MATERI ULANGAN AKHIR SEMESTER KELAS IX BAHASA INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Catatan: J.P. van Bruggen H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, yakni yang pertama Penerapan EYD pada Surat Dinas Keluar di Pondok

MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XII EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

EYD dan TANDA BACA. Nurul Bahiyah, M. Kom. L/O/G/O

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Makalah Pentingnya Penggunaan EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS DESKRIPSILatihan Soal 2.3

BAB III METODE PENELITIAN

Muhammad Hambali. Disampaikan dalam Pelatihan Tata Naskah Dinas Universitas Brawijaya Malang, 30 November 2016

MODUL 1. Ejaan yang Disempurnakan Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN

Penulisan Huruf Kapital

STMIK CIC CIREBON Nurul Bahiyah, M. Kom.

PR ONLINE MATA UJIAN : BAHASA INDONESIA XII SMA (KODE: S03)

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Uji Kompetensi Akhir Tahun

Petunjuk: Pilih satu jawaban yang benar dengan memberikan tanda silang (X) pada A, B, C, D atau E pada lembar jawaban!

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

ARTIKEL OLEH RAHMAWATY THAIB NIM PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

Kesesuaian yaitu kecocokan dengan

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

KISI-KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER SDN BALEWANGI 01 TP Indikator/ Materi Soal

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya.

Pedoman Penulisan Laporan Tugas Akhir

Pertemuan 11 KALIMAT EFEKTIF

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ejaan merupakan penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis-menulis

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Kegiatan Sehari-hari

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN TUKPD II PAKET A SMP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA TAHUN 2012/2013

SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: BAHASA INDONESIA (KODE: P10)

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

SOLUSI PR ONLINE IX SMP MATA UJIAN : BAHASA INDONESIA (KODE : P17)

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan

SOAL ULANGAN HARIAN. Standart Kompetensi : - Memahami teks dan cerita anak yang dibacakan

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

mengungkapkan gagasan secara tepat, mudah dipahami

Menghormati Orang Lain

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN X

KALIMAT EFEKTIF. Karina Jayanti

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

7. C Pembahasan: Dalam konteks kutipan paragraf tersebut, istilah bersubsidi bermakna mendapat bantuan uang dari pemerintah.

PENGGUNAAN TANDA BACA. Oleh AHMAD WAHYUDIN

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING DI KELAS II SDN 7 BALAESANG

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

Pengertian, Tujuan, Manfaat, jenis, dan Ciri dari Laporan

Liburan 63. Bab 6. Liburan

Satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik (.) sebagai pembatas. Sifat Predikatif dalam

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 9. MENYUNTING EJAAN DAN TANDA BACALATIHAN SOAL BAB 9

Asyiknya Berolahraga Sepeda

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

1. Alasan ketidaktepatan penggunaan tanda baca pada kalimat tersebut adalah.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Kalimat Efektif. Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

Petunjuk ~ wacana yang berisi penjelasan suatu proses pembuatan sesuatu / penggunaan sesuatu. ~ Wacana eksposisi proses yang menggunakan pilihan kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.6

Informasi 107. Bab 10. Informasi

C. Pengindahan D. Keindahan 8. Majelis Permusyawaratan Rakyat dapat disingkat menjadi... A. M.P.R. B. MPR

Bahasa dan Sastra Indonesia 3. untuk. SMP/MTs Kelas IX. Maryati Sutopo. Kelas VII. PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. SMP/MTs BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

PROSIDING SEMNAS KBSP V

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

EJAAN DALAM KARYA ILMIAH

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

bahasa indonesia Kelas X TEKS EKSPOSISI K-13 Semester 1 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Kurikulum 2013

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kalimat Efektif

Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi

Transkripsi:

MATERI ULANGAN AKHIR SEMESTER KELAS IX BAHASA INDONESIA 1. PARAGRAF Pengertian Ide pokok, Kalimat Utama, dan Kalimat Penjelas Ide pokok adalah ide/ gagasan yang menjadi pokok pengembangan paragraf. Ide pokok ini terdapat dalam kalimat utama. Nama lain ide pokok adalah gagasan utama, gagasan pokok. Dalam satu paragraf hanya ada satu ide pokok. Kalimat utama adalah kalimat yang di dalamnya terdapat ide pokok paragraf. Kalimat utama ini dijelaskan oleh kalimat-kalimat lain dalam paragraf tersebut, yang disebut dengan kalimat penjelas. Nama lain untuk kalimat utama adalah kalimat topik. Kalimat penjelas yaitu kalimat yang menjelaskan kalimat utama. 2. TERSURAT DAN TERSIRAT Pengertian arti kata Tersirat ialah Kata Tersirat mengandung arti kata "Tersembunyi" atau yang lebih jelasnya bahwa kalimat kata Tersirat berarti makna kata yang bisa di pahami dengan cara yang tidak langsung, makna dari kata Tersirat bisa di pahami setelah benar-benar membacanya. Contoh dari kalimat Tersirat itu ialah Natalia mengajak diriku ke suatu tempat yang sunyi dan tenang saat fajar akan tenggelam. Aku tak percaya kakek akan meninggalkanku di tempat yang penuh dengan sandiwara ini selamanya. Aku malu ketika diriku datang kesekolah disaat matahari sudah di atas awan. Sedangkan untuk pengertian arti kata dari Tersurat ini saya yakin kalian pun sudah paham dengan kalimat ini. Kata Tersurat adalah kebalikan dari kata Tersirat yaitu sebuah kata yang mudah di pahami maknanya karena makna dari kalimat kata Tersurat itu sudah ada dalam tulisan dari kata-kata tersebut. Contoh dari kalimat Tersurat itu ialah Aku senang punya 2 teman baik seperti kalian

