5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

dokumen-dokumen yang mirip
5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Mutu hasil tangkapan

BAB 3 METODE PENELITIAN

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

7 MEKANISME PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI ES

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

7 KAPASITAS FASILITAS

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI PELAYANAN DAN KEBUTUHAN FASILITAS KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE FAJRINA AULIA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta.

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ke konsumen semakin banyak dengan kualitasnya masing-masing. Keadaan ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 TINGKAT KUALITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pengertian distribusi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN ANTARA PPS NIZAM ZACHMAN DENGAN PPI MUARA ANGKE CHITRA NOVIA ANANDHITA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI

6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C

4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

6 AKTIVITAS DAN FASILITAS

BAB 4 GAMBARAN UMUM, PERKEMBANGAN HASIL PERIKANAN DAN PENERIMAAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI LOKASI PENELITIAN

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan

6 UPAYA PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III DESKRIPSI AREA

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

5. FASILITAS DAN AKTIVITAS PPI MUARA BATU

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA

KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Transkripsi:

62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan kemunduran mutu. Pada komoditi perikanan, mutu sangat erat kaitannya dengan kesegaran ikan. Apabila penanganan kurang baik maka proses pembusukan yang terjadi pada ikan akan menjadi lebih cepat (Afrianto dan Liviawaty, 1987 vide Krisdiyanto, 2007). Dengan demikian diperlukan penanganan yang baik guna mempertahankan mutu hasil tangkapan. Penanganan terhadap hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke terdiri atas dua cara yaitu pembekuan dengan udara dingin dan pemberian es. Kedua penanganan ini diberlakukan di atas kapal setelah hasil tangkapan tersebut berhasil ditangkap dan disortir. Pembekuan dengan udara dingin dilakukan setelah hasil tangkapan dikeluarkan dari alat tangkap, yang kemudian dicuci dan disortir menurut jenis dan ukuran. Setelah dilakukan penyortiran, hasil tangkapan dikeringkan dari air bekas pencucian dan dimasukkan ke dalam palka bersuhu hingga -20 o C. Palka tersebut berfungsi sebagai tempat pembekuan hasil tangkapan. Sebelum dimasukkan ke dalam palka tempat pembekuan, hasil tangkapan tersebut dimasukkan ke dalam plastik pembungkus dan dicetak di dalam kaleng pencetak berbentuk balok. Pembungkusan hasil tangkapan yang akan dibekukan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah melepaskan hasil tangkapan yang telah membeku dari kaleng cetakan. Pembungkusan ini hanya diberlakukan untuk hasil tangkapan yang berukuran kecil seperti cumi-cumi, kembung dan layang. Untuk ikan berukuran besar seperti tongkol dan marlin, setelah dibersihkan langsung dimasukkan ke dalam palka pembeku tanpa dibungkus oleh plastik pembungkus. Setelah membeku, hasil tangkapan kemudian dikeluarkan dari kaleng cetakan dan dipindahkan ke dalam palka yang berfungsi sebagai ruang penyimpanan yang berpendingin. Hasil tangkapan tersebut akan disimpan di palka penyimpanan berpendingin hingga kapal mendarat di PPI Muara Angke.

