BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo.

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

Kajian Ekonomi Regional Banten

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

Kata Pengantar. Manado, 31 Juli 2008 BANK INDONESIA MANADO. Jeffrey Kairupan Pemimpin

Transkripsi:

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2009

Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi Bank Indonesia : Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan Tugas Bank Indonesia : 1. Menentapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank. Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada Redaksi : Kelompok Kajian dan Survey Bank Indonesia Gorontalo Jl. D.I. Panjaitan No 35 Gorontalo 96115 Telp : +62 435 824444 Fax : +62 435 827993 Web : www.bi.go.id

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Kajian periode triwulan IV-2009 ini merupakan pengejawantahan dari peranan KBI Gorontalo sebagai economic intelligent and research unit yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa di usia yang masih sangat muda ini, KBI Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo. Gorontalo, 4 Februari 2010 BANK INDONESIA GORONTALO Benny Siswanto Pemimpin

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF i BAB 1. BAB 2 BAB 3 BAB 4 BAB 5 BAB 6 PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL 1.1. Sisi Permintaan 1 1.1.1. Konsumsi 2 1.1.2. Investasi 4 1.1.3. Ekspor-Impor 5 1.2. Sisi Penawaran 7 1.2.1. Sektor Pertanian 7 1.2.2. Sektor Angkutan dan Komunikasi 9 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10 1.2.4. Sektor Bangunan 11 1.2.5. Sektor Industri Pengolahan 12 1.2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 13 1.2.7. Sektor Lainnya 13 1.3. Box KER I 14 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.1. Inflasi Gorontalo Triwulan IV-2009 17 2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang/Jasa 19 2.2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 19 2.2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) 20 2.3. Box KER II 23 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Fungsi Intermediasi 27 3.1.1. Perkembangan Bank 27 3.1.2. Penyerapan Dana Masyarakat 28 3.2. Stabilitas Sistem Perbankan 30 3.2.1. Risiko Kredit 30 3.2.2. Risiko Likuiditas 31 3.2.3. Risiko Pasar 33 3.3. Box KER III 34 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. Pendapatan Daerah 37 4.2. Belanja Daerah 38 4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar 39 4.4. Perkembangan Keuangan Daerah 2010 40 SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal 41 5.2. Perkembangan Kliring Non BI di Gorontalo 42 KESEJAHTERAAN 6.1. Pengangguran 43 6.2. Kemiskinan 44

6.3 Rasio Gini 45 6.4 IPM (Index Pembangunan Manusia) 45 BAB 7 OUTLOOK PEREKONOMIAN 7.1. Outlook Makro Ekonomi Regional 47 7.2. Outlook Triwulanan 49 7.3 Outlook Inflasi 51 LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan (y.o.y) 2 Tabel 1.2 Komposisi Investasi Gorontalo 4 Tabel 1.3 Jumlah PMA/PMDN aktif di Gorontalo 5 Tabel 1.4 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri 6 Tabel 1.5 Perkembangan Komoditas Ekspor Luar Negeri Gorontalo 6 Tabel 1.6 Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo 6 Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (y.o.y) 7 Tabel 1.8 Produksi Pertanian Tabama 8 Tabel 1.9 Perhitungan ICOR Prov. Gorontalo 14 Tabel 1.10 Anggaran Belanja Modal PEMDA 2009 vs 2010 16 Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (yoy) 19 Tabel 2.2 Inflasi Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tahun 2009 (y.o.y) 20 Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa 20 Tabel 2.4 Hasil Rapat Tim Pengendalian Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah 22 Tabel 2.5 Asal Pasokan Pada Level Konsumen 25 Tabel 3.1 Matriks Perbandingan Kompetitif Komoditas Unggulan Kota Gorontalo 35 Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo 37 Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo dalam (%) 38 Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 38 Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 39 Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap sektor Riil 39 Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar 40 Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010 40 Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Kegiatan 43 Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja 44 Tabel 6.3 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) 44 Tabel 6.4 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kodya tahun 2007 45 Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Gorontalo 45 Tabel 6.6 IPM Provinsi Gorontalo 46 Tabel 6.7 Indeks Pembangunan Manusia per Kab/Kodya Tahun 2006-2007 46

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 1 Grafik 1.2 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 3 Grafik 1.3 Konsumsi Bahan Bakar Rumah Tangga 3 Grafik 1.4 Belanja Pegawai APBD 3 Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen 3 Grafik 1.6 Survey Konsumen 4 Grafik 1.7 Realisasi Belanja Non Modal 4 Grafik 1.8 Belanja Modal APBD Provinsi 4 Grafik 1.9 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo 5 Grafik 1.10 Luas Lahan Panen & Produktivitas Jagung 8 Grafik 1.11 Perkembangan Produktivitas Jagung 8 Grafik 1.12 Konsumsi Premium untuk Transportasi 9 Grafik 1.13 Jumlah Penerbangan Pesawat 9 Grafik 1.14 Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor 9 Grafik 1.15 Perkembangan Penumpang Pesawat 10 Grafik 1.16 Perkembangan Penumpang Kapal Laut 10 Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Perdagangan 10 Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Listrik Bisnis 10 Grafik 1.19 Tingkat Penghunian Hotel 10 Grafik 1.20 Realisasi Belanja Modal APBD 11 Grafik 1.21 Realisasi Penjualan Semen 11 Grafik 1.22 Penggunaan BBM Industri 12 Grafik 1.23 Penggunaan Listrik Industri 12 Grafik 1.24 NIM Perbankan 13 Grafik 1.25 Perkembangan Investasi Gorontalo 14 Grafik 1.26 Perkembangan Inflasi Sulampua 14 Grafik 1.27 Pertumbuhan Sektor Tradable vs Non Tradable 15 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo 17 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo 18 Grafik 2.3 Indeks Perubahan Harga Umum 3 Bulan YAD 18 Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok 18 Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen 19 Grafik 2.6 Realisasi Kapasitas Produksi per Sektor Ekonomi 2009 19 Grafik 2.7 Perkembangan Harga BBM 20 Grafik 2.8 Perkembangan Harga Bawang dan Cabai 2009 21 Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras dan Gula Pasir 2009 21 Grafik 3.1 Pertumbuhan DPK (y.o.y) 28 Grafik 3.2 Komposisi DPK 28 Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis penggunaan (y.o.y) 29 Grafik 3.4 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 29 Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral (y.o.y) 29

Grafik 3.6 Komposisi portofolio Kredit Sektor Produktif 29 Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM 30 Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM 30 Grafik 3.9 Non Performing Loan 31 Grafik 3.10 Kosentrasi Kredit 31 Grafik 3.11 Pergerakan Komposisi DPK 32 Grafik 3.12 Komposisi Dana Milik Pemda 32 Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo 33 Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate 33 Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo 41 Grafik 5.2 Perkembangan Netflow 41 Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 42 Grafik 5.4 Rata-rata Perputaran Kliring Per Hari 42 Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI Gorontalo 42 Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahunan 47 Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan 49 Grafik 7.3 Perkiraan Perkembangan Kegiatan Usaha 50 Grafik 7.4 Proyeksi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo (%) 2 51 Grafik 7.5 Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo 51 Grafik 7.6 Indeks Perkiraan Suku Bunga (Perbankan) Tabungan dan Ekspektasi Tabungan 6 Bulan Kedepan 52

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Jalur Distribusi Rica 23 Gambar 2.2 Jalur Distribusi Tomat 24 Gambar 2.3 Jalur Distribusi Cabe Merah 24 Gambar 2.4 Jalur Distribusi Bawang Merah 25 Gambar 3.1 Hasil Analisis AHP Komoditas Unggulan Klaster Kota Gorontalo 34

RINGKASAN EKSEKUTIF PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2009 melambat 7,23% (yoy). Kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah yang melemah mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi sisi permintaan Di sisi penawaran, perlambatan didorong oleh menurunnya kinerja sektor pertanian Pada triwulan IV-2009, perekonomian Gorontalo diperkirakan tumbuh 7,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV- 2008 sebesar 7,55% (yoy). Sementara itu secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Gorontalo tahun 2009 diperkirakan sebesar 7,18% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 7,76% (yoy). Nuansa perlambatan didorong oleh melemahnya kinerja pertanian di sisi penawaran serta kinerja ekpor dan konsumsi pemerintah di sisi permintaan. Disisi permintaan, kinerja ekspor selama triwulan IV-2009 belum menunjukkan tanda membaik. Pelemahan ekspor Gorontalo terutama disebabkan oleh merosotnya ekspor jagung yang mencapai 51,61% dibandingkan ekspor jagung tahun 2008. Konsumsi pemerintah turut melambat selama triwulan IV-2009, perlambatan terutama didorong oleh menurunnya realisasi belanja barang dan jasa pemerintah daerah. Melambatnya pertumbuhan ekonomi sisi permintaan sedikit diredam oleh membaiknya kinerja investasi dan konsumsi swasta. Belanja modal APBD tumbuh 47,77% jauh melebihi realisasi tahun 2008 yang terkontraksi 34,30%. Peningkatan investasi seiring dengan maraknya proyek infrastruktur pembangunan jalan, bendungan dan pembangkit listrik yang dikerjakan selama tahun 2009. Sementara itu pada konsumsi swasta peningkatan didorong oleh kegiatan masyarakat selama hari raya haji, natal dan libur tahun baru. Disisi sektoral, kinerja pertanian belum kembali pulih, kontraksi sektor pertanian triwulan IV-2009 semakin meningkat dibandingkan kontraksi triwulan III-2009. Produksi jagung Gorontalo triwulan IV-2009 menurun sebesar 20,42% lebih rendah dibandingkan produksi jagung pada periode yang sama tahun 2008. Menurunnya produksi jagung disebabkan pengaruh kekeringan yang terjadi sejak Mei s/d November 2009. Perlambatan pertumbuhan sisi penawaran mampu sedikit diredam oleh membaiknya kinerja sektor angkutan, perdagangan dan bangunan. Sektor angkutan menujukkan perkembangan yang positif selama musim haji dan liburan akhir tahun yang ditandai dengan meningkatnya traffic penumpang angkutan udara dan kapal laut. Sementara itu kinerja sektor bangunan Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 i

meningkat seiring dengan pertumbuhan realisasi belanja modal pemerintah daerah. PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo triwulan IV-2009 sebesar 4,35% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,20% (yoy) Kerentanan sisi produksi menyebabkan tingkat inflasi Gorontalo persisten tinggi di atas inflasi nasional. Tendensi penurunan inflasi tahunan mewarnai perkembangan harga komoditas di Provinsi Gorontalo pada triwulan-iv 2009. Inflasi Gorontalo triwulan IV-2009 sebesar 4,35% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,20% (yoy). Sementara secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2009 sebesar 0,53% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2009 sebesar 0,85% (qtq). Adanya policy shock penurunan harga BBM mendominasi pembentukan inflasi Provinsi Gorontalo 2009, sehingga inflasi Gorontalo mengalami tren penurunan. Namun, inflasi Gorontalo masih menunjukkan tanda-tanda persistensi tinggi yang ditunjukkan dengan tingginya nilai inflasi Gorontalo di atas rata-rata inflasi nasional sepanjang tahun 2009. Kerentanan sisi produksi menyebabkan tingkat inflasi Gorontalo persisten tinggi di atas inflasi nasional. Permintaan masyarakat tanpa disertai dengan produksi yang optimal membawa output gap positif. Artinya produksi yang dihasilkan oleh perekonomian daerah belum mampu memenuhi dengan baik tingginya permintaan masyarakat. Belum optimalnya penggunaan kapasitas produksi menjadi permasalahan utama rentannya aspek produksi Gorontalo. Sementara itu, tingginya ekspektasi harga ikut memberi tekanan pada inflasi Gorontalo. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan IV-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali. Pada triwulan IV-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan pertumbuhan kredit yang melambat. Sementara itu, stabilitas perbankan Gorontalo tetap terjaga tercermin dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif terkendali. Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai karena LDR sudah mencapai nilai yang tidak wajar mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. ii Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Pada posisi akhir triwulan IV-2009 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,82 triliun, tumbuh 2,87% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,12% (yoy) Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp2,58 triliun, tumbuh 29,01%. (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 38.64% (yoy). Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Pada posisi akhir triwulan IV-2009 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,82 triliun, tumbuh 2,87% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,12% (yoy). Perlambatan DPK terutama disebabkan oleh kontraksi pada komponen giro dan deposito masing-masing sebesar -14,91% (yoy) dan -2,07% (yoy), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan giro terutama disebabkan oleh menurunnya penempatan dana pemda karena kebutuhan transaksi untuk membayar proyek-proyek pembangunan daerah. Sedangkan melambatnya deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara, tabungan tumbuh sebesar 10,43% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,08% (yoy). Meningkatnya kesadaran masyarakat akan menabung menjadi salah satu faktor yang memberikan angin segar kepada peningkatan tabungan masyarakat. Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp2,58 triliun, tumbuh 29,01%. (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 38.64% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang mencapai 37.05% (yoy) namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.41% (yoy). Kredit modal kerja tumbuh sebesar 17,99% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 40.84% (yoy). Sementara itu, kredit investasi tumbuh 24,38% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -4.90% (yoy). Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang tidak wajar mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 iii

PERKEMBANGANKEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulani IV-2009 meningkat dibandingkan capaian triwulan IV-2008 Pengaruh realisasi fiskal pemerintah provinsi terhadap uang beredar selama triwulan VI-2008 bersifat ekspansif. Realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2009 mencapai 91,40%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan IV-2008 sebesar 82,96%. Upaya pemerintah daerah mendorong kegiatan investasi fisik di Gorontalo tercermin pada realisasi pos belanja modal yang meningkat cukup signifikan. Pada triwulan IV-2008 realisasi belanja modal hanya mencapai 68,92% namun meningkat menjadi 90,89% pada triwulan IV- 2009. Realisasi fiskal pemerintah provinsi selama triwulan IV-2009 cenderung bersifat ekspansif, hal ini tercermin dari defisit pengeluaran mencapai Rp 66 Miliar pada realisasi anggaran APBD sampai dengan 30 Desember 2009. Kebijakan ekspansif fiskal diperkirakan mampu memberikan dorongan yang positif bagi perekonomian Gorontalo yang saat ini diwarnai perlambatan. Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2009 mencatat net outflow sebesar Rp43.765 miliar. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2009 mencatat net outflow sebesar Rp43.765 miliar. Kondisi net outflow pada triwulan laporan menunjukkan tingginya kegiatan transaksi masyarakat sehingga pengunaan uang kartal meningkat. Dalam periode triwulan laporan terdapat tiga perayaan hari besar keagamaan yang mendorong tingginya penggunaan uang kartal. Perayaan hari besar dimaksud adalah Idul Adha pada bulan November, Tahun Baru Islam, Perayaan Natal, dan Tahun Baru Masehi pada bulan Desember. Sementara itu, jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp321,58 miliar dengan pertumbuhan sebesar 19,81% (yoy). Adapun jumlah warkat sebanyak 12.066 lembar dengan pertumbuhan sebesar 31,11% (yoy). Pertumbuhan jumlah transaksi kliring seiring dengan perbaikan kinerja sektor perdagangan pada triwulan IV-2009. iv Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tingkat kesejahteraan sedikit mengalamai penurunan. Jumlah pengangguran di Gorontalo pada Agustus 2009 menurun. Persentase penduduk miskin di Maret 2009 meningkat. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36 Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun yang ditandai oleh tingkat pengangguran yang meningkat, indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan yang meningkat. Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo merupakan yang tertinggi di kawasan Sulawesi. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai 447.313 atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009 Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis kemiskinan (data bulan Maret 2009) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Jumlah ini tersebar di wilayah Gorontalo dengan persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-turut oleh Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten Pahuwato (29,74%), Kabupaten Boalemo (29,21%), dan yang terkecil di Kota Gorontalo (8,11%) Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Hal ini tercermin pula dari persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Sementara itu, Index Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2007 tercatat 68,98 meningkat dibanding IPM 2006 yang sebesar 68,01. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 v

PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Gorontalo tahun 2010 diperkirakan tumbuh 7,15-7,65% (yoy) lebih baik dibandingkan tahun 2009 Perekonomian Gorontalo tahun 2010 diperkirakan tumbuh berkisar 7,15-7,65 (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2009. Karakteristik fundamental ekonomi wilayah diharapkan mampu mendukung capaian angka pertumbuhan dimaksud. Perbaikan kondisi pendapatan masyarakat, upaya peningkatan produksi pertanian, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan, pembangunan infrastruktur dan pembangkit baru diperkirakan mampu mendorong kegiatan ekonomi di Gorontalo semakin meningkat. Namun kondisi dimaksud perlu didukung oleh koordinasi yang baik antara pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota, stabilitas kondisi politik daerah menjelang PILKADA bupati serta validitas data perekonomian yang akurat. Produksi jagung pada triwulan I-2010 diperkirakan masih belum pulih sehingga berdampak pada pertumbuhan sektor pertanian dan kinerja ekspor Secara triwulanan, ekonomi triwulan I-2010 diperkirakan masih diwarnai perlambatan. Ekonomi tumbuh pada kisaran 6,9 7,4% (yoy). Secara sektoral, produksi pertanian triwulan I-2010 masih dipengaruhi musim kering tahun 2009 terkait penanaman yang dilakukan pada bulan September November 2009 masih terkendala kekeringan. Peningkatan produksi pertanian diperkirakan kembali normal pada awal triwulan II-2010. Sementara itu sektor angkutan diperkirakan tetap optimis ditandai dengan dibukanya rute penerbangan baru yang melayani jalur Gorontalo-Manado-Denpasar pp. Pada sub sektor angkutan darat, kebijaksanaan Pemerintah Kota Gorontalo untuk mulai mengoperasikan Sistem Angkutan Umum Masyarakat (SAUM) pada triwulan I-2010 diperkirakan mampu mendorong peningkatan kinerja di sektor ini. Di sisi permintaan, kinerja ekspor diperkirakan masih menurun terkait produksi pertanian jagung yang masih belum pulih. Sementara itu pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan I-2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini terkait anggaran APBD 2010 yang lebih rendah dibandingkan anggaran APBD 2009. vi Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Optimisme perekonomian daerah yang didorong oleh kenaikan permintaaan masyarakat membawa inflasi triwulan I-2010 berkisar antara 4-6% (yoy) Optimisme perekonomian daerah yang didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat membawa inflasi triwulan I-2010 berkisar antara 4 6% (yoy). Meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong tekanan harga pada triwulan I-2010. Rencana kebijakan kenaikan harga UMP dan peningkatan gaji pegawai negeri akan memperkuat daya beli masyarakat. Sementara, penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal membawa output gap positif sehingga mendorong tekanan inflasi ke depan. Ancaman melemahnya sisi produksi ditengah Badai El-Nino juga patut mendapat perhatikan. Kurangnya produksi dapat menyurutkan pasokan kebutuhan masyarakat sehingga harga akan meningkat. Sedangkan pengaruh kebijakan penurunan harga BBM pada awal tahun 2009 diperkirakan masih memberi angin segar pada perkembangan harga terutama pada sub-kelompok transportasi. Jumlah tabungan diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat pada triwulan I-2010 Jumlah tabungan diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat pada triwulan-i 2010. Meningkatnya pendapatan akan berdampak pada peningkatan jumlah tabungan masyarakat. Sementara, Perbankan Gorontalo diperkirakan terus meningkatkan kinerjanya terutama dalam menghimpun dana pihak ketiga. Hasil Survei Konsumen pada Desember 2009 menunjukkan adanya optimisme pada peningkatan jumlah tabungan 6 bulan yang akan datang, ditunjukkan dengan kenaikan indeks sebesar 23.16 poin dibandingkan periode survei sebelumnya. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 vii

Halaman ini sengaja dikosongkan... viii Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh melambat 7,23% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 7,55% (y.o.y). Sementara itu secara tahunan, ekonomi Gorontalo tahun 2009 tumbuh 7,19% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 7,76% (y.o.y). Disisi permintaan melemahnya kinerja ekonomi didorong oleh perlambatan ekspor dan konsumsi pemerintah sementara kinerja konsumsi swasta dan investasi diperkirakan meredam perlambatan yang terjadi. Sementara itu di sisi penawaran, melambatnya ekonomi Gorontalo didorong oleh melemahnya sektor pertanian, namun kinerja sektor utama lainnya seperti bangunan, perdagangan dan angkutan diperkirakan masih tumbuh optimis. Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Sumber : BPS Prov. Gorontalo **) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Menurunnya produksi pertanian selama triwulan IV-2009 berdampak cukup signifikan bagi perekonomian Gorontalo mengingat kontribusi pertanian mencapai 30% PDRB. Merosotnya produksi jagung domestik karena pengaruh cuaca dan musim kering berkepanjangan mendorong kinerja sektor pertanian terkontraksi selama triwulan IV-2009. Penurunan tersebut turut memberikan dampak negatif bagi kinerja ekspor secara keseluruhan karena pertanian khususnya jagung menjadi komoditas utama ekspor. 1. 1 SISI PERMINTAAN Di sisi permintaan, ekonomi Provinsi Gorontalo triwulan IV-2009 diperkirakan melambat. Kondisi tersebut didorong melemahya kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah. Sementara itu meningkatnya kegiatan konsumsi swasta dan investasi diperkirakan sedikit meredam perlambatan yang terjadi. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 1

Perkembangan ekspor luar negeri maupun antar pulau diperkirakan terkontraksi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan produksi pertanian membawa dampak yang kurang baik bagi kinerja ekspor selama triwulan IV-2009. Sementara itu, konsumsi pemerintah yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi daerah menunjukkan tingkat realisasi yang menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain kegiatan konsumsi masyarakat diperkirakan mampu memberikan dorongan bagi perekonomian Gorontalo di tengah perlambatan yang terjadi. Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan (y.o.y) Komponen 2008 2009 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4* 2009* Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,05 7,96 9,08 3,16 7,41 15,76 19,06 18,08 5,01 14,31 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 40,57 21,25 28,99 26,70 28,91 26,89 43,89 28,64 21,42 29,45 Pembentukan Modal Tetap Bruto 17,62 14,51 25,53 25,01 21,00 29,24 33,90 15,98 27,40 26,23 Ekspor Barang dan Jasa 23,19 13,68 (5,90) 6,05 8,68 (6,18) (1,29) 10,25 (3,40) (0,47) Impor Barang dan Jasa 48,41 16,98 35,27 17,99 28,33 23,81 42,34 10,25 18,81 22,55 Total 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19 Sumber : BPS Prov. Gorontalo **) Proyeksi Bank Indonesia 1.1.1 Konsumsi Konsumsi pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 13,04% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 14,13%(y.o.y). Konsumsi swasta diperkirakan tumbuh 5,01% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,16% (y.o.y). Sementara konsumsi pemerintah tumbuh 21,42% (y.o.y), melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,70% (y.o.y). Musim lebaran haji, natal dan liburan tahun baru diperkirakan mendorong kegiatan konsumsi masyarakat lebih tinggi. Peningkatan pola konsumtif selama periode tersebut dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator seperti meningkatnya konsumsi BBM kelompok rumah tangga, meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga, meningkatnya belanja pegawai serta optimisme hasil survei konsumen triwulan IV-2009. Realisasi penggunaan BBM rumah tangga tumbuh selama triwulan IV-2009 sebesar 11,94% lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 yang terkontrkasi sebesar -4,39%. Sementara itu konsumsi listrik rumah tangga selama triwulan IV-2009 yang tumbuh sebesar 17,24% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 5,04% (y.o.y). 2 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Grafik 1.2 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.3 Konsumsi Bahan Bakar Rumah Tangga Sumber : PLN Gorontalo Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Grafik 1.4 Belanja Pegawai APBD Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Gorontalo Sumber : Bank Indonesia Meningkatnya konsumsi juga didorong oleh meningkatnya realisasi belanja pegawai selama triwulan IV-2009 yang tumbuh 20,52% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 16,36% (y.o.y) Hasil survey konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Gorontalo menunjukkan bahwa optimisme konsumsi masyarakat selama triwulan IV-2009 masih cukup baik. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Desember 2009 berada pada level optimis dengan saldo bersih tertimbang sebesar 142,85. Kondisi ini menujukkan bahwa masyarakat meyakini kondisi saat ini masih tepat melakukan konsumsi. Sementara itu optimisme keyakinan konsumen dibangun oleh sentimen positif pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini sebesar 134,46. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 3

Grafik 1.6 Survey Konsumen Grafik 1.7 Realisasi Belanja Non Modal Sumber : Survey Konsumen, BI Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Sementara itu konsumsi pemerintah diperkirakan sedikit melambat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan realisasi belanja non modal yang melambat. Realisasi belanja non modal triwulan IV- 2009 terhadap anggaran terkontraksi 4,11%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,13%. Melambatnya pertumbuhan realisasi belanja barang dan jasa pemerintah menjadi pendorong melambatnya realisasi belanja non modal pemerintah daerah secara keseluruhan. 1.1.2 Investasi Kinerja investasi di Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 27,40 % (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25,01% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut didorong pertumbuhan realisasi belanja modal pemerintah daerah sebesar 47,77%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar -34,30%. Belanja modal APDB masih menjadi sumber pembiayaan utama setelah pendanaan masyarakat sendiri. Grafik 1.8 Belanja Modal APBD Provinsi Tabel 1.2 Komposisi Investasi Gorontalo KOMPOSISI INVESTASI 2007 2008 2009 PDRB INVESTASI 1.159.987 1.617.234 2.239.233 DANA PERBANKAN 162.940 184.440 180.000 APBD 122.290 461.100 730.429 PMA/PMDN 578.230 571.420 DANA SWASTA 296.527 400.274 1.328.804 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Provinsi, Badan Investasi Daerah, dan BI (diolah) Investasi di Gorontalo selama triwulan IV-2009 lebih didorong oleh kegiatan investasi bangunan dibandingkan investasi non bangunan. Beberapa proyek investasi bangunan yang cukup signifikan dikerjakan selama triwulan IV-2009 antara lain : - Proyek penyelesaian GBC (Gorontalo Business Center) - Proyek pembangunan GBP (Gorontalo Business Park) 4 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

- Proyek pembangunan Dermaga III Pelabuhan Gorontalo - Proyek infrastruktur jalan nasional dan jalan raya Agropolitan - Proyek infrastruktur Bendungan Paguyaman dan Banjir Kanal Tamalate. Pembangunan investasi di Gorontalo masih menyimpan beragam kendala, Berdasarkan data Badan Investasi Daerah Prov. Gorontalo, jumlah perusahaan PMA/PMDN yang existing tidak banyak berubah sejak tahun 2003. Tabel 1.3 Jumlah PMA/PMDN aktif di Gorontalo Sumber : Badan Investasi Daerah Prov. Gorontalo 1.1.3 Ekspor dan Impor Kinerja ekspor selama triwulan IV-2009 secara keseluruhan diperkirakan masih melambat. Ekspor triwulan IV-2009 terkontraksi 3,4% (y.o.y) dibandingkan triwulan IV-2008 yang tumbuh sebesar 6,05%. Menurunnya kinerja ekspor didorong oleh penurunan produksi pertanian jagung sebagai komoditas utama. Ekspor keseluruhan komoditas barang sampai dengan bulan Desember 2009 tercatat US$ 2.422.517, lebih rendah dibandingkan capaian ekspor triwulan IV-2008 sebesar US$ 9.780.610. Sementara itu perlambatan ekspor juga ditunjukkan oleh menurunnya arus muat barang dipelabuhan laut. Di pelabuhan laut, volume barang yang dimuat terkontraksi 44,18 % dibandingkan triwulan IV-2008 yang tumbuh 35,66%. Grafik 1.9 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo Sumber : BPS Prov. Gorontalo Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 5

Tabel 1.4 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri Negara Tujuan EXPORT 2007 2008 2009 Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL 1. Jepang 403.084 52.253 360.560-78.339 491.152 20.808-28.439 25.599 74.846 2. China 1.489.245 2.925.419 19.236-89.655 3.034.310-38.580 - - 38.580 3. Singapura 14.280 41.352 33.129-65.287 139.768 21.765 81.988 47.910-151.663 4. Hongkong - - 8.000-9.600 17.600 - - 526.400 420.000 946.400 5. Taiwan - - 19.292 49.481 68.773-38.250 22.080 1.923.663 1.983.993 6. Malaysia 8.564.200 369.000 5.138.300-3.596.292 9.103.592-1.634.000 - - 1.634.000 7. Philipina 5.210.270 1.025.500 1.736.500-2.724.400 5.486.400 4.077.131 1.719.300 - - 5.796.431 8. India 1.765.990-1.029.173 - - 1.029.173 445.500 616.875 - - 1.062.375 9. Rep. Korea 1.001.115 110.698 32.120-905.575 1.048.393 24.280 9.247 42.907 53.254 129.688 10. Vietnam 1.955.905 232.163 1.339.700-2.261.981 3.833.844-953.134 - - 953.134 Total 20.404.089 4.756.385 9.716.010-9.780.610 24.253.005 4.589.483 5.091.374 667.736 2.422.517 12.771.110 Tabel 1.5 Perkembangan Komoditas Ekspor Luar Negeri Gorontalo EXPORT 2007 2008 2009 Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Jenis Barang - - - - 1. Ikan dan Udang/Kepiting - - 8.000-9.600 17.600 - - - - - 2. Jagung 14.018.150 1.394.500 6.874.800-7.088.750 15.358.050 4.077.131 3.353.300 - - 7.430.431 3. Kayu, Barang dari Kayu 1.037.388 162.951 48.470-73.574 284.995 45.088 9.247 57.353 65.375 177.063 4. Bungkil Kopra 4.266.233-1.029.173-542.500 1.571.673-321.000 526.400 420.000 1.267.400 5. Rotan Poles 99.834 79.404 71.657-193.398 344.459 21.765 158.818 69.990-250.573 6. Lemak&Minyak Hewan/nabati - 2.887.367 1.339.700-300.235 4.527.302 445.500 616.875 - - 1.062.375 7. Gula & Kembang Gula 711.828 232.163 344.210-1.419.246 1.995.619-632.134-1.923.663 2.555.797 8. Mutiara & batu permata 100.656 - - - 50.115 50.115 - - 13.993 13.479 27.472 9. Binatang Hidup 170.000 - - - 103.192 103.192 - - - - - 10. Tembakau - - - - - - - - - - Total 20.404.089 4.756.385 9.716.010-9.780.610 24.253.005 4.589.484 5.091.374 667.736 2.422.517 12.771.111 BPS Prov Gorontalo, KPBC Gorontalo Perkembangan ekspor kumulatif sampai dengan Desember 2009 menurun secara signifikan untuk negara tujuan China dan Malaysia, sementara ekspor ke Hongkong dan Taiwan mengalami peningkatan. Di sisi komoditas, hampir semuanya mengalami penurunan kecuali komoditas gula dan kembang gula. Sebaliknya, kinerja impor mengalami pertumbuhan terkait dengan peningkatan konsumsi swasta. Impor Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 18,81% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu 17,99% (y.o.y). Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan volume bongkar di pelabuhan se-gorontalo. Pada triwulan IV-2008 volume bongkar mencapai 111.086 ton meningkat menjadi 132.623 ton pada triwulan IV-2009. Sumber : Kantor Pelabuhan se-provinsi Gorontalo Tabel 1.6 Volume Bongkar Barang (Unloading) di Pelabuhan Gorontalo Nama Pelabuhan 2008 2009 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Gorontalo 96.969 103.759 106.342 76.420 96.896 99.197 81.851 110.584 Kwandang - - - - - 32 - - Anggrek 23.756 21.642 18.300 25.445 14.179 14.727 26.433 22.039 Tilamuta 7 9 12 8 11 905 2.700 - Total 120.732 125.410 124.654 128.198 111.086 114.861 110.984 132.623 6 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

