ANALISIS EKONOMI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN MENGGUNAKAN PILE SLAB PADA RUAS JALAN BABAT-BOJONEGORO

dokumen-dokumen yang mirip
Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

METODOLOGI. Kata Kunci--Perkerasan Lentur, CTB, Analisa dan Evaluasi Ekonomi. I. PENDAHULUAN

Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur.

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PROYEK AKHIR. PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA s/d STA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODA PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

TUGAS AKHIR - RC

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat-syarat secara teknis maupun ekonomis. Syarat-Syarat umum jalan yang harus dipenuhi adalah:

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PANDAN ARUM - PACET STA STA KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR

Penggunaan Hot Rolled Asphalt Sebagai Alternatif Lapisan Tambahan Perkerasan pada Ruas Jalan Pacitan Glonggong di Pacitan. Sri Wiwoho M, ST, MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROYEK AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BANGKALAN Bts.KAB SAMPANG STA MADURA, JAWA TIMUR

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN SIMPANG BULOH LINE PIPA STA , PEMKOT LHOKSEUMAWE 1 Romaynoor Ismy dan 2 Hayatun Nufus 1

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

ANALISA PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbandingan Konstruksi Flexible Pavement dan Rigid Pavement Flexible Pavement Rigid Pavement

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk

PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN DAN ESTIMASI BIAYA JALAN RAYA LAWEAN SUKAPURA ( PROBOLINGGO )

TUGAS AKHIR. Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Diajukan Oleh : ADI SISWANTO

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

PERKERASAN DAN PELEBARAN RUAS JALAN PADA PAKET HEPANG NITA DENGAN SYSTEM LATASTON

STUDI PENGARUH BEBAN BELEBIH (OVERLOAD) TERHADAP PENGURANGAN UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN

STUDI KARAKTERISTIK PENENTUAN TINGKAT PEMBEBANAN KENDARAAN TERHADAP TEBAL LAPIS PERKERASAN JALAN

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

PENGGUNAAN METODE CAKAR AYAM MODIFIKASI SEBAGAI SOLUSI PEMBANGUNAN JALAN DI ATAS TANAH EKSPANSIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Konsep penelitian ini adalah untuk mendapatkan tebal lapis perkerasan dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pembimbing : Ir. Imam Prayogo ( )

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Identifikasi Masalah. Pengamatan Pendahuluan

Fitria Yuliati

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI

5.3. Perencanaan Geometrik Jalan 1. Alinyemen Horisontal Spiral-Circle-Spiral

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

PERENCANAAN DAN ANALISA BIAYA INVESTASI ANTARA PERKERASAN KAKU DENGAN PERKERASAN LENTUR PADA JALUR TRANS JAKARTA BUSWAY

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

LAPORAN TUGAS AKHIR. Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh:

Re-Desain Lapisan Perkerasan Lentur Pada Ruas Jalan Lingkar Timur Baru STA STA 4+040,667 di Kabupaten Sidoarjo. A.

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR TIMUR MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA

FASILITAS PEJALAN KAKI

STUDI KASUS: JALAN RUAS KM. 35 PULANG PISAU. Adi Sutrisno 06/198150/TK/32229

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

FANDY SURGAMA

BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum 3.2. Tahap Penyusunan Tugas Akhir

ANALISIS SUSUNAN PERKERASAN JALAN PADA TIGA RUAS JALAN ARTERI DI SEMARANG

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN MENGGUNAKAN METODE BENKELMAN BEAM PADA RUAS JALAN SOEKARNO HATTA, BANDUNG

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III NIM NIM

Transkripsi:

TUGAS AKHIR RC09 1380 ANALISIS EKONOMI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN MENGGUNAKAN PILE SLAB PADA RUAS JALAN BABAT-BOJONEGORO DAVID RACHMAT PRABOWO NRP 3106 100 099 Dosen Pembimbing Anak Agung Gde Kartika, ST. M.Sc. JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 010

ANALISIS EKONOMI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN MENGGUNAKAN PILE SLAB PADA RUAS JALAN BABAT - BOJONEGORO Nama Mahasiswa : DAVID RACHMAT PRABOWO NRP : 3106 100 099 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Anak Agung Gde Kartika, ST, M.Sc. Abstrak Ruas jalan Babat-Bojonegoro saat ini masih dalam tahap perbaikan. Kondisi lalu lintas pada ruas jalan ini sebelum perbaikan sangatlah tidak menguntungkan bagi para pengguna jalan tersebut. Hal ini dikarenakan kondisi fisik jalan Babat-Bojonegoro yang rusak. Untuk itu Pemerintah merasa perlu untuk mengadakan perbaikan jalan. Karena Pemerintah menginginkan jalan penghubung antara daerah Babat dengan daerah Bojonegoro ini dapat berjalan normal. Panjang total dari proyek perbaikan jalan ini adalah 6,3 km. Dalam Tugas Akhir ini Penulis membandingkan antara konstruksi perkerasan lentur dan konstruksi perkerasan dengan menggunakan pile slab dari segi analisis ekonomi. Studi yang dibahas antara lain :Menghitung tebal lapisan perkerasan lentur, menghitung besar biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan perkerasan lentur dan perencanaan perkerasan menggunakan pile slab, menghitung biaya perawatan berkala dan rutin (untuk perkerasan lentur),menghitung perawatan berkala (untuk perkerasan pile slab), menghitung total biaya konstruksi perkerasan lentur dan perkerasan pile slab, menghitung BOK untuk kondisi eksisting, perkerasan lentur dan perkerasan menggunakan pile slab dengan menggunakan metode N.D.Lea, dan menganalisis kelayakan secara ekonomi dengan perhitungan B/C Ratio. Berdasarkan hasil perhitungan analisis ekonomi didapatkan kesimpula, yaitu perkerasan menggunakan pile slab lah yang paling ekonomis jika digunakan pada ruas jalan Babat-Bojonegoro tersebut. Hal ini dikarenakan nilai perbandingan B/C ratio perkerasan pile slab lebih besar jika dibandingkan dengan perkerasan lentur. Kata kunci : Perkerasan Lentur, Perkerasan Menggunakan Pile Slab, Analisis Ekonomi, Babat -Bojonegoro