63 Kapal yang telah menerapkan sistem penanganan hasil tangkapan dengan mempergunakan palka pembeku dan pendingin salah satunya adalah kapal dengan alat tangkap berupa pancing cumi (squid jig). Keunggulan dari penanganan dengan pembekuan ini adalah ikan tidak perlu ditambahkan es lagi pada saat pendaratan dan pelelangan. Selain itu mutu hasil tangkapan juga lebih terjaga karena ikan tetap berada dalam keadaan beku dan dingin. Hal ini dapat meminimalisir aktivitas bakteri yang dapat menurunkan mutu hasil tangkapan. Cara penanganan hasil tangkapan yang lainnya adalah pemberian es pada hasil tangkapan yang didaratkan. Hasil tangkapan yang berhasil tertangkap, kemudian diangkat ke atas kapal dan langsung dimasukkan ke dalam palka tanpa adanya penyortiran terlebih dahulu. Kemudian hasil tangkapan tersebut diberi es dengan perbandingan es : hasil tangkapan adalah 1 : 1. Pemberian es ini dimaksudkan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan hingga kapal mendarat di PPI Muara Angke. Setelah kapal mendarat, hasil tangkapan disortir menurut jenis dan ukuran. Kemudian hasil tangkapan tersebut ditambah es untuk mempertahankan mutu ikan hingga tempat pendistribusian. Menurut pengamatan di lapangan dan hasil wawancara, kapal yang menerapkan penanganan hasil tangkapan dengan pemberian es diantaranya kapal-kapal yang mengoperasikan alat tangkap purse seine, gillnet dan kapal yang berfungsi sebagai kapal pengangkut. Upaya penanganan hasil tangkapan harus dilakukan seoptimal mungkin dan juga harus didukung dengan kondisi yang optimal dari fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait. Kondisi dari fasilitas yang digunakan diduga dapat mempengaruhi mutu hasil tangkapan tersebut. Fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan yang dimiliki oleh PPI Muara Angke adalah Tempat Pelelangan Ikan, air bersih, pabrik es dan cold storage. 5.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 1) Kondisi fasilitas Tempat pelelangan ikan di PPI Muara Angke memiliki luas sebesar 2.212 m 2 dan terletak di sebelah barat dermaga yang berfungsi sebagai tempat bongkar muat hasil tangkapan yang didaratkan. Berdekatannya letak dermaga dan TPI,

64 yaitu yang berjarak kurang lebih 6,7 meter memudahkan proses pendaratan hasil tangkapan dari dermaga menuju TPI. Selain itu, dengan berdekatannya dermaga dan TPI, setelah didaratkan ikan dapat langsung dipindahkan ke gedung TPI. Sehingga penurunan mutu ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke akibat pengaruh sinar matahari dapat diminimalisir. Gedung TPI di PPI Muara Angke memiliki ruang lelang, kantor TPI dan gudang penyimpanan untuk basket, lori dan timbangan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, ruang lelang TPI PPI Muara Angke memiliki luas 628,4 m 2 dengan daya tampung ruang lelang terhadap hasil tangkapan adalah sebesar 221,7 kg/m 2. Suasana ruang lelang di TPI PPI Muara Angke disajikan pada Gambar 19a. 1 2 (a) (b) Gambar 19 (a) Ruang lelang; (b) bagian luar ruang lelang: (1) lubang pembuangan air dan (2) selokan (saluran pembuangan air) di TPI PPI Muara Angke, 2010 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap bangunan TPI dan ruang lelang yang ada di PPI Muara Angke dapat dikatakan bahwa fasilitas tempat pelelangan ikan di PPI Muara Angke berkondisi baik. Pernyataan ini didasarkan pada tingkat kebersihan dan sistem penerangan di gedung TPI, yaitu masih berfungsinya saluran air, memiliki penerangan yang cukup dan tetap terjaganya kebersihan di ruang lelang. Ruang lelang selalu dibersihkan secara teratur setelah dilakukannya pelelangan ikan, yaitu minimal satu kali pembersihan dalam sehari. Selain itu, TPI ini dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang membuang sampah sembarangan, merokok dan meludah serta diletakkan di tempat yang mudah terlihat.