1.2 SISI PENAWARAN Perlambatan ekonomi Gorontalo triwulan IV-2009 didorong oleh menurunnya kinerja sektor pertanian. Produksi jagung Gorontalo menurun cukup signifikan selama tahun 2009, dari target 812.000 ton realisasi hanya mencapai 569.110 ton atau sebesar 70% dari target. Penurunan produksi ini terkait bencana kekeringan yang terjadi sejak bulan Mei sampai dengan November 2009. Sementara itu perlambatan yang berlangsung sedikit diredam oleh meningkatnya kinerja sektor bangunan dan angkutan. Sektor bangunan meningkat seiring dengan peningkatan realisasi belanja modal pemerintah daerah selama triwulan IV-2009. Sementara itu kinerja sektor angkutan meningkat terkait libur hari raya, natal dan tahun baru yang diindikasikan oleh meningkatnya arus penumpang dan penerbangan di bandara Jalalluddin maupun transportasi laut. Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (y.o.y) KOMPONEN 2008 2009 Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4* TOTAL* 1.PERTANIAN 7,76 6,04 11,30 7,52 7,32 7,44 5,07 (2,35) (5,55) 1,42 2.PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,90 9,44 11,55 14,24 11,79 9,30 12,91 16,40 15,13 13,55 3.INDUSTRI PENGOLAHAN 1,44 3,86 7,54 8,72 5,39 6,06 2,01 4,47 9,00 4,95 4.LISTRIK,GAS & AIR BERSIH (2,65) (2,70) (0,51) (0,71) 14,65 7,51 6,53 7,71 6,12 13,64 5.BANGUNAN 6,95 9,48 10,83 13,13 10,12 9,78 12,86 16,49 24,27 16,14 6.PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 8,11 6,26 6,44 6,65 6,83 7,60 8,31 10,30 9,77 9,00 7.PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10,20 9,22 5,25 6,05 7,05 8,56 9,01 13,96 17,52 12,39 8.KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 6,75 7,58 7,48 6,99 8,39 9,11 11,26 15,94 8,51 11,22 9.JASA - JASA 6,86 9,64 10,66 6,35 7,60 6,14 5,84 8,50 7,44 7,00 PERTUMBUHAN EKONOMI 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19 Sumber : BPS Prov. Gorontalo **) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN Pelemahan kinerja sektor pertanian khususnya sub sektor tabama terus berlanjut hingga triwulan IV-2009 dengan kondisi yang semakin memburuk. Sektor pertanian terkontraksi 5,55% sebagai akibat merosotnya produksi jagung domestik yang mencapai 20,47%, lebih rendah dibandingkan produksi tahun 2008. Sementara itu perlambatan dimaksud mampu sedikit diredam oleh peningkatan produksi padi. Upaya pemerintah daerah dalam mempertahankan produksi jagung telah dilakukan semaksimal mungkin, namun proses penurunan produksi masih terus berlanjut seiring dengan cuaca yang tidak mendukung. Secara umum penurunan produksi pertanian jagung disebabkan oleh tiga hal yakni (i) Musim kering berkepanjangan sejak bulan Mei s.d November 2009, (ii) Produktivitas pertanian menurun dari 48,17 Ku/Ha menjadi 42,21 Ku/Ha, (iii) Luas lahan panen menurun dari 156.436 Ha pada tahun 2008 menjadi 128.786 Ha pada tahun 2009. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 7

Grafik 1.10 Luas Lahan Panen & Produktisi Jagung Grafik 1.11 Perkembangan Produktivitas Jagung Sumber: BPS Prov. Gorontalo, Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo Sementara itu produksi padi tetap tumbuh walaupun melambat dibandingkan tahun 2008. Produksi padi secara keseluruhan tahun tumbuh 8,25%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan produksi tahun 2008 sebesar 18,69%. Pertumbuhan produksi terutama pada pertanian padi sawah, sementara produksi padi ladang mengalami penurunan. Produksi padi sawah tahun 2009 mencapai 256.751 ton, lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2008 sebesar 236.235 ton. Sementara produksi padi ladang turun dari 1.638 ton pada tahun 2008 menjadi 733 ton pada tahun 2009. Pertanian padi sawah masih dapat berproduksi dengan baik terkait sistem irigasi teknis yang telah dikembangkan oleh Pemda sehingga mampu mengurangi sedikit ketergantungan terhadap kondisi cuaca. Sementara itu produksi pertanian tanaman pangan lain seperti ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau dan kacang tanah turut menurun sedangkan produksi kedelai mengalami peningkatan. Tabel 1.8 Produksi Pertanian Tabama Jan-Apr Mei-Agst Sep-Des Jan-Des Jenis Tanaman Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) ANGKA TETAP 2007 Kedelai 2.272 15,39 3.497 986 12,34 1.217 746 13,14 980 4.004 14,22 5.694 Kacang Tanah 1.085 14,21 1.542 1.101 11,78 1.297 405 12,27 497 2.591 12,87 3.336 Kacang Hijau 121 13,14 159 178 11,74 209 121 12,14 147 420 12,26 515 Ubi Kayu 200 117,15 2.343 219 115,30 2.525 228 112,46 2.564 647 114,87 7.432 Ubi Jalar 90 96,44 868 113 94,87 1.072 111 93,14 1.034 314 94,71 2.974 ANGKA TETAP 2008 Kedelai 1.154 13,98 1.613 354 12,29 435 365 12,77 466 1.873 13,42 2.514 Kacang Tanah 943 10,06 949 724 8,94 647 211 11,99 253 1.878 9,85 1.849 Kacang Hijau 85 13,18 112 166 11,75 195 74 12,03 89 325 12,19 396 Ubi Kayu 302 126,79 3.829 273 119,71 3.268 196 108,06 2.118 771 119,52 9.215 Ubi Jalar 148 96,89 1.434 159 96,16 1.529 105 93,71 984 412 95,80 3.947 ARAM III 2009 Kedelai 2.192 11,10 2.433 1.391 11,94 1.661 1.341 12,88 1.727 4.924 11,82 5.821 Kacang Tanah 826 10,06 831 557 9,03 503 326 12,22 398 1.709 10,14 1.732 Kacang Hijau 58 13,74 80 85 12,06 103 59 12,07 71 202 12,55 253 Ubi Kayu 186 126,82 2.359 224 119,81 2.684 174 108,59 1.889 584 118,70 6.932 Ubi Jalar 142 97,63 1.386 125 96,54 1.207 118 94,87 1.119 385 96,43 3.713 Sumber : Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo 8 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

1.2.2 SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor angkutan dan komunikasi menjadi salah satu sektor yang mampu meredam perlambatan ekonomi yang terjadi. Sektor angkutan diperkirakan tumbuh 17,52% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 6,1% (y.o.y). Kondisi ini diperkirakan sebagai pengaruh dari keberangkatan jemaah haji, libur natal dan libur tahun baru. Pada sub sektor angkutan darat, kenaikan terlihat dari meningkatnya konsumsi BBM transportasi selama triwulan IV-2009. Data penjualan BBM menunjukkan peningkatan, selama triwulan IV-2009 tercatat 18.893 kiloliter premium dan 6.016 kiloliter solar terjual. Volume penjualan ini tumbuh 19,58% (y.o.y) untuk premium dan 1,55% (y.o.y) untuk solar lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,04% (y.o.y) untuk premium dan -13,49% (y.o.y) untuk solar. Grafik 1.12 Konsumsi Premium untuk Transportasi Grafik 1.13 Jumlah Penerbangan Pesawat Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : Bandara Jalaluddin Gorontalo Grafik 1.14 Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor Meningkatnya kinerja sektor ini tercermin pula dari realisasi penghimpunan pajak kendaraan bermotor yang tumbuh 40% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 22% (y.o.y) Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Sementara itu untuk sub sektor angkutan udara turut mengalami peningkatan. Jumlah penumpang angkutan udara yang tercatat di bandara Jalaluddin sebesar 63.773 penumpang atau tumbuh sebesar 17,6% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 9,37% (y.o.y). Demikian juga untuk traffic pesawat tumbuh sebesar 1,9% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 3,1% (y.o.y). Kondisi peningkatan arus penumpang udara didorong peningkatan arus jamaah haji dari Gorontalo ke Makassar. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 9

Grafik 1.15 Perkembangan Penumpang Pesawat Grafik 1.16 Perkembangan Penumpang Kapal Laut Sumber : Bandara Jalaluddin, Gorontalo Sumber : Kantor Pelabuhan se-provinsi Gorontalo 1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 9,77% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,65% (y.o.y). Meningkatnya kinerja sektor perdagangan dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator antara lain kredit perdagangan, realisasi listrik kelompok bisnis, serta tingkat hunian hotel. Kredit perdagangan secara agregat meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada Desember 2009, tercatat kredit yang disalurkan ke sektor perdagangan sebesar Rp 821 Miliar atau tumbuh 30,21% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 29,67% (y.o.y). Sementara peningkatan kegiatan perniagaan juga ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi listrik kelompok bisnis sebesar 15,36% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,57% (y.o.y). Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Listrik Bisnis Sumber : Bank Indonesia Sumber : PLN Gorontalo Grafik 1.19 Tingkat Penghunian Hotel Sementara itu kinerja sub sektor perhotelan dikonfirmasi pula oleh pertumbuhan tingkat hunian hotel di Gorontalo sebesar 31,75% hampir sama dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 31,73%. 10 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

1.2.4 SEKTOR BANGUNAN Kinerja Sektor Bangunan diperkirakan tumbuh lebih baik. Sektor ini tumbuh 24,27% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar dari 13,13% (y.o.y). Meningkatnya kinerja sektor ini secara signifikan didorong oleh peningkatan realisasi anggaran belanja modal APBD. Belanja modal pada triwulan IV-2009 meningkat signfikan sebesar 47,77% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan belanja modal triwulan IV-2008 yang terkontraksi sebesar 34,30% (y.o.y). Grafik 1.20 Realisasi Belanja Modal APBD Grafik 1.21 Realisasi Penjualan Semen Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen Tumbuhnya kinerja sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator. Pertumbuhan penjualan semen selama triwulan IV-2009 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 penjualan semen tumbuh 12,44% (y.o.y). Pembangunan sarana fisik di kawasan kota dan kabupaten terus diintensifkan menjelang akhir tahun. Beberapa proyek infrastruktur yang telah diselesaikan antara lain : - Infrastruktur jalan. Pembangunan jalan nasional sepanjang 616,24 km sudah mencapai 87,88 % sedangkan jalan provinsi baru mencapai 39,45 % dari 408,26 km yang direncanakan sehingga masih perlu peningkatan sebesar 60,55 % atau sepanjang 247,02 km termasuk jalan yang belum terbuka sepanjang 93,75 km (ruas ; Tapa-Atingola, Marisa Tolinggula dan Aladi Tulabolo). Pembangunan jalan akses agropolitan sampai dengan tahun 2009 telah mencapai 302,25 km yang melalui lima kabupaten. - Irigasi dan bendungan. Pembangunan Bendungan Paguyaman dibangun sejak tahun 2005 dengan luas areal irigasi 6.880 ha dengan total anggaran hingga tahun 2009 mencapai Rp. 97 M. Sampai dengan tahun 2009 progres fisik pekerjaan bendungan mencapai 96,3%, sementara pekerjaan Jaringan Kiri mencapai 90,5% dan pekerjaan Jaringan Kanan mencapai 49% Pembangunan Kanal Banjir Tamalate seluas 2.850 m 2 dengan nilai proyek Rp. 62.729.340.000, dimana pembangunan telah mencapai 70 % sampai akhir tahun 2009. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 11

- Pembangunan pusat perbelanjaan. Pembangunan Gorontalo Business Center telah memasuki tahap akhir sementara itu proses pembangunan Gorontalo Business Park terus dipacu untuk mengejar target penyelesaian tahun 2011. - Pembangunan pelabuhan. Proyek pembangunan Pelabuhan Paguwat saat ini berada pada tahap penyelesaian. Menyikapi tingginya pertumbuhan sektor konstruksi, peluang ini dimanfaatkan oleh PT Semen Tonasa dengan membangun unit pengantongan untuk memperlancar arus distribusi semen di Gorontalo. 1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 9,00 % (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,72%. Peningkatan industri pengolahan pada triwulan IV-2009 salah satunya didorong peningkatan produksi gula. Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh meningkatnya nilai ekspor komoditas gula dan kembang gula dari US$ 1.419.246 pada triwulan IV-2008 menjadi US$1.923.663 pada triwulan IV-2009. Grafik 1.22 Penggunaan BBM Industri Grafik 1.23 Penggunaan Listrik Industri Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : PLN Gorontalo Sementara itu peningkatan sektor industri pengolahan juga dikonfirmasi oleh peningkatan konsumsi BBM dan listrik industri. Konsumsi BBM kelompok industri tumbuh sebesar 33,9% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 3,3% (y.o.y). Sementara konsumsi listrik kelompok industri tumbuh sebesar 16,08% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 26,92% (y.o.y). 12 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