Aku melihat dia kamarin di taman bunga Antoni mengajak saudaranya ke danau untuk berenang Oke kesimpulannya meskipun kedua kalimat kata Tersirat dan Tersurat sama yaitu dengan sebuah kata-kata yang berupa lisan dan tulisan, namun kedua kalimat tersebut memiliki arti yang berbeda, yaitu dari segi pengungkapannya. Kalau Tersirat secara "Tidak langsung" sedang Tersurat secara "Langsung". 3. FAKTA DAN PENDAPAT Pengertian Fakta Pengertian fakta adalah kejadian atau keadaan yang benar-benar terjadi dan bukan mitos serta pernah dilihat oleh manusia itu sendiri atau telah dilakukan suatu pengujian dan pemastian di khalayak umum. Fakta dapat disebut juga sebagai hasil dari pengamatan secara objektif yang dapat di verifikasi kebenarannya oleh siapapun. Informasi yang didengar dapat juga disebut dengan fakta apabila informasi tersebut merupakan suatu peristiwa yang berupa kenyataan dan benar-benar terjadi. Pengertian Opini Pengertian opini sendiri merupakan suatu ide, pikiran, atau pendapat yang biasanya bersifat tidak objektif serta belum di sahkan kebenarannya. Seperti suatu prediksi dimana belum terdapat orang yang dapat memastikan bahwa hal tersebut benar benar ada atau terjadi. Meskipun opini bukan merupakan fakta, namun apabila opini tersebut dapat dibuktikan kebenarannya maka opini tersebut akan berukan menjadi fakta. Dapat disimpulkan bahwa fakta merupakan kejadian yang sudah atau pernah terjadi dan sudah teruji kebenarannya. Sedangkan opini merupakan kejadian yang tidak terjadi atau hanya berupa pendapat dan gagasan dari seseorang saja. Berikut perbedaan fakta dan opini. Perbedaan Fakta dan Opini Fakta dan opini cenderung memiliki suatu kesamaan, berikut ini beberapa ciri-ciri fakta dan opini.

Ciri-ciri fakta : Sudah teruji kebenarannya di depan khalayak umum serta bersifat objektif. Memiliki data yang akurat atau bukti sebagai pendukung kebenarannya. Pernah dilihat oleh manusia serta telah dilakukan pengujian dan pemastian di khalayak umum. Ciri-ciri opini : Belum teruji kebenarannya dan masih bersifat subyektif. Tidak memiliki data pendukung atau bukti yang akurat. Merupakan suatu peristiwa yang belum terjadi, karena merupakan suatu pendapat. Apabila Anda masih kesulitan dalam membedakan yang mana fakta dan yang mana opini, berikut ini cara mudah dalam membedakan fakta dan opini. Cara Mudah dalam Membedakan Fakta dan Opini Seperti yang telah kita ketahui pada ciri-cirinya diatas, fakta mempunyai data yang teruji keakuratannya dan bersifat objektif maka itu dapat dikategorikan sebagai fakta, dengan menggunakan imajinasi Anda apakah kalimat tersebut adalah hal yang benar telah terjadi ataupun cuma pendapat orang saja. Dalam kalimat opini biasanya terdapat kata-kata seperti bisa jadi, seharusnya, saya rasa, dan lain sebagainya, karena kata-kata tersebut menunjukkan bahwa kalimatnya masih dalam perencanaan atau pendapat dan belum terbukti kebenarannya. Berikut ciri-ciri kalimat opini. 1. Bersifat subyektif serta dilengkapi dengan uraian tentang pendapat, saran, atau suatu prediksi. 2. Tidak dapat dibuktikan kebenaranya. 3. Atas pemikiran sendiri dan tidak ada narasumber. 4. Tidak memiliki data dan bukti yang teruji keakuratannya. 5. Menunjukkan peristiwa yang belum atau mungkin akan tejadi pada masa mendatang dan berupa rencana. 6. Pendapat atau argumen seseorang saja. Contoh Kalimat Fakta dan Opini :

