilaian kejelasan peternak menerima informasi manajemen pemeliharaan mencakup : Bibit, pakan, tatalaksana pemeliharaan, kandang, dan kesehatan diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila informan menyampaikan informasi sangat jelas diberi nilai 3, bila sebagian informasi yang dapat diterima peternak dengan jelas diberi nilai 2, bila tidak jelas informasi yang disampaikan oleh informan diberi nilai 1. b. Kejelasan informasi manajemen usaha. Penilaian kejelasan peternak menerima informasi manajemen usaha mencakup: tujuan usaha dan penyusunan prioritas pengembangan usaha diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila informan menyampaikan informasi sangat jelas diberi nilai 3, bila sebagian informasi dapat diterima peternak dengan jelas nilai 2, bila tidak jelas informasi yang disampaikan oleh informan diberi nilai 1. 5. Konteks disampaikan informasi di tempat yang mendukung dan tepat waktu. a. Konteks yang disampaikan mengenai informasi di tempat yang mendukung. Penilaian informasi mengenai manajemen pemeliharaan dan manajemen usaha diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak menerima informasi di tempat yang mendukung diberi nilai 3, bila peternak menerima informasi di tempat yang cukup mendukung diberi nilai 2, bila peternak menerima informasi ditempat yang kurang mendukung diberi nilai 1. b. Konteks yang disampaikan mengenai ketepatan dilakukannya komunikasi. Bila peternak menerima informasi tepat waktu diberi nilai 3, bila peternak menerima informasi cukup tepat waktu diberi nilai 2, bila peternak menerima informasi kurang tepat waktu diberi nilai 1.

24 Berpedoman pada variabel perilaku komunikasi interpersonal peternak maka diperoleh nilai komunikasi interpersonal (Xi) dari nilai total seluruh jawaban responden atas pertanyaan yang dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan yang terdiri dari 3 buah pilihan berskala ordinal yang terdiri dari 3, 2, 1. Batas bawah kelas interval adalah nilai terendah ± 0,5 dan batas atas kelas interval adalah nilai tertinggi ± 0,5 (Sudjana, 2005). Panjang Interval = = Jumlah Jangkauan Banyaknya interval kelas (10 x 3 + 0,5) (10 x 1 0,5) 3 = 30, 5 9, 5 = 7 3 Banyak interval kelas adalah tiga kategori kelas. Kategori kelas untuk perilaku komunikasi interpersonal peternak adalah : 10, 00-16, 00 : komunikasi interpersonal peternak rendah 17, 00-23, 00 : komunikasi interpersonal peternak sedang 24, 00 30, 00 : komunikasi interpersonal peternak tinggi

25 3.3.2 Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pemenuhan kebutuhan infromasi peternak dalam beternak sapi perah. Yaitu tingkat pengetahuan dan pelaksanaan peternak terhadap manajemen pemeliharaan dan manajemen usaha. Pemberian skor berdasarkan skala likert (ordinal), berjenjang dari satu sampai tiga. Dimensi atau frekuensi variabel yang di ukur dalam hal ini adalah 1. Tingkat pemenuhan informasi manajemen pemeliharaan. 1.1. Tingkat pengetahuan manajemen pemeliharaan. 1.1.1 Bibit dan Reproduksi a. Tingkat pengetahuan mengenai bibit sapi yang baik berdasarkan: Silsilah, produksi susu induknya dan penampilan eksteriornya. Penilaian cara pemilihan atau seleksi bibit diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui dengan baik memilih bibit sapi diberi nilai 3, bila peternak mengetahui sebagian diberi nilai 2, bila peternak tidak mengetahui diberi nilai 1. b. Cici-ciri estrus/birahi adalah gelisah, nafsu makan tidak menentu, ingin menaiki atau membiarkan dinaiki oleh sapi lain, vaginanya lebih merah, bengkak, mengeluarkan lendir jernih yang menggantung dan produksi susunya akan berkurang secara tiba-tiba. Penilaian pada ciri-ciri birahi diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui semua ciri-ciri sapi birahi diberi nilai 3, bila peternak mengetahui sebagian cici-ciri sapi birahi diberi nilai 2, bila peternak tidak mengetahui ciri-ciri sapi birahi diberi nilai 1.

