Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1"

Transkripsi

1 PENGUKURAN INTENSITAS TINGKAT KEBISINGAN BERDASARKAN STANDAR OSHA (Occupational Safety & Health Administration) PADA AREA MESIN RING FRAME (Studi Kasus Departemen Spinning PT. Kusumaputra Santosa-Solo) Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1 Staf dosen Teknik Industri UNS Surakarta 2 Mahasiswa Non Reguler Teknik Industri UNS Surakarta ABSTRAK Kebisingan merupakan permasalahan hampir di semua industri tekstil, sebelum melakukan eliminasi terjadinya kebisingan perlu sekali untuk memahami karakteristik sumber kebisingan, bagaimana kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin tekstil dan langkah yang efektif dan ekonomis untuk meredamnya. Padahal dampak yang ditimbulkan dan kebisingan resikonya tidak hanya berdampak jangka pendek saja, kurangnya prosedur tindakan keselamatan yang standar tidak hanya kerusakan pendengaran tetapi gangguan kesehatan yang lain yang berupa hipertensi, kelelahan, gangguan hati, dan efisiensi motorik. Intensitas kebisingan dan rambat suara yang diukur di lingkungan kerja operator pada area permesinan ring frame dengan standar OSHA29 CFR Sekarang ini, sudah selayaknya bahwa pekerja mendapat perlindungan keselamatan kerja yang sesuai dengan kondisi lingkungan kerja bukan hanya sekedar prosedur ketentuan memenuhi persyaratan belaka, akan tetapi sesuai dengan intensitas kejadian dilingkungan kerja dengan peralatan perlindungan yang mampu untuk melindungi pekerja sebagai operator dan mesin yang ditanganinya. Kata kunci: Intensitas kebisingan, rambat suara, tekanan suara. LATAR BELAKANG Pada industri tekstil banyak menggunakan peralatan yang membantu dan mempermudah pekerjaan. Masalah yang timbul akibat penggunaan peralatan industri adalah kebisingan di lingkungan kerja yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan pekerja. Frekuensi kebisingan yang terus-menerus dapat mengganggu pendengaran dan keseimbangan tubuh pekerja. Kebisingan yang dihasilkan oleh suara permesinan pada waktu proses dilaksanakan dapat mengganggu kenyamanan kerja atau bahkan dapat membahayakan kesehatan. Kebisingan berdampak terhadap fungsi pendengaran, yaitu dapat menyebabkan kerusakan fisik permanen untuk mendengar dan mungkin dapat menyebabkan hilangnya pendengaran (Harold W.Lord et all, hal. 34). Pemulihan pendengaran menjadi normal memerlukan waktu tergantung dari intensitas dan tekanan kebisingan yang diterima karyawan. Gangguan pendengaran dan keseimbangan juga dipengaruhi faktor usia lebih dan 40 tahun, masa kerja lebih dan sembilan tahun, jam kerja lebih dan delapan jam per hari, bekas perokok berat, serta kegemukan. Di industri tekstil sudah menjadi keharusan menggunakan peralatan keselamatan kerja yang sesuai dengan lingkungan kerja, misalnya di departemem spinning yaitu proses pemintalan dari kapas menjadi benang. Proses produksi di spinning dimulai dari proses pemisahan kapas hingga proses penggulungan. Suara bising yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan terutama di