Contoh kalimat fakta : 1. Harimau merupakan hewan yang berkaki empat. 2. Indonesia adalah negara kepulauan. 3. Gula dapat membuat minuman menjadi manis. 4. Pensil itu harganya dua ribu rupiah. 5. Oksigen sangat dibutuhkan oleh manusia. Contoh kalimat opini : 1. Besok saya ingin pergi ke luar negeri. 2. Rumah itu besar sekali. 3. Indonesia adalah negara yang indah. 4. Mobil itu sangat cepat. 5. Makanan buatan ibu sangat enak. 4. UNSUR INTRINSIK CERPEN/ NOVEL Unsur Intrinsik Cerpen Adapun beberapa unsur intrinsik dari cerpen itu adalah : 1. Tema Tema adalah suatu pokok masalah yang mendasari sebuah cerita (gagasan pokok dasar cerita). Tema biasanya terlihat jelas dalam cerita, namun tidak dalam keadaan langsung, yang mana pembaca itu harus menyimpulkan terlebih dahulu untuk menentukan tema dari sebuah cerita itu. Biasanya tema dirumuskan dalam bentuk sebuah kalimat pernyataan. 2. Alur atau Plot Alur atau plot ialah sebuah langkah atau jalan dari sebuah cerita.urutan cerita biasanya bisa terjalin atas urutan waktu, kejadian atau hubungan dari sebab dan akibat. Secara garis besar urutan alur atau plot yaitu perkenalan - kemudian mucul sebuah konflik atau masalah - peningkatan masalah atau konflik - puncak masalah (klimaks) - kemudian penurunan masalah atau konflik - dan yang terakhir adalah penyelesaian masalah.

3. Penokohan atau Perwatakan Penokohan adalah pemberian suatu watak atau sifat (karakter) pada tokoh cerita. Pemberian sifat tersebut akan tercermin dalam fikiran, tingkah laku, ucapan atau pandangan tokoh terhadap sesuatu hal. Metode penokohan tersebut ada 2 yaitu dengan metode analitik dan metode dramatik. Metode analitik adalah metode penokohan yang dicerminkan atau dipaparkan secara langsung. seperti sadis, pemarah, keras kepala dan lain-lain. Sedangkan metode dramatik adalah metode penokohan yang dicerminkan atau dipaparkan secara tidak langsung, atau pengmbaran sifat melalui penggambaran fisik, dialog antar tokoh dll. Penampilan tokoh juga dibagi menjadi 2 yaitu protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang memerankan/memiliki watak baik, jujur, dapat dipercaya, cepat tanggap dan lain-lain (lebih jelas tokoh ini berwatak baik-baik). Jika tokoh antagonis adalah tokoh yang memerankan/memiliki watak jelek ( pendendam, jahat, sombong dan lain-lain). 4. Setting atau Latar Setting atau latar adalah tempat peristiwa,waktu dan suasana cerpen itu dilakukan. Atau lebih jelasnya latar atau setting itu terdiri dari 3 unsur yaitu : Latar Tempat (berkaitan dengan dimana peristiwa dalam cerpen itu terjadi). Latar Waktu (berkaitan dengan kapan peristiwa dalam cerpen terjadi). Latar Suasana ( berkaitan dengan perasaan atau suasana kejadian peristiwa dalam cerpen itu terjadi). 5. Sudut Pandang atau Point Of View Sudut pandang adalah cara bercerita atau cara pandang visi seorang pengarang pada suatu peristiwa dalam cerpen. Sudut pandang dibagi menjadi beberapa yang diantaranya yaitu, sudut pandang orang pertama atau dengan gaya bahasa "aku" dll., sudut pandang peninjau atau orang ke-3, sudut pandang campuran (bisa orang pertama atau ketiga). Dalam sudut pandang, kata ganti orang dibagi menjadi 3 yaitu : Sudut pandang orang pertama, yaitu orang yang berbicara. Contohnya seperti kata aku, saya, gue (untuk tunggal), seperti kami, kita, (untuk jamak ).

Sudut pandang orang kedua, yaitu orang yang dibicarakan. Contohnya seperti kamu, engkau (untuk tunggal), seperti kalian ( untuk jamak ) Sudut pandang orang ketiga, yaitu orang yang dibicarakan. Contohnya seperti ia, dia (untuk tunggal), seperti mereka (untuk jamak). 6. Amanat Amanat adalah sebuah pesan atau harapan seorang penulis cerita kepada pembaca agar pembaca mau bertindak atau melakukan sesuatu. 7. Gaya Penceritaan Gaya penceritaan itu dapat dilihat dari segi bahasa dan nada. Dari segi bahasa, kalian bisa mencermati adakah kekhasan dari sebuah cerpen itu dalam pemilihan sebuah gaya bahasa (majas), ungkapan yang digunakan. Jika dari segi nada kalian dapat mencermati apakah ada kesan nada yang menimbulkan rasa romantis, simpatik dan sebagainya dalam cerpen tersebut. 5. UNGKAPAN Ungkapan merupakan gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya. Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru dimana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih yang digunakan seseorang dalam situasi tertentu untuk mengkiaskan suatu hal. Ungkapan terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih. Gabungan kata ini jika tidak ada konteks yang menyertainya memiliki dua kemungkinan makna, yaitu makna sebenarnya (denotasi) dan makna tidak sebenarnya (makna kias atau konotasi). Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah gabungan kata itu termasuk ungkapan atau tidak, harus ada konteks kalimat yang menyertainya. Untuk lebih jelasnya kita ambil sebuah contoh Membanting tulang