65 Jika ditinjau dari fisik bangunan TPI, konstruksi lantai TPI yang dibuat miring hanyalah lantai yang berada di luar ruang lelang yang menuju ke selokan (saluran pembuangan air). Pada ruang lelang konstruksi lantainya tidak dibuat miring sehingga sering terdapat genangan air di dalam ruang lelang. Menurut Lubis (2006), lantai TPI harus memiliki kemiringan 2 o ke arah saluran pembuangan. Kemiringan lantai tersebut dimaksudkan agar air yang terdapat pada lantai TPI dapat mengalir ke saluran pembuangan sehingga tidak terjadi genangan di lantai TPI. Untuk membersihkan lantai ruang lelang TPI setelah dilakukannya proses lelang hasil tangkapan, para petugas harus menyapu air bekas pencucian basket dan lantai ruang lelang. Penyapuan air bekas pencucian dilakukan ke arah dinding ruang lelang dan melalukan air tersebut melewati lubang pembuangan yang terdapat di bagian bawah dinding ruang lelang, seperti terlihat pada Gambar 19 b1. Setelah melewati lubang pembuangan air, air bekas cucian tersebut akan melalui lantai TPI yang dibuat miring. Kemudian air tersebut dapat secara langsung masuk ke dalam selokan (saluran pembuangan air), seperti yang disajikan pada Gambar 19 b2. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, bangunan TPI di PPI Muara Angke cukup berperan penting dalam proses penanganan hasil tangkapan. Hal ini dikarenakan bangunan TPI yang memiliki atap yang cukup luas sampai ke dermaga pendaratan. Sehingga dapat melindungi hasil tangkapan selama proses pendaratan ikan hasil tangkapan dari dermaga ke ruang lelang. Kondisi tersebut cukup berperan dalam meminimalisir penurunan mutu hasil tangkapan akibat terkena sinar matahari. Berdasarkan hasil wawancara, untuk rencana ke depan pihak pengelola PPI Muara Angke berencana untuk membangun TPI PPI Muara Angke menjadi TPI yang memiliki ruang lelang yang berpendingin. Pembangunan tersebut dimaksudkan agar mutu ikan yang dilelang tetap terjaga. 2) Pelayanan TPI Pelayanan kepelabuhanan yang diberikan oleh pihak pengelola TPI PPI Muara Angke (KUD Mina Jaya) yaitu berupa pelelangan hasil tangkapan dan peminjaman fasilitas yang terkait dengan proses pelelangan hasil tangkapan. Adapun fasilitas yang dipinjamkan diantaranya basket, timbangan dan lori.

66 Tempat pelelangan ikan di PPI Muara Angke memberikan pelayanan lelang untuk pengusaha perikanan ataupun nelayan yang ingin melelang hasil tangkapannya. Dengan adanya pelelangan hasil tangkapan diharapkan pengusaha perikanan ataupun nelayan mendapatkan harga yang optimal untuk hasil tangkapan yang dilelang. Untuk mengikuti proses pelelangan hasil tangkapan, para pembeli atau pedagang pengumpul harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu sebagai peserta lelang. Peserta lelang yang telah terdaftar kemudian menyimpan uangnya di bagian keuangan kantor TPI PPI Muara Angke. Para peserta lelang yang terdiri atas pembeli atau pedagang pengumpul dan pemilik hasil tangkapan akan dikenakan biaya retribusi sebesar 2% untuk pembeli dan 3% untuk pemilik hasil tangkapan. Retribusi tersebut sudah termasuk biaya peminjaman basket, lori dan timbangan. (a) (b) Gambar 20 (a) Basket yang disewakan dan (b) pembersihan basket setelah pelelangan di TPI PPI Muara Angke, 2010 Basket yang disewakan di TPI PPI Muara Angke berbentuk kotak dan terbuat dari plastik keras dengan ukuran 55 x 41 x 42,5 cm serta berkapasitas 50 kg/basket, yang disajikan pada Gambar 20a. Saat ini persediaan basket di TPI Muara Angke sebanyak 2.000 unit. Namun basket yang sudah dimanfaatkan hingga saat ini hanya sebanyak 1.000 unit per harinya. Untuk memanfaatkan basket tersebut, pihak TPI menetapkan harga sewa yang berkisar antara Rp. 1.500/basket.

67 Kondisi basket yang telah dimanfaatkan di TPI sudah banyak yang mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut berupa sisi-sisi basket yang pecah dan masih adanya sisa-sisa kotoran yang tidak dibersihkan secara sempurna yang lama kelamaan dapat membuat basket pecah pada bagian sisinya. Kerusakan ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari pihak-pihak yang memanfaatkan basket tersebut, seperti pedagang dan pembeli hasil tangkapan. Penggunaan basket harusnya dilakukan secara hati-hati agar kondisi basket tidak cepat rusak karena mengingat fungsi basket tersebut sebagai wadah hasil tangkapan selama pelelangan dilakukan. Kondisi basket diduga ikut berperan dalam menentukan baik tidaknya penanganan dan mutu ikan yang dilelang. Gambar 21 Pembersihan TPI oleh pihak TPI setelah pelelangan di PPI Muara Angke, 2010 Berdasarkan pengamatan di lapangan, setelah digunakan dalam proses pelelangan, basket yang telah digunakan selanjutnya disusun di dalam TPI, kemudian basket tersebut disemprot hingga kotorannya terbuang seperti yang terlihat pada Gambar 20b. Setelah bersih, basket dipindahkan ke dalam gudang penyimpanan. Selanjutnya pihak TPI membersihkan lantai TPI dengan menyemprot dan menyapu lantai TPI tersebut dengan menggunakan sapu lidi. Kemudian air bekas pembersihan dialirkan ke saluran pembuangan melalui lubang-lubang pembuangan yang terdapat di bagian bawah dinding bangunan ruang lelang di TPI. Pembersihan ruang lelang TPI dapat dilihat pada Gambar 21. Kegiatan lelang di TPI PPI Muara Angke dilakukan setiap harinya, yaitu mulai pukul 09.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Peserta lelang harus