2 area permesinan ring frame yang menghasilkan suara sangat keras. Hal ini tidak dapat dihindari oleh pekerja, tetapi untuk mengurangi dampak akibat terjadinya kebisingan diharuskan bagi pekerja untuk mempergunakan minimal tutup kuping. Timbul suatu kendala kembali bahwa peralatan perlindungan keselamatan kerja yang disediakan pabrik sering tidak memenuhi keperluan untuk mengatasi atas kejadian yang ada dilingkungan kerja. PT. Kusumaputra Santosa adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil untuk pembuatan benang. Dalam produksinya diperlukan pengoperasian berbagai jenis mesin. Mesin-mesin produksi yang dioperasikan terdiri dari mesin blowing, carding, drawing, combing, roving, ring frame, dan winding. Mesin-mesin ini apabila dijalankan akan menimbulkan intensitas kebisingan yang cukup tinggi terutama untuk mesin ring frame. Pada tingkat tekanan suara tertentu dengan waktu paparan yang lama, hal ini dapat membahayakan pekerja, sehingga menimbulkan akibat yang fatal yaitu timbulnya gangguan pendengaran bagi pekerja, baik tuli sementara maupun tuli permanen. Perumusan masalah dalam membahas mengenai kebisingan pada industri tekstil terhadap penggunaan peralatan pelindung telinga bagaimana melakukan pengukuran intensitas tingkat kebisingan yang terjadi pada industri berdasarkan standar OSHA29 (Occupational Safety & Health Administration) CFR di lingkungan kerja operator. Tujuan mengenai pengukuran intensitas kebisingan yang terjadi pada industri tekstil yaitu mengukur intensitas tingkat kebisingan dan rambat suara yang terjadi di lingkungan kerja operator pada area permesinan ring frame dengan standar OSHA29 CFR , dan memilih peralatan perlindungan keselamatan kerja bagi perlindungan telinga untuk mengeliminasi ambang kelebihan kebisingan dilingkungan kerja operator. Manfaat mengenai pengukuran intensitas kebisingan yang terjadi pada industri tekstil terhadap penggunaan peralatan pelindung telinga yaitu memperkecil dampak kebisingan bagi operator yang bekerja pada area permesinan ring frame dengan cara memilih peralatan keselamatan kerja yang sesuai, dan membiasakan pemakaian alat perlindungan keselamatan kerja bagi operator di lingkungan kerja. TINJAUAN KEBISINGAN Pengendalian Kebisingan di Tempat Kerja Sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak yang ditimbulkan. Menurut Pulat (1992), pemakaian sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar ± 30 db. Sedangkan tutup telinga dapat me-ngurangi kebisingan sedikit lebih besar db. Area permesinan ring frame PT. Kusumaputra Santosa Solo dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini. Gambar 1. Area Permesinan Ring Frame A-3-2

3 Melindungi Pendengaran Dari Kebisingan Manusia mengalami kehilangan atau penurunan sensitivitas pendengaran akibat dan kebisingan, jenis kehilangan pendengaran yang dapat terjadi yaitu: 1. Acoustic trauma, menunjukkan kerusakan organik pada pendengaran, merupakan kerusakan yang permanen, yang dapat disebabkan oleh tingkat bunyi yang sangat tinggi (umumnya di atas 40 dba). 2. Noise induced temporary threshold shift (NITTS), kehilangan sensitivitas pendengaran, tetapi sensitivitas pendengran ini dapat diperoleh kembali. 3. Noise induced permanent threshold shift (NIPTS), kehilangan sensivitas pendengaran yang tidak dapat kembali (permanen). OSHA membatasi tingkat kebisingan berdasarkan lamanya kebisingan diterima seperti terlihat pada Tabel 1 dan fraksi dosis kebisingan yang diperkenankan per hari tidak boleh lebih dan 90 db. Tabel 1. Pembatasan Waktu dan Tingkat Kebisingan yang Diterima *) Waktu (Jam/hari) Tingkat kebisingan (dba) Waktu (Jam/hari) Tingkat kebisingan (dba) < Sumber: *) Permissible Noise Presure menurut OSHA 29 CFR (Occupational Safety and Healt Administration), US Dept.of Labour Fraksi Dosis Kebisingan (D) Tingkat resiko kebisingan ditentukan oleh dua faktor, yaitu intensitas suara, yang dinyatakan dalam db dan durasi pemaparan kebisingan, dinyatakan dalam jam atau menit. Semakin besar tingkat tekanan suara, maka resiko semakin tinggi. Batas waktu pemaparan kebisingan yang diijinkan (permissible time) per hari digunakan untuk menghitung fraksi dosis kebisingan (noise dose). Permissible time ke rja pada titik-titik sampel dihitung menggunakan persamaan 1dibawah ini. 8 T ( L 90) / 3.. (pers. 1) 2 dengan: T : batas waktu pemaparan kebisingan yang diijinkan (permissible time) L : intensitas tingkat kebisingan Fraksi dosis kebisingan diperhitungkan apabila kebisingan yang diterima berfluktuasi, harga fraksi dosis kebisingan (D) dihitung menurut persamaan 2. A-3-3