Gabungan kata di atas tidak dapat langsung kita katakan termasuk ungkapan. Hal ini dikarenakan konteks kalimat yang menyertai gabungan kata tersebut belum jelas. Gabungan kata di atas masih mempunyai dua kemungkinan makna sesuai konteks kalimatnya. 1. Andi membanting tulang di sampingnya sebagai luapan kemarahannya. 2. Andi membanting tulang untuk menghidupi keluarganya. Dua kalimat di atas memberikan konteks (situasi) pada gabungan kata membanting tulang. Kalimat (a) membantuk makna denotasi atau makna sebenarnya pada gabungan kata membanting tulang. Makna denotasi tersbut adalah kegiatan membanting tulang. Kalimat (b) membentuk makna konotasi atau makna kias pada kata membanting tulang. Makna kias tersebut adalah bekerja keras. Makna kedua inilah membuat gabungan kata di atas disebut ungkapan. Berikut adalah contoh ungkapan : banting tulang : kerja keras gulung tikar : bangkrut siang bolong: tepat di siang hari angkat kaki : pergi naik pitam : marah buah bibir : topik pembicaraan angkat tangan : menyerah meja hijau : pengadilan buah tangan : oleh-oleh kutu buku : orang yg suka baca buku kepala dingin : tenang jago merah : api kebakaran bunga tidur : mimpi bunga desa : gadis desa panjang tangan : suka mencuri tinggi hati : sombong Contoh kalimat dengan ungkapan: 1. Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman) 2. Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)

3. Jeng Sri memang tinggi hati.(sombong) 4. Karena ucapan orang itu, Waluyo naik darah.(marah) 5. Itulah akibatnya kalau menjadi anak yang berkepala batu. (tidak mau menurut) 6. Hati-hati terhadap orang yang besar mulut itu. (suka membual) 7. Merah telinganya ketika ia dituduh sebagai koruptor. (marah) 8. Karena gelap mata, dia mengamuk di kantor. (hilang kesabaran) 9. Lebih baik berputih tulang daripada hidup menanggung malu seperti ini. (mati) 10. Ketika kutinggalkan dulu engkau masih merah, sekarang sudah seorang jejaka. (masih bayi) 11. Selama pertandingan sepak bola itu, benar-benar dia menjadi bintang lapangan. (pemain yang baik) 12. Pidatonya digaraminya dengan lelucon sehingga menarik para pendengarnya. (dibumbui; dihiasi) 13. Lagi-lagi aku yang dikambing hitamkan bila timbul keributan di kelas. (orang yang dipersalahkan) 14. Maaf, aku tak sudi kaujadikan aku sebagai kuda tunggangmu. (kausuruh-suruh untuk kepentinganmu) 15. Kalau rasa permusuhan itu tidak dicabut sampai akar-akarnya, hubungan kalian tak pernah baik. (dihilangkan benar-benar) 16. Gema Tanah Air sebuah bunga rampai yang disusun oleh H.B. Jassin. (buku yang berisi kumpulan karangan beberapa orang) 17. Kalau bekerja dengan setengah hati, hasilnya kurang memuaskan.(tidak sungguhsungguh) 6. STRUKTUR CERITA FABEL Pengertian teks cerita fabel Cerita fabel adalah cerita mengenai kehidupan binatang yang berprilaku layaknya seperti manusia (prilakunya menyerupai tingkah manusia). Cerita fabel tergolong kedalam jenis cerita fiksi (cerita fiksi adalah suatu cerita yang bukan berasal dari kehidupan yang nyata atau disebut

juga dengan cerita fiktif). Cerita fabel disebut juga dengan cerita moral, hal tersebut dikarenakan pesan yang terdapat didalam cerita fabel sangat erat kaitannya dengan moral kehidupan. Adapun tokoh yang berperan didalam cerita fabel biasanya adalah binatang. Akan tetapi pada cerita fabel, bukan hanya mengisahkan tentang kehidupan binatang saja, melainkan juga mengisahkan tentang bagaimana kehidupan manusia dengan seluruh karakter yang dimilikinya. Jadi, peran binatang yang terdapat didalam cerita fabel mempunyai karakter layaknya manusia, antara lain seperti : 1. Baik dan jahat. 2. Jujur dan pembohong. 3. Sopan dan tidak sopan. 4. Pintar dan bodoh. 5. Menyukai persahabatan dan tidak senang bersahabat. 6. Licik dan culas. 7. Melakukan perbuatan dan tingkah yang terpuji. 8. Sombong, angkuh, keras kepala, suka menipu. 9. Egois (ingin menang sendiri). 10. Pendiam, periang dan lain sebagainya. Oleh karena itu, cerita fabel menjadi primadona utama sebagai salah satu sarana dengan potensi yang tinggi didalam menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sejak dini. Dengan adanya beragam karakter tersebut, maka setiap penonton maupun pembaca cerita fabel dapat menilai dan mempelajari pelajaran moral (nilai moral) yang terkandung di dalam cerita fabel itu sendiri. Struktur teks cerita fabel Apakah kalian sudah tau dan atau masih ingat pengertian struktur seperti yang telah dijelaskan pada teks cerita lainnya yang telah dibahas sebelumnya?. Jika anda lupa, maka pengertian struktur adalah sesuatu rangkaian yang terdapat pada sebuah teks yang sifatnya membangun. Adapun struktur teks cerita fabel adalah antara lain seperti orientasi, komplikasi, resolusi serta koda. Berikut penjelasan lebih lengkapnya :