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai macam alasan untuk dibangunkannya sebuah jalan, salah satunya ialah akibat dari perkembangan suatu daerah, baik itu perkembangan industri maupun perkembangan sosial ekonomi. Untuk itu sarana transportasi jalan yang dibutuhkan adalah sarana trasportasi yang lancar, aman dan nyaman. Yaitu sarana jalan yang memenuhi persyaratan baik dari segi perencanaan, pembangunan, perawatan serta pengelolaannya. Diharapkan dengan adanya transportasi jalan ini akan dapat memperlancar arus komunikasi, informasi, serta transportasi antar daerah sehingga tidak akan ada lagi kesenjangan antar daerah. Untuk mncapai tujuan tersebut maka Pemerintah Kabupaten Bojonegoro berusaha meningkatkan sarana fasilitas transportasi daerah tersebut. Karena akses jalan raya dirasa sangat penting, maka Pemerintah kabupaten Bojonegoro merasa perlu untuk memperbaiki kondisi ruas jalan yang menghubungkan Babat dengan kota Bojonegoro. Hal ini dikarenakan jalan yang sudah ada mengalami kerusakan yang sangat parah. Proyek ini dibiayai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro dengan tujuan memperlancar transportasi jalan yang menghubungkan kedua wilayah tersebut. Panjang total dari proyek peningkatan jalan ini adalah 6,3 km. Mengingat hal tersebut di atas sangat penting maka perlu dirancang suatu jenis perkerasan yang tepat untuk proyek jalan Babat-Bojonegoro. Ada dua jenis konstruksi perkerasan jalan yang akan dianalisis dalam Tugas Akhir ini, yaitu antara perkerasan lentur yang memerlukan biaya murah pada awal perencanaan dan memerlukan biaya perawatan rutin yang cukup besar, dengan perkerasan menggunakan pile slab yang memerlukan biaya perencanaan yang mahal tetapi memerlukan biaya perawatan rutin yang tidak terlalu besar. Dari perbedaan kedua jenis konstruksi perkerasan di atas, maka perlu untuk dilakukan analisis terhadap kedua jenis perkerasan tersebut. Analisis ini untuk mengetahui jenis perkerasan apa yang menguntungkan dan paling sesuai untuk daerah Babat-Bojonegoro. Analisis kedua jenis konstruksi perkerasan tersebut bisa dilakukan dari segi ekonomi jalan raya yang terdiri dari beberapa komponen antara lain: 1. Biaya Operasi Kendaraan (User Cost). Biaya konstuksi perkerasaan lentur 3. Biaya konstruksi perkerasan pile slab 4. Perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Analisis Ekonomi ini dapat kita lakukan setelah merancang kedua jenis konstruksi perkerasan tersebut. Kemudian hasil perbandingan antara konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) dan konstruksi perkerasan yang menggunakan tiang pancang (pile slab)tersebut dievaluasi sehingga dapat diketahui jenis konstruksi perkerasan yang paling sesuai untuk digunakan berdasarkan kondisi lapangan. 1.. Perumusan Masalah Dari latar belakang diatas, beberapa perumusan masalah yang disampaikan yaitu: 1.Berapa ketebalan konstruksi lapisan perkerasan lentur yang sesuai untuk ruas jalan Babat-Bojonegoro..Dari kedua alternatif perencanaan perkerasan tersebut diatas, jika dengan umur rencana 40 tahun alternatif mana yang paling menguntungkan. 1.3. Batasan Masalah Pada penulisan Tugas Akhir ini membahas tentang perhitungan konstruksi perkerasan lentur (Flexible pavement) dan konstruksi perkerasan menggunakan pile slab dengan umur rencana 40 tahun. Untuk perencanaan konstruksi perkerasan lentur perhitungannya memakai cara Bina Marga. Sedangkan untuk perencanaan konstruksi perkerasan dengan pile slab perhitungannya berdasarkan perencanaan yang sudah ada, yaitu perencanaan dari Departemen Pekerjaan Umum Jawa Timur. Dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak mencakup perhitungan struktur tanah, termasuk jumlah tiang pancang yang dipakai dan tipe tiang pancang yang dipakai. Semua perencanaan mengenai pile slab sesuai dengan perencanaan dari Dinas PU Jawa Timur. Untuk perhitungan biaya perawatan jalan, besarnya akan diasumsikan berapa persen dari total biaya konstruksi. Kemudian dari perhitungan perencanaan tersebut dilakukan suatu analisis ekonomi terhadap penggunaan setiap jenis konstruksi lapisan perkerasan jalan sehingga 1

dapat mengevaluasi dan membandingkan penggunaan setiap jenis konstruksi lapisan perkerasan jalan. 1.4 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari dibuatnya Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui jenis perkerasan jalan yang sesuai dan paling ekonomis untuk ruas jalan tersebut. Secara rinci tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1.Merencanakan konstruksi lapisan perkerasan lentur..membandingkan kedua alternatif penggunaan lapisan perkerasan tersebut secara ekonomis untuk umur rencana 40 tahun, sehingga dapat dipilih alternatif yang paling menguntungkan. dalam Gambar 1. mengenai gambar lokasi studi. SURABAYA Km 73+000 BABAT (SURABAYA Km 73+000 ) ARAH MENUJU SURABAYA SURABAYA Km 76+000 LOKASI STUDI SURABAYA Km 8+00 Gambar 1. lokasi studi SURABAYA Km 8+700 KMm8+800 LOKASI STUDI ARAH MENUJU BOJONEGOR O 1.5. Manfaat Penulisan Setelah diketahui hasil dari analisis tersebut maka kedepannya penulisan Tugas Akhir ini bisa bermanfaat untuk dijadikan pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan semua yang berhubungan dengan proyek-proyek jalan di Kabupaten Bojonegoro. Sehingga kedepannya pengerjaan semua proyek-proyek pemerintah bisa dikerjakan dengan baik dan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan daerah tersebut. 1.6. Lokasi Studi Daerah studi adalah di wilayah Babat- Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur seperti terlihat pada Gambar 1.1. Keterangan: : Lokasi studi : Kondisi jalan yang masih bagus Gambar 1.1 Peta Jawa Timur Lokasi Studi untuk perencanaan ini yaitu mulai dari Surabaya Km 76+000 Km 8+00 dan Surabaya Km 8+700-Km 8+800. Jadi panjang total jalan yang akan di studi yaitu = 6300 meter = 6,3 Km. Untuk Surabaya Km 8+00 Km 8+700 kondisi jalannya masih bagus, karena sudah dilakukan perbaikan sebelumnya, jadi untuk Km 8+00 Km 8+700 tidak dimasukkan dalam perhitungan analisis. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat

3 Gambar 1.3. (a),(b),(c), dan (d) menjelaskan tentang foto foto lokasi studi BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Dasar Perhitungan Angka Pertumbuhan Lalu Lintas Untuk penetapan angka pertumbuhan lalu lintas seperti terlihat dalam Tabel.1 Tabel.1. Penetapan Angka Pertumbuhan Lalu Lintas Jenis kendaraan Angka Pertumbuhan Lalu Lintas Sepeda Motor PDRB perkapita Mobil Penumpang PDRB perkapita Bus Pertumbuhan Penduduk Truk PDRB Peramalan lalu lintas sangat diperlukan dalam suatu perencanaan perkerasan jalan. Hal ini dikarenakan untuk pehitungan beban lalau lintas sampai umur rencana.untuk meramalkan pertumbuhan kendaraan pribadi diasumsikan ekivalen dengan pertumbuhan PDRB per kapita. Karena PDRB per kapita menggambarkan suatu pendapatan rata-rata perorangan sehingga semakin tinggi tingkat perekonomian seseorang, maka akan meningkat pula tingkat konsumsinya. Dengan demikian orang akan semakin mampu untuk memiliki kendaraanpenumpang sendiri (kendaraan pribadi) seperti sepeda motor, sedan, jeep dan lain sebagainya. Untuk meramalkan pertumbuhan jumlah bus dan angkutan umum lainnya, diasumsikan ekivalen dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terjadi. Hal ini berdasarkan pengertian yaitu untuk memindahkan penduduk dari suatu daerah menuju daerah memerlukan suatu sarana transportasi atau angkutan yang memadai seperti Bus dan angkutan penumpang umum, sehingga semakin besar jumlah penduduk semakin besar pula jumlah angkutan penumpang umum yang dibutuhkan. Sedangkan untuk meramalkan pertumbuhan segala jenis truk dan angkutan barang lainnya diasumsikan ekivalen dengan pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) karena PDRB merupakan gambaran tingkat perekonomian pada suatu regional atau Dengan tingkat perekonomian yang tinggi maka makin tinggi pula produksi didaerah tersebut, sehingga untuk mengangkut hasil produksi tersebut membutuhkan sarana transportasi atau angkutan barang yang memadai seperti truk dengan segala bentuk ukurannya. Jadi semakin tinggi tingkat perkonomian (PDRB) makin tinggi pula jumlah transportasi atau angkutan yang dibutuhkan. Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa pertumbuhan lalu lintas untuk masing-masing jenis kendaraan selama tahun rencana sebanding terhadap besarnya faktor pertumbuhan penduduk, PDRB dan PDRB per kapita. Sebelum mendapatkan faktor pertumbuhan kendaran harus terlebih dahulu meramalkan faktor pertumbuhan peduduk, PDRB dan PDRB per kapita dan daerah atau wilayah dimana ruas jalan tersebut berada. Untuk melakukan peramalan pertumbuhan penduduk, PDRB dan PDRB perkapita digunakan metode regresi linier (Linier Regression) atau disebut juga metode selisih kuadrat minimum, dimana penyimpangan yang akan terjadi diusahakan sekecil mungkin agar tercapai hasil mendekati keadaan sebenarnya. Peramalan dengan menggunakan regresi linier dari data yang telah ada akan didapatkan persamaan garis linier sebagai hubungan fungsional antara variabelvariabelnya. Jumlah penduduk. PDRB dan PDRB per kapita dinyatakan sebagai variabel

4 tidak bebas dengan notasi Y, dan tahun dinyatakan sebagai variabel bebas dengan notasi X. Secara matematis hal diatas dapat dirumuskan dalam persamaan : Y = ax + b Sedangkan harga koefisien a dan b dapat dicari dengan persamaan berikut ini : ( n * X Y X * Y ) a ( n * X ( X ) ) ( Y a * X ) b n ( n * X Y X * Y ) r ( n * X ( X ) ) ( n * Y ( Y ) ) di bawah lapisan perkerasan kaku tersebut. Pemasangan tiang pancang ini dipasang dengan jumlah 4 secara melebar jalan, serta dipasang secara menerus sepanjang jalan dengan jarak setiap 5 meter. Adapun kekuatan tiang pancang ini sudah dihitung kekuatannya agar mampu menahan beban rencana. Setelah dipasang tiang pancang, diatas tiang pancang tersebut dibuatkan poer (semacam slab beton) yang berfungsi untuk mengikatkan tiang pancang. Setelah di slab beton, kemudian lapisan perkerasan lentur (aspal) dilapiskan di atas slab tersebut. Adapun detail gambar mengenai pile slab tersebut seperti Gambar.1. Gambar. menjelaskan tentang potongan memanjang pile slab. Gambar.3 menjelaskan tentang detail penulangan spoon pile Dimana : a dan b X Y n r : koefisien regresi : Variabel bebas : variabel tidak bebas : jumlah data : koefisien korelasi (harga ini berkisar antara -1 sampai 1, bila harga r = 1 atau r = -1, berarti hubungan antara X dan Y sangat kuat antar persamaan diatas dapat dipakai sedangkan bila harga r = 0, berarti persamaan tidak layak).. Lapisan Perkerasan Lentur Lapisan konstruksi perkerasan lentur ini adalah suatu lapisan perkerasan jalan yang dapat melentur bila terkena beban kendaraan. Pada umumnya lapisan perkerasan lentur ini menggunakan bahan pengikat berupa aspal sehingga memiliki sifat melentur bila terkena beban lalu lintas dan dapat meredam getaran akibat kendaraan. Pada kenyataanya, jenis lapisan perkerasan inilah yang paling banyak digunakan di negara Indonesia..3 Lapisan Perkerasan Menggunakan Pile Slab Untuk menambah daya dukung tanah asli di ruas jalan tersebut, maka akan dipergunakan metode baru, yaitu metode pile slab. Dimana metode ini adalah metode perkerasan dengan menggunakan tiang pancang kecil (mini pile)

5 Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan sumbu pada setiap kendaraan ditentukan menurut rumus daftar dibawah ini : 1. Angka Ekivalen STRT = 4 beban1sumbu ( ton) 5, 4 0. Angka Ekivalen STRG =.4 Dasar-Dasar Perhitungan..4.1Penentuan Besaran Rencana Perkerasan Lentur Di dalam perhitungan konstruksi perkerasan lentur dengan cara Bina Marga, untuk menentukan besaran rencana terdapat beberapa parameter yang digunakan, antara lain : a. Jumlah Jalur dan Koefisien Distribusi Kendaraan (C) Tabel.. Jumlah Jalur Berdasarkan Lebar Perkerasan Lebar perkerasan (L) Jumlah jalur (n) L < 5,50 m 1 Jalur 5,50 m < L < 8,5 m Jalur 8,5 m < L < 11,5 m 3 Jalur 11,5 m < L < 15,00 m 4 Jalur 15,00 m < L < 18,75 m 5 Jalur 18,75 m < L <,00 m 6 Jalur Sumber : Metode Analisa Komponen Koefisien Distribusi Kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat dalam jalur rencana dapat dilihat pada Tabel.3. Tabel.3. Koefisien Distribusi Kendaraan (C) Jumlah Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Jalur 1 Arah Arah 1 Arah Arah 1 Jalur 1,0 1,0 1,0 1,0 Jalur 0,6 0,5 0,7 0,5 3 Jalur 0,4 0,4 0,5 0,475 4 Jalur - 0,3-0,45 5 Jalur - 0,5-0,45 6 Jalur - 0, - 0,4 Sumber : Metode Analisa Komponen b. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan beban1sumbu ( ton) 8,160 3. Angka Ekivalen SDRG = beban1sumbu ( ton) 13,76 4. Angka Ekivalen STrRG = beban1sumbu ganda( ton) 18,45 c. Lalu lintas harian rata-rata dan Rumus Lintas Ekivalen 1. Lintas Harian Rata-rata setiap jenis kendaraan pada awal umur rencana yang dihitung pada jalan tanpa median atau masing-masing arah pada jalan dengan median.. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitungkan dengan rumus : LEP n j1 LHR j = jenis kendaraan j xc j 4 x E 3. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus : LEA n j 1 LHR j ( 1 i) UR 4 j xc j 4 x E i = perkembangan lalu lintas 4. Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung dengan rumus : LEP LEA LET 5. Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung dengan rumus LER = LET j

