Jurnal Kesehatan Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh : RISKA ROSITA J PROGRAM FAKULTAS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016

ASUPAN MAKANAN DAN PERTUMBUHAN BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR

SUMMARY HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KAIDUNDU KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke Dalam Upaya Rehabilitasi Di RS St. Elisabeth Medan

Pengaruh Riwayat Pemberian ASI Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT. : Unmet need, Family Planning

Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Jalan Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: Latar Belakag

Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR

Julia Alistawaty Purba 1, Erna Mutiara 2, Heru Santosa 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

Jenis Pekerjaan Utama Responden di Lokasi Studi.

46 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

Keywords : Bank Waste, Community Participation, Characteristics, Enabling Supporting

HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap F RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Fator-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care K4 di Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo

Sri Lestari Kartikawati, Endang Sutedja, Dzulfikar DLH ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

Dwi Rohmadi Mustofa, Ide Lia Marzuki,Ihsan Mustofa Jl. Raya Wonokriyo Gadingrejo Pringsewu Abstract.

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pemilahan Data

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche Siswi SMP Adabiah

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB V HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan neonatus yang memenuhi kriteria inklusi

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado * Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

PEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN

EFEKTIVITAS ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KOMUNIKASI, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SOSIALISASI KARIR, DAN JENJANG KARIR

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: NIKI WINDA RUKMINI NPM:

HUBUNGAN KESEHATAN RUMAH TINGGAL TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA BALITA DI DESA SAMBANGAN KECAMATAN BATI-BATI KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI MADRASAH ALIYAH AL-HUDA KOTA GORONTALO

HUBUNGAN GAYA HIDUP IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA CORRELATION LIFESTYLE OF PREGNANT WOMEN WITH PREECLAMPSIA

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO. Julia Angkow Fredna Robot Franly Onibala

PENERAPAN REGRESI COX DAN REGRESI PARAMETRIK UNTUK ANALISIS SURVIVAL PASIEN JANTUNG MENGGUNAKAN R SOFTWARE

PENERAPAN REGRESI COX DAN REGRESI PARAMETRIK UNTUK ANALISIS SURVIVAL PASIEN JANTUNG MENGGUNAKAN R SOFTWARE

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

HUBUNGAN IKLAN MAKANAN DAN MINUMAN DI MEDIA MASSA DENGAN FREKUENSI KONSUMSI JUNK FOOD PADA REMAJA DI SMA NEGERI 13 PALEMBANG TAHUN 2009

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sampling, (e) Validitas dan Reliabilitas, (f) Metode analisis data

Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang

ANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK

HUBUNGAN BAURAN PEMASARAN DENGAN KEPUTUSAN MEMILIH BEROBAT DI POLIKLINIK AMBUN PAGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Delsa Dezolla *

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

PERBEDAAN KEPUTUSAN MEMBELI NETBOOK DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI NOTEBOOK

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 53 pasien dengan polineuropati diabetika DM

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

*Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten

KEMANDIRIAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU SEKS DAN KEHAMILAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Jurnal Farmanesia, 9/11(2016), 24-34

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan seharihari,

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

FAKTOR RISIKO TERJADINYA PNEUMONIA PADA ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT. : Ice chocolate, hygiene handler, Coliform, Escherichia coli

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

HUBUNGAN CARING PERAWAT PELAKSAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

PENGARUH PENERAPAN MUATAN LOKAL ILMU GIZI BERBASIS MAKANAN KHAS DAERAH GORONTALO TERHADAP PERILAKU GIZI SISWA SMU DI KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Unnes Journal of Public Health

Peramalan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah Terhadap Dolar Tahun 2017 dengan Menggunakan Metode Arima Box-Jenkins

Unnes Journal of Public Health

Transkripsi:

KEMAS 8 (1) (2012) 1-10 Jurnal Kesehatan Masyarakat htt://journal.unnes.ac.id/nju/index.h/kemas PENENTU KEBERHASILAN BERHENTI MEROKOK PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Riska Rosita a,, Dwi Linna Suswardany a, Zaenal Abidin b a Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia b Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Malahayati, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Maret 2012 Disetujui Aril 2012 Diublikasikan Juli 2012 Keywords: Smoking habitual Cause smoking Quitting smoking factors Abstrak Keberhasilan berhenti merokok ada individu berbeda satu dengan lainnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan berhenti merokok ada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dengan endekatan cross sectional dan menggunakan rumus Lameshow, samel dalam enelitian diambil sebanyak 89 mahasiswa laki-laki reguler angkatan 2008-2010 FIK UMS dari oulasi sebanyak 584. Samel meruakan erokok aktif atau ernah menjadi erokok aktif, yang diilih dengan menggunakan teknik Snowball Samling. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data enelitian ini adalah uji Chi Square dan dilanjutkan dengan uji Logistic Regresion. Untuk variabel lama merokok, ersesi alasan berhenti merokok dan uaya berhenti merokok dianalisis berdasakan hasil Fisher Exact (two-sided). Hasil enelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor frekuensi merokok ( = 0,001; OR = 5,181) dan faktor niat berhenti merokok ( = 0,001; OR = 14,389) dengan keberhasilan berhenti merokok ada mahasiswa FIK UMS. Selanjutnya tidak ada hubungan antara faktor jumlah rokok ( = 0,158), lama merokok ( = 0,093), alasan berhenti merokok ( = 0,155), dan faktor uaya berhenti merokok (= 0,706) dengan keberhasilan berhenti merokok ada mahasiswa FIK UMS. Abstract Stoing smoking is not something easy to do. The success of stoing smoking is different between one erson to another, deends on the individual. This research aimed to know what factors related to the success of stoing smoking of Health Faculty students in Muhammadiyah Universty of Surakarta. With the aroach of cross sectional design, samle of this research were regular male students at the year 2008-2010 of Health Faculty of Muhammadiyah Univesity of Surakarta, which consist of 89 active smokers or exsmokers. All samle were taken by snowballing samling technique. The data were analyzed by chi square test and continued to logistic regression test. The result showed that there were relation between smoking frequency factors (=0,001; OR=4,367; very low closeness), smoking factors in the ast time (=0,042; OR=2,48; low closeness) and the intention to sto smoking (=0,001;OR=14.683; very low closeness) and sto smoking success of the FIK UMS students. Furthermore, there were no relation between cigarette quantity factors (=0,263), the reason of stoing smoking (=0,085), and the effort of stoing smoking to the successfulness of stoing smoking of FIK UMS. 2012 Universitas Negeri Semarang Alamat koresondensi: Jl. A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57102 E-mail: romance_rose@ymail.com ISSN 1858-1196

