*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN NILAI AMBANG DENGAR TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA KARANGETANG POPONTOLEN MINAHASA SELATAN

Gambaran Tingkat Ketulian pada Tenaga Kerja Ruang Mesin PLTA Sektor Minahasa Wilayah Suluttenggo Nadya R. M. Tak*, Poltje D.

GAMBARAN INTENSITAS KEBISINGAN DAN NILAI AMBANG DENGAR PEKERJA DI DISKOTIK CLOUD9, HOLLYWOOD, KOWLOON MANADO TAHUN 2015

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci : intensitas kebisingan, nilai ambang dengar, tenaga kerja bagian produksi

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

PERBANDINGAN NILAI AMBANG DENGAR ANTARA TENAGA KERJA DI BAGIAN PENGECATAN, PENGELASAN DAN BONGKAR PASANG MOBIL DI CV.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

STUDI HEARING LOSS TENAGA KERJA DAN MASYARAKAT DI WILAYAH BANDARA HASANUDDIN MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

TINGKAT KEBISINGAN DAN TAJAM DENGAR PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN MUSIK DISKOTIK DAN MASA KERJA DENGAN FUNGSI PENDENGARAN KARYAWAN DISKOTIK DI PONTIANAK TAHUN

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN :

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT PERTAMINA RU VII KASIM SORONG TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA TENAGA KERJA DI PT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Unnes Journal of Public Health

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

Hubungan kebisingan terhadap fungsi pendengaran pekerja mesin pembangkit listrik tenaga diesel di PLTD Suluttenggo kota Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

METODE PENELITIAN III.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA DI PLTD/G

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

Suryani., Mulyadi, A., Afandi, D 2015 : 9 (1)

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN UMUR DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN SAMUDERA BITUNG

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

ANALISIS DAMPAK INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN PENDENGARAN PETUGAS LAUNDRY

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN LAMA TINGGAL TERHADAP DERAJAT GANGGUAN PENDENGARAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN PLTD TELAGA KOTA GORONTALO

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

BAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih

NOISE-INDUCED HEARING LOSS PADA MUSISI GEREJA SATU JAM SAJA (GSJS) SURABAYA

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

* Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN INDEKS KESEGARAN KARDIOVASKULER PEGAWAI PEMADAM KEBAKARAN KOTA MANADO

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

KEJADIAN KURANG PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN MESIN KERETA API PADA PEMUKIM PINGGIR REL DI KELURAHAN GEBANG KABUPATEN JEMBER

ABSTRAK. tempat kerja sudah mencapai 85 db diatas 8 jam/hari. Alat pelindung pendengaran

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. tentu akan berdampak pada terjadinya berbagai masalah yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN I-1

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

PENGARUH BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN PADA KARYAWAN YANG BEKERJA DI TEMPAT MAINAN ANAK MANADO TOWN SQUARE

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DI JALAN RAYA DENGAN NILAI AMBANG DENGAR PADA MASYARAKAT PEMUKIMAN DI KELURAHAN TITIWUNGEN SELATAN KOTA MANADO

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU SMP NEGERI 1 AIRMADIDI Jimmy M. Paays*, Paul A.T. Kawatu*, Budi T.

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN BERDASARKAN VARIASI KEBISINGAN PADA PEKERJA PEMBUAT KOMPONEN-KOMPONEN TEKSTIL DI CV.AKBAR JAYA KIARACONDONG KOTA BANDUNG

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

PENGARUH PERUBAHAN KETINGGIAN TERHADAP NILAI AMBANG PENDENGARAN PADA PERJALANAN WISATA DARI GIANYAR MENUJU KINTAMANI

HUBUNGAN DURASI TERPAPAR BISING DENGAN KEJADIAN NOISE INDUCED HEARING LOSS PADA PEKERJA PABRIK SPEAKER X DI PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP WAKTU REAKSI KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) SEKTOR BARITO PLTD TRISAKTI BANJARMASIN

Hubungan Paparan Kebisingan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Industri Kerajinan Pandai Besi Di Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

PEMANTAUAN TINGKAT KEBISINGAN DAERAH KERJA UNTUK MENUNJANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PTLR-BATAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA

Hubungan Intensitas Kebisingan Dengan Gangguan Psikologis Pekerja Departemen Laundry Bagian Washing PT. X Semarang

Transkripsi:

GAMBARAN INTENSITAS KEBISINGAN DAN NILAI AMBANG DENGAR TENAGA KERJA RUANG SENTRAL PT PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO SEKTOR MINAHASA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL BITUNG Sheeren G. Ratunuman*, Paul A.T. Kawatu *, Johan Josephus * *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Penerapan teknologi maju didalam proses produksi sampai saat ini telah semakin intensif, sehingga efek samping yang berupa faktor fisik yang ditimbulkan juga semakin beraneka ragam. PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Sektor Minahasa Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Bitung merupakan pembangkit listrik di kota Bitung yang menggunakan tenaga diesel dengan alat/mesin yang menghasilkan intensitas kebisingan yang tinggi yang beresiko menyebabkan peningkatan nilai ambang dengar dari tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran intensitas kebisingan dan nilai ambang dengar tenaga kerja di ruang sentral PLTD Bitung. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi potong lintang dengan jumlah responden sebanyak 39 orang. Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Sektor Minahasa PLTD Bitung pada bulan Juni-Oktober 2014. Instrumen penelitian yaitu Sound Level Meter untuk intensitas kebisingan dan Audiometer untuk nilai ambang dengar. Hasil untuk intensitas kebisingan pada lokasi 1 sebesar 98 db, lokasi 2 sebesar 97 db, lokasi 3 sebesar 101 db, lokasi 4 sebesar 103 db dan lokasi 5 sebesar 104 db. Untuk nilai ambang dengar pada kategori 0-25 db (tingkat ketulian normal) sebesar 56,4% pada telinga kanan dan telinga kiri, ambang dengar 26-40 db (tingkat ketulian ringan) pada telinga kanan 41% dan pada telinga kiri 38,5%, dan ambang dengar 41-60 db (tingkat ketulian sedang) pada telinga kanan 2,6% dan pada telinga kiri 5,1%. Saran yaitu dilakukan pemeriksaan kesehatan saat seleksi masuk maupun secara berkala, peningkatan pengawasan terhadap penggunaan serta jenis alat pelindung diri yang digunakan, pengaturan kembali jam kerja untuk mengurangi paparan kebisingan dan pemberlakuan tanda peringatan. Kata kunci: Intensitas Kebisingan, Nilai Ambang Dengar, PLTD ABSTRACT The application of advanced technology in production process until this time is getting more intensive, so the side effects caused by such physical factors are also getting more diverse. PT. PLN (Persero) Suluttenggo Regional, Minahasa Sector, Diesel Power Generator (PLTD) Bitung is a power plant in Bitung City that uses diesel power with tools and machines that generate high noise intensity which risk to cause the raising of hearing threshold value from the labour. This research aims to determine the overview of noise intensity and hearing threshold value of labor in the central room of PLTD Bitung. This is a descriptive research using Cross Sectional Study approach with the number of respondents is 39 people. This research was conducted at PT. PLN (Persero) Suluttenggo Regional, Minahasa Sector, Diesel Power Generator (PLTD) Bitung from June to October 2014. The instrument was Sound Level Meter for noise intensity and Audiometer for hearing threshold value. The results obtained for noise intensity at location 1 is 98 db, location 2 is 97 db, location 3 is 101 db, location 4 is 103 db and location 5 is 104 db. For the hearing threshold value in category 0-25 db (normal deafness level) is 56,4% in the right ear and left ear, hearing threshold 26-40 db (mild deafness level) 41% in the right ear and 38,5% in the left ear, and the hearing threshold 41-60 db (moderate deafness level) 2,6 % in the right ear and 5,1% in the left ear. Suggestion is there should be a medical checkup in the entering selection (or regularly), increase the oversight towards the use and the type of personal protective equipments which are used, set back the work ours to reduce the noise exposure and apply the warning sign. Keyword: Noise Intensity, Hearing Threshold Value, PLTD