26 c. Waktu perkawinan Penilaian waktu perkawinan sapi perah yang pertama biasa dilakukan ketika sapi sudah berumur 18 bulan, sehingga sapi beranak pertama kali berumur 27 bulan diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui diberi nilai 3, bila peternak kurang mengetahui diberi nilai 2, bila peternak tidak mengetahui diberi nilai 1. 1.1.2. Makanan Ternak a. Pemberian Pakan Pemberian pakan kepada ternak, berdasarkan: berdasarkan umur, berdasarkan produksi susu, berdasarkan bobot badan. Penilaian pada pemberian pakan diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui semua diberi nilai 3, bila peternak mengetahui sebagian diberi nilai 2, bila peternak tidak mengetahui diberi nilai 1. b. Pemberian hijauan makanan ternak Cara pemberian hijauan makanan ternak yang tergolong baik, dengan cara: dipotong-potong, mengetahui jumlah hijauan yang diberikan (konstan) dan mengetahui hijauan yang baik (hijauan yang muda dan basah yang akan mengakibatkan bloat). Penilaian pada cara pemberian hijauan diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui diberi nilai 3, bila peternak mengetahui sebagian diberi nilai 2, bila peternak tidak mengetahui diberi nilai 1. c. Pemberian konsentrat Cara pemberian konsentrat yang tergolong baik, dengan cara: mengetahui jumlah konsentrat yang diberikan (konstan) dan mengetahui campuran didalam konsentrat. Penilaian pemberian konsentrat yang diberikan diberi

27 nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui diberi nilai 3, bila peternak mengetahui sebagian diberi nilai 2, bila peternak tidak mengetahui diberi nilai 1. 1.1.3. Tatalaksana pemeliharaan a. Memandikan sapi Memandikan sapi yang tergolong baik, yaitu: 2 kali sehari setiap sebelum sapi mulai diperah. Penilaian memandikan sapi diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak memandikan 2 kali sehari setiap sebelum sapi mulai diperah diberi nilai 3, bila peternak memandikan 1 kali sehari setiap sebelum sapi mulai diperah diberi nilai 2, bila peternak tidak tiap hari memandikan ternaknya diberi nilai 1. b. Membersihkan kandang Membersihkan kandang sapi yang tergolong baik, yaitu: 3 kali sehari (2 kali sebelum pemerahan, 1 kali saat siang hari). Penilaian pada membersihkan kandang diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak membersihkan kandang 3 kali sehari (2 kali sebelum pemerahan, 1 kali saat siang hari) diberi nilai 3, bila peternak melaksanakan hanya pada saat sebelum pemerahan diberi nilai 2, bila peternak kadang-kadang membersihkan kandang ternaknya diberi nilai 1. c. Pencatatan/Recording Penilaian pada pencatatan diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak rutin melakukan pencatatan mengenai data kelahiran anak sapi diberi nilai 3, bila kadang-kadang melakukan pencatatan diberi nilai 2, bila peternak tidak melakukan pencatatan diberi nilai 1.

28 1.1.4 Kandang, yaitu kemampuan dan pengetahuan peternak dalam hal perkandangan. a. Drainase kandang Drainase kandang sapi yang baik, yaitu: memiliki saluran khusus untuk pembuangan air dan kotoran. Penilaian drainase kandang diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui drainase kandang sapi yang baik diberi nilai 3, bila peternak mengetahui sebagian drainase kandang sapi yang baik diberi nilai 2, bila peternak tidak mengetahui drainase kandang sapi yang baik diberi nilai 1. b. Kontruksi kandang Adapun kontruksi kandang yang perlu diperhatikan adalah: ventilasi yang baik, arah kandang memanjang Utara-Selatan, permanen atau tidak permanen tapi kokoh, sinar matahari yang masuk, lantai kandang lebih tinggi 20-30 cm dari tanah dan terdapat tempat kotoran. Penilaian pada kontruksi kandang diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui jelas diberi nilai 3, bila peternak mengetahui sebagian diberi nilai 2 dan bila peternak tidak mengetahui diberi nilai 1. c. Peralatan kandang Peralatan kandang yang tergolong lengkap, yaitu memiliki milk can, lap, saringan, ember, sapu lidi, sikat, tali, sekop. Penilaian pada peralatan kandang diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui diberi nilai 3, bila peternak mengetahui sebagian diberi nilai 2, bila peternak tidak mengetahui diberi nilai 1.

