BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE. Prosedur

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

PENGEMBANGAN SAPI POTONG BERBASIS POTENSI SUMBERDAYA LAHAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KHAMSIANSYAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II METODE PENELITIAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

III. BAHAN DAN METODE

KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang

Gambar 1. Lokasi Penelitian

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

STUDI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) EKSPLORASI GEOTHERMAL DI KECAMATAN SEMPOL, KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

III. METODE PENELITIAN

BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

Temu Teknis Nasional Tenaga F'ungsional Pertanian 2006 kurang dapat disiasati dengan intensitikasi penanaman hijauan bibit unggul, peningkatan pemanfa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

S. Andy Cahyono dan Purwanto

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

III. METODE PENELITIAN

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KAJIAN POTENSI LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KOTA PARE-PARE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Interpretasi dan Klasifikasi Citra. Tabel 4.1 Titik kontrol GCP dan nilai RMS

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

III. METODE PENELITIAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

Tekanan Penduduk dan Trend Perubahan Penggunaan Lahan Potensial untuk Pertanian di Kota Singkawang Kalimantan Barat

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan Gambar 2, pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2011. Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak antara 2 52' - 3 47' Lintang Selatan dan 115 15' - 116 04' Bujur Timur (Badan Pusat Statistik, 2009). Wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut. Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai sumber, seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian No. Jenis Data Sumber 1 Peta digital administrasi tahun 2010 dan peta kuntor RBI Kabupaten Tanah Bumbu (1 : 50 000) tahun 2010 Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu dan Bakosurtanal 2 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Tanah Bumbu tahun Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu 2004 (bentuk JPEG) 3 Peta RTRW Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2004- Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu 2014 (bentuk JPEG) 4 Citra satelit Landsat 7 ETM+ Kabupaten Tanah BTIC (Biotrop) Bogor Bumbu tahun 2010 5 Peta tanah Kabupaten Tanah Bumbu (1 : 250 000) Puslittanak Bogor tahun 2000 6 Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Tanah Bumbu BPS Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2004-2006 7 Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka tahun 2009 BPS Kabupaten Tanah Bumbu 8 PDRB Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2004-2006 BPS Pusat Jakarta 9 PDRB Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2004-2006 BPS Kabupaten Tanah Bumbu 10 Pedoman RTRW Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2004-2014 11 Data Populasi dan Produksi Ternak Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2010 12 Data Populasi dan Produksi Ternak Propinsi Kalimantan Selatan tahun 2008 Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Tanah Bumbu Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan

17 Gambar 2 Peta lokasi penelitian Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

18 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu perangkat komputer hardware dan perangkat lunak GIS Arc View 3.3, Erdas Imagine 8.6, Excel dalam Microsoft Windows P, alat bantu GPS. Komputer dan software pendukung SIG digunakan untuk pengolahan data atribut dan peta-peta digital, baik untuk persiapan, analisis serta penyajian hasil penelitian, sedangkan GPS sebagai alat bantu dalam kegiatan pengecekan di lapangan. Analisis dan Pengolahan Data Analisis Sektor Basis dan Pemusatan Aktifitas Sektor Peternakan Untuk melihat sektor basis dan pemusatan aktifitas sektor peternakan di wilayah penelitian digunakan data populasi ternak dan analisisnya menurut Panuju dan Rustiadi (2005), menggunakan Location Quotient (LQ), Localization Index (LI) dan Specialization Index (SI): LQ SI i = IJ 1 2 n IJ I. = = 1 ij i. / LI J 2. J.. I 1. j.. Keterangan: ij adalah nilai aktifitas ke-j pada wilayah ke-i i. adalah jumlah seluruh aktifitas di wilayah ke-i.j adalah jumlah aktifitas ke-j di seluruh wilayah.. adalah besaran aktifitas total di seluruh wilayah / P ij. j j= 1 i.. = Kisaran nilai LQ: (a) LQ>1 artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah. (b) LQ=1 komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor. (c) LQ<1 komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar. (d) LQ=0 artinya komoditas tidak berkembang