4 dengan: D = C1/T1 + C2/T Cn/Tn...(pers. 2) D : fraksi dosis kebisingan yang diperkenankan perhari tidak boleh lebih dari 100% atau 1,0. C : waktu (lamanya) yang diterima tingkat kebisingan tertentu (jam) T : waktu pada tingkat kebisingan yang diperkenankan menurut OSHA Beberapa ketentuan lain yang diberikan OSHA yaitu lamanya waktu yang diterima pada tingkat kebisingan 90 dba tidak boleh lebih dan 8 jam/hari. Tidak diperkenankan bekerja pada tingkat kebisingan yang konstan 115 dba. Apabila kebisingan berfluktuasi, sound pressure level tertinggi tidak lebih dari 140 dba. Pembahasan pengukuran intensitas kebisingan pada industri tekstil berdasarkan standar OSHA29 CFR , metodologi pembahasan dijelaskan pada Gambar 2 ini. PEMBAHASAN Gambar 2. Metodologi Pembahasan Pengambilan ukuran area permesinan departemen spinning dimensi ukuran dilakukan untuk mengetahui layout dan karakteristik dari ruangan dan penyebaran rambat suara yang akan dijadikan perhitungan tingkat kekuatan suara. Pada ukuran area permesinan spinning dapat dilihat pada Tabel 2. A-3-4

5 Tabel 2. Ukuran Area Permesinan Departemen Spinning No Nama Mesin Ukuran (m) panjang lebar tinggi 1 Blowing Carding Drowing Roving Combing Ring frame Winding Intensitas kebisingan area permesinan spinning dibuat rata-rata dari tiap interval waktu yang dapat dilihat pada Tabel 3 yang menggambarkan perbedaan seberapa besar intensitas yang terjadi pada area permesinan ring frame pada titik-titik pengukuran yang telah ditentukan. Intensitas kebisingan tersebut juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan alat perlindungan perdengaran (earmuffs dan earplugs) untuk operator yang bekerja dilingkungan tersebut. Tabel 3. Rata-rata Intensitas Kebisingan Area Permesinan Ring Frame Hasil Pengukuran (db) Jarak No Interval Waktu Pengukuran Pengukuran Rata-rata 1 0 m m m m m m m m m m m Sedangkan grafik rata-rata intensitas dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. Gambar 3. Rata-rata Tingkat Intensitas Kebisingan Pada Gambar 3 di atas rata-rata intensitas tingkat kebisingan di area permesinan ring frame dengan pengambilan pengukuran pada jarak 0 m sampai 5 m sebanyak 4 kali pengambilan setiap interval waktu 2 jam dalam jangka waktu 8 jam. A-3-5

6 Analisis Intensitas Kebisingan Pengukuran kebisingan untuk mengetahui yang terjadi pada area permesinan ring frame, pemetaan rambat suara, dan pemilihan peralatan perlindungan keselamatan kerja (earmuffs dan earplugs) bagi operator, diuraikan sebagai berikut: a. Pemetaan rambat suara Analisis pada pemetaan rambat suara menggambarkan rambat suara yang terjadi pada area permesinan ring frame departemen spinning. Hasil pemetaan rambat suara area permesinan ring frame departemen spinning dapat dilihat pada Gambar 4 ini. Gambar 4. Rambat Suara pada Departemen Spinning Area mesin ring frame yang terdiri dari 69 mesin ring frame, dimensi ruangan dengan panjang 64 m lebar 47.6 m dan tinggi 4 meter, mempunyai intensitas kebisingan rata-rata sebesar 90 dba untuk semua area mesin ring frame. Daerah antara area permesinan ring frame dengan roving (3 m) mempunyai intensitas tingkat kebisingan sebesar rata-rata 88 dba. Sedangkan daerah antara area permesinan ring frame dengan winding (3 m) mempunyai intensitas tingkat kebisingan sebesar rata-rata 91 dba. b. Batas waktu kebisingan Analisis batas waktu pemaparan kebisingan untuk mengetahui berapa waktu pemaparan yang diperbolehkan sesuai dengan standar OSHA pada area permesinan ring frame. Pada Tabel 4 merupakan batas waktu pemaparan kebisingan yang diterima operator untuk waktu 8 jam kerja per hari berdasarkan ketetapan OSHA. Tabel 4. Batas Waktu Pemaparan Kebisingan yang Diijinkan Gambar 5. Waktu Pemaparan Kebisingan A-3-6