Pendahuluan Permasalahan akibat merokok saat ini sudah menjadi toik yang terus-menerus dibicarakan. Telah banyak artikel dalam media cetak dan ertemuan ilmiah, ceramah, wawancara radio atau televisi serta enyuluhan mengenai bahaya rokok dan kerugian yang timbul karena merokok. Salah satunya adalah asek sosial yang memengaruhi keluarga, teman, dan rekan kerja. Seseorang yang bukan erokok aabila terus-menerus terkena asa rokok daat menderita damak risiko enyakit jantung dan kanker aru-aru. Menurut Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi ersoalan sosial ekonomi. Terdaat 60% dari erokok aktif atau sebesar 84,84 juta orang dari 141,44 juta orang adalah mereka yang berasal dari enduduk miskin atau ekonomi lemah yang sehari-harinya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan okoknya. Selain itu, dengan berkurangnya hari bekerja yang disebabkan sakit, maka erokok menurunkan roduktivitas ekerja. Dengan demikian, jumlah endaatan yang diterima berkurang dan engeluaran meningkat untuk biaya berobat. Menurut WHO (2002), Indonesia menemati urutan kelima dalam konsumsi rokok di dunia. Rokok telah menjadi salah satu enyebab kematian terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI (2011), akibat rokok di Indonesia menyebabkan 9,8% kematian karena enyakit aru kronik dan emfisema ada tahun 2001. Selain itu rokok meruakan enyebab stroke sebesar 5% dari jumlah kasus stroke yang ada. Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun teraar asa rokok di lingkungannya. Akibatnya mereka mengalami ertumbuhan aru yang lambat dan lebih mudah terkena infeksi saluran ernaasan, infeksi telinga dan asma. Dierkirakan hingga menjelang 2030 kematian akibat merokok akan mencaai 10 juta ertahunnya dan di negara berkembang dierkirakan tidak kurang 70% kematian yang disebabkan oleh rokok. Meningkatnya kematian akibat rokok berbanding lurus dengan jumlah remaja erokok yang setia tahunnya cenderung mengalami eningkatan. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2010, di Indonesia usia erokok makin muda, yaitu sebanyak 1,7% erokok mulai merokok ada usia 5-9 tahun. Persentase nasional enduduk berumur 15 tahun ke atas yang merokok setia hari sebesar 28,2%. Lebih dari searuh (54,1%) enduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas meruakan erokok harian. Persentase enduduk erokok yang merokok tia hari tamak tinggi ada kelomok umur roduktif (25-64 tahun) dengan rentang 30,7%-32,2%. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang meruakan mahasiswa laki-laki erokok aktif sebesar 66,6% (Pabelan Pos, 2009). Di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (FIK UMS), diketahui ersentase mahasiswa yang erokok yaitu 63 orang (64,9%) dan ersentase mahasiswa yang bukan erokok yaitu 34 orang (35,1%) (Purnomo, 2010). Sedangkan Dekan FIK UMS sendiri telah mengeluarkan SK nomor 928/KET/XII/2007 mengenai eraturan larangan merokok di lingkungan FIK UMS, namun eraturan tersebut masih diabaikan oleh mahasiswa. Hal ini terbukti karena masih ditemukan mahasiswa yang merokok di dean kelas, taman, kamar mandi, atau temat lainnya. Meskiun tidak daat diketahui secara asti aakah ara erokok tersebut meruakan mahasiswa FIK saja atau ada juga mahasiswa non FIK yang merokok di lingkungan FIK UMS. Berdasarkan hasil survei endahuluan ada beberaa mahasiswa FIK UMS yang erokok, didaatkan 72% mahasiswa erokok berkeinginan berhenti merokok, sedangkan 28% tidak ingin berhenti merokok. Faktor yang mendorong mereka untuk berhenti merokok sangat beragam, umumnya karena mahasiswa FIK UMS sudah mengetahui tentang damak rokok ada kesehatan, selain itu juga menjadikan erilaku boros, diremehkan wanita, dan haram hukumnya. Hasil enelitian Syafie (2009) ada mantan erokok di Kota Semarang menunjukkan erbedaan keberhasilan berhenti merokok ada individu satu dengan lainnya, tergantung ada enyebab awal merokok, rentang waktu menjadi erokok, dosis rokok yang dihisa, dan kuatnya gejolak yang dialami. Meskiun telah memiliki keinginan, berhenti merokok bukanlah hal yang mudah, terutama 2