19 Nilai LI dan SI berkisar antara 0 1 Interpretasi LI: ~0 : (Mendekati 0) perkembangan aktifitas bersifat indifferent tidak ada perbedaan tingkat performa untuk dikembangkan di seluruh lokasi ~1 : (Mendekati 1) ada indikasi terjadi pemusatan aktifitas tertentu di salah satu unit wilayah Interpretasi SI: ~0 : (Mendekati 0) kecenderungan unit wilayah tidak memiliki kekhasan aktifitas ~1: (Mendekati 1) ada indikasi unit wilayah tertentu memiliki aktifitas khas. Penilaian Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong Penilaian lingkungan ekologis sapi potong dilakukan secara matching antara peta satuan lahan Gambar 8 yang berisi kualitas/karakteristik lahan Lampiran 3 dengan persyaratan lingkungan ekologis sapi potong Lampiran 2. Hasil akhir penilaian dibedakan menjadi dua kategori yaitu pemeliharaan sapi potong sistem gembala dan sistem kandang. Menurut Suratman et al. (1998) ada empat kriteria lingkungan ekologis dalam pengembangan sapi potong, yaitu: rejim temperatur (suhu rata-rata, kelembaban); ketersediaan air (bulan kering, curah hujan, keberadaan sumber air) dan kualitas air; terrain (lereng, elevasi) serta persentase kandungan batuan. Identifikasi Tingkat Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak Daya dukung (DD) hijauan makanan ternak adalah kemampuan suatu wilayah untuk menghasilkan pakan terutama berupa hijauan yang dapat menampung bagi kebutuhan sejumlah populasi sapi potong dalam bentuk segar maupun kering, tanpa melalui pengolahan dan tanpa pengolahan khusus dan diasumsikan penggunaannya hanya untuk sapi potong. Daya dukung hijauan dihitung berdasarkan produksi bahan kering (BK) terhadap kebutuhan satu satuan ternak (1 ST) sapi potong dalam satu tahun, dimana kebutuhan bahan kering adalah 6.25 kg/hari atau 2.28 Ton/tahun (NRC, 1984), untuk sapi dengan berat hidup mencapai 500 kg. Untuk ternak sapi di Indonesia pada umumnya tiap 1 ST memiliki berat hidup rata-rata 250 kg. Jadi kebutuhan pakan/bahan kering minimum untuk 1 ST selama satu tahun dapat berbeda-beda, tergantung berat hidup sapinya. Berat hidup sapi secara rata-rata di Kabupaten Tanah Bumbu

adalah 250 kg maka kebutuhan pakan minimum ternak ruminansia per satu satuan ternak (1 ST) dihitung menurut Sumanto dan Juarini (2006) sebagai berikut : Keterangan : K = 2.5% x 50% x 365 x 250 kg = 1.14 ton BKC/tahun/ST K = Kebutuhan pakan minimum untuk 1 ST dalam ton bahan kering tercerna atau DDM (digestible dry matter) selama satu tahun 2.5% = Kebutuhan minimum jumlah ransum hijauan pakan (bahan kering) terhadap berat badan 50% = Nilai rata-rata daya cerna berbagai jenis tanaman 365 = Jumlah hari dalam satu tahun 250 kg = Berat hidup 1 ST (keadaan dapat berubah sesuai kondisi ternak pada setiap wilayah). Produksi bahan kering merupakan jumlah dari produksi pakan asal limbah pertanian dan produksi pakan dari hijauan alami. Jumlah potensi limbah dari masing-masing tanaman pangan merupakan potensi ketersediaan pakan potensial saat ini. Perhitungan pakan asal limbah pertanian per kecamatan dihitung menurut Pedoman Identifikasi Wilayah (Sumanto dan Juarini, 2006). Hasil perhitungan produksi bahan kering selanjutnya digunakan untuk mendapatkan daya dukung pakan hijauan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Sumanto dan Juarini, 2006): 20 Daya Dukung (ST) = Produksi bahan kering cerna (kg) Kebutuhan bahan kering cerna sapi dewasa (kg/st) Indeks daya dukung (IDD) adalah angka yang menunjukan status nilai daya dukung pada suatu wilayah. Indeks daya dukung hijauan makanan ternak dihitung dari total produksi hijauan makanan ternak yang tersedia terhadap jumlah kebutuhan hijauan bagi sejumlah populasi ternak ruminansia di suatu wilayah. Indeks daya dukung dihitung berdasarkan bahan kering cerna (BKC) dengan persamaan sebagai berikut (Sumanto dan Juarini, 2006): Indeks Daya Dukung Hijauan = Total produksi bahan kering cerna (kg) Populasi ruminansia (ST) x Kebutuhan BKC sapi dewasa (kg/st) Atau menurut Ashari et al. (1995):