7 Pada Gambar 5 di atas menggambarkan grafik batas waktu pemaparan kebisingan yang diijinkan (permissible time). Pemaparan waktu min imal 8 jam untuk tingkat kebisingan di atas 90 db. Besarnya batas pemaparan kebisingan tergantung pada besarnya intensitas tingkat kebisingan yang terjadi. Semakin besar intensitas tingkat kebisingan yang terjadi, maka semakin sedikit batas waktu pemaparannya. Hal ini dapat dimaksudkan untuk menjaga keselamatan kerja terhadap alat pendengaran sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk 8 jam kerja bagi operator. Pada batas waktu pemaparan terdapat 7 titik yang melebihi ambang batas yaitu tingkat kebisingan yang terjadi pada pengukuran jarak 0 m dengan waktu pemaparan 6.57 jam, 6.06 jam, 6.50 jam, dan 6.73 jam. Pengukuran jarak 0.5 m pada interval waktu dan interval waktu dengan waktu pemaparan sebesar 7.91 jam. Pengukuran jarak 1 m pada interval waktu diperoleh waktu pemaparan sebesar 7.91 pada area permesinan ring frame. Hal itu disebabkan karena pada titik tersebut mempunyai kebisingan di atas 90 dba; sehingga batas waktu pemaparannya harus lebih rendah dari yang ditetapkan OSHA, dimana untuk kebisingan sampai dengan 90 db batas waktu pemaparannya maksimal adalah 8 jam kerja. c. Fraksi dosis kebisingan Fraksi dosis kebisingan menggabungkan antara tingkat tekanan suara dan durasi pemaparannya. Jika D < 1, maka pekerja dianggap aman bila melakukan aktivitas di tempat tersebut 8 jam kerja. Sedangkan jika D > 1, tingkat kebisingan yang ada di tempat tersebut memberikan dampak buruk bagi pekerja. Pada Tabel 5 hasil perhitungan fraksi dosis kebisingan (noise dose) yang diterima operator selama kerja 8 jam per hari. Tabel 5. Fraksi Dosis Kebisingan (Noise Dose) Gambar 6. Noise Dose Analisis fraksi dosis kebisingan (noise dose) dapat dilihat pada Gambar 6 yang dihitung rata-rata tiap jarak pengukurannya, sehingga diperoleh 11 fraksi dosis kebisingan (noise dose), dimana untuk jarak pengukuran 0 m, 0.5 m dan jarak 1 m dari area permesinan ring frame dengan hasil perhitungan noise dose menunjukkan angka 1.33, 1.17 dan Hal ini berarti area permesinan spinning pada jarak 0 m, 0.5 m dan 1 m beresiko terhadap keselamatan pendengaran operator, dikarena melebihi batas aman yaitu 1.0. untuk jarak 0.5 m dan 1 m lebih dari 1.0. Hal tersebut disebabkan karena pada titik-titik pengukuran tersebut nilai intensitas tingkat kebisingan melebihi ambang batas ketetapan 90 dba. Jarak 1.5 m sampai 5 m mempunyai nilai perhitungan noise dose sebesar 1.0 berarti tidak beresiko karena tidak melebihi ambang batas ketetapan. A-3-7