1.2.6 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.24 NIM Perbankan 1.2.7 SEKTOR LAINNYA Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 8,51% (y.o.y) dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 6,99%. Net Interest Margin Perbankan tumbuh sebesar 34,1% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 28,64% (y.o.y). NIM Perbankan meningkat terutama didorong oleh peningkatan pendapatan bunga yang tumbuh sebesar 31,5% lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 22,26% Selama triwulan laporan, sektor jasa-jasa diperkirakan meningkat 7,44% (y.o.y), dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,35% (y.o.y). Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh subsektor pemerintahan umum. Meningkatnya kinerja di sektor ini seiring dengan upaya realisasi anggaran belanja barang/jasa pemerintah di akhir tahun. Sektor pertambangan dan penggalian dalam triwulan-iv tahun 2009 diperkirakan tumbuh sebesar 15,13% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,75% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini seiring dengan pertumbuhan sektor bangunan. Pertambangan di Gorontalo banyak menghasilkan barang tambang galian C untuk mendukung kinerja sektor konstruksi. Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan-iv 2009 diperkirakan tumbuh sebesar 6,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan-iv 2008 yang mengalami kontraksi sebesar - 0,71% (y.o.y). Peningkatan sektor ini tercermin didorong oleh mulai beroperasinya 5 genset tambahan yang telah didatangkan Pemda dari Bitung. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 13

BOX 1 : KARAKTERISTIK INVESTASI GORONTALO Upaya pemerintah daerah dalam mendorong ekonomi Gorontalo telah dilakukan dengan maksimal, hal ini terlihat dari pertumbuhan komponen investasi dalam PDRB yang menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Namun apabila dibandingkan dengan pertumbuhan investasi di kawasan Sulawesi-Maluku-Papua, investasi Gorontalo masih membutuhkan perbaikan lagi. Grafik 1.25 Perkembangan Investasi Gorontalo Grafik 1.26 Perkembangan Inflasi Sulampua Sumber : Badan Pusat Statistik Dalam pelaksanaannya efektifitas investasi tidak hanya dilihat dari pertumbuhannya saja, namun sejauh mana investasi yang dilakukan mampu mendorong output secara keseluruhan. Salah satu tools ekonomi yang dapat digunakan untuk menghitung efektifitas investasi dalam mempengaruhi output adalah metode Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR adalah suatu besaran yang menunjukkan tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Secara teoritis teori dimaksud dikembangkan pertama kali oleh R. F. Harrod dan Evsey Domar (1939 dan 1947). Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan tambahan kapital dengan tambahan output. Karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang (nominal). Investasi merupakan kegiatan yang berlangsung dengan rentang waktu yang cukup lama (multiyears) maka penghitungan ICOR dilakukan dengan mengambil periode 5 tahunan dengan asumsi investasi yang dilakukan pada awal tahun pertama telah selesai dilaksanakan pada akhir tahun ke-5. Tabel 1.9 perhitungan ICOR Prov. Gorontalo Komponen 2000-2004 2004-2009 Akumulasi Investasi 418.488,54 808.601,92 Penambahan Output 2.093.977,50 5.475.537,35 ICOR Rate 5,00 6,77 14 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Tampak dalam hasil pengolahan data, efektivitas investasi menunjukkan penurunan dengan nilai ICOR yang meningkat. ICOR Rate = 5.00 diartikan sebagai setiap penambahan 5 kapital akan mendorong peningkatan 1 Output, sementara ICOR Rate 6,77 diartikan sebagai setiap penambahan 6.77 kapital akan mendorong peningkatan 1 Output. Hal ini menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan belum efektif dalam mendorong sustainabilitas pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini diyakini karena kegiatan investasi di Gorontalo lebih dilakukan pada sektor non tradable (investasi fisik bangunan) dibandingkan investasi alat-alat produksi (terlihat dari pertumbuhan sektor non tradable yang kecenderunganya meningkat dibandingkan sektor tradable). Grafik 1.27 Pertumbuhan Sektor Tradable vs Non Tradable Sumber : BPS Prov. Gorontalo (diolah) Penilaian investasi yang cukup baik dari Survey Pemeringkatan Iklim Usaha terhadap 33 provinsi 2008, Kerjasama BKPM Pusat KPPOD menjadi prestasi PEMDA yang perlu terus dikembangkan. Namun upaya meningkatan kualitas investasi menjadi hal yang patut mendapat perhatian, kebijakan investasi bangunan secara perlahan-lahan diarahkan ke investasi non bangunan untuk menambah ouput produksi demi menjaga sustaibilitas pertumbuhan. Dalam tahun 2010 upaya mendorong investasi menjadi tantangan tersendiri. Keterbatasan fiskal pemerintah daerah harus dapat disiasati melalui penguatan peran perbankan dan sektor swasta. Kendala ekspansi kredit perbankan yang terkendala akibat kurangnya dukungan pertumbuhan dana masyarakat menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Solusi shifting kredit dari dominasi konsumsi ke arah Kredit Modal Kerja dan Investasi menjadi alternatif di saat upaya peningkatan DPK terus dilakukan. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 15

Tabel 1.10 Anggaran Belanja Modal PEMDA 2009 vs 2010 WILAYAH APBD 2009 APBD 2010 Bone Bolango 95.132.534.813 85.223.366.291 Gorontalo Utara 151.942.436.000 75.971.218.000 Prov. Gorontalo 99.550.040.499 178.322.950.826 Kab. Gorontalo 167.503.879.317 105.829.531.520 Boalemo 117.222.782.283 85.441.816.552 Pohuwato 99.077.210.825 49.538.605.413 Kota Gorontalo 144.198.603.902 77.311.408.980 Total 730.428.883.737,00 657.638.897.582 Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Sementara itu peran Badan Investasi Daerah (BID) Prov. Gorontalo menjadi vital, apresiasi yang cukup baik dari BKPM pusat terhadap iklim investasi di Gorontalo harus diubah menjadi peningkatan investasi riil di Gorontalo. Dalam rapat perdana Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TPIPED) yang dilaksanakan Desember 2009 lalu terungkap bahwakadin masih melihat adanya kendala keterbatasan data dan informasi terkait potensi bisnis di Gorontalo. 16 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Tendensi penurunan inflasi tahunan mewarnai perkembangan harga komoditas di Provinsi Gorontalo pada triwulan-iv 2009. Inflasi Gorontalo triwulan IV-2009 sebesar 4,35% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,20% (y.o.y). Sementara secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2009 sebesar 0,53% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2009 sebesar 0,85% (qtq). Adanya policy shock penurunan harga BBM mendominasi pembentukan inflasi Provinsi Gorontalo 2009, sehingga inflasi Gorontalo mengalami tren penurunan. Namun, inflasi Gorontalo masih menunjukkan tanda-tanda persistensi tinggi yang ditunjukkan dengan tingginya nilai inflasi Gorontalo di atas rata-rata inflasi nasional sepanjang tahun 2009. 2.1 INFLASI GORONTALO TRIWULAN IV-2009 Inflasi Provinsi Gorontalo tahun 2009 ditandai dengan meredanya policy shock, kuatnya ekpektasi harga, dan kerentanan sisi produksi. Sepanjang tahun 2009, inflasi Gorontalo mengalami kecenderungan menurun seiring dengan penurunan rata-rata inflasi tahunan. Tren penurunan inflasi terutama didorong oleh kebijakan penurunan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) pada akhir tahun 2008. Sementara itu, kuatnya ekspektasi harga dan penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal menyebabkan inflasi Gorontalo persisten diatas inflasi nasional dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo Sumber data : BPS Provinsi Gorontalo Melemahnya dampak Policy Shock mulai terasa sejak kebijakan penurunan harga BBM pada akhir tahun 2008. Menurunnya harga komoditas minyak internasional pada pertengahan tahun 2008 mengurangi beban Pos Subsidi BBM dalam APBN, sehingga kebijakan penurunan BBM secara nasional dapat dilakukan demi menciptakan situasi ekonomi dan bisnis yang kondusif. Pada Desember 2008 terjadi penurunan harga premium dari Rp.6000/liter menjadi Rp.5000/liter, sedangkan harga diesel turun dari Rp.5500/liter menjadi Rp.4800/liter. Melihat perkembangan harga minyak dunia yang terus menurun, Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 17

maka pemerintah kembali melakukan kebijakan penurunan harga BBM pada Januari 2009. Harga premium kembali turun dari Rp.5000/liter menjadi Rp.4500/liter dan harga diesel turun dari Rp.4800/liter menjadi Rp.4500/liter. Penurunan kebijakan BBM ini membawa tingkat harga ke level yang lebih rendah dan mendorong penurunan inflasi nasional dan inflasi Gorontalo. Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo Sumber data : BPS Ekspektasi harga mendorong tekanan inflasi Gorontalo ditengah pengaruh penurunan harga BBM. Sepanjang tahun 2009, persepsi masyarakat terhadap kenaikan harga selalu menunjukkan optimisme. Survei Konsumen oleh Bank Indonesia Gorontalo menunjukkan bahwa ekspektasi harga selalu optimis dengan nilai indeks berada diatas 100 (Saldo Bersih). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat selalu memiliki ekspektasi harga meningkat. Sementara itu berdasarkan kelompok harga, masyarakat memiliki ekspektasi bahwa kelompok bahan makanan merupakan barang yang memiliki kenaikan harga tertinggi dibandingkan kelompok barang dan jasa lainnya. Grafik 2.3 Indeks Perubahan Harga Umum 3 Bulan YAD Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD Sumber data : Survei Konsumen (KBI Gorontalo) 18 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Kerentanan sisi produksi menyebabkan tingkat inflasi Gorontalo persisten tinggi di atas inflasi nasional. Permintaan masyarakat tanpa disertai dengan produksi yang optimal mengakibatkan output gap positif. Artinya produksi yang dihasilkan oleh perekonomian daerah belum mampu memenuhi tingginya permintaan masyarakat. Belum optimalnya penggunaan kapasitas produksi menjadi permasalahan utama rentannya aspek produksi Gorontalo. Hal ini diperburuk oleh lemahnya dukungan infrastruktur terutama energi listrik. Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 2.6 Realisasi Kapasitas Produksi per Sektor Ekonomi 2009 2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA 2.2.1 INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y) Secara tahunan, inflasi Gorontalo tahun 2009 sebesar 4,35% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 9,20% (y.o.y). Tendensi penurunan harga terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan. Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y) No 2007 2008 2009 Kelompok I II III IV I II III IV I II III IV Umum 3.55 5.07 5.97 7.02 8.33 9.58 12.26 9.20 10.54 7.22 3.97 4.35 1 Bahan makanan 5.09 10.34 10.62 13.09 13.25 18.05 21.69 8.56 21.05 14.59 5.50 7.70 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 9.10 5.69 8.41 6.41 5.47 5.79 9.36 14.51 21.08 12.39 12.03 7.73 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.07 1.03 1.36 1.70 6.85 4.50 12.43 14.02 14.74 5.57 3.38 2.84 4 Sandang 2.41 2.11 2.16 4.63 6.81 4.29 3.40 2.63 6.36 2.53 2.80 3.06 5 Kesehatan 3.34 3.80 1.90 4.65 6.35 7.10 4.66 3.95 3.42 3.41 8.59 8.22 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.29 0.30 8.84 9.11 9.39 10.65 4.52 4.34 4.27 4.24 0.44 0.57 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.21 0.91 0.97 0.95 1.39 3.37 6.14 3.48 (0.37) (5.15) (5.35) (2.50) Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Hampir sepanjang tahun 2009 barang dan jasa kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi. Pada triwulan-iv 2009, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan deflasi sebesar -2,50% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mengalami inflasi sebesar 3,48% (y.o.y). Penurunan tekanan harga dalam kelompok ini terutama disebabkan oleh penurunan kebijakan harga BBM sebanyak dua kali yaitu pada Desember 2008 dan Januari 2009. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 19

Grafik 2.7 Perkembangan Harga BBM Sumber : Departemen ESDM Bila diuraikan lebih dalam, subkelompok transportasi merupakan penyumbang terbesar terjadinya deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Subkelompok transportasi pada periode laporan mengalami deflasi sebesar -3.06% (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan subkelompok lainnya yang pergerakan harganya relatif stabil. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi pada awal Desember 2008 memberikan efek sepanjang tahun 2009. Tabel 2.2 Inflasi Sub kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tahun 2009 (y.o.y) Kelompok / Sub kelompok JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.52-0.36-0.37 2.39 0.80-5.15-5.16-5.27-5.35-4.88-4.84-2.5 Transpor 5.11 3.79 3.77 3.26 0.98-7.36-7.37-7.39-7.31-6.33-6.33-3.06 Komunikasi dan Pengiriman -12.80-12.80-12.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00-0.69-1.91-1.83-1.83 Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0.4 0.4 Jasa Keuangan 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo 2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (QTQ) Secara triwulanan, inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2009 sebesar 0.53% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0.85% (qtq). Penurunan tingkat harga barang dan jasa didorong oleh deflasi pada kelompok makanan jadi, minuman rokok, dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, kelompok sandang, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sedangkan sumber tekanan inflasi terutama disumbangkan oleh inflasi kelompok bahan makanan. Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa (qtq) Kelompok 2007 2008 2009 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Umum -1.24 0.46 1.66 2.96-0.04 3.83 4.01 0.16 2.33 0.59 0.85 0.53 Bahan makanan -4.86 0.19 2.10 10.48-4.72 4.73 7.89-1.44 6.83 0.88-0.67 0.62 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 2.86 0.24 2.77-0.24 1.96 4.01 2.32 4.46 3.15 1.93 2.00-5.18 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.13 0.73 0.88-0.07 5.20 1.36 4.40 1.34-0.14-0.07 2.23-8.16 Sandang 0.24 0.90 0.41 1.90 2.33-0.67-0.04 1.14 2.52-1.08 0.22-1.61 Kesehatan 0.12 0.90 0.26 1.11 1.74 1.34 0.56 0.42 0.62 1.77 5.59 0.08 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.12 7.44 0.05 0.26 0.47 3.98-0.12 0.17 0.20 0.19 0.01 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.16 0.74 0.11-0.59 0.60 8.37 0.13-3.09-2.39 0.14-0.08-0.17 Sumber data : BPS 20 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Inflasi kelompok bahan makanan tetap menunjukkan peningkatan di tengah kecenderungan penurunan inflasi daerah. Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan bahwa beberapa komoditas utama dalam kelompok bahan makanan yaitu cabai, bawang merah, beras, dan gula pasir mengalami peningkatan. Grafik 2.8 Perkembangan Harga Bawang dan Cabai 2009 Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras dan Gula Pasir 2009 Sumber data : Diskoperindag Gorontalo (Survei Pemantauan Harga) Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan bahwa beras sebagai komoditas utama penyumbang inflasi mengalami kenaikan harga. Harga beras jenis IR-64 pada minggu-i September 2009 sebesar Rp5500/kg naik menjadi Rp6.000/kg pada minggu-iv Desember 2009. Sementara, harga beras jenis Dolog relatif stabil. Harga gula pasir pada minggu-i September 2009 sebesar Rp9700/kg naik menjadi Rp11.000/kg pada minggu-iv Desember 2009. Sedangkan harga bawang merah pada minggu-i September 2009 sebesar Rp14.000/kg naik menjadi Rp16.000/kg pada minggu-iv Desember 2009. Cabai sebagai komoditas dengan tingkat volatilitas tinggi mengalami kenaikan harga. Harga cabai keriting pada minggu-i September 2009 sebesar Rp9800/kg naik menjadi Rp20.000/kg pada minggu-iv Desember 2009. Sementara itu, harga cabai merah biasa pada minggu-i September 2009 sebesar Rp11.500/kg naik menjadi Rp19.000/kg pada minggu-iv Desember 2009. Bila kita telusuri lebih dalam, pada bulan November 2009 harga cabai kriting dan cabai merah mengalami kenaikan yang drastis hingga mencapai Rp.37.000/kg untuk cabai kriting dan Rp.40.000/kg untuk cabai merah. Hal ini disebabkan karena pada saat itu stok cabai hilang di pasaran Gorontalo karena banyak dialihkan ke Manado. Pada saat yang sama Manado sedang mengalami kekurangan pasokan cabai, sehingga banyak pasokan cabai Gorontalo yang dialihkan oleh para pedagang besar untuk memenuhi kebutuhan pasokan di Manado karena harga cabai di Manado sudah jauh lebih tinggi. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 21