21 Indeks Daya Dukung Hijauan = Daya dukung hijauan makanan ternak (ST) Populasi ruminansia Setelah didapat nilai indeks daya dukung maka diperoleh kriteria status daya dukung hijauan seperti disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Kriteria status daya dukung hijauan berdasarkan indeks daya dukung No. Indeks daya dukung (IDD) Kriteria 1. 1 Sangat Kritis 2. >1-1.5 Kritis 3. >1.5-2 Rawan 4. >2 Aman Sumber: Sumanto dan Juarini (2006). Masing-masing nilai IDD tersebut mempunyai makna sebagai berikut: Nilai 1 : - Ternak tidak mempunyai pilihan dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia, - Terjadi pengurasan sumberdaya dalam agro-ekosistemnya, - Tidak ada hijauan alami maupun limbah yang kembali melakukan siklus haranya. Nilai >1-1.5 : - Ternak telah mempunyai pilihan untuk memanfaatkan sumberdaya tetapi belum terpenuhi aspek konservasi. Nilai >1.5-2 : - Pengembangan bahan organik ke alam pas-pasan. Nilai >2 : - Ketersediaan sumberdaya pakan secara fungsional mencukupi kebutuhan lingkungan secara efesien. Produksi limbah tanaman pangan diambil dari data Tabel 18 yaitu luas panen tanaman padi dan Palawija berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu dikalikan indikator Tabel 6. Produksi hijauan makanan ternak diambil dari data Tabel 22 jenis penutupan dan penggunaan lahan di Kabupaten Tanah Bumbu dikalikan indikator Tabel 7. Perhitungan jumlah populasi ternak ruminansia dalam satuan ternak (ST) didasarkan pada data nilai ST ternak ruminansia utama Kabupaten Tanah Bumbu seperti disajikan pada Tabel 8. Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan Lahan yang diprioritaskan untuk pengembangan sapi potong merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong (S) dan urutan prioritasnya didasarkan pada indeks daya dukung hijauan makanan ternak. Lahan bukan prioritas adalah lahan yang kurang sesuai (N) untuk lingkungan ekologis sapi potong dan lahan yang tidak dinilai (TD), hal ini bisa dilihat pada Tabel 9.