29 1.1.5. Kesehatan, yaitu kemampuan dan pengetahuan peternak dalam hal hal kesehatan dan penyakit. a. Pencegahan penyakit Pencegahan penyakit sapi diantaranya menjaga kebersihan kandang dan peralatan, memandikan sapi, memotong kuku, pembersihan puting sapi sebelum dan setelah pemerahan. Penilaian pada pencegahan penyakit sapi diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui diberi nilai 3, bila peternak mengetahui sebagian diberi nilai 2, bila peternak tidak mengetahui diberi nilai 1. 1.2. Tingkat pelaksanaan manajemen pemeliharaan 1.2.1. Bibit dan Reproduksi a. Pelaksanaan memilih bibit sapi yang baik. Penilaian kriteria yang dipilih peternak saat memilih bibit sapi yang baik diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak selalu memilih bibit berdasarkan silsilah, produksi susu induknya dan penampilan eksteriornya diberi nilai 3, bila peternak memilih berdasarkan sebagian dari silsilah, produksi susu induknya dan kondisi fisik diberi nilai 2, bila peternak tidak pernah memilih bibit berdasarkan silsilah dan kondisi fisik diberi nilai 1. b. Pelaksanaan peternak mengawinkan sapi tepat terjadi tanda-tanda birahi. Penilaian cara pelaksanaan mengawinkan sapi tepat pada saat terjadi tanda-tanda birahi diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak selalu mengawinkan sapi tepat pada saat terjadi tanda-tanda birahi pagi ini-hari ini diberi nilai 3, bila peternak mengawinkan sapi besok hari sebelum jam 12 siang diberi nilai 2, bila peternak mengawinkan sapi besok hari melewati jam 12 siang setelah birahi diberi nilai 1.

30 1.2.2. Makanan ternak a. Pelaksanaan pemberian pakan kepada ternak. Penilaian cara pemberian pakan kepada ternak diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak memberikan berdasarkan berdasarkan umur, produksi susu dan bobot badan diberi nilai 3, bila peternak memberikan berdasarkan salah satu dari kualitas susu, produksi susu dan bobot badan diberi nilai 2, bila peternak memberikan berdasarkan kesedian pakan diberi nilai 1. b. Cara pemberian hijauan manakan ternak. Penilaian cara pemberian hijauan makanan ternak diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak memberikan secara dipotong-potong dan hijauannya sudah tidak basah diberi nilai 3, bila peternak memberikan dipotong-potong tetapi kondisi hijauan masih muda diberi nilai 2, bila peternak memberikan tidak dipotong-potong dan kondisi hijauan muda diberi nilai 1. c. Frekuensi pemberian hijauan makanan ternak. Penilaian pada frekuensi pemberian hijauan diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak memberikan lebih dari 2 kali perharinya diberi nilai 3, bila peternak memberikan 2 kali perharinya diberi nilai 2, bila peternak memberikan kurang dari 2 kali perharinya diberi nilai 1. d. Cara pemberian konsentrat. Penilaian pada cara pemberian konsentrat diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak memberikan takaran konsentrat sesuai produksi susu dan secara teratur diberi nilai 3, bila peternak memberikan takaran konsentrat sesuai produksi susu tetapi pemberian tidak teratur diberi nilai 2, bila peternak

31 memberikan takaran konsentrat tidak sesuai produksi susu dan pemberian tidak teratur diberi nilai 1. 1.2.3. Tatalaksana kandang dan peralatan. a. Lokasi kandang sapi Penilaian lokasi kandang sapi yaitu: tidak berdekatan dengan bangunan umum, letak kandang terpisah dengan rumah, dan mendapat persetujuan dari warga sekitar diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak membangun kandang berdasarkan dengan 3 hal tersebut diberi nilai 3, bila peternak membangun kandang berdasarkan sebagian dari 3 hal tersebut diberi nilai 2, bila peternak membangun kandang berdasarkan salah satu dari 3 hal tersebut diberi nilai 1. b. Kontruksi kandang Kontruksi kandang yang perlu diperhatikan diantaranya diantaranya: Ventilasi yang baik, arah kandang memanjang Utara-Selatan, permanen atau tidak permanen tapi kokoh, sinar matahari yang masuk, lantai kandang lebih tinggi 20-30 cm dari tanah dan terdapat tempat kotoran. Penilaian pada kontruksi kandang diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak membangun kandang sesuai dengan kontruksi kandang yang baik diberi nilai 3, bila peternak membangun kandang kurang sesuai diberi nilai 2, bila peternak membangun tidak sesuai diberi nilai 1. 2. Tingkat pemenuhan kebutuhan informasi manajemen pengelolaan usaha. A. Tingkat pengetahuan manajemen pengelolaan usaha. a. Meningkatkan efisiensi usaha Penilaian cara peternak meningkatkan efisiensi usaha diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui (sapi yang sudah tidak berproduksi di afkir,