Permasalahan distribusi, pembentukan harga, dan struktur pasar menjadi sorotan ditengah melambungnya harga komoditas kelompok bahan makanan. Hasil penelitian Bank Indonesia dan konfirmasi dengan berbagai dinas serta pelaku usaha terkait menunjukkan bahwa terdapat permasalahan mendasar pada tata niaga barang dan jasa terutama komoditas pada kelompok bahan makanan. Peran pedagang besar sangat dominan dalam mempengaruhi jalur distribusi dan struktur pasar. Sementara, margin harga yang mereka bebankan kepada konsumen sangat tinggi sehingga pembentukan harga di Gorontalo seringkali tidak selalu sesuai dengan mekanisme permintaan dan penawaran. Hasil pertemuan Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TPIPED) juga mengidentifikasi terdapat permasalahan distribusi yang menghambat kelancaran pasokan barang dan jasa. Tentunya hal ini memperkuat perilaku persistensi tinggi inflasi Provinsi Gorontalo. Tabel 2.4 Hasil Rapat Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah 31 Agustus 2009 21 Desember 2009 Keterbatasan kapasitas infrastruktur. Distribusi barang dan jasa seringkali terganggu karena terjadi penumpukan antrian kapal di Pelabuhan Gorontalo. Sementara itu, terdapat alternatif Pelabuhan Anggrek namun kurang diminati oleh pedagang karena jaraknya yang lebih jauh. Pemda tengah membangun dermaga III di Pelabuhan Gorontalo sebagai salah satu solusi permasalahan tersebut yang diperkirakan selesai pada tahun 2010. Peranan Pedagang Besar dalam perniagaan komoditas. Peranan pedagang besar sangat dominan di Gorontalo, kondisi ini didukung analisis lapangan dari Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan dimana Pemerintah Provinsi telah mencoba beberapa upaya untuk meminimalisir hal tersebut melalui program Taksi Mina Bahari (perikanan) maupun sentra usaha KIAT (pertanian). Namun upaya dimaksud belum sepenuhnya optimal, karena cukup sulit melawan dominasi tengkulak terkait keterbatasan modal pemerintah daerah. 22 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

BOX II : IDENTIFIKASI JALUR DISTRIBUSI KOMODITAS HORTIKULTURA DI GORONTALO Pola perniagaan holtikultura di Gorontalo telah mengikuti jalur distribusi yang melibatkan produsen, pedagang besar, pengecer dan konsumen walaupun memiliki sedikit perbedaan untuk tiap komoditasnya. Secara umum, pedagang besar dinilai memiliki peranan lebih dibandingkan petani dan pengecer dalam melakukan transaksi komoditas untuk sampai kepada konsumen walaupun tingkat kekuatannya berbeda-beda untuk setiap jenis komoditas hortikulutura. Fenomena petani sekaligus pengecer banyak dijumpai di daerah-daerah yang berdekatan langsung dengan wilayah kota. Hal ini dilakukan oleh petani karena belum optimalnya balancing margin di setiap sub level distribusi holtikultura, sehingga harga jual komoditi tersebut menjadi lebih menarik. Sebagai ilustrasi, jalur distribusi untuk komoditas rica, tomat, cabe merah, dan bawang merah adalah sebagai berikut: Rantai Distribusi Rica: Gambar 2.1 Jalur Distribusi Rica Rica merupakan komoditas primadona Gorontalo, kualitas rica yang cukup diminati pasar menyebabkan permintaan terhadap rica cukup tinggi. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh KBI Gorontalo, pasokan rica tidak hanya berasal dari produsen lokal, responden menyatakan bahwa 20% pasokan berasal dari Sulawesi Tengah. Di lini produsen, selain menjual ke pedagang besar, responden petani menyatakan bahwa 38% komoditasnya dijual langsung kepada pengecer dan konsumen. Hal tersebut dilakukan oleh petani dengan tujuan mendapatkan margin lebih ketika harga rica di level pedagang besar turun, namun dalam beberapa hal konsumen dan pengecer sendiri juga langsung membeli dari petani ketika harga rica di pasar tradisional membumbung tinggi. Dalam distribusi rica dikenal adanya pengepul/pedagang perantara yang bertindak sebagai agen pengumpul rica untuk disalurkan ke pedagang besar. Dalam hal ini pengepul tidak melakukan transaksi langsung dengan produsen maupun pedagang besar, pengepul hanya menghubungkan antara produsen dan pedagang besar dan mendapatkan fee dari pedagang besar atas usahanya tersebut. Adanya pedagang perantara dalam distribusi rica memperpanjang jalur perniagaan rica dan mengakibatkan inefisiensi. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 23

Rantai Distribusi Tomat Sayur: Gambar 2.2 Jalur Distribusi Tomat Dalam perniagaan tomat, jalur distribusi melibatkan produsen lokal/luar provinsi, pedagang besar, dan pengecer. Hasil survey menyebutkan bahwa reponden pedagang besar mendatangkan 44% pasokannya dari luar Gorontalo (Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara) sementara hanya 20% dari total komoditas yang dimilikinya dijual ke luar daerah. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan distribusi tomat dari daerah lain cukup tinggi. Dalam distribusi tomat, petani juga bertindak sebagai pemasok langsung bagi pengecer dan konsumen (terutama untuk rumah makan/restoran). Perilaku produsen tersebut didasarkan pertimbangan usia buah yang cukup pendek, untuk menghindarkan kerusakan banyak petani berinisiatif memasok pengecer langsung agar produksinya cepat terserap di pasar. Rantai Distribusi Cabe Merah: Gambar 2.3 Jalur Distribusi Cabe Merah Pola distribusi cabe merah mengikuti seperti diagram diatas. Cabe merah kurang diminati oleh petani lokal, sehingga sebagian besar didatangkan dari luar provinsi, sumber pasokan cabe merah di Gorontalo berasal dari Sulawesi Tengah. Dalam mekanisme distribusinya, responden petani menyatakan bahwa 50% menjual komoditasnya langsung ke pengecer sisanya menjual kepada pedagang besar. Petani melakukan hal dimaksud dengan alasan pertimbangan harga jual yang lebih baik di level pengecer. Sedangkan komoditas yang dikumpulkan oleh pedagang besar umumnya dipasok ke luar daerah atau dipasok kepada rumah makan/restoran di Gorontalo. 24 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Rantai distribusi Bawang Merah: Gambar 2.4 Jalur Distribusi Bawang Merah Produksi bawang merah di Gorontalo masih mengandalkan pasokan dari luar daerah yaitu Makassar-Sulawesi Selatan, Bima-Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah. Produksi lokal masih belum mencukupi kebutuhan Gorontalo. Dalam perniagaan bawang merah, pedagang besar mendatangkan komoditas hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal saja dan sebagian kecil diperdagangkan ke Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Distribusi Tingkat Konsumen Disisi konsumen, chanelling distribusi holtikultura yang paling sering digunakan adalah pasar tradisional kecuali untuk komoditas rica dan tomat, masyarakat banyak yang membeli langsung dari petani dengan alasan kualitas buah yang didapatkan lebih baik dibandingkan melalui pasar tradisional. Sementara itu channel distribusi yang melibatkan pasar modern/supermarket jarang digunakan. Tabel 2. 5 Asal Pasokan Pada Level Konsumen ASAL PASOKAN RICA TOMAT CABE MERAH BAWANG MERAH Pasar Modern/Supermarket 25.1% 1.6% 21.6% 2.4% Pasar Tradisional 37.5% 78.6% 29.8% 77.6% Penjual Keliling 4.9% 9.5% 22.9% 8.8% Toko/Warung 6.0% 9.5% 3.4% 11.2% Petani/Nelayan 26.6% 0.8% 22.3% 0.0% Sumber : Survei lapangan, Bank Indonesia Gorontalo Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 25

Halaman ini sengaja dikosongkan... 26 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan IV-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan pertumbuhan kredit yang melambat. Sementara itu stabilitas perbankan Gorontalo tetap terjaga, tergambar dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif terkendali. Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai karena LDR sudah mencapai nilai yang tidak wajar mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. 3.1 FUNGSI INTERMEDIASI Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan menunjukkan kinerja yang melambat. Pertumbuhan dana pihak ketiga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja penghimpunan dana pihak ketiga didorong oleh berkurangnya penempatan dana giro pemerintah terkait pembayaran berbagai proyek pembangunan pada akhir tahun. Sementara itu, penyaluran kredit juga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan terutama terjadi pada kredit-kredit sektor produktif yaitu adalah sektor pertanian, sektor industri, dan sektor transportasi. 3.1.1 Perkembangan Bank Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum Konvensional, 2 Bank Umum Syariah 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 13 kantor cabang, 21 kantor cabang pembantu, 10 kantor kas serta 21 kantor unit. Sementara itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 2 kantor cabang dan 2 kantor kas. Sementara itu, selama tahun 2009 terdapat penambahan jumlah bank yang meliputi 1 kantor cabang bank umum syariah dan 5 kantor cabang pembantu bank umum konvensional. Total asset pada triwulan-iv 2009 tumbuh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total asset seluruh bank pada triwulan-iv 2009 mencapai Rp2,90 triliun, tumbuh 20,57% (y.o.y) lebih lambat dibanding triwulan IV-2008 sebesar 26,18% (y.o.y). Namun, Net Interest Margin (NIM) pada triwulan IV-2009 sebesar Rp.320,74 milyar atau tumbuh 34,11% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 28,64% (y.o.y). Perlambatan total asset sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit pada triwulan laporan. Sementara itu, rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) sebesar 53,82% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 54,68%. Menurunnya rasio bopo menunjukkan Perbankan Gorontalo makin efisien dalam melakukan kegiatan operasional. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 27

3.1.2 Penyerapan dana masyarakat Pada posisi akhir triwulan IV-2009 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,82 triliun, tumbuh 2,87% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,12% (y.o.y). Perlambatan DPK terutama disebabkan oleh kontraksi pada komponen giro dan deposito masing-masing sebesar -14,91% (y.o.y) dan -2,07% (y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan giro terutama disebabkan oleh menurunnya penempatan dana pemda karena kebutuhan transaksi untuk membayar proyek-proyek pembangunan daerah di akhir tahun. Sedangkan melambatnya deposito seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan. Sementara, tabungan tumbuh sebesar 10,43% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,08% (y.o.y). Meningkatnya kesadaran masyarakat akan menabung menjadi salah satu faktor yang memberikan angin segar kepada peningkatan tabungan masyarakat. Grafik 3.1 Pertumbuhan DPK (y.o.y) Grafik 3.2 Komposisi DPK 3.1.3 Penyaluran kredit Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp2,58 triliun, tumbuh 29,01%. (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 38.64% (y.o.y). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang mencapai 37.05% (y.o.y) namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.41% (y.o.y). Kredit modal kerja tumbuh sebesar 17,99% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 40.84% (y.o.y). Sementara itu, kredit investasi tumbuh 24,38% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -4.90% (y.o.y). Pertumbuhan pada kredit investasi terutama didorong oleh pendanaan proyek pembangunan Pemerintah Daerah. Usaha Pemda untuk memperkuat perekonomian daerah melalui penyelesaian target pembangunan infrastruktur menyebabkan terjadinya peningkatan kredit investasi. Adapun beberapa proyek Pemda yang tengah dalam proses pengerjaan/penyelesaian adalah jalan Gorontalo By Pass, Bendungan Paguyaman, 28 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Pembangunan Kanal Banjir Tamalate, Pembangunan Embarkasi Haji Bandara Djalaludin, Dermaga III Pelabuhan Kota Gorontalo, dan PLTU Anggrek Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis Penggunaan (y.o.y) Grafik 3.4 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Sumber : Bank Indonesia Pertumbuhan kredit sektor produktif pada triwulan laporan diwarnai oleh perlambatan. Hampir seluruh kredit sektoral mengalami kontraksi, namun angin segar masih bertiup pada kredit sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa sosial kemasyarakatan. Kredit sektor transportasi dan komunikasi dan sektor industri mengalami kontraksi yang paling dalam masing-masing sebesar -41,04% (y.o.y) dan -36,95% (y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan kredit sektor industri searah dengan melambatnya pertumbuhan sektor industri tahun 2009. Sementara itu kredit perdagangan masih mendominasi dalam portofolio kredit produktif dengan pertumbuhan sebesar 30,21% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 29,67% (y.o.y). Kredit sektor konstruksi mengalami pertumbuhan positif sebesar 27,84% (y.o.y), namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnnya sebesar 54,35% (y.o.y). Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral (y.o.y) Grafik 3.6 Komposisi portofolio Kredit Sektor Produktif Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat tumbuh 10,30% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 40,86% (y.o.y). Kredit yang dikucurkan perbankan Gorontalo kepada usaha skala mikro, kecil dan menengah mencapai Rp1,514 triliun, atau 58,60% dari keseluruhan kredit perbankan. Jika dilihat per Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 29

segmen, kredit usaha kecil tumbuh sebesar 16.12% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30,08% (y.o.y). Sementara, kredit menengah yang memiliki komposisi terbesar dalam struktur kredit UMKM di Gorontalo, tumbuh sebesar 7.19% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 52,86% (y.o.y). Sedangkan kredit usaha mikro mengalami perbaikan yaitu tumbuh 11,26% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,70% (y.o.y). Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM Sumber : Bank Indonesia 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian. Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang tidak wajar mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. 3.2.1 Risiko Kredit Dari indikator kredit non-lancar dan konsentrasi kredit di sektor tertentu, terlihat bahwa risiko kredit tetap terkendali pada level yang rendah. Kredit Non-Lancar atau Non Performing Loans (NPLs) untuk kredit secara keseluruhan tetap terjaga pada level 2.25%. Nilai ini tergolong baik karena masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 5%. Perbaikan nilai NPL terutama disebabkan oleh usaha bank untuk meminimkan kredit macet melalui peningkatan kinerja collection kredit. Sementara berdasarkan depth interview dengan Perbankan, terdapat usaha bank untuk menurunkan NPL melalui switching NPL kepada agunan yang diambil alih (AYDA). Sedangkan disisi penyaluran kredit juga terus menunjukkan peningkatan yang ikut berkontribusi dalam meminimkan nilai NPL. 30 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Grafik 3.9 Non Performing Loan Sumber : Bank Indonesia Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPL, risiko kredit yang stabil-rendah disebabkan pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki pangsa yang dominan. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan ke sektor PHR. Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat risikonya memiliki pangsa kucuran kredit yang relatif kecil. Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit Sumber : Bank Indonesia 3.2.2 Risiko Likuiditas Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan konsentrasi sumber dana pada deposan inti menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan laporan patut mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Menurunnya Porsi dana pemerintah yang mengalami pergeseran dari total dana pihak ketiga perbankan juga dinilai dapat menambah risiko likuiditas karena dana pemerintah relatif mudah diprediksi sifat keluar masuk dananya. Sementara itu nilai LDR yang berada pada posisi kurang normal hingga mencapai 141.68% menyebabkan likuiditas perbankan sangat ketat sehingga Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 31