8 Analisis Alat Perlindungan Pendengaran Analisis pemilihan jenis alat pelindung telinga (earmuffs dan earplugs) sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan alat pelindung telinga bagi operator. Selain pemilihan alat yang tepat, perlu diingat juga bahwa untuk mengurangi kebisingan secara efektif harus mengacu pada pemaparan waktu kebisingan yang telah distandarkan. Hasil perhitungan pemilihan alat (earmuffs dan earplugs) dapat dilihat pada Table 6 ini. Tabel 6. Perhitungan Pemilihan Earmuffs dan Earplugs No Pengukuran Jarak Pengukuran Rata-rata intensitas kebisingan(dba) Batas kebisingan (dba) Reduksi kebisingan (dba) Level 1 0 m m m m m m m m m m m Jarak pengukuran (m) Rata-rata intensitas kebisingan (dba) Gambar 7. Intensitas Kebisingan terhadap Jarak Pengukuran Hasil perhitungan tersebut merupakan besarnya reduksi yang diperlukan untuk tiap-tiap titik pengukuran pada area permesinan ring frame yang diterima operator untuk waktu kerja 8 jam perhari berdasarkan ketetapan OSHA. Pada Gambar 7 bahwa semua titik-titik pengukuran berada pada level 1, jarak pengukuran 0.5 m tidak membutuhkan reduksi intensitas tingkat kebisingan (0.00 db) karena titik tersebut 90 db. Titik pengukuran jarak 1 m sampai dengan 5 m dari area permesinan ring frame juga tidak memerlikan reduksi, tetapi ke-sepuluh titik pengukuran di atas berada pada daerah yang sangat dekat ( limit) dari ambang batas ketetapan sehingga resiko untuk terkena dampak dari pemaparan kebisingan selama kerja tetap ada. KESIMPULAN Pengukuran tingkat kebisingan di area permesinan ring frame, pengukuran awal pada titik 0 m atau area operasi mesin ring frame sebesar dba, intensitas tingkat kebisingan rata-rata berkurang sekitar 0.2 dba setiap jarak 0.5 m dari area permesinan ring frame. Pemilihan alat perlindungan telinga bagi operator yang bekerja pada lingkungan area permesinan ring frame yang dimulai pada titik pengukuran 0 m sampai 5 m, dapat dipilih earmuffs dan earplugs pada level 1 antara lain EP-EAR 600, EMM 71, EAR 4001,2,3 &4, EMLU 60, , dan Dalam upaya memperkecil dampak kebisingan bagi operator yang bekerja pada area permesinan ring frame dapat dilakukan manajemen sikap kerja yaitu 5 S dengan melakukan pembiasaan (shitsuke) terhadap pemakaian alat pelindung telinga. A-3-8

9 DAFTAR PUSTAKA Bell, Lewis H, 1994, Industrial Noise Control: fundamental and applications, Marcel Dekker, New York. Doelle, Leslie L, 1990, Akustik Lingkungan, diterjemahkan oleh Lea Prasetio cetakan ke-3, Erlangga, Jakarta. Evensen, Harold A.,Gatley, William S., and Lord, Harold W, 1980, Noise Control For Engineers, McGraw-Hill Book Company, New York. Austical Solution, OSHA Hearing Regulation, 2000, web page: solution.com, IT publication. A-3-9

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian Dalam pembangunan di Indonesia, industri akan terus berkembang sampai tingkat industri maju. Seperti diketahui bahwa hampir semua jenis industri mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan apapun yang kita lakukan pasti memiliki potensi risiko (Suardi, 2007). Orang yang bekerja juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pabrik speaker (pengeras suara) menggunakan mesin yang menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat membuat pekerja disekitar mesin produksi

Lebih terperinci

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat Sekarang ini pembangunan di kota Solo sangat pesat antara lain banyak hotel, mall dan gedung bertingkat yang didirikan di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahap yang harus dibuat sebelum melakukan penelitian, karena pada bab ini akan membahas dan menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebisingan adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian tersebut

Lebih terperinci

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Oleh : Dody Indra Wisnu PENDAHULUAN Kemajuan teknologi di sektor industri, telah berhasil menciptakan berbagai macam produk mesin yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja dimana pekerja melakukan pekerjaannya sehari hari, Kondisi lingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja, dimana ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan makin meningkatnya perkembangan industri di indonesia, kemajuan dari industri tersebut antara lain ditandai pemakaian mesin-mesin yang dapat mengolah dan memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan suatu aktivitas baik di rumah, di jalan maupun di tempat kerja. Apabila potensi bahaya tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Produktivitas manusia sangat ditunjang oleh fungsi pendengaran. Apabila pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident Compensation