32 hijauan menanam sendiri) diberi nilai 3, bila peternak mengetahui sebagian diberi nilai 2, bila peternak tidak mengetahui diberi nilai 1. b. Meningkatkan pendapatan usaha Penilaian upaya cara untuk meningkatkan pendapatan usaha diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak mengetahui (menambah jumlah sapi, meningkatkan produktivitas, dan mengolah limbah kotoran) diberi nilai 3, bila peternak mengetahui sebagian diberi nilai 2, dan bila peternak tidak mengetahui diberi nilai 1 B. Tingkat pelaksanaan manajemen usaha. a. Meningkatkan efisiensi usaha Penilaian cara peternak meningkatkan efisiensi usaha diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak melakukan (sapi yang sudah tidak berproduksi di afkir, hijauan menanam sendiri) diberi nilai 3, bila peternak tidak sepenuhnya menerapkan diberi nilai 2, bila peternak tidak menerapkan diberi nilai 1 b. Meningkatkan pendapatan usaha Penilaian upaya cara untuk meningkatkan pendapatan usaha diberi nilai 3, 2, dan 1. Bila peternak selalu melakukan (menambah jumlah sapi, meningkatkan produktivitas, dan mengolah limbah kotoran) diberi nilai 3, bila peternak tidak sepenuhnya menerapkan diberi nilai 2, bila peternak tidak menerapkan diberi nilai 1. Berpedoman pada variabel tingkat pemenuhan kebutuhan informasi peternak dalam beternak sapi perah maka didapat kebutuhan informasi peternak (Yi), diperoleh dari nilai total seluruh jawaban responden atas pernyataan yang dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan yang terdiri dari tiga buah pilihan yang berskala ordinal yang terdiri dari 3, 2, 1. Batas bawah kelas interval adalah nilai

33 terendah ± 0,5 dan batas atas kelas interval adalah nilai tertinggi ± 0,5 (Sudjana, 2005). Panjang Interval = = Jumlah Jangkauan Banyaknya interval kelas (25 x 3 + 0,5) (25 x 1 0,5) 3 = 75, 5 24, 5 = 17 3 Banyak interval kelas adalah tiga kategori kelas. Kategori tingkat pemenuhan kebutuhan informasi peternak adalah : 25,00 41,00 : kebutuhan informasi peternak rendah 42,00 58,00 : kebutuhan informasi peternak sedang 59,00 75,00 : kebutuhan informasi peternak tinggi 3.4 Teknik Analisis (1) Koefisien Korelasi Pengukuran untuk masing-masing indikator variabel dilakukan dengan skala ordinal. Teknik análisis yang digunakan untuk mengukur hubungan antar variabel adalah análisis korelasi peringkat Rank Spearman menggunakan SPSS STATISTICS 21.

34 (2) Pengujian Hipotesis Dalam pengujian hipótesis ini digunakan uji hipótesis satu arah, untuk melihat hubungan variabel X dan variabel Y, dengan pernyataan hipótesis apabila: H0: ρ = 0, Tidak terdapat hubungan yang sangat tinggi antara komunikasi interpersonal dengan pemenuhan kebutuhan informasi dalam beternak sapi perah. H1: ρ 0, Terdapat hubungan yang sangat tinggi antara komunikasi interpersonal dengan pemenuhan kebutuhan informasi dalam beternak sapi perah. Interpretasi terhadap koefisien korelasi tersebut menggunakan aturan Guilford (1956) yang dikutip oleh Rakhmat (1998), seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Derajat Hubungan dan Penafsiran Nilai Koefisien Hubungan rs 0,20 hubungan rendah sekali, lemah sekali 0,20 < rs 0,40 hubungan rendah tapi pasti 0,40 < rs 0,70 hubungan cukup berarti 0,70 < rs 0,90 hubungan kuat 0,90 < rs 1,00 hubungan sangat kuat, dapat diandalkan