1. Orientasi Orientasi adalah bagian permulaan pada sebuah cerita fabel yang berisikan dengan pengenalan cerita fabel tersebut yang diantaranya seperti pengenalan tokoh, pengenalan latar tempat dan waktu, pengenalan background atau tema dan lain sebagainya. 2. Komplikasi Komplikasi adalah klimaks pada sebuah cerita yang berisikan mengenai puncak masalah yang dialami dan dirasakan oleh tokoh. 3. Resolusi Resolusi adalah bagian dari teks yang berisikan dengan pemecahan permasalahan yang dialami dan dirasakan oleh tokoh. 4. Koda Koda adalah bagian terakhir dari teks cerita yang berisikan pesan-pesan dan atau amanat yang terdapat didalam cerita fabel itu sendiri. Kaidah kebahasaan teks cerita fabel Kaidah kebahasaan (dengan kata lain unsur kebahasaan) adalah ciri-ciri berdasarkan dari bahasa yang digunakan pada sebuah teks cerita fabel. Berikut ini adalah #4 unsur kebahasaan (kaidah kebahasaan) pada teks cerita fabel yaitu sebagai berikut : 1. Kata kerja Kata kerja adalah satu dari beberapa unsur (kaidah) kebahasaan pada teks cerita fabel. Adapun didalam kata kerja pada teks cerita fabel dibagi menjadi dua bagian. Adapun #2 bagian kata kerja yang dimaksud yakni : a. Kata kerja aktif transitif Kata kerja aktif transitif adalah kata kerja aktif yang memerlukan objek dalam kalimat. Contoh kata kerja aktif transitif adalah memegang, mengangkat, memikul, mengendarai mendorong dan lain sebagainya. b. Kata kerja aktif intransitif

Kata kerja aktif intransitif adalah kata kerja aktif yang tidak memerlukan objek dalam kalimat. Contoh kata kerja aktif intransitif adalah diam, merenung, berfikir dan lain sebagainya. 2. Penggunaan kata sandang si dan sang Didalam teks cerita fabel sangat sering dijumpai dan ditemukan penggunaan kata sandang si dan kata sandang sang. Adapun penjelasan mengenai penggunaan kata sandang si dan kata sandang sang didalam teks cerita fabel akan dijelaskan secara lengkap dengan contohnya sebagai berikut : Contoh kata sandang Si dan Sang a. Sang kerbau berkeliling hutan sambil menyapa binatang-binatang lain yang berada dihutan tersebut. b. Sang kerbau mengejek kepompong yang buruk yang tidak dapat pergi kemana-mana. c. Sang kerbau selalu membanggakan dirinya yang dapat pergi ketempat yang dia sukai. d. Si kepompong hanya dapat berdiam saja saat mendengarkan ejekan itu. e. Aku adalah kepompong yang pernah kau ejek, kata si kupu-kupu. 7. PROSEDUR Pengertian Teks Prosedur Kompleks Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian prosedur adalah langkahlangkah suatu aktivitas atau kegiatan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud dengan teks prosedur kompleks adalah teks yang berisi langkahlangkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang di inginkan dan terdapat penjelasan atau keterangan dalam langkah-langkah tersebut. Tujuan Teks Prosedur Kompleks Tujuan dari teks prosedur kompleks adalah sebagai berikut :

Untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan dengan langkah-langkah yang urut, jadi tidak boleh sembarangan. Untuk membantu pembaca atau pendengar untuk dapat lebih memahami bagaimaca cara untuk melakukan sesuatu atau membuat sesuatu dengan benar. Struktur Teks Prosedur Kompleks Struktur teks adalah bagian atau cara teks tersebut dapat dibangun. Mungkin masih banyak yang belum mengetahui kalau struktur teks prosedur disusun oleh bagian tujuan, bagian material, dan bagian langkah-langkah. Berikut ini penjelasan lebih lengkapnya : 1. Bagian tujuan, yaitu bagian yang berisi tujuan dari pembuatan teks prosedur tersebut atau hasil akhir yang akan di capai (bisa berupa judul). 2. Bagian material, berisi informasi tentang alat atau bahan yang dibutuhkan, namun tidak semua teks prosedur yang memiliki bagian ini (umumnya terdapat dalam resep makanan). 3. Bagian langkah-langkah, yaitu bagian yang berisi cara-cara atau langkah-langkah yang akan tempuh untuk mencapai tujuan. Bagian ini biasanya tidak dapat diubah urutannya atau posisinya. Ciri Ciri Teks Prosedur Kompleks Berikut ini adalah ciri ciri teks prosedur kompleks : Memiliki langkah-langkah atau cara. Disusun secara informatif. Sifatnya objektif. Dijelaskan secara mendetail. Langkah-langkahnya berkelanjutan dengan penjelasan. Bersifat universal. Bersifat logis. Bersifat aktual dan akurat. Menggunakan syarat atau pilihan.