68 melakukan pendaftaran atau melapor terlebih dahulu sekaligus menyimpan uang sebagai alat untuk membayar hasil tangkapan yang didapatkan dalam proses lelang ke bagian keuangan di kantor TPI. Setelah itu para peserta lelang dipersilahkan untuk mengikuti lelang di ruang lelang TPI PPI Muara Angke yang telah disediakan. Penyetoran uang ke bagian keuangan ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkat kerugian yang ditanggung oleh pihak TPI. Sebelum diterapkannya sistem penyetoran uang ini pihak TPI sering mengalami kerugian yang disebabkan oleh peserta lelang yang berhutang dalam proses pembelian hasil tangkapan yang dilelang. Mekanisme pelelangan ikan di TPI PPI Muara Angke dimulai sejak kapal mendaratkan hasil tangkapannya di TPI ini. Setelah kapal bersandar pada dermaga, dilakukan pembongkaran hasil tangkapan dari dalam palka ke dek kapal. Kemudian ikan tersebut disortir dan ditimbang per jenis hasil tangkapan. Selanjutnya hasil tangkapan tersebut dipindahkan ke ruang lelang untuk diikutsertakan dalam proses pelelangan. Berdasarkan pengamatan saat dilakukan pelelangan, hasil tangkapan yang dilelang di ruang lelang merupakan hasil tangkapan yang didaratkan oleh kapal-kapal yang telah menerapkan pembekuan dengan udara dingin. Oleh karena itu tidak ada perlakuan khusus atau penanganan hasil tangkapan seperti pemberian es pada hasil tangkapan yang akan dilelang. Pelelangan yang dilakukan di TPI PPI Muara Angke merupakan pelelangan murni yang mempertemukan antara peserta lelang, juru lelang dan pemilik hasil tangkapan. Hal ini berbeda dengan proses pelelangan di PPS Nizam Zachman Jakarta. Menurut Hadianti (2010) aktivitas pelelangan ikan yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta bukanlah pelelangan murni, melainkan pelelangan dengan sistem opow. Sistem opow merupakan sistem penjualan ikan dimana ikan yang didaratkan dibeli oleh pemilik kapal, lalu akan dipasarkan atau dijual kembali oleh pemiliki kapal. Keuntungan dari sistem opow ini adalah pemilik kapal dapat memonopoli pemasaran, sedangkan kerugiannya adalah pedagang ikan tidak dapat membeli hasil tangkapan yang didaratkan dengan harga lelang.

69 5.2 Air Bersih 1) Kondisi fasilitas Air yang dipergunakan untuk kebutuhan melaut dan penanganan hasil tangkapan harus memenuhi syarat sanitasi dan higienis. Sumber air bersih di suatu pelabuhan dapat berasal langsung dari sumber alami seperti sungai, setu, danau, sumur artesis dan waduk buatan; dan sumber olahan seperti perusahaan daerah air minum (PDAM) dan air laut olahan (Pane, 2008). Namun, air yang dihasilkan dari sumber alami tersebut tidak dapat dimanfaatkan langsung untuk memenuhi kebutuhan air bersih di pelabuhan perikanan. Air tersebut harus menjalani pengolahan lanjutan untuk memenuhi persyaratan kebersihan dan layak minum. Sumber air bersih yang digunakan di PPI Muara Angke berasal dari PAM (Perusahaan Air Minum) yang beroperasi di sekitar wilayah DKI Jakarta, salah satunya adalah Tirta Ayu Lestari (TAL). Air bersih ini digunakan untuk perbekalan melaut, cold storage, kebutuhan kantor pelabuhan dan perusahaan swasta yang berada di sekitar PPI Muara Angke. Gambar 22 Tangki air bersih milik PPI Muara Angke, 2010 Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke memiliki 2 unit tangki air bersih dengan total volume 20 m 3 yang terdapat di dermaga muat di depan pintu gerbang PPI Muara Angke yang disajikan pada Gambar 22. Namun kebutuhan air bersih di PPI Muara Angke yang mencapai 3 kilo liter per bulannya tidak dapat terpenuhi sepenuhnya oleh pihak PAM dan baru terpenuhi sekitar 30% dari total keseluruhan kebutuhan akan air bersih. Pihak UPT mengatakan bahwa PPI Muara Angke belum memiliki pipa saluran yang mengalirkan secara langsung air bersih