6 ITP 6. Log Wt 18 =9,36Log 1-0,+, 5 4 Gt 1 + Log 1094 0, 4 FR 5, 1 9 ITP 1, 5 4 DDT +0,37 3 1, Wt 18 = LER x umur rencana x 365 Gt IPo IPt = Log IPo 1, 5 d. Daya Dukung Tanah (DDT) dan CBR Penetapan Daya dukung tanah dasar (DDT) berdasarkan grafik korelasi terhadap harga CBR, dimana harga CBR dapat diambil harga CBR lapangan atau laboratorium e. Faktor Regional Tabel.4 menjelaskan tentang faktor regional Tabel.4. Faktor Regional Iklim I (<900 mm/tahu n) Iklim II (> 900 mm/tahu n) Kelandaia n I (<6%) % Kendaraa n berat < 30 % 0,5 1,5 < 30 % 1,0-1,5,0 -,5 Kelandaia n II (6-10%) % Kendaraa n berat < 30 % 1,0,0 < 30 % 1,5 -,6,3-3,0 Sumber : Metode Analisa Komponen Kelandaian III (>10%) % Kendaraa n berat < 30 % 1,5,5 < 30 %,0 -,5 3,0-3,5 IP =,0 : Tingkat pelayanan terendah bagi jalan yang masih mantap. IP =,5 : Menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik. Dalam menentukan Indeks Permukaan (IP) pada akhir umur rencana, perlu dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah Lalu Lintas Ekivalen Rencana (LER). Adapun penggolongan Ipt seperti terlihat dalam Tabel.5. Tabel.5. Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IPt) LER Klasifikasi Jalan Lintas Ekivalen Rencana Lokal Kolektor Arteri Tol < 10 1,0 1,5 1,5 1,5,0-10 100 1,5 1,5,0,0-100 1,5,0,0 1000,0,5 - > 1000 -,0,5,5,5 Sumber : Metode Analisa Komponen g. Koefisien Kekuatan Relatif Koefisien kekuatan relatif masingmasing bahan dan kegunaannya sebagai lapis permukaan, pondasi bawah ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang distabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah). Tabel.7 menjelaskan tentang koefisien kekuatan relatif. f. Indeks Permukaan (IP) IP = 1,0 : Menyatakan permukaan jalan dalam rusak berat sehingga sangat mengganggu lalu lintas kendaraan. IP = 1,5 : Tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan tidak terputus).

7 Koefisien kekuatan relatif Kekuatan bahan a1 a a3 MS(K Jenis bahan Kt(Kg/cm) CBR g) 0,4 - - 744 - - 0,35 - - 590 - - 0,3 - - 454 - - Laston 0,30 - - 340 - - 0,35 - - 744 - - 0,31 - - 590 - - 0,8 - - 454 - - Lasbutag 0,6 - - 340 - - 0,30 - - 340 - - HRA 0,6 - - 340 - - Aspal macadam 0,5 - - - - - Lapen (mekanis) 0,0 - - - - - Lapen (manual) - 0,8-590 - - - 0,6-454 - - Laston atas - 0,4-340 - - - 0,3 - - - - Lapen (mekanis) - 0,19 - - - - Lapen (manual) - 0,15 - - - 0,13 - - 18 - Stab. Tanah dengan semen - 0,15 - - - - 0,13 - - 18 - Stab. Tanah dengan kapur - 0,14 - - - 100 Batu pecah kelas A - 0,13 - - - 80 Batu pecah kelas B - 0,1 - - - 60 Batu pecah kelas C - - 0,13 - - 70 Sirtu/pirtun kelas A - - 0,1 - - 50 Sirtu/pirtun kelas B - - 0,1 - - 30 Sirtu/pirtun kelas C - - 0,10 - - 0 Tanah/lempung kepasiran 1. Biaya konsumsi bahan bakar.5. Dasar Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan Dalam perhitungan biaya operasional kendaraan, digunakan daftar yang terdaftar pada Traffic And Economic Studies And Analyses oleh N.D. LEA & Associates, Ltd. Metode ini menyajikan bentuk keuntungan penghematan biaya operasi kendaraan dari berbagai jenis kendaraan dengan berbagai kondisi jalan dan lalu lintas.. Biaya konsumsi oli mesin 3. Biaya pemakaian ban 4. Biaya pemeliharan onderdil kendaraan 5. Biaya penyusutan kendaraan 6. Biaya suku bunga 7. Biaya asuransi dan manajemen 8. Biaya operator Besarnya biaya-biaya tersebut berbeda-beda untuk masing-masing kendaraan wakil dan dapat dilihat pada Tabel.11 Adapun parameter-parameter yang digunakan metode ini untuk menghitung biaya operasional kendaraan dijelaskan dibawah ini..5.1. Biaya Operasi Kendaraan Pada Kondisi Jalar Datar,Lurus dan Kondisi Baik. Akan dijelaskan beberapa elemenelemen dari biaya operasi kendaraan pada kondisi jalan datar, lurus dan kondisi baik seperti berikut:

8 Tabel.11. Biaya Operasi Dasar (kondisi Flat- Tangent-Paved Road and Good Condition) Rupiahs per 1000 km Auto Truck Bus Fuel 3,944 5,481 5,78 Oil 350 1,080 1,080 Tyres 738,193 1,591 Maintenance 3,714 8,331 3,61 Depreciation 4,995 8,34 6,305 Interest 3,746 4,371 4,56 Fixed (Insurance & Management) 9,654 10,54 6,381 Operators Time 1,441 5,000 5,804 TOTAL 8,55 45,3 34,307 Including Cost Allowance 3,549 For Motor Cycles Sumber : N.D. LEA 1975.5.. Pengaruh Tipe Lapisan Permukaan dan Kondisi Jalan Terhadap Biaya Operasional kendaraan Karakteristik dari berbagai kondisi type lapisan permukaan jalan dibagi menjadi 5 lapisan permukaan, yaitu : - Lapisan permukaan berkualitas tinggi - Lapisan permukaan berkualitas menengah - Lapisan permukaan berkualitas rendah - Lapisan permukaan batu kerikil - Lapisan permukaan tanah asli Kondisi dari karakteristik berbagai kondisi tersebut adalah baik sekali (good), baik (fair), jelek (poor), jelek sekali (bad)..5.3. Pengaruh Dari Berbagai Elemen Jalan Terhadap Biaya Operasi Kendaraan Selain jenis lapisan permukaan jalan yang mempengaruhi biaya operasi kendaraan, ada hal lain yang juga berpengaruh terhadap nilai BOK, yaitu : 1. Jenis kelandaian jalan. Jenis kelengkungan dan sudut 3. Jembatan kecil 4.Jembatan dengan kekuatan kecil 5. Kapasitas jalan.6. Analisis Ekonomi Suatu analisis dengan cara membandingkan besarnya masing-masing nilai B/C ratio tiap alternatif, agar didapat alternatif yang paling menguntungkan. Terlebih dahulu dihitung biaya pembuatan awal dengan mengetahui harga per satuan, kemudian menghitung biaya perawatan serta menghitung nilai user costnya..6.1 Konstruksi Perkerasan Lentur Perhitungan biaya konstruksi pada perkerasan lentur mencakup biaya awal pembuatan, biaya perawatan berkala serta biaya perawatan rutin. Cara perhitungan dengan menghitung volume masing-masing pekerjaan, kemudian dikalikan dengan harga satuan. Untuk perhitungan biaya perawatan selama usia rencana harus dibawa pada tahun awal pembuatan, maka dipergunakan rumus : 1 P = F 1 i n Dimana : i = menyatakan tingkat suku bunga perperiode bunga n = menyatakan jumlah periode bunga P = menyatakan jumlah uang sekarang F = menyatakan jumlah uang pada akhir periode dari saat sekarang dengan bunga i.6. Konstruksi Perkerasan Menggunakan Pile Slab Perhitungan biaya konstruksi pada perkerasan pile slab mencakup biaya awal pembuatan, dan biaya perawatan berkala. Cara perhitungan dengan menghitung volume masing-masing pekerjaan, kemudian dikalikan dengan harga satuan. Untuk perhitungan biaya perawatan selama usia rencana harus dibawa pada tahun awal pembuatan, maka dipergunakan rumus : 1 P = F 1 i n.6.3. Evaluasi Ekonomi Untuk melakukan evaluasi terhadap suatu proyek dihitung dengan menggunakan Perbandingan Manfaat Biaya (BCR) B Benefit Disbenefit = C Cost atau