Ciri Kebahasaan Teks Prosedur Kompleks Berikut ini adalah ciri ciri kebahasaan teks prosedur kompleks : Mengandung kalimat imperatif, yaitu kalimat yang mengandung perintah. Mengandung kalimat deklaratif, yaitu kalimat yang mengandung pernyataan. Mengandung kalimat interogatif, yaitu kalimat yang mengandung pertanyaan. Mempunyai bilangan urutan. Partisipan manusia secara umum. Verbal material, verba yang mengacu pada sikap yang dinyatakan dengan ungkapan. Konjungsi temporal, konjungsi yang mengacu pada urutan waktu sekaligus menjadi sarana kohesi teks prosedur. Menggunakan kata yang baku. Menggunakan konjungsi yang bersyarat. Macam Macam Teks Prosedur Teks prosedur mempunyai 3 macam jenis, berikut ini adalah penjelasannya : 1. Teks Prosedur Sederhana Teks prosedur sederhana bisa ditempuh hanya dengan dua atau tiga langkah-langkah saja, contohnya : prosedur untuk mengoperasikan setrika. 2. Teks Prosedur Kompleks Teks prosedur kompleks terdiri atas banyak langkah-langkah dan berjenjang kepada sublangkah pada setiap langkahnya. Contohnya adalah prosedur tentang terkena tilang oleh polisi. 3. Teks Prosedur Protokol Teks prosedur protokol merupakan teks prosedur yang langkah-langkahnya tidak terlalu rumit atau sulit, akan tetapi sangat mudah untuk dipahami.

8. Kalimat Efektif Membuat sebuah kalimat tentu bukan hal yang sulit bagi teman-teman. Namun, apakah kalimat yang dibuat tersebut sudah termasuk kalimat efektif? Pada dasarnya, sebuah kalimat dapat dibentuk oleh klausa yang terdiri atas subjek dan predikat dengan penambahan objek, pelengkap, maupun keterangan yang diakhiri dengan tanda baca titik (.), tanya (?), atau seru (!). Jika tidak tepat, penambahan-penambahan tersebut dapat membuat kalimat yang dibuat menjadi tidak efektif. Pengertian Kalimat Efektif Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan secara baik dan benar. Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonesia menurut ejaan yang disempurnakan (EYD). Syarat Kalimat Efektif Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan efektif atau tidak. 1. Sesuai EYD Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak tepat ejaannya. 2. Sistematis Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat, kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat. 3. Tidak Boros dan Bertele-tele Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas agar orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.

4. Tidak Ambigu Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian sehingga tidak ada kesan ambigu. Ciri-ciri Kalimat Efektif Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami ciri-ciri suatu kalimat dikatakan efektif. Berikut ini adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita katakan efektif. 1. Kesepadanan Struktur Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya. Inilah yang dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang menyangkut ciri-ciri yang satu ini. a. Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni subjek dan predikat. b. Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku di dalam kalimat tersebut. Contoh kalimat efektif dan tidak efektif: Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif) Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif) c. Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena membuatnya menjadi perluasan dari subjek. Contoh: Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif) Dia pergi meninggalkan saya. (efektif) d. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun lebih ke arah menggabungkan subjek yang sama.

Contoh: Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif) Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif) 2. Kehematan Kata Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian tidak boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua hal yang memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif. Yang pertama menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk menghindari hal tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan sinonim yang menghasilkan kalimat tidak efektif. Contoh Kata Jamak: Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif) Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif) Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara siswasiswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu kata yang merujuk pada hal jamak tersebut. Contoh Kata Sinonim: Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif) Ia masuk ruang kelas. Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama menunjukkan arti yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat efektif karena sifatnya yang merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika menggunakan ke dalam dan menghilangkan kata masuk sehingga menjadi ia ke dalam ruang kelas kalimat tersebut akan kehilangan predikatnya dan tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut prinsip kesepadanan struktur. 3. Kesejajaran Bentuk

Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat, sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang sama. Contoh: Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan pengolahannya. (tidak efektif) Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan mengolahnya. (efektif) 4. Ketegasan Makna Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus tertentu, kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini agar pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran yang umumnya diikuti partikel lah atau pun. Contoh: Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif) Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif) 5. Kelogisan Kalimat Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat yang kalian buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat. Karena itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut. Contoh: Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif) Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)

9. KATA BAKU Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Sumber utama yang telah ditentukan dalam pemakaian bahasa baku yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI). Kata baku umumnya digunakan dalam kalimat resmi( lisan dan tertulis). Penggunaan kata baku 1) Persuratan antar instansi 2) Lamaran pekerjaan 3) Karangan ilmiah 4) Perundangan-undangan 5) Surat keputusan 6) Nota dinas 7) Rapat dinas 8) Pidato resmi 9) Diskusi 10) Penyampaian pendidikan 11) Dan lain sebagainya. Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Biasanya kata tidak baku dipakai dalam bahasa percakapan sehari-hari. Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kata atau bahasa yang tidak baku, yaitu sebagai berikut: 1) Pemakai bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata-kata yang dimaksud 2) Pemakai terpengaruh oleh orang yang biasa menggunakan kata tidak baku 3) Pemakai bahasa tidak baku akan selalu ada karena tidak mau memperbaiki kesalahannya sendiri.