bagi erokok berat, yakni rentang waktu merokok yang lama dan dosis yang tinggi. Oleh karena itu akan dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk daat berhenti merokok. Penelitian tersebut meruakan enelitian kualitatif yang lebih mengutamakan ada informasi tentang roses sosial mulai dari enyebab merokok hingga ada berhenti merokok. Pada enelitian kali ini, eneliti telah melakukan enelitian kuantitatif untuk memelajari distribusi karakteristik erokok dan mantan erokok serta hubungan variabel satu dengan lainnya ada tingkat individu-individu. Tujuan khusus enelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan keberhasilan berhenti merokok ada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang meliuti faktor jumlah rokok, frekuensi merokok, lama merokok, alasan berhenti merokok, niat berhenti merokok, dan uaya berhenti merokok, kemudian dilanjutkan dengan menghitung besarnya eluang keberhasilan berhenti merokok ada individu berdasarkan kondisi variabel indeendennya. Metode Jenis enelitian ini adalah enelitian survei dengan desain otong lintang (cross sectional.) Poulasinya yaitu semua mahasiswa laki-laki reguler angkatan 2008-2010 FIK UMS sebanyak 584 orang. Besar samel dihitung dengan rumus Lameshow et al. (1990) dalam Murti (2010) dan dieroleh 89 samel yang meruakan mahasiswa laki-laki FIK UMS yang benar-benar merokok dan atau ernah merokok. Samel diambil dengan teknik snowball samling (enculikan bola salju) karena tidak terdaat daftar mahasiswa erokok atauun yang sudah berhenti merokok. Untuk mengetahui hubungan antara variabel indeenden dengan variabel deenden maka eneliti menggunakan uji statistik chi square dan uji fisher exact yang dilanjutkan dengan menghitung besarnya eluang risiko individu berdasarkan kondisi variabel indeendennya dengan menggunakan uji statistik regresi logistik. Analisis data dilakukan dengan tingkat signifikan =0,05 (taraf keercayaan 95%). Hasil dan Pembahasan Analisis univariat Tabel 1. Karakteristik Resonden Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah rokok (batang / hari) (1) Ringan ( 10) 74 83,1 (2) Berat (>10) 15 16,9 Frekuensi merokok (hari / minggu) (1) Sering (³ 4) 72 80,9 (2) Kadang-kadang ( 3) 17 10,1 Lama merokok (bulan) (1) Pendek (< 12) 7 7,9 (2) Panjang (³ 12) 82 92,1 Skor alasan berhenti merokok (1) Positif (23-44) 84 94,4 (2) Negatif (11-22) 5 5,6 Niat berhenti merokok (1) Kuat 31 34,8 (2) Tidak kuat 58 65,2 Skor uaya berhenti merokok (1) Baik (15-27) 8 9,0 (2) Kurang ( 14) 81 91,0 Keberhasilan berhenti merokok (1) Berhasil 32 36,0 (2) Tidak berhasil 57 64,0 3

Anilisis bivariat Tabel 2. Hubungan antara Jumlah Rokok dengan Keberhasilan Berhenti Merokok ada Mahasiswa FIK UMS Rata-rata Rokok (btg/ hari) Keberhasilan berhenti merokok Total Berhasil % Tidak Berhasil % Orang % Ringan ( 10) 29 90,6 45 78,9 74 83,1 Berat (> 10) 3 9,4 12 21,1 15 16,9 0,158 Tabel 3. Hubungan antara Frekuensi Merokok dengan Keberhasilan Berhenti Merokok ada Mahasiswa FIK UMS Frek merokok (hari/mgu) Keberhasilan berhenti merokok Total Berhasil % Tidak Berhasil % orang % Sering (³ 4) 20 62,5 52 91,2 72 80,9 Kadang-kadang ( 3) 12 37,5 5 8,9 17 19,1 0,001 Tabel 4. Hubungan antara Lama Merokok dengan Keberhasilan Berhenti Merokok ada Mahasiswa FIK UMS Lama Merokok (bulan) Keberhasilan Berhenti Merokok Total Berhasil % Tidak Berhasil % Orang % Pendek (< 12) 5 15,6 2 3,5 7 7,9 Panjang (³ 12) 27 84,4 55 96,5 82 92,1 0,093 Tabel 5. Hubungan antara Alasan Berhenti Merokok dengan Keberhasilan Berhenti Merokok ada Mahasiswa FIK UMS Skor Keberhasilan berhenti merokok Total Berhasil % Tidak Berhasil % Orang % Positif (23-44) 32 100 52 91,2 84 94,4 Negatif (11-22) 0 0 5 8,8 5 5,6 0,155 Tabel 6. Hubungan antara Niat Berhenti Merokok dengan Keberhasilan Berhenti Merokok ada Mahasiswa FIK UMS Keberhasilan berhenti merokok Total Niat Berhasil % Tidak Berhasil % Orang % Kuat 23 71,9 8 14,0 31 34,8 Tidak kuat 9 28,1 49 86,0 58 65,2 0,000 4