membahayakan perbankan bisa sewaktu-waktu nasabah ingin menarik dananya dalam jumlah besar. Grafik 3.11 Pergerakan Komposisi DPK Grafik 3.12 Komposisi Dana Milik Pemda Sumber: Bank Indonesia Konsentrasi jangka waktu sumber dana. Sebagian besar dana yang simpanan di bank masih merupakan dana jangka pendek, Sementara terdapat kecenderungan pergeseran proporsi dari simpanan jangka panjang khususnya deposito ke simpanan jangka menengah pendek yaitu tabungan. Pergeseran tersebut disebabkan tingginya permintaan dana untuk melakukan kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat terutama pada periode laporan. Sementara itu, pihak perbankan juga sengaja melakukan shifting dana pihak ketiga dari deposito ke tabungan dalam rangka menurunkan biaya bunga simpanan. Konsentrasi sumber dana pada deposan inti. Dana milik pemerintah memiliki pangsa yang cenderung menurun di struktur dana pihak ketiga. Hal tersebut dipandang negatif dari sisi kestabilan likuiditas karena arus keluar masuk dana milik pemerintah lebih dapat diprediksi dibandingkan dana milik swasta Penurunan dana milik pemda disebabkan karena meningkatnya kebutuhan transaksi untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan pemerintah terutama pada akhir tahun. Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 141.68% menunjukkan bahwa likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR menunjukkan bahwa jumlah kredit yang disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan. Tentunya hal ini patut mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil dananya dalam jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan perbankan. Sementara itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang digelontorkan menuju tingkat LDR yang diniliai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari 100%. 32 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo 3.2.3 Risiko Pasar Sumber: Bank Indonesia Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga acuan yang mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi ke depan diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate Sumber: Bank Indonesia Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 33

BOX III : IDENTIFIKASI POTENSI KOMODITAS UNGGULAN KLASTER DI KOTA GORONTALO Provinsi Gorontalo sebagai provinsi yang baru berkembang, memiliki potensi untuk mengembangkan konsep klaster sebagai alternatif pengembangan model industri Gorontalo. Hal ini mengingat industrialisasi di Gorontalo belum berkembang secara masif sebagaimana di daerah-daerah lain. Sementara secara sosiologis, klaster juga sangat sesuai dengan kultur dan perilaku masyarakat Gorontalo yang sedang melakukan transisi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Oleh karena itu identifikasi potensi komoditas unggulan klaster di wilayah Provinsi Gorontalo diperlukan terutama pada level kabupaten/kota. Berdasarkan identifikasi awal terdapat embrio klaster yang dapat diperdalam untuk menjadi komoditas unggulan klaster yaitu rumput laut, ikan cakalang, ikan lajang, ikan tuna, sapi potong, meubel, kerawang, pisang, dan cabe. Daftar komoditas unggulan di atas akan diidentifikasi berdasarkan sebarannya pada wilayah Kabupaten/Kota se-provinsi Gorontalo dengan menggunakan Analisis Hierarki Proses (AHP). Dalam analisa AHP dengan fokus Kota Gorontalo dapat diidentifikasi terdapat tiga komoditas unggulan klaster yang cocok diterapkan di Kota Gorontalo yaitu kerawang, meubel, dan ikan lajang. Gambar 3.1 Hasil Analisis AHP Komoditas Unggulan Klaster Kota Gorontalo Setelah dilakukan AHP kemudian diperdalam dengan analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk mengetahui komoditas yang paling tepat sebagai klaster di Kota Gorontalo. 34 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Tabel 3. 1 Matriks Perbandingan Kompetitif Komoditas Unggulan Kota Gorontalo NO. A. INTERNAL FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS SKOR UNTUK SETIAP KOMODITAS IKAN LAJANG MEUBEL KERAWANG 1. Jumlah Tenaga Kerja 0.40 0.40 0.40 2. Ketersediaan Modal 0.18 0.18 0.27 3. Ketersediaan Bahan Baku 0.14 0.21 0.28 4. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Produksi 0.21 0.14 0.14 5. Kapasitas SDM 0.10 0.10 0.10 6. Terdapat Manajemen Usaha 0.09 0.09 0.18 7. Teknologi Produksi 0.10 0.07 0.07 8. Adanya Local Champion 0.09 0.09 0.09 9. Diversifikasi Produk 0.04 0.04 0.05 Jumlah Aspek-aspek Internal 1.35 1.32 1.59 B. EKSTERNAL 1. Trust 0.25 0.25 0.34 2. Menunjang Ekonomi Lokal dan Regional 0.33 0.25 0.33 3. Political Will 0.23 0.23 0.31 4. Ketersediaan Pasar 0.27 0.27 0.27 5. Berbasis Potensi Masyarakat 0.17 0.09 0.17 6. Ketersediaan Sentra Industri 0.08 0.17 0.17 7. Kelompok Usaha Sejenis 0.05 0.05 0.05 8. Ketersediaan Lapangan Usaha 0.09 0.04 0.09 9. Ketersediaan Infrastruktur Fisik 0.03 0.03 0.03 10. Ketersediaan Infrastruktur Informasi 0.03 0.03 0.05 11. Adanya Industri Inti 0.03 0.03 0.03 12. Adanya Industri Pendukung 0.02 0.02 0.02 13. Terdapat Holding Usaha 0.02 0.03 0.03 Jumlah Aspek-aspek Eksternal 1.59 1.47 1.87 Jumlah Total (A + B) 2.94 2.79 3.46 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 35

Hasil analisa SWOT menunjukkan bahwa kerawang merupakan komoditas yang paling tepat untuk dikembangkan menjadi klaster di Kota Gorontalo. Pada aspek internal, komoditas kerawang unggul dalam ketersediaan modal, ketersediaan bahan baku, manajemen usaha, dan diversifikasi produksi. Sementara pada aspek eksternal, komoditas kerawang sangat unggul disisi trust, political will, dan ketersediaan infrastruktur informasi. Adapun secara berurutan komoditas yang paling tepat untuk dikembangkan menjadi klaster di Kota Gorontalo adalah kerawang, ikan lajang, dan meubel. Usaha kerajinan kerawang di daerah Gorontalo merupakan salah satu kegiatan industri kecil yang cukup menonjol dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Produksi kerajinan kerawang ini sangat dikenal dan diminati masyarakat terbukti dengan semakin meluasnya daerah pemasaran kerawang. Kerajinan kerawang merupakan produk khas Gorontalo, karena kerajinan kerawang ini telah diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang masyarakat Gorontalo. Jumlah unit usaha yang bergerak disektor ini + 100 unit usaha dengan tenaga kerja berjumlah 200 orang, sementara produksi pertahun mencapai 9.600 lembar. Pengembangan klaster pada komoditas ini diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Kota Gorontalo. Selain itu, dengan berkembangnya industri kerawang juga dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 36 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan IV-2009 mencapai 91,40%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan IV-2008 sebesar 82,96%, sementara itu realisasi pendapatan menurun 100,07%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 109,65%. 4.1 Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2009 menurun dibandingkan triwulan IV-2008. Secara nominal, realisasi triwulan IV-2009 sebesar Rp 551,99 Miliar dengan capaian 100,07% dari anggaran APBD-P 2009, capaian ini menurun secara persentase realisasi dibandingkan triwulan IV-2008 yang sebesar 109,65%. Menurunnya kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian di sisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun realisasi pendapatan Dana Perimbangan Pusat. Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo Pendapatan Daerah APBD-P 2008 IV-2008 IV-2009 APBD-P 2009 Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%) Pendapatan Asli Daerah 78.593.967.527,80 94.942.307.087,02 120,80 92.678.000.000 99.347.553.945 107,20 Pajak daerah 71.075.142.899,00 82.572.430.960,00 116,18 83.313.210.857 84.149.062.986 101,00 Pajak Kendaraan Bermotor 22.753.096.000,00 23.788.620.300,00 104,55 29.350.472.100 28.227.118.500 96,17 Pajak Kendaraan di Air 25.000.000,00 - - 25.000.000 18.380.000 73,52 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 28.612.906.200,00 35.837.364.400,00 125,25 29.606.754.069 35.031.603.600 118,32 Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15.000.000,00 - - 15.000.000 - - Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 19.534.140.699,00 22.825.246.426,00 116,85 24.180.984.688 20.761.171.353 85,86 Pajak Air Permukaan 108.000.000,00 103.196.660,00 95,55 120.000.000 97.577.830 81,31 Pajak Air Bawah Tanah 27.000.000,00 18.003.174,00 66,68 15.000.000 13.211.703 88,08 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 925.000.000,00 - - 500.000.000 - - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 6.593.824.628,80 12.369.876.127,02 187,60 8.864.789.143 15.198.490.959 171,45 Dana Perimbangan 411.148.011.350 442.062.322.093,00 107,52 458.934.916.658 452.646.952.441 98,63 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.136.015.350,00 19.106.216.093,00 111,50 19.263.660.658 12.975.696.441 67,36 Dana Alokasi Umum 368.637.996.000,00 368.637.996.000,00 100,00 388.325.256.000 388.325.256.000 100,00 Dana Alokasi Khusus 25.374.000.000,00 25.374.000.000,00 100,00 51.346.000.000 51.346.000.000 100,00 Dana Darurat 20.000.000.000,00 20.000.000.000,00 100,00 - - - Dana Penyesuaian 8.944.110.000,00 8.944.110.000,00 100,00 - - - Jumlah Pendapatan 489.741.978.878 537.004.629.180 109,65 551.612.916.658 551.994.506.386 100,07 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Sampai dengan triwulan IV-2009, secara nominal Provinsi Gorontalo membukukan PAD sebesar Rp. 99,37 Miliar, sementara itu triwulan IV-2008 sebesar Rp 94,94 Miliar. Dari delapan pos pajak daerah hanya pajak BBN yang mencapai target, sementara itu tujuh pos pajak lainnya masih di bawah target yang ditetapkan, walaupun pada BBN sendiri pencapaian realisasi terhadap target lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Menurunnya kondisi perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2009 diperkirakan sebagai pemicu menurunnya realisasi penghimpunan pajak dibandingkan target yang ditentukan. Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran yang ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terelisasi sampai dengan akhir triwulan IV-2009 sebesar Rp 452,64 Miliar dengan realisasi sebesar 98,63% dari anggaran induk, hal tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 442,06 Miliar dengan persentase realisasi 107,52%. Menurunnya realisasi dana perimbangan pada triwulan IV-2009 lebih didorong oleh penurunan realisasi dana bagi hasil pajak/bukan pajak sebagai imbas penurunan penghimpunan pajak nasional yang dilakukan oleh daerah. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 37