Berikut kumpulan kata baku dan tidak baku Kata Baku-Kata Tidak Baku Aktif-Aktip Apotek-Apotik Aktivitas-Aktifitas Analisis-Analisa Atlet-Atlit Asas-Azas Atmosfer-Atmosfir Kata baku Aerobic-Erobik- Antarinstansi-Antar-instansi Akhir-Ahir- Baut-Baud Cenderamata-Cinderamata Definisi-Difinisi Dipersilakan-Dipersilahkan- Diesel-Disel- Dipindahkan-Dipindahdaftar-daptar Dolar-Dollardefinisi-difinisi depot-depo diagnosis-diagnosa detail-detil diferensial-differensial disahkan-disyahkan dipersilakan-dipersilahkan

Ekspor-Eksport Ekuivalen-Ekwivalen Ekstrem-Ekstrim Embus-Hembus Esai-Esei Februari-Pebruari Film-Filem- Fiologi - Phiologi Fisik-Phisik Frekuensi-Frekwensi Foto-Photo- Hafal-Hapal Hierarki-Hirarki Hakikat-Hakekat Hipotesis-Hipotesa Ijazah-Ijasah Imbau-Himbau Ikhlas-Ihlas Ilmuwan-Ilmiawan Insaf-Insyaf Impor-Import Isap-Hisap Izin-Ijin Istri-Isteri Jenazah-Jenasah Jadwal-Jadual

Jenderal-Jendral- Kaidah-Kaedah Khotbah-Khutbah Karier-Karir Kompleks-Komplek Konferesi-konperensi Konduite-Kondite Konkret-Konkrit Koordinasi-Koordinir Konsepsional-Konsepsionil Kualitas-Kwalitas Kuitansi-Kwitansi Kuantitas-Kwantitas kata baku dan tidak baku Lubang-Lobang Manajemen-Managemen- Memproklamasikan-Memproklamirkan- Manajer-Manager- Mencolok-Menyolok- Mendefinisikan-Mendifinisikan- Menerjemahkan-Menterjemahkan Menerapkan-Menterapkan- Mengelola-Melola- Mengesampingkan-Mengenyampingkan- Mengubah-Mengobah/merubah Mengkritik-Mengeritik- Menyukseskan-Mensukseskan- Mesti-Musti Motif-Motip

Metode-Metoda Motivasi-Motifasi Nasihat-Nasehat November-Nopember Narasumber-nara sumber Objektif - obyektif Objek - obyek Ons-On- Peletakan-Perletakan- Persentase-Prosentase- Penasihat-Penasehat- Pertanggungjawaban-Pertanggung-jawab- Problematic-Problimatik- Psikotes-Psikotest- Produktivitas-Produktifitas- Risiko-Resiko- Rezeki-Rejeki Roboh-Rubuh Saksama-Seksama Selagi-Mumpung Sekretaris-Sekertaris Silakan-Silahkan Sistematis-Sistimatis Sintesis-Sintesa Sistem-Sistim Spiritual-Spiritual

Spesies-Spesis- Standardisasi-Standarisasi Stasiun-Setasiun- Subjektif-Subyektip- Subjek-Subyek- Survei-Survai- Syukur-Sukur- Sutera-Sutrakata tidak baku Tafsiran-Tapsiran- Teknik-Tehnik- Tarif-Tarip- Telanjur-Terlanjur- Telentang-Terlentang- Telantar-Terlantar- Telepon-Tilpun- Terampil-Trampil- Teoretis-Teoritis- Tim-Team- Tradisional-Tradisionil- Ubah-Rubah Trotoar-Trotoir- Utang-Hutang Varietas-Varitas- Wujud-Ujud- Wasalam-Wasallam- Zaman-Jaman Zona-Zone-

10. HURUF KAPITAL 1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh penggunaan huruf kapital di awal kalimat: Panduan penulisan huruf kapital Contoh penulisan huruf kapital dalam kalimat Tata cara penulisan huruf kapital yang benar Dia membaca buku. Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam. Kita harus bekerja keras. Apa maksudnya? Penggunaan huruf besar dalam kaidah bahasa Indonesia Makalah penggunaan huruf kapital dan tanda baca 2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contohnya: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?" Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!" "Kemarin engkau terlambat," katanya. "Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat." 3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contohnya: Allah Islam Quran Katolik

Protestan Injil Hindu Budha Weda Yang Mahakuasa Yang Maha Pengasih Yang Maha Penyayang Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-nya. Bimbinglah hamba-mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. 4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contohnya: Nabi Adam Nabi Musa Nabi Isa Nabi Muhammad Imam Syafii Imam Hanafi Haji Joko Widodo Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Contohnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Pada tahun ini dia pergi naik haji. Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai. 5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Contohnya: Presiden Soekarno Presiden Soeharto Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie Presiden Abdurrahman Wahid Presiden Megawati Soekarnoputri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Joko Widodo Wakil Presiden Mohammad Hatta Wakil Presiden Adam Malik Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono IX Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah Wakil Presiden Sudharmono Wakil Presiden Try Sutrisno Wakil Presiden Hamzah Haz Wakil Presiden Boediono Wakil Presiden Jusuf Kalla Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara

Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Jawa Tengah b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Contohnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia. Sidang itu dipimpin Presiden. Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen. c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu. Contohnya: Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu? Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal. Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal. 6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contohnya: Amir Hamzah Dewi Sartika Wage Rudolf Supratman Halim Perdanakusumah Anies Baswedan Catatan: (1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama

Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal). Contohnya: J.J de Hollander J.P. van Bruggen H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama (2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Contohnya: Abdul Rahman bin Zaini Ibrahim bin Adham Siti Fatimah binti Salim Zaitun binti Zainal b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Contohnya: pascal second : Pas J/K atau JK-1 : joule per Kelvin N : Newton c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Contohnya: mesin diesel 20 volt 5 ampere 7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contohnya: bangsa Eskimo suku Sunda suku Sunda suku Batak bahasa Indonesia bahasa Inggris b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Contohnya: pengindonesiaan kata asing keinggris-inggrisan kejawa-jawaan 8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Contohnya: tahun Hijriah bulan Januari bulan Agustus

hari Jumat hari Minggu hari Lebaran tarikh Masehi bulan Maulid hari Galungan hari Natal b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah. Contohnya: Perang Badar Perang Candu Perang Dunia I Proklamasi Kemerdekaan Indonesia c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Contohnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. 9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi. Contohnya: Banyuwangi Asia Tenggara Cirebon Amerika Serikat Eropa

Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Contohnya: Bukit Barisan Danau Toba Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru Jalan Diponegoro Jazirah Arab Ngarai Sianok Lembah Baliem Selat Lombok Pegunungan Jayawijaya Sungai Musi Tanjung Harapan Teluk Benggala Terusan Suez c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Contohnya: ukiran Jepara tari Melayu asinan Bogor pempek Palembang

sarung M andar sate Mak Ajad d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi. Contohnya: berlayar ke teluk mandi di sungai menyeberangi selat berenang di danau e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Contohnya: nangka belanda kunci inggris petai cina pisang ambon 10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Contohnya: Republik Indonesia Departemen Keuangan Majelis Permusyawaratan Rakyat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Contohnya: beberapa badan hukum kerja sama antara pemerintah dan rakyat menjadi sebuah republik menurut undang-undang yang berlaku Catatan: Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital. Pemberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui Pemerintah. Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu. Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur. 11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Contohnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Rancangan Undang-Undang Kepegawaian Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan.

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Contohnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan. Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata". 13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Contohnya: Dr. doktor S.E. sarjana ekonomi S.H. sarjana hukum S.S. sarjana sastra S.Kp. sarjana keperawatan M.A. master of arts M.Hum. magister humaniora Prof. profesor K.H. kiai haji Tn. tuan Ny. nyonya Sdr. saudara Catatan: Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.

14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Contohnya: Adik bertanya, "Itu apa, Bu?" Besok Paman akan datang. Surat Saudara sudah saya terima. "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto. "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu. b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan. Contohnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta. 15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. Contohnya: Sudahkah Anda tahu? Siapa nama Anda? Surat Anda telah kami terima dengan baik. 16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.

11. TANDA BACA Tanda Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang. Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.) Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A. Dia memerlukan meja, kursi, dsb. Dia mengatakan, "kaki saya sakit." 2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. a. III. Departemen Pendidikan Nasional A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini 2.... b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik 2. Patokan Khusus 2.1... 2.2... Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. 3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik) Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut. (1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam. pukul 9.00 pagi pukul 11.00 siang pukul 5.00 sore pukul 8.00 malam (2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam. pukul 00.45 pukul 07.30 pukul 11.00 pukul 17.00 pukul 22.00

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) 5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka. Catatan: Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan. 6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang. Catatan: (1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678. (2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945) Salah Asuhan (3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat. Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga Jalan Cikini 71 Jakarta Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif Rahmad 43 Palembang Adinda Jalan Diponegoro 82 Jakarta 21 April 2008 (4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut. Rp200.250,75 $ 50,000.50 8.750 m 8,750 m 7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.) B. Tanda Koma (,) 1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko. Satu, dua,... tiga! 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara

berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya. Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya. Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota. 3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Kalau ada undangan, saya akan datang. Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman. Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku. Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Saya akan datang kalau ada undangan. Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak. Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas. 4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri. Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.

Catatan: Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf. 5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. O, begitu? Wah, bukan main! Hati hati, ya, jalannya licin. Mas, kapan pulang? Mengapa kamu diam, Dik? Kue ini enak, Bu. 6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.) Kata Ibu, "Saya gembira sekali." "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian." 7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru. "Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya. 8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor

Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1960 Tokyo, Jepang. 9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung. Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa. Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 10. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25. Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12. Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4. 11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, S.H. Siti Aminah, S.E., M.M. Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).

12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. 12,5 m 27,3 kg Rp500,50 Rp750,00 Catatan: Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen. 13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.) Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih. Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara. Catatan: Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma. Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah. 14. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini. Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih. Bandingkan dengan: Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam

pengembangan kosakata. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara. C. Tanda Titik Koma (;) 1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara. Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya. Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku. 2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini: (1) berkewarganegaraan Indonesia; (2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya; (3) berbadan sehat; (4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung. Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk. Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi. D. Tanda Titik Dua (:) 1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian

atau pemerian. Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati. Catatan: Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan. 2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi b. Tempat : Ruang Sidang Nusantara Pembawa Acara : Bambang S. Hari, tanggal : Selasa, 28 Oktober 2008 Waktu : 09.00 10.30 3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu." Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik baik!" 4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.