Tabel 7. Hubungan antara Uaya Berhenti Merokok dengan Keberhasilan Berhenti Merokok ada Mahasiswa FIK UMS Skor Keberhasilan berhenti merokok Total Berhasil % Tidak Berhasil % Orang % Baik (15-27) 2 6,2 6 10,5 8 9,0 Kurang ( 14) 30 93,8 51 89,5 81 91,0 0,706 Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor-faktor Keberhasilan Berhenti Merokok Variabel indeenden OR CI 95 % Lower Uer Frekuensi merokok a. Sering 1 b. Kadang-kadang,020 5,181,048,774 Niat berhenti merokok a. Tidak kuat 1 b. Kuat,000 14,389 4,692 44,134 N = 89 Log lokelihood = 116,262 Pseudo R 2 = 0,461 Resonden yang berjumlah 89 mahasiswa, 16,9% diantaranya adalah erokok berat. Berdasarkan frekuensi merokoknya, resonden yang memiliki kebiasaan merokok sering (³ 4 hari dalam satu minggu) atau hamir setia hari merokok, yaitu sebesar 80,9%. Sebagian besar resonden telah merokok dalam jangka anjang dengan kurun waktu lebih dari 12 bulan (satu tahun) yaitu sebesar 92,1%. Dengan melihat ersesi alasan berhenti merokok, resonden dengan ersesi negatif atau yang tidak menyadarinya entingnya berhenti merokok yaitu sebesar 5,6%, ini akibat dari keterbatasan ada engalaman atau informasi yang individu eroleh. Sedangkan ada saat individu memulai usaha untuk berhenti merokok, sebanyak 65,2% resonden memiliki niat tidak kuat yaitu hanya sekedar mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi secara bertaha. Resonden yang melakukan uaya berhenti merokok dengan kategori masih kurang (total skor 14) yang dilihat berdasarkan ada berbagai metode uaya berhenti merokok sebanyak 91,0%. Dan dari 89 resonden tersebut, 64% diantaranya meruakan erokok yang masih gagal dalam melakukan usaha untuk berhenti merokok. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik (Tabel 8), nilai Pseudo R 2 sebesar 0,461 yang berarti bahwa ada enelitian ini kedua variabel indeenden tersebut mamu menjelaskan variasi keberhasilan berhenti merokok sebesar 46,1 % dan sisanya yaitu sebesar 53,9 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Kedua variabel indeenden tersebut adalah faktor frekuensi merokok (=0,020; OR=5,181; CI 95%=0,048-0,774) dan faktor niat berhenti merokok (=0,000; OR=14,389; CI 95%=4,692-44,134). Sedangkan variabel indeenden yang tidak berhubungan dengan keberhasilan berhenti merokok adalah faktor jumlah rokok, lama merokok, alasan berhenti merokok, dan uaya berhenti merokok. Berdasarkan hasil analisis uji chi square didaatkan nilai =0,158 sehingga ada enelitian ini tidak ada hubungan antara faktor jumlah rokok dengan keberhasilan berhenti merokok ada mahasiswa FIK UMS. Dengan kata lain, ada enelitian ini mahasiswa yang erokok aktif atau ernah menjadi erokok baik erokok ringan, sedang, mauun berat, sama-sama memiliki eluang untuk daat berhasil atau tidak berhasil berhenti merokok. Hasil enelitian ini tidak sesuai dengan teori Ellizabet (2010), yang menyebutkan bahwa semakin banyak jumlah nikotin yang 5