Seperti umumnya daerah hasil pemekaran, ketergantungan terhadap dana perimbangan masih cukup besar, walaupun kinerja Pemerintah Provinsi untuk menghimpun pendapatan asli daerah harus diakui sudah cukup baik secara nominal namun belum signifikan apabila dilihat rasionya terhadap keseluruhan pendapatan provinsi. Apabila disimak dalam tabel dibawah ini, nampak komposisi pendapatan provinsi belum banyak mengalami perubahan dibandingkan periode sebelumnya. Sampai dengan triwulan IV-2009, dana perimbangan masih mendominasi dengan kontribusi 82,00%, hampir sama dengan kontribusinya di triwulan IV-2008 sebesar 82,32% Sedangkan kemandirian fiskal yang tercermin dari penghimpunan PAD kontribusinya meningkat sebesar 18,00%, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 17,68%. Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) Pendapatan Daerah I-2008 II-2008 III-2008 IV-2008 I - 2009 II-2009 III-2009 IV-2009 Pendapatan Asli Daerah 1,54 17,78 17,60 17,68 17,78 16,79 17,21 18,00 Pajak daerah - 15,56 15,55 15,38 15,17 14,32 14,65 15,24 Pajak Kendaraan Bermotor - 4,52 4,37 4,43 5,21 4,72 4,72 5,11 Pajak Kendaraan di Air - - - - - - - 0,00 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor - 7,02 7,07 6,67 6,76 5,86 5,99 6,35 Bea Balik Nama Kendaraan Di Air - - - - - - - - Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor - 4,00 4,09 4,25 3,17 3,73 3,92 3,76 Pajak Air Permukaan - 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,02 0,02 Pajak Air Bawah Tanah - 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0,03 0,02 0,02 - - - - - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1,51 2,20 2,03 2,30 2,61 2,48 2,56 2,75 Dana Perimbangan 98 82 82,40 82,32 82,22 83,21 82,79 82,00 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 0,93 2,47 2,77 3,56 0,87 0,76 2,36 2,35 Dana Alokasi Umum 0,07 75,18 76,83 68,65 0,01 68,80 71,03 70,35 Dana Alokasi Khusus 97,46 3,10 1,90 4,73 81,34 13,65 9,39 9,30 Dana Darurat 3,72 - - Dana Penyesuaian - 1,46 0,89 1,67 - - - - Jumlah Pendapatan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 4.2 Belanja Daerah Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2009 lebih baik dibandingkan triwulan IV-2008. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 618,01 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 91,40%, kondisi ini lebih baik dibandingkan triwulan IV-2008 dimana pencapaian realisasi sebesar Rp 537,16 Miliar dengan persentase realisasi mencapai 82,96%. Kondisi ini terutama didorong oleh pos belanja modal sementara pos belanja pegawai relatif sama. Pada APBD-P 2009, pemerintah meningkatkan pagu anggaran belanja modal dari Rp 99 Miliar menjadi Rp 196 Miliar. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah APBD-P 2008 IV-2008 IV-2009 Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%) Belanja Tidak Langsung 202.910.167.778,80 184.398.178.434,00 90,88 232.835.353.600 210.304.553.122 90,32 Belanja Pegawai 125.800.860.941,00 117.134.597.794,00 93,11 150.952.011.350 135.776.267.432 89,95 Belanja Subsidi 3.740.211.500,00 3.731.875.000,00 99,78 14.278.912.250 9.755.602.250 68,32 Belanja Hibah 16.935.500.000,00 14.272.350.000,00 84,27 15.649.405.000 14.684.719.000 93,84 Belanja Bantuan Sosial 6.569.988.139,80 5.929.580.000,00 90,25 3.326.025.000 2.987.239.648 89,81 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38.854.783.450,00 33.587.580.340,00 86,44 39.539.000.000 38.295.927.392 96,86 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 9.850.571.750,00 9.692.195.300,00 98,39 8.840.000.000 8.554.797.400 96,77 Belanja Tidak Terduga 1.158.251.998,00 50.000.000,00 4,32 250.000.000 250.000.000 100,00 Belanja Langsung 444.565.537.019,00 352.761.574.687,30 79,35 443.353.139.430 407.714.888.659 91,96 Belanja Pegawai 31.269.214.574,00 27.641.145.928,64 88,40 27.600.364.078 24.726.636.145 89,59 Belanja Barang dan Jasa 185.608.727.592,00 168.193.653.998,00 90,62 219.564.551.400 204.665.301.688 93,21 Belanja Modal 227.687.594.853,00 156.926.774.760,66 68,92 196.188.223.952 178.322.950.826 90,89 Jumlah Belanja 647.475.704.797,80 537.159.753.121,30 82,96 676.188.493.030 618.019.441.781 91,40 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 38 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Kualitas APBD Gorontalo lebih baik dibandingkan triwulan yang sama periode sebelumnya. Komposisi pos belanja modal meningkat sementara realisasi pos belanja pegawai berkurang proporsinya. Dilihat dari komposisi realisasi triwulan IV-2009, pengeluaran belanja modal mencapai 28,85% sementara pos belanja pegawai mencapai 25,97%. Perkembangan yang cukup baik ini diharapkan terus dijaga sustainabilitasnya sehingga anggaran APBD lebih dioptimalkan kearah investasi untuk memberikan multiplier effect kemajuan ekonomi Gorontalo Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah I-2008 II-2008 III-2008 IV-2008 I - 2009 II-2009 III-2009 IV-2009 Belanja Tidak Langsung 43,90 39,98 36,26 34,33 46,55 41,10 37,12 34,03 Belanja Pegawai 29,73 27,04 26,19 21,81 31,32 28,63 25,84 21,97 Belanja Subsidi 1,01 0,77 0,51 0,69 0,64 1,00 0,85 1,58 Belanja Hibah 2,86 3,73 3,07 2,66 2,90 2,38 2,12 2,38 Belanja Bantuan Sosial 1,80 1,09 1,30 1,10 1,33 0,79 0,58 0,48 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6,94 6,21 4,14 6,25 7,85 6,41 5,75 6,20 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 1,56 1,12 1,04 1,80 2,52 1,90 1,97 1,38 Belanja Tidak Terduga - 0,02 0,01 0,01 - - - 0,04 Belanja Langsung 56,10 60,02 63,74 65,67 53,45 58,90 62,88 65,97 Belanja Pegawai 3,09 3,89 4,86 5,15 2,84 3,38 3,72 4,00 Belanja Barang dan Jasa 18,36 26,09 30,07 31,31 22,07 28,55 31,52 33,12 Belanja Modal 34,65 30,05 28,81 29,21 28,53 26,96 27,64 28,85 Jumlah Belanja 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Kinerja fiskal selama tahun 2009 belum menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 25,66%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 10,41%. Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah APBD-P 2008 Realisasi Q4-2008 Realisasi Q4-2009* APBD-P 2009 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Konsumsi Pemerintah 419.788.109.945 380.232.978.361 25,33 480.000.269.078 439.696.490.955 25,66 Belanja Pegawai 157.070.075.515 144.775.743.723 9,65 178.552.375.428 160.502.903.577 9,37 Belanja Subsidi 3.740.211.500 3.731.875.000 0,25 14.278.912.250 9.755.602.250 0,57 Belanja Hibah 16.935.500.000 14.272.350.000 0,95 15.649.405.000 14.684.719.000 0,86 Belanja Bantuan Sosial 6.569.988.140 5.929.580.000 0,40 3.326.025.000 2.987.239.648 0,17 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38.854.783.450 33.587.580.340 2,24 39.539.000.000 38.295.927.392 2,23 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 9.850.571.750 9.692.195.300 0,65 8.840.000.000 8.554.797.400 0,50 Belanja Tidak Terduga 1.158.251.998 50.000.000 0,00 250.000.000 250.000.000 0,01 Belanja Barang dan Jasa 185.608.727.592 168.193.653.998 11,21 219.564.551.400 204.665.301.688 11,94 Pembentukan Modal Tetap Bruto 227.687.594.853 156.926.774.761 10,46 196.188.223.952 178.322.950.826 10,41 Belanja Modal 227.687.594.853 156.926.774.761 10,46 196.188.223.952 178.322.950.826 10,41 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q4-2009 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan IV-2009 menunjukkan ekspansi. Ekspansi terjadi karena realisasi dari pengeluaran APBD lebih besar dibandingkan realisasi penerimaan APBD. Kebijakan ekspansif yang telah diterapkan pemerintah daerah diperkirakan mampu memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun 2009. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 39

Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD APBD-P 2008 Realisasi Q4-2008 Realisasi Q4-2009* APBD-P 2009 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Pendapatan 489.741.978.877,80 537.004.629.180,02 35,78 551.612.916.658,00 551.994.506.385,90 32,21 Pendapatan Asli Daerah 78.593.967.527,80 94.942.307.087,02 6,33 92.678.000.000,00 99.347.553.944,90 5,80 Dana Perimbangan 411.148.011.350,00 442.062.322.093,00 29,45 458.934.916.658,00 452.646.952.441,00 26,41 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.136.015.350,00 19.106.216.093,00 1,27 19.263.660.658,00 12.975.696.441,00 0,76 Dana Alokasi Umum 368.637.996.000,00 368.637.996.000,00 24,56 388.325.256.000,00 388.325.256.000,00 22,66 Dana Alokasi Khusus 25.374.000.000,00 25.374.000.000,00 1,69 51.346.000.000,00 51.346.000.000,00 3,00 Dana Darurat 20.000.000.000,00 1,33 - Dana Penyesuaian 8.944.110.000,00 8.944.110.000,00 0,60 - - - Belanja 647.475.704.797,80 537.159.753.121,30 35,79 676.188.493.030,00 618.019.441.781,18 36,06 Belanja Pegawai 157.070.075.515,00 144.775.743.722,64 9,65 178.552.375.428,00 160.502.903.577,18 9,37 Belanja Subsidi 3.740.211.500,00 3.731.875.000,00 0,25 14.278.912.250,00 9.755.602.250,00 0,57 Belanja Hibah 16.935.500.000,00 14.272.350.000,00 0,95 15.649.405.000,00 14.684.719.000,00 0,86 Belanja Bantuan Sosial 6.569.988.139,80 5.929.580.000,00 0,40 3.326.025.000,00 2.987.239.648,00 0,17 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38.854.783.450,00 33.587.580.340,00 2,24 39.539.000.000,00 38.295.927.392,00 2,23 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 9.850.571.750,00 9.692.195.300,00 0,65 8.840.000.000,00 8.554.797.400,00 0,50 Belanja Tidak Terduga 1.158.251.998,00 50.000.000,00 0,00 250.000.000,00 250.000.000,00 0,01 Belanja Barang dan Jasa 185.608.727.592,00 168.193.653.998,00 11,21 219.564.551.400,00 204.665.301.688,00 11,94 Belanja Modal 227.687.594.853 156.926.774.761 10,46 196.188.223.952 178.322.950.826 10,41 Surplus/Defisit (157.733.725.920) (155.123.941) (0,01) (124.575.576.372) (66.024.935.395) (3,85) Pembiayaan Netto (157.733.725.920) - - (124.575.576.372) - - DAMPAK RUPIAH - (155.123.941) (0,01) - (66.024.935.395) (3,85) Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q4-2009 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo 4.4. Perkembangan Keuangan Daerah 2010 Anggaran keuangan daerah tahun 2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan anggaran tahun 2009. Kondisi ini menjadi kendala manakala Provinsi Gorontalo dan kabupaten/kota masih mengandalkan dana pemda dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Adapun perbandingan anggaran APBD tahun 2009 terhadap anggaran tahun 2010 ditampilkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010 APBD 2010 Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL Pendapatan 452.000.031.988 486.013.404.063 326.719.642.227 345.673.957.183 283.077.808.153 363.319.469.617 534.032.446.868 2.790.836.760.099 Pendapatan Asli Daerah 62.000.000.000 28.366.442.063 15.493.387.800 10.702.878.874 6.500.000.000 13.668.934.500 103.283.066.210 240.014.709.447 Dana Perimbangan 314.582.072.988 416.146.962.000 270.219.887.500 328.971.078.309 237.369.849.153 311.632.576.117 430.749.380.658 2.309.671.806.725 Lain-lain pendapatan yang sah 75.417.959.000 41.500.000.000 41.006.366.927 6.000.000.000 39.207.959.000 38.017.959.000 241.150.243.927 Belanja 427.936.219.836 507.884.007.246 328.674.640.040 345.673.957.183 293.257.836.030 366.319.469.617 534.032.446.868 2.803.778.576.820 Belanja Tidak Langsung 265.946.341.916 323.875.175.905 163.179.161.560 187.983.889.183 107.111.654.926 197.212.085.468 234.994.813.052 1.480.303.122.010 Belanja Langsung 161.989.877.920 184.008.831.341 165.495.478.480 157.690.068.000 186.146.181.104 169.107.384.149 299.037.633.816 1.323.475.454.810 Surplus/defisit 24.063.812.152 (21.870.603.183) (1.954.997.813) - (10.180.027.877) (3.000.000.000) - (12.941.816.721) Pembiayaan Netto (39.883.813.272) 21.870.603.183 1.954.997.813-10.180.027.877 3.000.000.000 - (2.878.184.399) SILPA (15.820.001.120) - - - - - - (15.820.001.120) APBD 2009 Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL Pendapatan 414.317.097.262 513.311.978.674 310.218.681.812 311.456.324.899 287.097.148.000 347.844.056.500 534.504.910.000 2.718.750.197.147 Pendapatan Asli Daerah 69.802.500.000 24.896.114.714 15.099.275.000 8.202.878.874 2.500.000.000 12.106.162.500 76.980.000.000 209.586.931.088 Dana Perimbangan 334.514.597.262 424.347.597.846 268.119.406.812 301.263.446.025 235.152.070.000 303.911.780.000 457.524.910.000 2.324.833.807.945 Lain-lain pendapatan yang sah 10.000.000.000 64.068.266.114 27.000.000.000 1.990.000.000 49.445.078.000 31.826.114.000-184.329.458.114 Belanja 422.970.797.262 518.311.978.674 361.519.134.088 300.271.324.899 295.936.856.850 353.054.863.500 534.504.910.000 2.786.569.865.273 Belanja Tidak Langsung 248.720.831.700 288.192.022.162 157.166.436.441 178.844.907.731 81.207.609.344 172.564.743.125 209.294.011.350 1.335.990.561.854 Belanja Langsung 174.249.965.562 230.119.956.512 204.352.697.647 121.426.417.168 214.729.247.506 180.490.120.375 325.210.898.650 1.450.579.303.420 Surplus/defisit (8.653.700.000) (5.000.000.000) (51.300.452.276) 11.185.000.000 (8.839.708.850) (5.210.807.000) - (67.819.668.126) Pembiayaan Netto 8.653.700.000 5.000.000.000 51.300.452.276 (11.185.000.000) 8.839.708.850 5.210.807.000-67.819.668.126 SILPA - - - - - - - - Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, Anggaran tidak termasuk Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Secara agregat pendapatan kabupaten/kota/provinsi akan meningkat sebesar 2,65% dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Sementara di peningkatan belanja hanya mencapai 0,62% dari anggaran sebelumnya dengan penurunan terbesar pada belanja langsung 8,76%. Kondisi ini akan berpengaruh langsung pada melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah di tahun 2010. 40 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan IV-2009 diwarnai oleh net outflow dan meningkatnya transaksi kliring. 5.1 PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2009 mencatat net outflow sebesar Rp43.765 miliar. Aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan lebih besar dibandingkan dengan aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah. Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan Sumber : Bank Indonesia Kondisi net outflow pada triwulan laporan menunjukkan tingginya kegiatan transaksi masyarakat sehingga pengunaan uang kartal meningkat. Dalam periode triwulan laporan terdapat tiga perayaan hari besar keagamaan yang mendorong tingginya penggunaan uang kartal. Perayaan hari besar dimaksud adalah Idul Adha pada bulan November, Tahun Baru Islam, Perayaan Natal, dan Tahun Baru Masehi pada bulan Desember. Hal ini ditunjukkan dengan net outflow pada bulan November 2009 sebesar Rp53,24 miliar dan Desember 2009 sebesar Rp36,79 miliar. Sementara, penggunaan transaksi melalui electronic payment masih sangat terbatas dan belum familiar bagi masyarakat Gorontalo. Oleh karena itu permintaan uang kartal di Gorontalo sangat tinggi terutama pada periode perayaan hari besar dan akhir tahun. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 41

5.2 PERKEMBANGAN KLIRING NON BI DI GORONTALO Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp321,58 miliar dengan pertumbuhan sebesar 19,81% (y.o.y). Adapun jumlah warkat sebanyak 12.066 lembar dengan pertumbuhan sebesar 31,11% (y.o.y). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2009 sebesar Rp5,36 miliar atau tumbuh 19,18% (y.o.y). Pertumbuhan jumlah transaksi kliring seiring dengan perbaikan kinerja sektor perdagangan pada triwulan IV-2009. Grafik 5.3 Perputaran kliring di Gorontalo Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari Sumber : Bank Indonesia Rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,96% pada triwulan III-2009 menjadi 0,55% pada triwulan IV-2009. Meningkatnya transaksi kliring yang diikuti oleh penurunan rasio penolakan kliring seiring dengan bergairahnya sektor perdagangan pada triwulan laporan. Meningkatnya kinerja sektor perdagangan akan diiringi dengan peningkatan transaksi perdagangan melalui kliring. Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo Sumber : Bank Indonesia 42 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

BAB 6 : KESEJAHTERAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun yang ditandai oleh tingkat pengangguran yang meningkat, indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan yang meningkat.pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo merupakan yang tertinggi di kawasan Sulawesi. 6.1. Pengangguran Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat dari tahun ke tahun. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai 447.313 atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Kegiatan Utama 2008 2009 Februari Agustus Februari Agustus Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 677.430 688.081 697.073 701.495 Angkatan Kerja 423.376 429.384 462.889 447.313 Bekerja 393.567 405.126 439.460 420.962 Tidak Bekerja 29.809 24.258 23.429 26.351 Bukan Angkatan Kerja 254.054 258.697 234.265 254.182 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62,50 62,40 66,40 63,77 Tingkat Pengangguran Terbuka 7,04 5,65 5,06 5,89 Sumber : BPS Prov. Gorontalo Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian merupakan lapangan usaha yang paling banyak digeluti penduduk Provinsi Gorontalo yaitu 172.130 orang (Agustus 2009) atau 40,89 % dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut menurun 6,53% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya sektor perdagangan di Provinsi Gorontalo, sehingga semakin banyak jumlah tenaga kerja yang beralih dari sektor pertanian ke sektor tersebut. Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan (17,42%) dan sektor perdagangan sebesar 16,47%. Kedua sektor ini mengalami pertumbuhan jumlah tenaga kerja masing-masing sebesar 13,07% dan 16,28% dibandingkan bulan Agustus 2008. Sektor perdagangan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dalam jumlah tenaga kerja. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 43