9 B Benefit Disbenefit = O M C Initial cost B C = Net Benefit Cost Dimana benefit, cost maupun disbenefit pada suatu proyek harus ditinjau untuk nilai waktu yang sama. Untuk melakukan evaluasi terhadap proyek tersebut dilakukan dengan melihat hasil perbandingan manfaat biaya atau dari hasil selisih manfaat biaya : BAB III METODOLOGI Start Studi Literatur dan Bahan Invetarisasi Data ( Data Sekunder ) 1. Data Penduduk. Data Ekonomi ( PDRB dan PDRB per kapita ) 3. Data Geometrik Jalan 4. Data Kondisi Lalu Lintas ( Volume Lalu Lintas 5. Data CBR Tanah 6. Data Perencanaan Perkerasan Metode Pile Slab Pengolahan Data 1. Peramalan Jumlah Penduduk, PDRB, dan PDRB perkapita pada tahun rencana. Peramalan Volume Lalu Lintas - B > 1 maka proyek tersebut ekonomis C - B C > 0 maka proyek tersebut ekonomis Untuk melakukan perbandingan terhadap dua atau lebih alternatif pada suatu proyek dengan menghitung perbandingan manfaat biaya dengan cara : - Membuat tabel, lalu alternatif yang ada diurut mulai dari alternatif yang memiliki initial cost yang terkecil - Alternatif awal akan digunakan sebagai pembanding alternatif kedua - Tulis cash flow dari masing-masing alternatif, kemudian menghitung selisihnya (net cashflow) - Hitung C B atau B C selisih cash flow Jika C B > 1 atau B C > 0 maka pilih alternatif yang disebelah kanan Jika C B < 1 atau B C < 0 maka dipilih alternatif yang disebelah kiri - Alternatif terpilih dipergunakan sebagai pembanding alternatif berikutnya - Demikian seterusnya sampai diperoleh alternatif terpilih dari semua alternatif Atau bisa saja dengan membandingkan masing-masing nilai B/C rationya. Kemudian pilih yang terbesar nilai B/C rationya. Perhitungan BOK untuk perkerasan lentur 1.Perhitungan tebal perkerasan lentur.perhitungan biaya konstruksi 3.Perhitungan biaya pemeliharaan 4.Perhitungan total biaya Perhitungan BCR untuk perkerasan lentur Perbandingan BCR antara dua alternatif di atas, kemudian dipilih alternatif yang paling ekonomis finish Perhitungan total biaya perkerasan menggunakan pile slab yang sesuai dengan perencanaan dari PU Bina Marga Perhitungan BCR untuk perkerasan menggunakan pile slab BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1. Ruas Jalan Babat-Bojonegoro Data existing yang diperoleh tentang ruas jalan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Nama ruas jalan : Babat-Bojonegoro. Klasifikasi Jalan: Jalan Arteri 3. Lokasi ruas Jalan: Surabaya Km 76+000 Km 8+00 dan Km 8+700 Km 8+800 4. Panjang total : 6,3 km 5. Lebar jalan : 7,00 m 4.. Volume Lalu lintas Sepeda Motor = 641 Mobil = 60 Angkutan Umum = 4541 Bus = 157 Truk Kecil = 645 Truk Sumbu = 6 Truk 3 Sumbu = 18 Truk Trailer = 8 Truk Semi Trailer = 6 Perhitungan BOK untuk perkerasan menggunakan pile slab