PENDAHULUAN Kemajuan teknologi, penggunaan bahan kimia, perubahan sikap dan perilaku, pengembangan sistem manajemen serta cara deteksi lingkungan kerja, berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, yang tercermin pada upaya pengenalan, penilaian, dan pengendalian aspek tersebut sebagai kegiatan perlindungan bagi tenaga kerja. Pendapat bahwa kejadian kecelakaan, timbulnya penyakit atau peristiwa bencana lain yang mungkin dialami oleh industri beserta pekerjanya, merupakan resiko yang harus dihadapi tanpa bisa dihindari, telah mulai banyak ditinggalkan. Sebaliknya kegiatan higiene perusahaan, ergonomi kesehatan, dan keselamatan kerja yang mengupayakan terciptanya tempat kerja aman, nyaman dan higienis serta tenaga kerja sehat, selamat dan produktif, semakin banyak dibutuhkan (Budiono, 2009). Penerapan teknologi maju didalam proses produksi sampai saat ini telah semakin intensif, sehingga efek samping yang berupa faktor fisik yang ditimbulkan juga semakin beraneka ragam. Efek samping proses produksi, dapat berakibat buruk pada pekerjaan dan lingkungan kerja sehingga pekerjaan dan lingkungan kerja tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan dan terhadap tenaga kerja dapat mengakibatkan gangguan kesehatan atau sakit. Penyakit akibat kerja dapat menyebabkan penurunan kemampuan fisik dan mental, cacat, dan bahkan kematian (Soeripto, 2008). Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di tempat kerja. Misalnya teriakan orang dan bunyi mesin diesel yang melebihi ambang pendengaran. Bunyi yang tidak kita inginkan/kehendaki inilah yang sering disebut bising atau kebisingan (Notoatmodjo, 2011). Kebisingan yang berlebihan dapat merusak kemampuan untuk mendengar (menjadi tuli). Akibat pemajanan terhadap bising, kebanyakan atau umumnya tidak dapat disembuhkan (tidak dapat diobati), sehingga menghindari kebisingan yang berlebihan adalah cara yang tepat untuk mencegah kerusakan pendengaran (ketulian) (Soeripto, 2008). PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Sektor Minahasa Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Bitung merupakan pembangkit listrik di kota Bitung yang menggunakan tenaga diesel dengan alat/mesin yang menghasilkan intensitas kebisingan yang tinggi yang berlokasi di ruang sentral. Berdasarkan observasi yang dilakukan, terdapat keluhan dari tenaga kerja tentang tingginya intensitas kebisingan yang dihasilkan dari alat/mesin yang digunakan. Hal tersebut berdampak pada tenaga kerja, salah satunya yaitu meningkatkan nilai ambang dengar pekerja khususnya yang berada di ruang sentral. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran intensitas kebisingan dan nilai ambang dengar tenaga kerja PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Sektor

Minahasa Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Bitung. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan rancangan Cross Sectional Study atau Studi Potong Lintang, untuk memberikan gambaran intensitas kebisingan dan nilai ambang dengar tenaga kerja PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Sektor Minahasa Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Bitung. Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Sektor Minahasa PLTD Bitung. Waktu penelitian yaitu pada bulan Juni- Oktober 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja yang bekerja di ruang sentral PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Sektor Minahasa PLTD Bitung yang berjumlah 42 tenaga kerja. Sampel dalam penelitian ini adalah total population atau seluruh populasi yang berjumlah 39 tenaga kerja yang memenuhi kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi subjek penelitian dan kriteria eksklusi yaitu tidak hadir saat dilakukan pengukuran. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Sound Level Meter untuk mengukur intensitas kebisingan, Audiometer untuk mengukur nilai ambang dengar dan kuesioner untuk mengetahui karakteristik tenaga kerja. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan (observasi), wawancara dan pengukuran intensitas kebisingan dan audiometri sedangkan data sekunder melalui profil gambaran umum PLTD Bitung. Data yang diperoleh baik hasil pengukuran maupun observasi dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum & Karakteristik Tenaga Kerja Penelitian ini dilakukan di PLTD Bitung dengan subjek penelitian berjumlah 39 orang yang merupakan tenaga kerja tetap di ruang sentral PLTD Bitung dengan jam kerja 8 jam/hari. Shift kerja dibagi dalam 4 regu yang terdiri dari 7 orang tenaga kerja untuk tiap regu dengan 3 shift kerja yaitu shift pagi (07.00-15.00 WITA), shift sore (15.00-22.00 WITA) dan shift malam (22.00-07.00 WITA). Pergantian shift kerja dilakukan setiap 1 kali dalam 2 hari. Total sampel dalam penelitian ini seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Umur tenaga kerja dibedakan dalam 6 kelompok umur yaitu 20-25 tahun, 26-31 tahun, 32-37 tahun, 38-43 tahun, 44-49 tahun dan 50-55 tahun dengan persentase terbesar ada pada kelompok umur 20-25 tahun sebesar 36% dan paling sedikit pada kelompok umur 50-55 tahun dengan persentase 5%. Tingkat pendidikan dari tenaga kerja yaitu SMA (35,9%), SMK (48.7%) dan D3 (15,4%) dengan status perkawinan yaitu 64,1% berstatus sudah kawin dan 35,9% belum