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Kurios Utama adalah perusahaan yang bergerak pada bidang tekstil. Perusahaan berkembang dengan pesat, sehingga mampu mengembangkan usahanya dengan cara memproduksi benang untuk digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan industrialisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang menggunakan teknologi tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi energi listrik setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan laporan proyeksi kebutuhan listrik PLN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki AFTA, WTO dan menghadapi era globalisasi seperti saat ini, pemerintah telah mempunyai kebijakan pembangunan industri nasional yang tertuang dalam Perpres No.28

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan pendengaran merupakan masalah utama pada pekerja-pekerja yang bekerja di tempat yang terpapar bising, misalnya pekerja di kawasan industri antara lain pertambangan,

Lebih terperinci

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA Nurul Fajaria Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan di bidang industri. Penerapan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi menurut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap tempat kerja termasuk di sektor informal. Untuk itu, perlu dikembangkan dan ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bising merupakan faktor fisik lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory seperti stress

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS () DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU 1 2 3 Nisa Amalia, Idjeriah Rossa, Rochmawati CORRELATION OF NOISE EXPOSURE AND NOISE INDUCED

Lebih terperinci

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) 138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia semakin meningkat. Peralatan permesinan juga semakin canggih. Penggunaan yang semakin canggih akan memberikan keuntungan bagi

Lebih terperinci

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014 PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014 Isramilda Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring kemajuan zaman, kebutuhan manusia semakin banyak dan untuk memenuhi semua itu orang-orang berupaya menyediakan pemenuh kebutuhan dengan melakukan proses

Lebih terperinci

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16 Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16 Adanya Ancaman zat zat dan kondisi lingkungan yang berbahaya perlu mendapatkan perhatian khusus untuk melindungi dan mencegah pekerja dari dampak buruk yang dapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT... ABSTRAK... PENGESAHAN SKRIPSI... PERNYATAAN PERSETUJUAN... RIWAYAT HIDUP...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT... ABSTRAK... PENGESAHAN SKRIPSI... PERNYATAAN PERSETUJUAN... RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI hlm. HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT... ABSTRAK... PENGESAHAN SKRIPSI... PERNYATAAN PERSETUJUAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai bidang mengakibatkan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT UNTUK MEREDUKSI PAPARAN BISING TERHADAP OPERATOR DI PT. KHARISMA CAKRANUSA RUBBER INDUSTRY

ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT UNTUK MEREDUKSI PAPARAN BISING TERHADAP OPERATOR DI PT. KHARISMA CAKRANUSA RUBBER INDUSTRY ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT UNTUK MEREDUKSI PAPARAN BISING TERHADAP OPERATOR DI PT. KHARISMA CAKRANUSA RUBBER INDUSTRY TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, tantangan dan potensi bahaya yang dihadapi semakin banyak dan beragam termasuk bahaya yang timbul akibat buatan manusia

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan kesehatan kerja adalah berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih serasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemar fisik yang sering ditemukan adalah kebisingan. Kebisingan pada lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin industri dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel Kebisingan dan pencahayaan merupakan aspek-aspek penting yang mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam bekerja. Sehingga ketika aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Salah satu diantaranya adalah lingkungan kerja yang bebas dari kebisingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa memenuhi permintaan sandang yang semakin meningkat tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. bisa memenuhi permintaan sandang yang semakin meningkat tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak bisa dipungkiri lagi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan akan sandang kian hari juga terus meningkat, sehingga pabrik-pabrik industri tekstil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN KERETA API PRAMBANAN EKSPRESS. Muhammad Fayyadl M Jurusan Fisika FMIPA UNS INTISARI

ANALISIS KEBISINGAN KERETA API PRAMBANAN EKSPRESS. Muhammad Fayyadl M Jurusan Fisika FMIPA UNS INTISARI ANALISIS KEBISINGAN KERETA API PRAMBANAN EKSPRESS Muhammad Fayyadl M 7 Jurusan Fisika FMIPA UNS INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di kabin penumpang dan kabin masinis,

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara

Lebih terperinci

GAMBARAN KEBISINGAN DAN GANGGUAN FUNGSI PENDENGARAN TENAGA KERJA DI AREA PRESSING PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II BEKASI JAWA BARAT