10 4.3. Data Tanah Tabel 4. Nilai CBR (%) yang telah diurutkan. Jumlah titik pengamatan = 3 Diurutkan Jumlah sama Persen sama nilai CBR atau lebih besar atau lebih besar 1 0.5 _ 0.6 0.5 3 3/3x100%=100 3 0.8 0.6 /3x100%=95.65 4 1 0.8 1 1/3x100%=91.3 5 1.1 1 0 0/3x100%=86.95 6 1. 1.1 19 19/3x100%=8.6 7 1.4 1. 18 18/3x100%=78.6 8 1.5 1.4 17 17/3x100%=73.91 9 1.6 1.5 16 16/3x100%=69.56 10 1.6 1.6 15 15/3x100%=65.1 11 1.7 1.7 13 13/3x100%=56.5 1 1.9 1.9 1 1/3x100%=5.17 13 11 11/3x100%=47.83 14.3.3 10 10/3x100%=43.48 15.5.5 9 9/3x100%= 39.13 16.5.6 7 7/3x100%=30.43 17.6.7 6 6/3x100%=6.09 18.7.8 5 5/3x100%=1.74 19.8 3.1 4 4/3x100%=17.39 0 3.1 3.6 3 3/3x100%=13.04 1 3.6 4.4 /3x100%=8.69 4.4 5. 1 1/3x100%=4.35 3 5. Gambar 4.1 Grafik Nilai CBR segmen (90%)( ketika dilewati kendaraan berat pada waktu pembuatan jalan. 4.4. Umur Rencana Di dalam penulisan Tugas Akhir ini, perencanaan perkerasan lentur direncanakan sampai umur 40 tahun yang akan datang. Hal ini dikarenakan desain perkerasan menggunakan pile slab dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga juga direncanakan untuk 40 tahun yang akan datang. BAB V ANALISIS LALU LINTAS 5.1. Analisis Pertumbuhan Penduduk Adapun data jumlah penduduk, PDRB, dan PDRB perkapita seperti pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Data Kependudukan, PDRB dan PDRB perkapita Kabupaten Bojonegoro Tahun PDRB per Jumlah PDRB kapita Penduduk (Jutaan (Ribuan (Jiwa) rupiah) rupiah) 004-4.71.89,5 3.833.335,4 005 1.39.756 5.140.946,47 4.146.740,54 006 1.47.919 5.656.746,71 4.53.943,8 007 1.55.914 6.47.416,06 5.117.719,90 008 1.63.551 7.17.78,55 5.71.300,14 Berdasarkan Gambar 4.1 Grafik Nilai CBR segmen (90%) di atas, dijelaskan bahwa CBR yang didapat dari hasil perhitungan setelah diurutkan adalah sebesar 0.9%. Dengan nilai CBR yang terlalu rendah tersebut. Maka di dalam penulisan Tugas Akhir inii nilai CBR subgrade tersebut diabaikan, karena di dalam pengerjaan nanti diasumsikan tanah asli akan ditimbun dengan tanah timbunan yang nilai CBRnya yaitu 0%. Jadi nanti akan dipakai acuan nilai CBR 0%. Sedangkan untuk kebutuhan tanah timbunan, diperlukan tanah timbunan setebal 0.7 meter, hal ini dikarenakan kondisi tanah asli yang terlalu jelek. Selain itu tanah timbunan itu diasumsikan sebagai lantai dasar sehingga akan memperkuat tanah asli 5.. Analisis Pertumbuhan Lalu Lintas Pertumbuhan kependudukan dan perekonomian menjadi acuan untuk menghitung pertumbuhan lalu lintas. Untuk menganalisis hal tersebut maka faktor pertumbuhan lalu lintas dari jenis kendaraan ekivalen dengan faktor pertumbuhan jumlah penduduk, PDRB, PDRB perkapita. Faktor pertumbuhan bus dan angkutan umum diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan jumlah penduduk, faktor pertumbuhan segala jenis truk dan angkutan barang diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan PDRB dan untuk pertumbuhan kendaraan pribadii diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan PDRB perkapita masyarakat di daerah studi. Untuk menghitung pertumbuhan volume lalu lintas per tahun masing-masinkendaraan sampai tahun rencana didapat jenis dengan mengalikan faktor pertumbuhan dengan volume kendaraan pada tahun yang telah diketahui sebelumnya dan menjumlahkan dengan volume kendaraan pada tahun tersebut.

11 BAB VI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN 6.1. Perencanaan Tebal Konstruksi Perkerasan Lentur Perhitungan angka ekivalen (E) beban sumbu kendaraan memakai SNI 07-416-199 W = beban satu sumbu tunggal dalam ton Adapun penjelasan seperti berikut: a.sedan, jeep ton (1. 1) sb. depan : 50 %, sb. belakang : 50 % E = E sb. tunggal + E. sb. tunggal 4 4 0, 5. 0, 5. = 5, 4 5, 4 = 0,00, dst.. Sehingga dari hasil perhitungan angka ekivalen (E) beban sumbu kendaraan diatas dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel 6.1. Rekapitulasi Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan No. Jenis Kendaraan Angka Ekivale n (E) a Sedan, jeep, ton (1. 1) 0,00 b Angkutan umum ton (1. 1) 0,00 c Bus 9 ton (1. ) 1,5671 d Truk kecil 8,3 ton (1. L) 0,77 e Truk sumbu 18, ton (1. H) 6,414 f Truk 3 sumbu 5 ton (1.) 5,4 g Truk trailer 31,4 ton (1.+) 5,887 h Truk semi trailer 11,06 Pada perencanaan konstruksi ini, metoda yang digunakan adalah metoda perencanaan konstrukis bertahap didasarkan atas konsep sisa umur. Yaitu perkerasan berikutnya direncanakan sebelum perkerasan pertama mencapai keseluruhan masa fatique. Di dalam perencanaan ini menggunakan II tahap, yaitu untuk tahap I mulai dari tahun 010 sampai tahun 030. Sedangkan untuk tahap ke-ii mulai dari tahun 030 sampai tahun 050. Untuk tahap I memakai nilai LER I =1,67 LER 0, karena pada akhir tahap I diharapkan ada nilai sisa sebesar 40%. Adapun untuk perhitungan LEA I (010-030). dan LEA II (030-050) adalah sebagai berikut : LEP = 1688,559 EAL/hari LEA tahap I = 4405,45 EAL/hari LEA tahap II = 71,118 EAL/hari Perhitungan Lintas Ekivalen Tengah LEP LEA LET = 1688,559 4405,45 LET I = = 3046,99 1688,559 71,118 LET II = = 4405,339 Lintas Ekivalen Rencana Karena direncanakan ada nilai sisa sebesar 40% pada akhir perencanaan tahap I, maka nilai LER I = 1,67 LER 0 LER = LET LER I = 1,67 x LER 0 LER I = 1,67 x 3046,99 = 5088,477 LER II = 4405,339 Faktor Regional Prosentase kendaraan berat > 13 ton, ditinjau dari LHR pada akhir tahun rencana yaitu pada tahun 050 adalah sebagai berikut : 119 595 130 88 % kend. berat = 34056 x 100% = 6,55 < 30% kelandaian < 6% Iklim > 900 mm/tahun Dari tabel.9 didapat FR = 1,5 Pada daerah rawa FR ditambah 1,0, maka FR = 1,5 + 1,0 =,5 LER I = 5088,477 LER II = 4405,339 Kelas jalan arteri Dari tabel.10 didapat Ipt =,5 Penentuan material yang digunakan tiap lapis Tanah dasar:cbr = 0 % DDT= 4,3*LogCBR(%)+1,7=7,94 Sub-base Course (Sirtu kelas A) CBR = 70 % DDT = 9,634 Base Course (Batu pecah kelas A) CBR = 100 %