kawin. Untuk masa kerja dari tenaga kerja dibedakan menjadi 1-5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun, 16-20 tahun, 21-25 tahun, 26-30 tahun dan 31-35 tahun dimana masa kerja terpendek yaitu 1 tahun dan yang terpanjang yaitu 31 tahun dengan persentase paling besar pada masa kerja 1-5 tahun sebesar 41% dan paling sedikit pada masa kerja 16-20 dan 31-35 tahun sebesar 2,5%. 2. Intensitas Kebisingan Tabel 1. Distribusi Intensitas Kebisingan Lokasi Penelitian Intensitas Kebisingan (db) Kategori Lokasi 1 98 Bising Lokasi 2 97 Bising Lokasi 3 101 Bising Lokasi 4 103 Bising Lokasi 5 104 Bising PLTD Bitung merupakan industri yang menggunakan tenaga diesel sebagai pembangkit listrik dengan menggunakan mesin-mesin yang menghasilkan bunyi yang kuat (bising). Intensitas kebisingan yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya peningkatan nilai ambang dengar dan gangguan pendengaran. Menurut hasil pengukuran yang dilakukan di PLTD Bitung didapati rata-rata intensitas kebisingan terendah sebesar 97 db dan yang tertinggi sebesar 104 db. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa intensitas kebisingan di ruang sentral PLTD Bitung sudah tidak sesuai dengar standar NAB kebisingan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia di Tempat Kerja yaitu 85 db. Anizar (2009) menyatakan bahwa terpapar kebisingan yang berlebihan untuk sebuah jangka waktu panjang dapat merusak telinga bagian dalam sehingga kemampuan untuk mendengar suara berfrekuensi tinggi dan rendah menjadi hilang. Hal ini dibuktikan melalui penelitian dari Putra dkk (2008) yang menunjukkan bahwa intensitas kebisingan yang tinggi (>85 db) merupakan faktor risiko kejadian penurunan ambang dengar dimana responden yang terpapar bising tinggi (>85 db) berisiko 1,106 kali mengalami penurunan ambang dengar dibanding dengan yang terpapar bising rendah (<85 db.

3. Nilai Ambang Dengar Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Nilai Ambang Dengar Hasil Pengukuran Nilai Ambang Dengar (db) Telinga Kanan Telinga Kiri n % n % Kategori 0 25 22 56,4 22 56,4 Normal 26 40 16 41 15 38,5 Tuli Ringan 41 60 1 2,6 2 5,1 Tuli Sedang 61 90 0 0 0 0 Tuli Berat > 90 0 0 0 0 Tuli Sangat Berat Jumlah 39 100 39 100 Pengukuran nilai ambang dengar tenaga kerja dilakukan pada telinga kanan dan kiri pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, 6000 Hz dan 8000 Hz dengan menggunakan Audiometri. Hasil penelitian yang dilakukan untuk nilai ambang dengar tenaga kerja secara umum terdapat 16 orang tenaga kerja (41%) pada telinga kanan dan 15 orang tenaga kerja (38.5%) pada telinga kiri yang memiliki rentang pendengaran 26-40 db (ringan) sedangkan untuk rentang pendengaran 41-60 db (sedang) pada telinga kanan terdapat 1 orang (2,6%) dan pada telinga kiri terdapat 2 orang (5,1%) dari total sampel penelitian. 4. Penggunaan Alat Pelindung Diri Penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan pendengaran yang dapat ditimbulkan akibat paparan kebisingan yang tinggi selain melalui upaya pengendalian secara teknis, administratif dan medis. Alat pelindung diri dapat membantu untuk mengurangi intensitas kebisingan yang masuk ke telinga. Akan tetapi rendahnya kesadaran dari tenaga kerja akan pentingnya penggunaan alat pelindung diri serta kurangnya pengawasan dari instansi tempat tenaga kerja bekerja untuk melakukan pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung diri menyebabkan banyaknya tenaga kerja yang mengabaikan penggunaan APD saat bekerja di lingkungan yang bising. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, didapati bahwa terdapat tenaga kerja tidak menggunakan APD karena merasa tidak nyaman saat bekerja serta kondisi tubuh yang sudah terbiasa dengan keadaan lingkungan yang bising. Jenis APD yang paling banyak digunakan untuk melindungi telinga saat bekerja yaitu sumbat telinga (ear plug), akan tetapi peneliti juga mendapati ada tenaga kerja yang hanya menggunakan kapas untuk melindungi telinga. Hal ini tentu dapat memperbesar resiko terjadinya penurunan ambang pendengaran dari tenaga kerja dikarenakan