70 dari PAM ke PPI Muara Angke. Oleh karena itu kebutuhan akan air bersih belum dapat terpenuhi secara maksimal. 2) Pelayanan air bersih Untuk memenuhi kebutuhan perbekalan melaut ataupun kebutuhan air bersih lainnya, pihak nelayan ataupun pihak yang membutuhkan air bersih dapat memasok air dengan cara memesan langsung kepada pihak PAM dan melalui depot-depot air bersih yang berada di PPI Muara Angke. Untuk pemesanan kepada pihak PAM, nelayan ataupun pengusaha perikanan dapat secara langsung menelepon kepada pihak PAM. Selanjutnya pihak PAM akan memberikan surat jalan kepada agen air bersih untuk mengantarkan langsung air bersih tersebut kepada pemesan atau konsumen. (a) (b) Gambar 23 (a) Mobil tangki agen air bersih dan (b) depot pengisian air bersih di PPI Muara Angke, 2010 Berdasarkan keterangan agen air bersih di PPI Muara Angke, dalam sehari agen tersebut dapat mengantarkan sebanyak 5 hingga 20 mobil per harinya ke PPI Muara Angke. Adapun kapasitas per mobil tangki air bersih adalah 5.000 liter. Mobil tangki yang mendistribusikan air bersih ke PPI Muara Angke disajikan pada Gambar 23a. Harga yang ditetapkan mengikuti standar harga PAM, yaitu tarif rata-rata PAM di Jakarta yang mencapai Rp 7.025 per meter kubik. Selain melalui pemesanan kepada pihak PAM, nelayan juga dapat memenuhi kebutuhan perbekalan melautnya melalui pemesanan air bersih kepada depot-depot air bersih, seperti yang terlihat pada Gambar 23b. Harga yang

71 ditawarkan pun cukup terjangkau, yaitu Rp. 2.000 per jerigen dengan kapasitas per jerigen adalah 20 liter air bersih. Dalam satu hari per depot air bersih dapat melayani hingga 100 gerobak air bersih dengan komposisi satu gerobak adalah 20 jerigen. Selain untuk perbekalan melaut, depot air bersih inipun melayani permintaan air bersih untuk warung makan (warteg), PT. dan pedagang ikan. Untuk pemesanannya biasanya tiap pelanggan sudah memiliki agennya masingmasing, sehingga pelanggan bisa langsung memesan kepada agennya tersebut. 5.3 Pabrik Es 1) Kondisi fasilitas Pelabuhan perikanan yang memiliki fasilitas lengkap, penyediaan es dilakukan oleh pihak pelabuhan perikanan sendiri tanpa mendatangkan es dari luar. Namun pihak pelabuhan perikanan akan mendatangkan es dari luar jika sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan untuk aktivitas perikanan. Hal tersebut disebabkan semakin tingginya aktivitas pendaratan dan penanganan hasil tangkapan (Christanti, 2005). Dalam proses penanganan hasil tangkapan, es berfungsi untuk menjaga mutu ikan hasil tangkapan agar tetap segar selama operasi penangkapan ikan hingga dilakukannya proses pendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan tersebut. Oleh sebab itu pihak Pemda DKI Jakarta melakukan kerja sama dengan pihak PT. AGB ICE (AGB = Asean Great Bussiness) dalam hal pembangunan dan pengelolaan pabrik es balok. Luas lahan yang dikelola oleh pihak PT. AGB ICE untuk pembangunan pabrik es adalah 2.800 m 2. Sedangkan luas bangunan pabrik es yang dibangun oleh pihak PT. AGB ICE mencapai 760 m 2. Pabrik es ini memiliki fasilitas pembuat es yang cukup lengkap, yaitu 4 buah bak dan mesin pembuat es yang bersuhu -40 o C (Air Blast Freezer/ABF). Pabrik es yang disajikan pada Gambar 24 memiliki kapasitas produksi sebanyak 6.000 balok es per harinya. Es balok yang diproduksi oleh pabrik ini merupakan es balok yang digunakan dalam proses penanganan hasil tangkapan dan bukan untuk konsumsi. Namun berdasarkan hasil wawancara, untuk saat ini pabrik es hanya memproduksi sesuai dengan permintaan konsumen, yaitu nelayan yang jumlahnya mencapai 2.000 balok es per harinya.