Tabel 6 Karakterisasi pakan limbah tanaman pangan Jenis limbah Luas Produksi limbah Daya Produksi limbah No. tanaman pangan (Ha) (Ton/Th)* cerna BKC (Ton) (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 Padi sawah - 9.0 0.140 (c) x (d) x (e) 2 Padi gogo - 6.6 0.140 (c) x (d) x (e) 3 Jagung - 15.0 0.150 (c) x (d) x (e) 4 kedelai - 1.2 0.137 (c) x (d) x (e) 5 Kacang tanah - 1.3 0.137 (c) x (d) x (e) 6 Kacang hijau - 1.9 0.137 (c) x (d) x (e) 7 Ubi kayu - 1.1 0.135 (c) x (d) x (e) 8 Ubi jalar - 2.5 0.135 (c) x (d) x (e) Sumber : Sumanto dan Juarini (2006), *Natasasmita dan Murdikdjo (1980). Tabel 7 Karakterisasi pakan hijauan pada setiap penggunaan lahan No. Penggunaan lahan Luas (Ha) Produktivitas pakan hijauan (Ton/Ha/Th)* Produksi (Ton BKC/Ha/Th) (a) (b) (c) (d) (e) 1 Kebun - 2.875 (c) x (d) x (0.5)** 2 Lahan terbuka - 0.750 (c) x (d) x (0.5)** 3 Semak belukar - 1.000 (c) x (d) x (0.5)** 4 Tegalan - 2.875 (c) x (d) x (0.5)** 5 Perkebunan karet - 2.000 (c) x (d) x (0.5)** 6 Sawah - 1.250 (c) x (d) x (0.5)** 7 Hutan produksi - 0.300 (c) x (d) x (0.5)** Sumber : Sumanto dan Juarini (2006), *Direktorat Jenderal Peternakan dan Balai Penelitian Ternak (1995), **Tingkat kecernaan diperhitungkan 50% BKC Tabel 8 Nilai satuan ternak (ST) ruminansia utama di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2009 No. Jenis ternak Populasi (ekor) Faktor konversi* Nilai (ST) 1 Sapi potong 31 568 0.700 22 098 2 Kerbau 4 883 0.800 3 906 3 Kambing/Domba 7 177 0.055 395 Total 43 628 26 399 Sumber : *Sumanto dan Juarini (2006) Tabel 9 Matriks prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong Kesesuaian lingkungan ekologis Indeks daya dukung hijauan makanan ternak Aman Rawan Kritis Sangat kritis (A) (R) (K) (SK) Sesuai S-A S-R S-K S-SK (S) (Prioritas I) (Prioritas II) (Prioritas III) (Prioritas IV) Kurang Sesuai (N) Bukan prioritas 22

23 Peta satuan lahan Peta satuan lahan diperoleh dengan melakukan operasi tumpang tindih (overlay) peta-peta tematik berupa peta administrasi, peta tanah, peta curah hujan, peta tutupan/penggunaan lahan, peta lereng dan peta ketinggian (elevasi). Proses pembuatan peta satuan lahan Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2010 disajikan pada Gambar 3. Penjelasan dari masing-masing peta tematik adalah: 1. Peta administrasi, berisi polygon kecamatan dan kabupaten yang menjadi acuan dalam penentuan luas pada analisis selanjutnya. Peta administrasi diperoleh dari Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2010. 2. Peta satuan lahan, berisi polygon yang masing-masing berisi atribut dan karakteristik lahan yang terdapat di lokasi penelitian. 3. Peta curah hujan, dibuat berdasarkan data dari 4 (empat) stasiun pengamatan. Data dikumpulkan selama kurun waktu 2003-2008 yaitu dari stasiun pengamatan Kusan Hilir, Sungai Loban, Kusan Hulu dan Batulicin. 4. Peta tutupan/penggunaan lahan, dibuat berdasarkan Klasifikasi citra menggunakan software ERDAS Imagine 8.6. Selanjutkan dilakukan analisis citra berupa: a). Pemotongan batas area penelitian, diperlukan untuk melakukan clip citra landsat sehingga tidak semua image area citra Landsat yang luas akan dianalisis. Data vektor peta administrasi kabupaten di jadikan acuan dalam penentuan luas. b). Rektifikasi citra, citra landsat terlebih dahulu dilakukan rektifikasi/koreksi geometrik untuk mengurangi distorsi geomertik selama akuisisi citra seperti pengaruh rotasi bumi, kelengkungan bumi, kecepatan scanning dari beberapa sensor yang tidak normal dan efek panoramik yang menyebabkan posisi citra tidak sama posisinya dengan posisi geografis yang sebenarnya. Citra yang mempunyai kesalahan geometri memberikan implikasi terhadap variasi jarak, luas, arah, sudut dan bentuk di semua bagian citra sehingga perlu dikoreksi terlebih dahulu untuk dapat digunakan sebagai peta. Rektifikasi citra mentah bertujuan agar citra dapat semaksimal mungkin sesuai denga keadaan aslinya di lapangan. Koreksi geometri dapat dilakukan dengan menentukan fungsi transformasi dan