1 DDT = 10,3 Surface Laston ; Ipo = 4 6.1.1. Perencanaan perkerasan lentur tahap I (010-030) A. Lapisan Surface Dari rumus Log Wt 18 maka didapatkan : Nilai ITP = 9,7335, a 1 = 0,40 ITP = a 1 D 1 9,734 = 0,40. D 1 D 1 = 5 cm Jadi untuk lapisan surface memakai laston dengan ketebalan =5 cm. B. Lapisan Pondasi Atas (Base Course) Dari rumus Log Wt 18 maka didapatkan : Nilai ITP = 9,634, a 1 = 0,40 ; a = 0,14 ITP = a 1 D 1 + a D 9,634 = 0,4. 5 + 0,14. D D = 5 cm Jadi untuk lapisan base course memakai batu pecah kelas A dengan ketebalan=5 cm. C. Lapisan Pondasi Bawah (Sub-base Course) Dari rumus Log Wt 18 maka didapatkan : Nilai ITP = 0,3, a 1 = 0,40 ; a = 0,14 ; a 3 = 0,13 ITP = a 1 D 1 + a D + a 3 D 3 0,3 = 0,4. 5 + 0,14. 5 + 0,13. D 3 4,5 = 0,13. D 3 D 3 = 55 cm Jadi untuk lapisan sub base course memakai sirtu kelas A dengan ketebalan 55 cm. Adapun susunan ditunjukkan dengan Gambar 6.1. Laston Batu pecah kelas A (CBR 100%) Sirtu kelas A (CBR 70%) Subgrade (CBR 5%) 6.1.. Perencanaan perkerasan lentur tahap II (030-050) Perencanaan di atas adalah perencanaan untuk tahun tahap I (010-030), dengan asumsi nilai sisa sebesar 40%. Dalam perencanaan tahap II diasumsikan lapisan sub base dan base tetap menggunakan tebal seperti perencanaan tahap I. Sedangkan untuk lapisan surface berbeda dengan perencanaan tahap I. Lapisan surface mengalami masa fatique, sehingga perlu direncanakan lagi. Adapun perencanaan untuk tahap II (030-050) adalah sebagai berikut: A. Lapisan Surface Dari rumus Log Wt 18 maka didapatkan : Nilai ITP 9,51, a 1 = 0,40 ITP = a 1 D 1 9,51 = 0,40. D 1 D 1 = 4 cm Jadi untuk lapisan surface memakai laston dengan ketebalan = 4 cm. Adapun susunan perkerasan tahap II ditunjukkan dengan Gambar 6.. D 1 = 5 cm D = 5 cm D 3 = 55 cm Laston Laston Batu pecah kelas A (CBR 100%) Sirtu kelas A (CBR 70%) Subgrade (CBR 5%) D 1 = 4 cm D 1 = 5 cm D = 5 cm D 3 = 55 cm

13 6.. Perencanaan Perkerasan Menggunakan Pile Slab Desain perencanaan perkerasan menggunakan pile slab yang akan dijelaskan di bawah ini merupakan desain dari dinas Pekerjaan Umum Bina Marga.. Desain perencanaan perkerasan ini sudah diaplikasikan pada ruas jalan Babat- Bojonegoro Km 8+00 Km 8+700. Penggunaan pile slab di sini untuk mengatasi kondisi tanah asli yang mengalami kembang susut. Adapun rincian perkerasan menggunakan pile slab dijelaskan dalam Tabel 6.5. Tabel 6.5. Rincian Perkerasan Menggunakan Pile Slab No. Keterangan 1 Umur rencana 40 tahun Diameter spoon pile 40 cm 3 Pemasangan spoon pile dipasang sedalam 15 meter 4 Tebal slab betonnya 5 cm 5 Lebar Jalan 11 m 6 Spoon pile dipasang 4 buah secara melebar, dan dipasang menerus secara memanjang jalan dengan jarak antar spoon pile sebesar 5 meter 7 Di atas slab beton dilapisi lapisan aspal setebal 4 cm sebagai lapisan aus dengan tiap 10 tahun dioverlay Sumber : Dokumen Standar Lelang Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga BAB VII ANALISIS EKONOMI JALAN RAYA 7.1. Perhitungan Biaya Konstruksi 7.1.1 Perhitungan Perkerasan Lentur Dari hasil perhitungan di Bab VI untuk perkerasan lentur, didapatkan : 1. Surface Course Untuk tahap pertama = 5 cm Untuk tahap kedua = 4 cm. Base Course = 5 cm 3. Sub Base Course = 55 cm Adapun perhitungan biaya perkerasan lentur dijelaskan dalam Tabel 7.1 Tabel 7.1. Perhitungan analisis biaya perkerasan lentur 7.1. Perhitungan Perkerasan Pile Slab Sedangkan untuk perhitungan biaya perkerasan menggunakan pile slab dijelaskan dalam Tabel 7. Tabel 7.. Perhitungan analisis biaya perkerasan pile slab 7..Perhitungan Biaya Pemeliharaan Perkerasan Lentur 7..1 Biaya Pemeliharaan Tahap II Karena perencanaan tahap I hanya sampai pada tahun 030. Maka untuk tahun 030-050 dilakukan perencanaan lagi, yaitu perencanaan tahap II. Adapun perhitungan untuk perencanaan tahap II adalah sebagai berikut: Untuk biaya perencanaan tahap II dengan total biaya Rp. Rp.8,883,300,849.75 Untuk Lapisan Tack Coat / Perekat Luas = 11 m x 6300 m = 69,300 m Harga = 69,300 m x Rp. 4,934/m = Rp. 341,96,00.00 Jadi untuk biaya perencanaan tahap II = Biaya tahap II + Biaya lapisan perekat = Rp.8,883,300,849.75 + Rp. 341,96,00.00 = Rp. 9,5,7,049.75 Inflasi kota Surabaya dari 5 tahun terakhir didapat = 8,83 % pertahun Tahun ke 0 F = 9,5,7,049.75 (1+0.0883) 0 = Rp. 50,11,91,853.1 Suku bunga Bank Indonesia = 6.5 % Tahun ke 0 P = 50,11,91,853.1 (P/F,6.5%,0) = Rp. 17,179,333,67.0 Jadi biaya perawatan tahap II =Rp. 17,179,333,67.0 7.. Biaya Perawatan Berkala Untuk perawatan berkala dilakukan setiap 5 tahun sekali dengan cara melapisi lapisan aus memakai aspal setebal 4 cm dan lapisan perekatnya Jadi total biaya untuk perawatan berkala lapisan lentur = Rp. 17,31,313,88.94 7..3 Biaya Pemeliharaan Rutin Sedangkan untuk pemeliharaan rutin diasumsikan sebesar % dari biaya perkerasan lapisan surface, hal ini dikarenakan perawatan rutin tidak memerlukan biaya yang terlalu besar.

