Gambar 1.1. Jumlah pulau menurut kabupaten/kota (BPS KEPRI, 2012)

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI

PRODUKSI CABAI BESAR DAN CABAI RAWIT 2013 PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

1. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis, berkeadilan, tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi bagi tingkat inflasi di beberapa wilayah di Indonesia. Solopos

BERITA RESMI STATISTIK

3. Jumlah Siswa SMP dan MTs Lulus/Tidak lulus Tahun Pelajaran 2013/2014 No Kab/kota

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Pola Pembentukan Harga Barang Kebutuhan Pokok Penyumbang Inflasi Pasar Tradisional di Kota Dumai ANY WIDAYATSARI HJ.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

UTARA Vietnam & Kamboja

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

LAPORAN STUDI BANDING KARYASISWA BAPPENAS MPP-UNAND PADANG ANGKATAN IX KE PEMERINTAH PROVINSI KEPRI 27 S.D 29 MARET 2013

BAB V PENUTUP 5.1 Pendahuluan 5.2 Kesimpulan Peta Kompetensi Siswa 1) Kelompok IPA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

ARAH KEBIJAKAN PROVINSI DALAM PEMETAAN DAN PEMANFAATAN POTENSI SDA KAWASAN PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

Jurnal Ilmiah Dunia Ilmu Vol.1 Nomor 2 April 2015

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPRI FEBRUARI 2010

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Tahun Bawang

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,99

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STATISTIK DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU kepri.bps.go.id

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

Laporan Pelaksanaan PST BPS Provinsi Kepulauan Riau

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JULI 2014 INFLASI 0,24 PERSEN

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POTRET USAHA PERTANIAN KEPULAUAN RIAU (HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013)

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

STATISTIK DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU kepri.bps.go.id

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota)

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KARIMUN

ISU STRATEGIS, PERMASALAHAN, DAN ARAH PEMBANGUNAN RPJMD

KAWASAN AMERIKA SELATAN DAN KARIBIA SEBAGAI TUJUAN EKSPOR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

6.1. Tahapan Pengolahan Daftar SPH

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 07 Februari 2016 s/d 12 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2013

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN NOVEMBER 2015

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2017

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN USAHA TANI PADI PROVINSI KEPRI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang - Undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga. Provinsi Kepulauan Riau secara administratif, pada tahun 2008 mengalami pemekaran wilayah, dimana berdasarkan UU No.33/2008 Kabupaten Natuna dibagi menjadi Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang terdiri dari beberapa pulau besar dan pulau-pulau kecil. Data badan pusat statistik provinsi kepulauan riau (BPS, 2012) Jumlah pulau di provinsi Kepulauan Riau 1.795 buah pulau, dimana 304 pulau sudah berpenghuni dan 1.401 pulau belum berpenghuni. Jarak antara pulau yang satu dengan pulau yang lainnya terpaut jauh terutama untuk pulau-pulau besar yang sudah berpenghuni membuat jalur transportasi barang semakin sulit. Gambar 1.1. Jumlah pulau menurut kabupaten/kota (BPS KEPRI, 2012)

2 Tabel 1.1 Jarak antara Kota Batam dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau (BPS KEPRI, 2012) Dari sisi aktivitas distribusi komoditi pangan di Provinsi Kepulauan Riau. Hal - hal yang mempengaruhi rantai pasok komoditi pangan yaitu : 1. Karakteristik daerah terdiri dari beberapa pulau, dimana jarak antar pulau terpaut jauh membuat alur ditribusi pada tahapan rantai pasok (supply chain) komoditi pangan di Provinsi Kepulauan Riau menjadi panjang karena menghubungkan dari satu pulau ke pulau lain. 2. Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari 95% lautan dan 5% daratan dari total luas seluruh Provinsi Kepulauan Riau maka faktor iklim akan mempengaruhi terhadap kelancaran alur distribusi produk komoditi pangan. Seperti terjadinya musim utara yang diikuti oleh gelombang yang tinggi. Apabila gelombang laut tinggi maka pelayaran tidak bisa ditempuh oleh kapal kecil sehingga harus ditempuh oleh kapal besar. Penjelasan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam (antarakepri.com, 2014). Berdasarkan badan pusat statistik Provinsi Kepulauan Riau (BPS, 2012 dan 2013), bahwa ketersediaan komoditi bahan pangan perlu mendapat perhatian dikarenakan tidak seimbangnya antara produksi bahan pangan di dalam Provinsi Kepulauan Riau dengan pasokan kebutuhan bahan pangan dari luar Provinsi Kepulauan Riau. Hampir seluruhnya dari total kebutuhan komoditi bahan pangan di Kepulauan Riau didatangkan dari luar Provinsi Kepulauan Riau. Terutama