menumuk dalam tubuh maka erokok semakin sulit untuk meninggalkan rokoknya. Hal tersebut disebabkan oleh nikotin yang mamu menimbulkan erasaan menyenangkan yang membuat erokok ketagihan ingin merokok lebih banyak dan akan menambah jumlah batang rokok yang dihisa er harinya. Bisa dikatakan bahwa erokok yang awalnya baru coba-coba nantinya akan menjadi erokok berat yang semakin sulit untuk meninggalkan rokok. Pada enelitian ini, walauun batang rokok yang dihisa sudah sangat banyak, namun ada faktor lain yang memengaruhi keberhasilan berhenti merokok ini. Susanna (2003) menyimulkan bahwa erokok akan semakin mudah untuk berhenti merokok ketika kesehatannya terganggu akibat semakin banyaknya jumlah rokok yang dihisa. Hal tersebut terjadi karena ada dasarnya toksisitas suatu zat ditentukan oleh besarnya aaran (dosis). Nikotin yang masuk ke dalam tubuh erhari daat dihitung. Meskiun dosis yang dihisa erharinya masih di bawah dosis toksik, namun bila ini dilakukan secara terusmenerus maka daat mengakibatkan gangguan kesehatan. Cahyono (2008) menyebutkan bahwa semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi maka semakin tinggi risiko terkena berbagai macam enyakit, sehingga erokok akan berusaha lebih keras untuk daat berhenti menghisa rokok dengan mengurangi jumlah rokok yang mereka isa atau langsung berhenti merokok secara total. Tyas dan Pederson (1998) juga menyatakan bahwa keedulian terhada status kesehatan seseorang meruakan faktor rotektif terhada inisiasi merokok. Oleh karena itu orang cenderung akan berhenti atau tidak memulai merokok bila mengerti akibat buruknya terhada kesehatan. Jumlah batang rokok yang dihisa erharinya oleh erokok berbeda satu dengan lainnya. Meskiun mereka samasama berkeinginan untuk berhenti merokok namun belum tentu semuanya berhasil. Oleh karena itu tidak ada erbedaan yang bermakna ada erokok ringan mauun berat terhada keberhasilan berhenti merokok. Hal ini mungkin disebabkan karena kadar nikotin yang diisa berbeda-beda berdasarkan merk rokok. Perbedaan ini diengaruhi oleh berbagai faktor antara lain jenis dan ramuan tembakau yang digunakan, jumlah tembakau dalam setia batang rokok, senyawa tambahan yang digunakan untuk meningkatkan aroma dan rasa, serta ada tidaknya filter dalam tia batang (Susanna, 2003). Oleh karena itu meskiun jumlah rokok yang dihisa erharinya sama namun dosis nikotin yang dihisa erharinya daat berbeda-beda antarindividu dan ada akhirnya menimbulkan efek nikotin yang berbeda ula. Berdasarkan hasil analisis uji chi square dieroleh nilai =0,001 dan dilanjutkan dengan uji regresi logistik dieroleh nilai =0,020, maka daat disimulkan bahwa ada enelitian ini terdaat hubungan antara faktor frekuensi merokok dengan keberhasilan berhenti merokok ada mahasiswa FIK UMS. Sedangkan besar nilai OR=5,181 dalam enelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang frekuensi merokoknya kadang-kadang ( 3 hari dalam seminggu) memiliki eluang untuk daat berhasil berhenti merokok sebesar 5,2 kali lebih mudah dibandingkan dengan yang frekuensi merokoknya sering (³ 4 hari dalam seminggu). Hasil enelitian ini sejalan dengan teori Ellizabet (2010), yang menyebutkan bahwa orang yang terlanjur memiliki kebiasaan merokok akan sulit untuk menghentikannya. Semakin sering frekuensi merokoknya maka semakin tinggi kandungan nikotin dalam tubuh. Semakin sering orang menghisa rokok secara berulang-ulang maka nikotin dalam tubuh akan lebih kuat untuk memberikan erasaan yang ositif. Meskiun ia tidak merokok setia hari namun bila ia merokok ada saat kondisi sikis yang mendukung untuk merokok, maka ia akan merokok berulangulang hingga kondisi sikisnya dirasa membaik dan akhirnya menjadi ketergantungan terhada rokok. Selain itu, secara sikis erokok yang sudah terbiasa sering mengambil batang rokok dan korek ai dari dalam sakunya, maka ketika ia meninggalkan kebiasaan itu maka ia akan merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidunya. Dengan demikian erokok akan semakin sulit meninggalkan kebiasaan merokoknya. Oleh karena itu keberhasilan berhenti merokok daat dirediksi melalui faktor frekuensi merokok. Berdasarkan hasil analisis uji statistik chi 6