72 Gambar 24 Pabrik es milik PT. AGB ICE bekerja sama dengan PUSKPOAL Jakarta di PPI Muara Angke, 2010 Jika dibandingkan dengan data yang ada, pada tahun 2009 pabrik es ini telah menjual es balok dengan rata-rata 1.283 per harinya. Hal ini mendukung pernyataan bahwa pabrik es tersebut tidak memproduksi sesuai kapasitas maksimum produksinya melainkan menyesuaikannya dengan permintaan yang ada. Penyesuaian jumlah produksi terhadap jumlah permintaan es ini dilakukan untuk menekan biaya produksi dan meminimalisir mubazirnya jumlah es yang diproduksi. 2) Pelayanan pabrik es Harga es balok yang ditetapkan oleh pabrik es cukup terjangkau untuk nelayan maupun pengusaha perikanan di PPI Muara Angke. Harga yang ditetapkan oleh pabrik es ini adalah Rp. 7.000 per balok es. Namun harga ini bukanlah harga beli yang harus dibayar oleh nelayan. Berdasarkan wawancara kepada pihak nelayan, harga yang harus dibayar oleh nelayan adalah Rp. 14.000 untuk per balok esnya. Es yang diproduksi oleh pabrik es milik PT. AGB ICE berbobot 50 kg per balok es. Air yang digunakan untuk membuat es balok ini berasal dari sumur filter dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk memproduksi satu balok es adalah sebanyak 0,7 m 3 air. Es balok yang dihasilkan termasuk kualitas yang cukup baik, walaupun bagian tengah balok es berwarna putih.

73 Gambar 25 Pendistribusian es balok kepada nelayan di PPI Muara Angke, 2010 Guna memperlancar dan mempermudah pelayanan akan kebutuhan es balok untuk berbagai kegiatan perikanan di PPI Muara Angke, pihak PT. AGB ICE bekerja sama dengan koperasi TNI AL (PUSKOPAL). Kerja sama tersebut berupa pendistribusian dan pemasaran es balok. Bagi pelanggan yang membutuhkan es balok dapat secara langsung melakukan pemesanan dan pembayaran ke PUSKOPAL. Kemudian agen tersebut akan melakukan pemesanan kepada pihak pabrik es serta melakukan pengantaran pesanan es balok kepada pelanggan yaitu nelayan di PPI Muara Angke, seperti yang terlihat pada Gambar 25. Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke merupakan pelabuhan perikanan tipe D yang fasilitasnya cukup lengkap untuk mendukung kegiatan di PPI Muara Angke khususnya penanganan hasil tangkapan. Dalam memenuhi kebutuhan para pengguna pelabuhan perikanan akan kebutuhan es balok, PPI Muara Angke sudah memiliki fasilitas pabrik es yang dibangun sebagai penyuplai es balok di PPI ini. 5.4 Cold storage 1) Kondisi fasilitas Cold storage berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh ikan serta menjaga mutu ikan supaya tetap baik. Dengan begitu ikan tersebut memiliki standar higienis yang tinggi dan tetap memiliki nilai jual yang tinggi saat hendak didistribusikan dan dipasarkan. Di PPI Muara Angke terdapat 9 unit cold storage dengan rincian sebagai berikut: 7 unit cold storage yang dikelola oleh pihak swasta (milik pribadi para pengusaha perikanan yang beraktivitas di PPI Muara