24 resampling citra. Pada koreksi ini diperlukan Ground Control Point (GCP) yang dapat diacu dari peta topografi seperti peta RBI ataupun dengan memanfaatkan satelit GPS. Setelah didapatkan peta tutupan/penggunaan lahan, kemudian dilakukan pengecekan menggunakan peta tutupan/penggunaan lahan rujukan, pengamatan ke lapangan dan konfirmasi dengan masyarakat untuk perbaikan peta, sehingga dihasilkan peta akhir tutupan/penggunaan lahan (existing) Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2010. 5. Peta lereng dan peta ketinggian (elevasi), merupakan hasil olahan peta kontur Rupa Bumi Indonsia (RBI) Kabupaten Tanah Bumbu yang diperoleh dari Bakosurtanal. Selanjutnya dihasilkan peta lereng dan peta ketinggian (elevasi). Peta Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan Sapi Potong Setelah dilakukan matching dan query antara peta satuan lahan dengan persyaratan kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong maka dihasilkan peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong. Kemudian dilakukan analisis daya dukung (DD) dan indeks daya dukung (IDD) hijauan makanan ternak, yang merupakan perhitungan luas peta tutupan/penggunaan lahan Kabupaten Tanah Bumbu keadaan tahun 2010 dengan data populasi dan komposisi ternak yang diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Tanah Bumbu (2010), maka dihasilkan peta status daya dukung hijauan makanan ternak. Adapun produksi limbah tanaman pangan diambil dari data luas panen tanaman padi dan Palawija berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu (2009) dikalikan indikator karakterisasi pakan limbah tanaman pangan, data produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2009 disajikan pada Lampiran 6. Analisis spasial dilakukan dengan operasi tumpang tindih (overlay) petapeta tematik berupa peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong, peta status daya dukung hijauan makanan ternak dan peta RTRW maka dihasilkan peta prioritas dan arahan lahan pengembangan sapi potong. Adapun diagram alir pembuatan peta prioritas dan arahan lahan pengembangan sapi potong dapat dilihat pada kerangka analisis penelitian Gambar 4.

25 Citra Satelit Landsat 7 ETM+ (2010) Peta Tutupan Lahan (Bentuk JPEG) (Bappeda 2004) Peta RBI (Kontur) Rujukan Pengolahan dengan GIS Pengamatan di Lapangan Interpretasi Tutupan/ Penggunaan Lahan Peta Lereng (Slope) Peta Ketinggian (Elevasi) Konfirmasi dengan Masyarakat Cek Lapang Peta Digital Tutupan/Penggunaan lahan Keadaan Tahun (2010) Peta Curah Hujan Peta Satuan Lahan OVERLAY Peta Administrasi Peta Satuan Lahan Kabupaten Tanah Bumbu Gambar 3 Diagram alir pembuatan peta satuan lahan Kabupaten Tanah Bumbu

26 Peta Satuan Lahan Kabupaten Tanah Bumbu Persyaratan Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong Peta Tutupan/penggunaan Lahan Kabupaten Tanah Bumbu Keadaan Tahun 2010 Matching Peta Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong Analisis Daya Dukung dan Indeks Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak Data Populasi dan Komposisi Ternak Data Produksi Limbah Tanaman Pangan Peta Status Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak OVERLAY Peta RTRW Peta Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan Sapi Potong Gambar 4 Diagram alir pembuatan peta prioritas dan arahan lahan pengembangan sapi potong