square dieroleh nilai =0,093 sehingga ada enelitian ini tidak ada hubungan antara faktor lama merokok dengan keberhasilan berhenti merokok ada mahasiswa FIK UMS. Dengan kata lain, ada enelitian ini mahasiswa yang erokok aktif atau ernah menjadi erokok dengan rentang merokok kurang dari 12 bulan (satu tahun) atau bahkan lebih, mereka memiliki eluang yang sama untuk daat berhasil berhenti merokok. Hasil enelitian ini tidak sesuai dengan hasil enelitian Wismanto dan Sarwo (2006), yang menyimulkan bahwa lamanya kebiasaan merokok memiliki korelasi ositif dan sangat signifikan (r=0,251) dengan erilaku merokok. Semakin lama kebiasaan merokok dilakukan maka semakin kuat erilaku merokoknya. Jadi erokok akan semakin sulit untuk berhenti merokok. Hal yang membuat seseorang sulit berhenti merokok adalah nikotin. Semakin lama kandungan nikotin yang bersarang dalam tubuh maka semakin kuat erilaku merokoknya, sehingga erokok semakin sulit untuk meninggalkan rokoknya. Hal tersebut disebabkan oleh nikotin yang mamu menimbulkan erasaan menyenangkan yang membuat erokok ketagihan untuk terus merokok. Ketika ara erokok berusaha mengurangi atau mencoba berhenti merokok, maka berkurangnya kadar nikotin dalam tubuh mengakibatkan gejala yang disebut gejala sto nikotin, baik secara fisik mauun mental (Ellizabet, 2010). Gejala-gejala tersebut antara lain using, mulut kering, cemas, gelisah, sulit tidur, tidak sabaran atau mudah marah, sulit berkonsentrasi, berat badan naik, dan lain sebagainya. Gejala sto nikotin ini berlangsung ± 2 minggu. Jadi bila erokok tidak mamu berjuang melawan gejala tersebut maka daat menyebabkan orang tersebut akan kembali merokok untuk mengembalikan kadar nikotin dalam tubuhnya. Hasil enelitian ini juga tidak sesuai dengan Satiti (2009), yang menerangkan bahwa semakin lama orang merokok maka kesehatannya akan semakin terganggu, sehingga ia akan semakin mudah untuk berhenti merokok. Perilaku merokok dalam kurun waktu lebih dari satu tahun akan timbul gejala engkriutan kulit, batuk, sesak nafas, stamina yang menurun dan eredaran darah tidak lancar. Bila gejala tersebut sudah tamak ada erokok, maka erokok akan berusaha keras untuk segera berhenti merokok. Karena bila ia terus merokok maka risiko terjadi kanker aru-aru dan enyakit jantung akan semakin ceat. Oleh karena itu erokok akan lebih mudah untuk menghentikan kebiasaannya menghisa rokok hingga berhasil. Terjadinya erbedaan hasil enelitian ini dengan teori Satiti (2009) dan hasil enelitian Wismanto dan Sarwo (2006), disebabkan karena adanya kemungkinan gaya hidu yang berbeda. Ada erokok yang rutin melakukan olahraga dan juga menjaga ola makan yang teratur sehingga mereka memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dibanding dengan erokok yang ola hidunya tidak sehat. Jika seseorang kondisi fisiknya selalu terjaga dan terenuhi akan kebutuhan tubuh, maka risiko enyakit akibat rokok bisa berkurang atau tidak terasa walauun sebenarnya teta berisiko, sehingga ia tidak berniat untuk berhenti merokok. Namun di sisi lain, bila ingin berhenti merokok namun kesulitan dengan gejala sto nikotin, maka ia harus berjuang keras melawan gejala tersebut agar bisa berhenti merokok dengan mengingat bahwa setelah beberaa minggu, ia tidak lagi kecanduan nikotin secara fisik. Berdasarkan hasil analisis uji statistik chi square, dieroleh nilai = 0,155> 0,05 sehingga ada enelitian ini tidak ada hubungan antara ersesi alasan berhenti merokok dengan keberhasilan berhenti merokok ada mahasiswa FIK UMS. Hasil enelitian ini bertentangan dengan teori Azwar (2007), yang menyatakan bahwa engetahuan meruakan hal yang mendasari erilaku, sehingga bila engetahuan tinggi maka erilaku cenderung lebih baik dibandingkan bila engetahuan tidak tinggi. Dalam enelitian ini terdaat 94,4% mahasiswa yang memiliki ersesi yang ositif terhada alasan berhenti merokok yang ditunjukkan dengan sika erokok terhada entingnya berhenti merokok dengan memerhatikan berbagai damak akibat merokok, baik ada asek keagamaan, kesehatan, sosial, ekonomi dan sikologi. Oleh karena itu mereka bekeinginan untuk berhenti merokok. Menurut Istiqomah (2003), meskiun erokok mengetahui damak akibat merokok namun secara sikis mereka teta 7