74 Angke), 1 unit cold storage dikelola oleh PT. AGB TUNA yang merupakan Penanaman Modal Asing/PMA dan 1 unit cold storage yang dikelola oleh UPT PPI Muara Angke. Dari kesembilan unit cold storage yang dimiliki oleh PPI Muara Angke hanya cold storage milik UPT PPI Muara Angke dan PT. AGB TUNA yang fungsinya diperuntukkan untuk umum. Gambar 26 Cold storage milik PT. AGB TUNA di PPI Muara Angke, 2010 Salah satu cold storage yang telah menjalankan fungsinya dan diperuntukkan untuk umum hingga saat ini adalah cold storage milik PT. AGB TUNA. Cold storage tersebut terletak di pintu gerbang PPI Muara Angke, seperti yang disajikan pada Gambar 26. Cold storage ini dibangun pada tahun 2002 dan langsung beroperasi di tahun yang sama. Bangunan cold storage memiliki luas 500 m 2 dan mampu menampung hasil tangkapan sebanyak 900 ton. PT. AGB TUNA memiliki 3 unit Air Blast Freezer (ABF) sebagai alat pembeku ikan hasil tangkapan yang berkapasitas 3,5 ton per ABF dan tempat penyimpanan ikan hasil tangkapan beku. 2) Pelayanan cold storage Pelayanan terkait penanganan hasil tangkapan yang diberikan oleh pihak PT. AGB TUNA adalah pembekuan hasil tangkapan dengan ABF dan penyimpanan hasil tangkapan beku di dalam cold storage. Adapun lama penyimpanan hasil tangkapan tergantung hasil kesepakatan antara pemilik ikan dan pihak cold storage. Untuk dapat membekukan hasil tangkapan, pemilik ikan dikenakan biaya sebesar Rp. 1.000-1.500 per kg ikan. Untuk biaya penyimpanan di cold storage pemilik ikan dikenakan biaya sebesar Rp. 20 per kg per harinya.

75 Pemilik ikan yang menjadi pelanggan cold storage ini adalah nelayan dan pengusaha perikanan yang tidak memiliki cold storage untuk menyimpan hasil tangkapannya dan berasal dari wilayah di sekitar PPI Muara Angke. Biasanya pemilik ikan membawa ikan hasil tangkapannya ke cold storage setelah terjadi proses pembongkaran. Ikan yang dimasukkan ke dalam cold storage dimaksudkan untuk mempertahankan mutu ikan serta menstabilkan harga ikan apabila ikan tersebut akan dijual. Jenis ikan yang biasanya disimpan/didinginkan/dibekukan di cold storage ini adalah ikan layur, ikan bawal, cumi dan tenggiri. Pada tahun 2007, pihak UPT PPI Muara Angke membangun lagi 1 unit cold storage berkapasitas 900 ton. Pembangunan cold storage ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nelayan ataupun pengusaha perikanan akan fasilitas penyimpanan ikan hasil tangkapan di cold storage. Namun menurut Baharum (2010) hingga kini cold storage tersebut belum bisa dioperasikan untuk umum karena tarif sewa yang ditetapkan berdasarkan Perda belum ada. Untuk proses penanganan hasil tangkapan PPI Muara Angke telah menyediakan fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan berupa dibangunnya cold storage di PPI ini. Tersedianya cold storage di PPI Muara Angke membuat PPI ini menjadi PPI yang cukup lengkap fasilitasnya bila dibandingkan dengan PPI lain di Indonesia, sebab tidak semua PPI memiliki cold storage. Berdasarkan penjabaran mengenai fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang dimiliki, PPI Muara Angke memiliki fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang cukup lengkap. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan fasilitas dan pelayanan kepelabuhanannya yang sudah mampu memenuhi kebutuhan para pengguna pelabuhan perikanan. Terutama kegiatan perikanan yang berkaitan dengan penanganan hasil tangkapan mulai dari hasil tangkapan ditangkap, didaratkan hingga didistribusikan dan dipasarkan. Kelengkapan fasilitas di PPI Muara Angke dapat dilihat pada Lampiran 12.