intensitas kebisingan di ruang sentral yang tinggi hingga mencapai 104 db. Penelitian yang dilakukan oleh Yadnya dkk (2008) yang menunjukkan bahwa ada hubungan pemakaian alat pelindung diri dengan tajam dengar dimana dari 21 orang yang selalu menggunakan alat pelindung telinga sebanyak 14 orang (66,7 %) pendengarannya normal dan 7 orang (33,3%) tidak normal, sementara itu dari 17 orang yang tidak menggunakan alat pelindung telinga, 1 orang (5,9%) normal dan 16 orang (94,1%) tidak normal. KESIMPULAN 1. Rata-rata intensitas kebisingan di ruang sentral PLTD Bitung untuk titik 1 yaitu sebesar 98 db, titik 2 sebesar 97 db, titik 3 sebesar 101 db, titik 4 sebesar 103 db dan titik 5 sebesar 104 db. 2. Persentase nilai ambang dengar tenaga kerja di ruang sentral PLTD Bitung untuk ambang dengar 0-25 db (tingkat ketulian normal) yaitu 56,4% pada telinga kanan dan telinga kiri, ambang dengar 26-40 db (tingkat ketulian ringan) pada telinga kanan 41% dan pada telinga kiri 38,5%, dan ambang dengar 41-60 db (tingkat ketulian sedang) pada telinga kanan 2,6% dan pada telinga kiri 5,1%. SARAN 1. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan awal pada saat seleksi masuk tenaga kerja serta pemeriksaan kesehatan berkala minimal 1 tahun sekali terhadap tenaga kerja yang beresiko. 2. Perlu dilakukan pengawasan dari pimpinan PLTD Bitung terhadap kepatuhan pemakaian alat pelindung telinga serta jenis alat pelindung telinga yang digunakan oleh tenaga kerja pada saat tenaga kerja akan melakukan pekerjaan. 3. Perlu dilakukan pengaturan terhadap jam kerja untuk mengurangi lamanya paparan bising setiap hari. 4. Perlu adanya rambu-rambu atau tanda-tanda peringatan pada area dengan intensitas kebisingan yang sudah melebihi nilai ambang batas. DAFTAR PUSTAKA Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Budiono, A. M. S., R. M. S. Jusuf, dan A. Pusparini. 2009. Bunga Rampai Hiperkes & KK. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Semarang. Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Edisi Revisi 2011. PT Rineka Cipta. Jakarta. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika Dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta. Putra, H. A., M. R. Rahim, dan L. M. Saleh. 2010. Faktor Risiko Kejadian Penurunan Ambang Dengar Pada Karyawan Bagian Proces Plant PT. Inco Soroako. Jurnal MKMI 6(2): 96-101. Soeripto, M. 2008. Higiene Industri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Yadnya, I W. P., N. A. Putra, dan I W. R. Aryanta. 2008. Tingkat Kebisingan Dan Tajam Dengar Petugas Ground Handling di Bandara Ngurah Rai Bali. Ecotrophic 4(2): 97 100