meyakini hal ositif yang mereka eroleh jika mereka menghisa rokok, sehingga mereka masih kesulitan untuk menentukan berhenti merokok secara total. Terlebih ada saat mereka berkumul dengan teman-teman yang sesama erokok, atau ada saat kondisi stres, cemas, gelisah, marah, sulit tidur, dan lain sebagainya. Sesungguhnya ketenangan yang mereka eroleh dari menghisa rokok berasal dari nikotin yang merangsang otak untuk memroduksi doamin, yaitu sebuah senyawa yang membuat seorang erokok mendaatkan efek relaksasi dan rasa senang. Doamin inilah yang mengakibatkan roses kecanduan ada erokok. Tidak semua erokok yang memiliki ersesi ositif terhada alasan berhenti merokok tersebut daat berhasil berhenti merokok dengan mudah. Demikian juga dengan erokok yang ersesinya negatif, sebab berdasarkan informasi dan engalaman ia belum mengetahui entingnya berhenti merokok. Meskiun ara erokok megetahui entingnya berhenti merokok namun bila tana diikuti dengan niat dan tekad yang kuat, maka ersesi tersebut tidak daat untuk memrediksi keberhasilan berhenti merokok. Berdasarkan hasil analisis uji statistik chi square dieroleh nilai = 0,001 < 0,05 dan dilanjutkan dengan uji regresi logistik dieroleh nilai = 0,000 sehingga disimulkan bahwa ada hubungan antara niat berhenti merokok dengan keberhasilan berhenti merokok ada mahasiswa FIK UMS dengan tingkat keeratan sangat lemah. Sedangkan besar nilai OR = 14,389 maka disimulkan bahwa niat kuat berhenti merokok secara total memiliki eluang untuk berhasil berhenti merokok sebesar 14,4 kali lebih mudah dibandingkan dengan erokok yang hanya berniat mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi. Hasil ini sesuai dengan enelitian Wismanto dan Sarwo (2006), yang menyebutkan adanya hasil korelasi negatif dan signifikan antara variabel niat untuk berhenti merokok dengan erilaku merokok. Semakin kuat niat untuk menghentikan erilaku merokok maka semakin lemah erilaku merokok, demikian ula sebaliknya. Hasil enelitian ini juga sejalan dengan enelitian Laksono (2008) yang menunjukkan bahwa keberhasilan seseorang dalam usahanya untuk tidak merokok ditentukan oleh sejauh mana niatnya untuk berhenti merokok. Niat yang kokoh untuk berhenti merokok secara total akan menguatkan erokok untuk mengontrol erilakunya dalam kondisi aaun ada saat akan melakukan aktivitas merokok. Lain halnya dengan yang hanya berniat untuk mengurangi jumlah batang rokok yang dikonsumsi. Misalnya, yang biasanya menghisa 10 batang rokok er hari maka kini menjadi 8 batang rokok er hari, dan semakin hari semakin berkurang jumlah rokoknya. Dengan kata lain ia hanya mengurangi asuan nikotin secara bertaha dari waktu ke waktu. Sedangkan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa yang membuat seseorang sulit berhenti merokok adalah faktor nikotin. Bila nikotin masih terkandung dalam tubuh dan belum leas secara total, maka kemungkinan merokok lagi sewaktu-sewaktu bisa terjadi. Terlebih ada saat timbul kondisi-kondisi yang mendukung ia untuk merokok, seerti sedang stres, marah, cemas, gelisah atau lain sebagainya, maka sisa nikotin dalam tubuh akan bereaksi hingga daat memicu ketagihan merokok. Sehingga orang akan mencoba kembali menghisa rokok dan kebisaan merokoknya akan terulang terusmenerus. Dengan demikian, uayanya untuk berhenti merokok telah gagal. Oleh karena itu, keberhasilan berhenti merokok daat dirediksi melalui niat seseorang sebelum memulai berhenti merokok. Sesuai dengan teori Istiqomah (2003), yang menyatakan bahwa hal yang membuat remaja enggan atau kesulitan berhenti merokok karena faktor ketergantungan dengan zat kimia dan faktor kebiasaan sosial. Usaha untuk berhenti merokok akan sia-sia aabila tidak didasari dengan niat yang kuat. Sedangkan niat untuk berhenti merokok itu sendiri masih diengaruhi oleh faktor dukungan sosial untuk menghentikan erilaku merokok. Aabila lingkungan sosialnya menolak dan tidak senang terhada rokok maka individu akan merasa mamu merealisasikan niatnya untuk berhenti merokok semakin kuat. Sebaliknya, jika lingkungannya sesama erokok maka bagi erokok yang berencana berhenti merokok suaya memberitahukan keada lingkungan sosialnya, terutama orang terdekat yaitu orang tua dan teman-teman, sehingga mereka 8

nantinya akan mendukung dan menghargai usaha erokok tersebut. Namun jika lingkungan sosial di sekitarnya tidak tahu maka mereka akan merokok di hadaannya. Hal ini akan membuat erokok terengaruh untuk terus merokok dan niatnya untuk berhenti merokok menjadi tertunda atau tidak sama sekali. Oleh karena itu, langkah terbaik bagi erokok yang ingin menghentikan kebiasaan merokoknya ialah memiliki niat berhenti merokok secara total. Dengan demikian, enetuan niat berhenti merokok daat untuk memredisksi eluang keberhasilan berhenti merokok. Berdasarkan hasil analisis uji statistik chi square, didaatkan nilai = 0,706 > 0,05 sehingga ada enelitian ini tidak ada hubungan antara uaya berhenti merokok dengan keberhasilan berhenti merokok ada mahasiswa FIK UMS. Maka tidak ada erbedaan yang berarti dalam uaya yang dilakukan untuk berhenti merokok antara mahasiswa yang tidak berhasil berhenti merokok dengan yang telah berhasil berhenti merokok, atau biasa disebut mantan erokok. Hasil enelitian ini sesuai dengan enelitian Fawzani dan Tritnawati (2005), yang menyimulkan bahwa emilihan berbagai metode uaya berhenti merokok tidak daat memrediksi keberhasilan berhenti merokok bila tana diikuti faktor yang lain. Misalnya faktor niat, aabila tidak ada keinginan untuk berhenti merokok ada diri erokok, maka metode tersebut tidak akan berhasil. Sebaliknya, ketika seseorang berkeinginan untuk berhenti merokok, maka tidak cuku hanya dengan membulatkan tekad dan melawan keinginan merokok saja, melainkan ada juga uaya yang harus dilakukan untuk berhenti merokok. Menurut Jacken (dalam Syafie, 2009), ada dua metode yang dikembangkan ara ahli dalam dunia rokok untuk menghentikan kecanduan terhada rokok, yakni metode yang mengandalkan erubahan erilaku dan metode yang mengandalkan terai obatobatan. Peneliti mengkelomokan kedua metode tersebut menjadi emat kategori, yaitu berdasarkan erilaku, bahan dan alat bantu, motivator, dan konselor. Hasilnya, berbagai uaya berhenti merokok yang sudah dilakukan oleh mahasiswa yang telah berhasil berhenti merokok tidak berbeda jauh dengan mahasiswa yang tidak berhasil berhenti meorkok. Hal ini karena diengaruhi oleh niat awal sebelum mahasiswa memulai berhenti merokok. Selain niat, ikiran bawah sadar ikut berengaruh ada keberhasilan metode yang dilakukan sebagai uaya berhenti merokok. Menurut Ellizabet (2010), ikiran bawah sadar engaruhnya 9 kali lebih kuat dari ikiran sadar. Jadi erokok yang mengandalkan kekuatan otak bahwa dirinya saat itu juga harus berhenti merokok, maka kemungkinan besar uayanya untuk mengehentikan kebiasaan merokoknya akan berhasil. Oleh karena itu, seberaa besar uaya seseorang untuk berhenti merokok bila tana diikuti dengan faktor lainnya, maka tidak daat untuk memrediksi keberhasilan berhenti merokok. Faktor lain tersebut menurut hasil enelitian Syafie (2009) adalah, tergantung ada enyebab awal merokok, rentang waktu menjadi erokok, dosis rokok yang dihisa, dan kuatnya gejolak yang dialami. Penutu Keberhasilan berhenti merokok ada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta diengaruhi faktor frekuensi merokok dan faktor niat berhenti merokok yang keduanya memiliki keeratan sangat lemah. Sementara faktor jumlah rokok, lama merokok, ersesi alasan berhenti merokok, dan uaya berhenti merokok tidak berhubungan dengan keberhasilan berhenti merokok. Dinas Kesehatan disarankan untuk menyebarluaskan informasi keada masyarakat, khususnya bagi ara erokok mengenai entingnya berhenti merokok. Informasi bisa melalui leaflet, oster, media elektronik, atau enyuluhan dengan menanamkan niat berhenti secara total sebagai faktor utamanya. Sedangkan bagi jajaran fakultas diharakan daat meningkatkan kekefektifan eraturan larangan merokok di lingkungan FIK UMS yang berdasarkan ada SK Dekan FIK UMS nomor 928/KET/XII/2007, kemudian disertai dengan menegakkan sanksi terhada mahasiswa yang melanggar yaitu dengan menyita Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan denda sebesar R 50.000,00. Niat berhenti merokok secara total memberikan kontribusi aling besar ada 9