14 Biaya Total Perawatan Rutin = Rp. 11,899,859,387.78 Jadi Total biaya perawatan perkerasan lentur =BiayaPerencanaan Tahap II+Biaya Perawatan Berkala + Biaya Perawatan Rutin = Rp. 17,179,333,67.0 +17,31,313,88.94 + Rp. 11,899,859,387.78 = Rp. 46,400,506,888.9 7.3.Perhitungan Biaya Perawatan Perkerasan Pile Slab Untuk biaya pemeliharaan pada perkerasan pile slab hanya sebatas pemeliharaan untuk lapisan ausnya saja. Pemeliharaannya dengan cara melapis ulang / overlay setebal 4 cm tiap 10 tahun sekali. No. Tahun P (1+i) n FW F(P/F,i,n) 1 00 1,8,476,341.6.3307 4,47,645,609.41,6,831,405.80 030 1,8,476,341.6 5.43 9,900,055,98.95,809,606,474.1 3 040 1,8,476,341.6 1.661 3,073,86,18.35 3,488,441,016.05 Total 8,560,878,895.97 Jadi total biaya perawatan Perkerasan Pile Slab = Rp. 8,560,878,895.97 7.4. Perhitungan Biaya Penggunaan Total User Cost untuk kondisi eksisting =Rp.1,580,054,960,416.0 Total User Cost untuk perkerasan lentur = Rp. 1,014,868,958,447.34 Total User Cost untuk perkerasan pile slab = Rp. 991,35,75,506.79 7.5. Evaluasi Ekonomi 7.5.1. Perhitungan Total Cost dan User Cost 1.Kondisi Eksisting Diasumsikan : Kondisi jalan tidak dilakukan perawatan apapun selama 40 tahun, maka : Tahun ke 1 5 kondisi jalan fair Tahun ke 6 0 kondisi jalan poor Tahun ke 1 40 kondisi jalan bad Dengan asumsi kondisi di atas maka didapat nilai : User Cost = Rp. 1,580,054,960,416.0.Perkerasan Lentur Initial Cost = Rp. 9,117,365,085.31 Operational Cost= Rp. 46,400,506,888.9 User Cost = Rp. 1,014,868,958,447.34 3.Perkerasan Pile Slab Initial Cost = Rp. 58,953,046,50.6 Operational Cost= Rp. 8,560,878,895.97 User Cost = Rp. 991,35,75,506.79 7.5.. Perhitungan Saving Cost Selisih User Cost antara kondisi eksisting dengan perkerasan lentur : = Rp. 1,580,054,960,416.0 Rp. 1,014,868,958,447.34 = Rp. 565,186,001,968.68 Selisih User Cost antara kondisi eksisting dengan perkerasan pile slab : = Rp. 1,580,054,960,416.0 - Rp. 991,35,75,506.79 = Rp. 588,70,34,909.3 7.6.3. Perhitungan B/C Ratio 1. Perhitungan B/C Ratio untuk masing-masing alternatif : a. Perkerasan Lentur Benefit : Rp. 565,186,001,968.68 Cost : Rp. 75,517,871,974.3 B/C ratio : 7,48 b. Perkerasan Pile Slab Benefit : Rp. 588,70,34,909.3 Cost : Rp. 67,513,95,146.59 B/C ratio : 8,7 Jika dilihat dari perbandingan B/C ratio masing-masing alternatif maka dipilih alternatif perkerasan menggunakan pile slab, karena B/C rationya lebih besar dibandingkan dengan perkerasan lentur.. Perhitungan menggunakan teknik membandingkan alternatif : Perkerasan Lentur (Rp) Perkerasan Pile Slab (Rp) Selisih (Rp) Initial cost 9,117,365,085.31 58,953,046,50.6 Operational cost 46,400,506,888.9 8,560,878,895.97 Total cost 75,517,871,974.3 67,513,95,146.59 8,003,946,87.64 User cost 565,186,001,968.68 588,70,34,909.3 3,516,3,940.55 Alternatif dibanding alternatif 1 : Benefit : 3,516,3,940.55 Cost : 8,003,946,87.64 B/C :.94 > 1 Karena nilai B/C ratio > 1 maka dipilih alternatif sebelah kanan, yaitu alternatif dengan memakai perkerasan menggunakan pile slab.

15 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis ekonomi antara perkerasan lentur dan perkerasan menggunakan pile slab, maka didapat suatu perincian dan kesimpulan seperti berikut: 1.Perencanaan dengan panjang jalan 6,3 km dan lebar jalan 11 m. a.konstruksi Perkerasan Lentur, dengan susunan: Tahap I (010-030) : - Aspal Beton/Laston = 5 cm - Base Course batu pecah kelas A = 5 cm - Sub Base Course sirtu kelas A = 55 cm Tahap II (030-050) : - Aspal Beton/Laston = 4 cm b. Konstruksi Perkerasan Pile Slab, dengan susunan: - Beton (K-350) = 18,185.58 m 3 - Penyediaan Tiang Pancang Pra Cetak Pra Tekan diameter 40 cm = 76,356 m - Pemancangan Tiang Pancang Pra Cetak Pra Tekan diameter 40 cm = 76,356 m - Expantion joint type (Joint sealent) = 7,131.6 - Besi Tulangan U-39 Ulir = 818,339.76 m 3 Berdasarkan hasil perencanaan serta perhitungan biaya seperti pada bab VII, diketahui perencanaan perkerasan menggunakan pile slab memerlukan biaya awal pembuatan lebih besar dibanding perkerasan lentur. Namun biaya perawatan perkerasan pile slab lebih kecil dibanding perkerasan lentur. Adapun total perhitungan biaya seperti berikut: a.total anggaran biaya perkerasan lentur = biaya pembuatan + biaya perawatan =Rp. 9,117,365,085.31+Rp. 46,400,506,888.9 =Rp. 75,517,871,974.3 b.total anggaran biaya perkerasan pile slab = biaya pembuatan + biaya perawatan = Rp. 58,953,046,50.6+ Rp. 8,560,878,895.97 = Rp. 67,513,95,146.59 Perhitungan biaya operasi kendaraan menggunakan metode ND. Lea. Untuk perkerasan lentur diasumsikan mulai tahun 011-014 kondisi good, sedangkan tahun 015 mencapai kondisi fair. Tahun 016-019 kondisi good, tahun 00 kondisi fair, begitu seterusnya sampai tahun 050. Sedangkan untuk perkerasan pile slab tahun 011-019 kondisi good, tahun 00 kondisi fair. Tahun 01-09 kondisi good, tahun 030 kondisi fair, begitu seterusnya sampai tahun 050. Dalam hal ini metode ND. Lea Consultant kurang begitu bagus digunakan untuk perhitungan keausan ban karena pengasumsian yang sama untuk angka indeks jenis permukaan pada jalan baru.. Dari hasil evaluasi ekonomi didapatkan hasil : a.untuk perhitungan B/C Ratio masing-masing alternatif didapat : -Perkerasan lentur Benefit : Rp. 565,186,001,968.68 Cost : Rp. 75,517,871,974.3 B/C ratio : 7,48 -Perkerasan Pile Slab Benefit : Rp. 588,70,34,909.3 Cost : Rp. 67,513,95,146.59 B/C ratio : 8,7 b.jika perhitungan dengan cara membandingkan alternatif maka didapat: Alternatif dibanding alternatif 1 : Benefit : 3,516,3,940.55 Cost : 8,003,946,87.64 B/C :.94 > 1 Perhitungan kedua alternatif di atas samasama benar, dan didapatkan suatu kesimpulan bahwa perkerasan menggunakan pile slab lah yang lebih ekonomis jika digunakan pada ruas jalan Babat-Bojonegoro tersebut. 8.. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang bisa diberikan adalah : 1.Pada perencanaan dan pembangunan sebuah proyek jalan haruslah disesuaikan dengan kondisi lokasi proyek. Misalnya kondisi tanah dasar yang sudah bagus, maka lebih ekonomis jika menggunakan perkerasan lentur, apabila kondisi tanah dasar yang tidak bagus, maka lebih ekonomis menggunakan perkerasan kaku atau perkerasan pile slab seperti halnya pada proyek ruas jalan Babat-Bojonegoro..Perencanaan jalan yang bagus tidak akan memerlukan biaya perawatan yang terlalu besar, oleh karena itu sebaiknya dalam perencanaan suatu jalan maka haruslah direncanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak memerlukan total biaya yang besar. 3.Semakin baik kondisi suatu jalan, maka dapat memperkecil pengeluaran untuk biaya operasional kendaraan