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Agustus 2009 Kegiatan Utama 2008 2009 Februari Agustus Februari Agustus Pertanian 213.275 184.148 208.636 172.130 Industri 28.340 34.268 32.462 32.431 Perdagangan 45.195 59.610 71.911 69.315 Angkutan 26.177 32.214 31.227 35.301 Jasa Kemasyarakatan 59.540 63.720 72.325 72.051 Lainnya 21.040 31.166 22.899 39.734 Total 393.567 405.126 439.460 420.962 6.2. Kemiskinan Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2009 (data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Kemiskinan Gorontalo masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas persentase nasional yang berada di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret 2009 sebesar Rp162.189 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp15.035 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2007 yang tercatat sebesar Rp147.154 perkapita per bulan. Tabel 6.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 Gorontalo 29,05 29,13 27,35 24,88 25,01 Sulawesi Utara 9,34 11,54 11,42 10,1 9,79 Sulawesi Tengah 21,8 23,63 22,42 20,75 18,98 Sulawesi Selatan 14,98 14,57 14,11 13,34 12,31 Sulawesi Tenggara 21,45 23,37 21,33 19,53 18,93 Sulawesi Barat 20,74 19,03 16,73 15,29 Nasional 16,69 17,75 16,58 15,42 14,15 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2007, persentase penduduk miskin di provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah Kabupaten. Persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturutturut Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten Pahuwato (29,74%), dan Kabupaten Boalemo (29,21%). Jumlah penduduk miskin terkecil berada di Kota Gorontalo yaitu sebesar 11.965 orang dengan persentase sebesar 8,11%. Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal, 44 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan. Tabel 6.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo 6.3. Rasio Gini Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas. 6.4. IPM (Index Pembangunan Manusia) Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun, kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil. Tabel 6.5. Rasio Gini Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 45

Tabel 6.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun 2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional, sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24. Tabel 6.7. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota Tahun 2006-2007 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan 15 kecamatan ber-ipm terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-ipm terendah antara lain : - Kab. Gorontalo : Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa - Kab. Boalemo : Kec. Wonosari dan Botumoito - Kab. Pohuwato : Kec. Patilanggio, Taluditi, dan Paguat - Kab. Bone Bolango : Kec. Tapa - Kab. Gorontalo Utara : Kec Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang 46 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

BAB 7 : OUTLOOK PEREKONOMIAN 7.1 OUTLOOK MAKRO EKONOMI REGIONAL 7.1.1 Outlook Tahunan Perkembangan ekonomi Gorontalo tahun 2010 diperkirakan tumbuh 7,15 7,65% (y.o.y) lebih baik dibandingkan tahun 2009. Beberapa karakter fundamental ekonomi daerah diperkirakan mampu mendukung capaian dimaksud. Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Dalam menganalisis prospek ekonomi Gorontalo tahun 2010 setidaknya terdapat tujuh karakter fundamental ekonomi yang menjadi pertimbangan. 1. Pendapatan Faktor konsumsi masyarakat diperkirakan masih optimis. UMP tahun 2010 bertambah dari Rp 675.000 menjadi Rp 710.000, sementara itu gaji pegawai diperkirakan meningkat sebesar 5%. Perbaikan kondisi pertanian pada 2010 diharapkan mampu mendorong peningkatan NTP petani secara umum sehingga mempengaruhi peningkatan daya beli masyarakat. 2. Produksi pertanian Produksi pertanian Gorontalo diperkirakan mampu tumbuh lebih baik seiring kondisi cuaca dan langkah-langkah pemerintah daerah. Sasaran produksi pertanian yang ditetapkan Dinas Pertanian untuk komoditas jagung untuk tahun 2010 1 sebesar 875.000 ton. Apabila sasaran dimaksud tercapai terjadi pertumbuhan produksi jagung sebesar 46% jauh lebih tinggi dibandingkan kontraksi produksi jagung tahun 2009 yang mencapai 20,47%. Pertumbuhan produksi sektor pertanian juga bertumpu pada produksi rica, sasaran produksi rica yang ditetapkan sebesar 25.399 ton (tumbuh 49,41%). Pertumbuhan produksi pertanian diharapkan meningkat pada triwulan II-2010 mengingat pertanaman mulai bulan Desember 2009 sudah kembali normal, sementara kondisi triwulan I-2010 masih terpengaruh dampak lanjutan musim kering karena pertanaman untuk produksi panen ditriwulan tersebut dilakukan di bulan September- November 2009. 1 Musrebangda Dinas Pertanian bulan Maret 2009. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 47

3. Pembiayaan investasi Pemerintah dan Perbankan Pembiayaan ekonomi yang bersumber dari dana APBD mengalami penurunan. Dana DIPA yang telah disetujui pada tahun 2010 sebesar Rp 3,945 Triliun, lebih rendah dibandingkan dana DIPA Tahun 2009 sebesar Rp 4,021 Triliun. Pembiayaan ekonomi daerah bertumpu pada peran perbankan dan swasta. Kebijakan moneter akomodatif yang diterapkan BI sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan mampu mendorong suku bunga perbankan pada taraf wajar sehingga mampu meningkatkan penyaluran kredit. Proyeksi kredit Gorontalo tahun 2010 tumbuh sebesar 34% lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit tahun 2009 seebsar 29%. Sementara itu pembiayaan investasi asing diperkirakan meningkat. Keseriusan beberapa investor asal Korea yang bergerak dalam produksi jagung diperkirakan mampu mendorong investasi lebih baik dibandingkan tahun 2009. 4. Kondisi infrastruktur dan energi Komitmen Pemda dalam hal perbaikan infrastruktur dan energi nampak dalam proyekproyek yang saat ini telah dikerjakan dan dijadwalkan selesai tahun 2010. Beberapa proyek tersebut antara lain : Proyek pembangunan energi yang akan dilaksanakan tahun 2010 meliputi PLTU Anggrek, PLTU Molotabu, Pembangunan Gardu Induk baru (Anggrek, Paguat, Isimu, Boluontala) Sementara itu proyek Infrastruktur meliputi pembangunan dermaga III kota Gorontalo, pelabuhan Anggrek, embarkasi haji Jalaluddin, Proyek banjir kanal Tamalate, bendungan Paguyaman, dan Jalan Gorontlao by pass. 5. Koordinasi antara Provinsi dan Kabupaten/Kota Komitmen pemerintah daerah untuk menjaga keselarasan koordinasi Pemprov dengan Pemkab/Pemkot diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Upaya positif telah ditempuh Gubernur Gorontalo dengan mengadakan safari keliling kepada Bupati/Walikota di Gorontalo untuk mengkomunikasikan kesamaan visi dan persepsi dalam membangun Gorontalo kedepan. 6. Situasi politik daerah Pelaksanaan PILKADA pada 3 (tiga) kabupaten di Gorontalo (Kab. Bone Bolango, Kab. Gorontalo, Kab. Pohuwato) diharapkan berjalan dengan kondusif sehingga mampu mendorong stabilitas politik dan ekonomi di daerah. Terkait pemilihan dimaksud, diperkirakan membawa efek positif bagi perkembangan kegiatan konsumsi terutama di tiga wilayah dimaksud. 7. Validitas data Upaya perbaikan database ekonomi mendesak dilakukan. Hal ini dalam mendukung analisis kebijakan tepat sasaran. 48 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

Sementara itu faktor resiko turut membayangi optimisme pertumbuhan tahun 2009. Faktor resiko dimaksud ditampilkan dalam tabel berikut : UPSIDE RISK Realisasi kenaikan gaji pegawai dan UMP Dampak Elnino 2010 dapat diminimalisir oleh teknologi pertanian yang dimiliki saat ini Peluang ACFTA 2010 dapat dimanfaatkan Kebijakan investasi mampu menarik investor baru Kebijakan moneter ekspansif mendorong pertumbuhan kredit Ketersediaan infrastruktur dan energi yang mendukung investasi 2010. Koordinasi antar Provinsi & Kab/Kota berjalan dengan baik Kondisi politik pasca pergantian Gubernur dan pelaksanaan Pilkada kabupaten berjalan kondusif. Permasalahan distribusi dan distorsi pasar dapat diminimalisir Validitas data semakin baik DOWNSIDE RISK Terhambatnya realisasi kenaikan gaji pegawai dan UMP Dampak Elnino 2010 kurang dapat diminimalisir oleh teknologi pertanian yang dimiliki saat ini ACFTA 2010 menjadi terkendala Kebijakan investasi belum mampu menarik investor baru Kebijakan moneter kontraktif menekan laju pertumbuhan kredit Ketersediaan infrastruktur dan energi masih terkendala Koordinasi antar Provinsi & Kab/Kota belum berjalan optimal Kondisi politik pasca pergantian Gubernur dan pelaksanaan Pilkada kabupaten tidak berjalan kondusif. Permasalahan distribusi dan distorsi pasar masih menjadi kendala Validitas data masih memerlukan perbaikan 7.1.1 Outlook Triwulanan Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2010 diperkirakan masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2009. Ekonomi Gorontalo diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,90-7,40% (y.o.y). Disisi sektoral produksi pertanian selama triwulan I-2010 masih terpengaruh dampak lanjutan musim kering 2009 terkait kondisi pertanaman bulan September-November 2009 sehingga mempengaruhi produksi bulan Januari-Februari 2010. Disisi permintaan, konsumsi pemerintah dan ekspor diperkirakan melambat sementara konsumsi swasta diperkirakan mampu meredam sedikit perlambatan seiring dengan peningkatan UMP dan belanja pegawai pada awal bulan Januari 2010. Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 49

Grafik 7.3 Perkiraan Perkembangan Kegiatan Usaha Sumber : SKDU, Bank Indonesia Hasil survei kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2009 mengindikasikan bahwa sektor dunia usaha masih optimis terjadi peningkatan pada triwulan I-2010 namun dengan magnitude yang lebih rendah dibandingkan kondisi triwulan I-2009. Pada sektor pertanian, produksi jagung triwulan I-2010 masih terpengaruh oleh pertanaman benih bulan September-November 2009 dimana pada periode tersebut terjadi kekeringan di Gorontalo. Data sementara dari dinas pertanian menyebutkan bahwa produksi pertanian jagung pada subround 1 tahun 2010 diperkirakan sebesar 241.650 ton, lebih rendah dibandingkan realisasi produksi jagung subround 1 tahun 2009 sebesar 332.793 ton. Sementara itu perkiraan dinas pertanian untuk tanaman palawija (kacang tanah, kedelai, kacang hijau) dan pertanian padi diperkirakan meningkat pada triwulan I-2010. Kinerja sektor angkutan khususnya sub sektor angkutan udara dan angkutan darat diperkirakan tumbuh optimis. Pada bulan Januari 2009 maskapai penerbangan Wings Air membuka rute penerbangan baru yang melayani Gorontalo Manado Denpasar dengan jadwal penerbangan setiap hari sehingga arus penumpang dari Gorontalo ke Manado atau sebaliknya diperkirakan akan semakin meningkat. Pada sub sektor angkutan darat, pengoperasian Sarana Angkutan Umum Massal (SAUM) untuk kawasan kota Gorontalo pada triwulan I-2010 diperkirakan akan meningkatkan arus penumpang transportasi darat dari dan menuju kota. Sementara itu jumlah hari libur pada triwulan I-2010 lebih banyak dibandingkan libur triwulan I-2009, kondisi ini menjadi salah satu moment pendorong kegiatan masyarakat dalam berwisata. Disisi permintaan, kinerja konsumsi pemerintah dan ekspor diperkirakan masih melambat pada triwulan I-2010. Kinerja ekspor menurun seiring dengan produksi jagung triwulan I-2010 yang belum membaik, sementara alternatif produk ekspor lain belum ada. Jagung masih menjadi komoditas utama dengan kontribusi sebesar 60% dari keseluruhan ekspor Gorontalo. Sementara itu kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan melambat. Total pengeluaran belanja langsung pemerintah provinsi/kabupaten/kota mencapai Rp 1,3 Triliun, lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 1,45 Triliun. 50 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009

7.2 OUTLOOK INFLASI Optimisme perekonomian daerah yang didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat mendorong inflasi triwulan I-2010 berkisar 2.5 4.5% (y.o.y). Grafik 7.4 Proyeksi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo (%) 2.14.12.10.08.06.04 Sumber: Proyeksi KBI Gorontalo.02 07:01 07:07 08:01 08:07 09:01 09:07 10:01 INFLASI_YOY Meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong tekanan harga pada triwulan I- 2010. Rencana kebijakan kenaikan harga UMP dan peningkatan gaji pegawai negeri akan memperkuat daya beli masyarakat. Sementara, penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal (output gap positif) mendorong tekanan inflasi ke depan. Ancaman melemahnya sisi produksi ditengah Badai El-Nino juga patut mendapat perhatian. Kurangnya produksi dapat menyurutkan pasokan kebutuhan masyarakat sehingga harga akan meningkat. Sedangkan pengaruh kebijakan penurunan harga BBM pada awal tahun 2009 diperkirakan masih mempengaruhi pelemahan tekanan harga terutama pada sub-kelompok transportasi. Ekspektasi konsumsi diperkirakan masih cukup tinggi untuk mendorong kenaikan inflasi pada triwulan I-2010. Survei Konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen ke depan menunjukkan optimisme yang tercermin dari IEK sebesar 151,29. Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang berada pada level optimis dengan nilai indeks sebesar 150,83, sementara indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang berada pada posisi optimis sebesar 155,08. Sedangkan indeks kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang berada pada posisi optimis sebesar 147,96. 3 Grafik 7.5 : Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo 2 Sumber data diperoleh dari BPS Provinsi Gorontalo, diolah dengan metode ARIMA Airline Model adjusted with oil price shock. 3 Indeks = 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga akan tetap/stabil, indeks > 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga akan meningkat, dan indeks < 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga menurun Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 51

7.3 PROSPEK PERBANKAN Jumlah tabungan diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat pada triwulan-i 2010. Meningkatnya pendapatan akan berdampak pada peningkatan jumlah tabungan masyarakat. Sementara, Perbankan Gorontalo diperkirakan terus meningkatkan kinerjanya terutama dalam menghimpun dana pihak ketiga. Hasil Survei Konsumen pada Desember 2009 menunjukkan adanya optimisme pada peningkatan jumlah tabungan 6 bulan yang akan datang, ditunjukkan dengan kenaikan indeks sebesar 23.16 poin dibandingkan periode survei sebelumnya. Grafik 7.6: Indeks Perkiraan Suku Bunga (Perbankan) Tabungan dan Ekspektasi Tabungan 6 Bulan Kedepan Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo Hasil identifikasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2010 menunjukkan bahwa Perbankan Gorontalo optimis untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya hingga 15 30%. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor bangunan dan konsumsi masih menjadi fokus utama dalam protofolio kredit di Gorontalo. Adapun strategi penyaluran kredit kedepan adalah memperkuat analisa perbankan yang meliputi character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy (5C). Dengan penerapan 5C yang lebih baik diharapakan terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas kredit di Gorontalo. 52 Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009