3 produk - produk yang bersifat mudah rusak dan jumlah produksi untuk kebutuhan dalam daerah sendiri yang sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini tersaji pada tabel 1.2 dan tabel 1.3. Tabel 1.2 Ketersediaan pangan beberapa komoditi di Kepri (BPS KEPRI, 2012) Tabel 1.3 Produksi tanaman sayuran semusim tahun 2013 (BPS KEPRI, 2013) No Komoditi Produksi (ton) 1 Bawang Merah 0 2 Wortel 0 3 Tomat 1,581.00 4 Petsai/Sawi 42,748.00 5 Kacang Panjang 47,283.00 6 Kangkung 65,617.00 7 Mentimun 73,002.00 Sebagai contoh komoditi pangan jenis cabe merah, harga cabe merah di pulau Batam Rp 28.000,- sedangkan harga cabe merah di pulau Bintan Rp 36.000,-. Terdapat selisih harga antara pulau Batam dengan pulau Bintan. Contoh lain untuk harga komoditi pangan dalam satu daerah yaitu di kota Tanjungpinang terdapat pada lampiran 4. Masalah akan timbul ketika produk tersebut merupakan produk yang tidak tahan lama (perishable) atau cepat sekali rusak jika disimpan tanpa perlakuan dan penanganan khusus serta memiliki rantai pasok (supply chain) yang panjang. Kualitas dari produk akan menurun signifikan sepanjang rantai pasok. Pada lampiran 4 dapat dilihat bahwa hampir semua produk yang tergolong produk mudah rusak mengalami fluktuasi harga terutama produk - produk dalam kelompok sayur - sayuran.

4 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rantai pasok komoditi pangan seperti jalur distribusi yang panjang dan faktor iklim. Hal ini akan mempengaruhi harga suatu komoditi pangan antara satu pulau dengan pulau yang lainnya, mulai dari produsen hingga ke konsumen akhir setelah melalui tahapan pada supply chain. Penelitian ini dilakukan untuk pemetaan proses supply chain produk yang mudah rusak (perishable) dan mencari besarnya nilai tambah di masing-masing pelaku supply chain. 1.3. Batasan Masalah Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa batasan sebagai berikut : a. Penelitian dilakukan di Provinsi Kepulauan Riau, yang meliputi daerah penelitian adalah Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Lingga, Kabupetan Kepulauan Anambas dan Kabupeten Natuna. b. Penelitian ini difokuskan kepada produk komoditi pangan yang merupakan produk yang mudah rusak (perishable) serta memiliki life cycle yang pendek. c. Jenis produk yang akan diteliti adalah produk cabe merah, bawang merah telur, tomat, dan wortel. Dasar dari pemilihan produk ini adalah dari sisi produksi di dalam provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel 1.2 dan tabel 1.3. Pada tabel 1.2 terlihat bahwa produksi cabe secara keseluruhan tidak dapat memenuhi ketersedian atau kebutuhan selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dan begitu juga dangan komoditi telur. Pada tabel 1.3 untuk komoditi bawang merah dan wortel produksi didalam daerah tidak ada sama sekali serta komoditi tomat produksinya tergolong kecil dibandingkan dengan produksi komoditi petsai/sawi, kacang panjang, kangkung dan ketimun.

5 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pemetaan proses supply chain produk yang mudah rusak (perishable) yaitu produk cabe merah, bawang merah, telur, tomat, dan wortel. b. Menghitung nilai tambah dari sisi harga dan cost pada masing - masing pelaku supply chain pada produk cabe merah, bawang merah, telur, tomat, dan wortel. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah pengetahuan tentang nilai tambah pada rantai pasok produk mudah rusak (perishable) cabe merah, bawang merah, telur, tomat, dan wortel dan ketersediaan supply produk dengan harga yang terjangkau serta kualitas yang baik diprovinsi Kepulauan Riau.