mahasiswa yang berhasil berhenti merokok. Jadi bagi mahasiswa yang sudah berhenti merokok maka suaya memertahankannya jangan samai mimiliki niat untuk mencoba merokok lagi. Dan bagi mahasiswa yang masih merokok, segera berniat menghentikan kebiasaan merokok secara total dengan berdasarkan informasi yang teat atau engalaman dari ara mantan erokok. Penelitian ini masih bisa dikembangkan lagi dengan variabelvariabel yang lebih komleks dan belum diteliti, sehingga daat diketahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan keberhasilan berhenti merokok. Misalnya, erbandingan kadar nikotin dan tar dalam komonen rokok, emilihan metode atau terai dalam enentuan tingkat keberhasilan berhenti merokok, atau endalaman tentang erilaku relase ada mantan erokok (keinginan mencoba mengulang merokok lagi). Daftar Pustaka Pabelan Pos. 2009. Menghentikan erokok aktif dengan terai.. Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan Universitas Muhammadiyah Surakarta Azwar, E. 2007. Determinan erilaku merokok ada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis. Yogyakarta: Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada. Cahyono, S. 2008. Gaya Hidu & Penyakit Modern. Yogyakarta : Kanisius Ellizabet, I. 2010. Sto merokok (sekarang atau tidak sama sekali). Yogyakarta: Garailmu Fawzani, N. dan Triratnawati, A. 2005. Terai berhenti merokok (studi kasus erokok berat). Makara, Kesehatan. Vol. 9. No.1. Juni 2005: 15-24 Istiqomah, U. 2003. Uaya Menuju Generasi Tana Rokok. Surakarta: Seti-Aji. Kementrian Kesehatan Reublik Indonesia. 2011. Pedoman Pengembangan Kawasan Tana Rokok. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Laksono, W.T. 2008. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Intensi Berhenti Merokok ada Mahasiswa. Skrisi. Surakarta: Fakultas Psikologi UMS Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Samel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan (edisi ke-2). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Purnomo. 2010. Hubungan erilaku merokok dan stres dengan insomnia ada mahasiswa lakilaki Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skrisi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMS Satiti, A. 2009. Strategi Rahasia Berhenti Merokok. Yogyakarta: Datamedia Susanna, D., Hartono, B., dan Fauzan, H. 2003. Penentuan Kadar Nikotin dalam Asa Rokok. Makara, Kesehatan. Volume 7. No.2. Desember Syafie R. dkk. 2009. Sto smoking : studi kualitatif terhada engalaman mantan ecandu rokok dalam menghentikan kebiasaannya. Semarang: Universitas Dionegoro Tyas, S.L. dan Pederson, L.L. 1998. Psychosocial factors related to adolescent smoking: a critical review of the literature. Tob. Control 1998;7;409-420. Diunduh dari: htt://tobaccocontrol.bmj.com/cgi/content/full/7/4/409 Wismanto, Y.B., dan Sarwo, Y.B. 2006. Perilaku merokok ada karyawan Sekretariat Daerah Kabuaten/Kota di Jawa Tengah. Laoran enelitian hibah bersaing angkatan XIVI/2 Taha III tahun 2006. Semarang: Universitas Katolik Soegijaranata World Health Organization (WHO). 2011. Smoking Statistic Edisi 2002. htt:/www.wro.who.int/ media_centre/fact_sheets/fs_20020528.htm. 2 Aril 2011 10