GAMBARAN KEBISINGAN DAN GANGGUAN FUNGSI PENDENGARAN TENAGA KERJA DI AREA PRESSING PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II BEKASI JAWA BARAT GAMBARAN KEBISINGAN DAN GANGGUAN FUNGSI PENDENGARAN TENAGA KERJA DI AREA PRESSING PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II BEKASI JAWA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesin memiliki kebisingan dengan suara berkekuatan tinggi. Dampak negatif yang ditimbulkannya adalah kebisingan yang berbahaya bagi karyawan. Kondisi ini dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana, MS dan Sri Sumiyati, ST, MSi. **)

Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana, MS dan Sri Sumiyati, ST, MSi. **) PENGARUH KEBISINGAN DI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PEKERJA DI AREA RING FRAME UNIT SPINNING 5 PT. APAC INTI CORPORA BAWEN KABUPATEN SEMARANG Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana,

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN LAMA PAPARAN DENGAN PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA TERPAPAR KEBISINGAN IMPULSIF BERULANG DI SENTRA INDUSTRI PANDE BESI DESA PADAS KARANGANOM KABUPATEN KLATEN Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri textile merupakan industri yang sebagian proses produksinya menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, misalnya seperti mesin winding, warping, zising, riching,

Lebih terperinci

PROGRAM PERLINDUNGAN PENDENGARAN PEKERJA TERHADAP KEBISINGAN

PROGRAM PERLINDUNGAN PENDENGARAN PEKERJA TERHADAP KEBISINGAN PROGRAM PERLINDUNGAN PENDENGARAN PEKERJA TERHADAP KEBISINGAN HALINDA SARI LUBIS Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Bising

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG Melati Ferianita Fachrul, Sintorini Moerdjoko, Lova Verogetta Jurusan Teknik Lingkungan, FALTL,

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi (Studi Kasus: PT. Industri Kemasan Semen Gresik, Tuban Jawa Timur) Rochana Fathona

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV Nidya Yutie Pramesti *, Retno Wulan Damayanti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

Decky Susanto, Yulinah Trihadiningrum, Sritomo Wignjosoebroto Mahasiswa MMT-ITS, Jurusan Manajemen Industri

Decky Susanto, Yulinah Trihadiningrum, Sritomo Wignjosoebroto Mahasiswa MMT-ITS, Jurusan Manajemen Industri STRATEGI PENGENDALIAN KEBISINGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO PENDENGARAN DENGAN METODE EX POST FACTO DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI POWER PLANT PT. TJIWI KIMIA Decky Susanto, Yulinah Trihadiningrum, Sritomo

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA Urai Yuniarsih, Sunarsieh dan Salbiah Jurusan Kesehatan lingkungan Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.2 ANALISIS PENGUKURAN DENGAN PARAMETER GAIN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.2 ANALISIS PENGUKURAN DENGAN PARAMETER GAIN 24 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil percobaan berdasarkan perencanaan dari sistem yang telah dibuat dengan referensi yang ada. Dalam percobaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendengaran berperan penting dalam komunikasi, perkembangan bahasa dan belajar. Penurunan pendengaran dalam derajat yang ringanpun dapat mempunyai efek negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan bagian spesifik dari kesehatan umum, lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya

Lebih terperinci

SIDANG PROPOSAL TUGAS AKHIR

SIDANG PROPOSAL TUGAS AKHIR SIDANG PROPOSAL TUGAS AKHIR JUDUL : RISK AND HAZARD ANALYSIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA (FAILURE MODES AND EFFECT ANALYSIS) DAN JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) PADA MESIN PRODUKSI DI DEPARTEMEN SPINNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana program tersebut tercakup dalam kegiatan Kesehatan Kerja dan Higiene

BAB I PENDAHULUAN. mana program tersebut tercakup dalam kegiatan Kesehatan Kerja dan Higiene BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang industri dan manufacture merupakan bidang yang banyak memberikan kesempatan kerja kepada rakyat. Namun bukan rahasia lagi bahwa semakin tinggi teknologi yang

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI KEGIATAN MAGANG

II. DESKRIPSI KEGIATAN MAGANG II. DESKRIPSI KEGIATAN MAGANG A. DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT TMMIN. Kegiatan magang ini dimulai tanggal 1 April sampai dengan 30 Juni 2009. Waktu pelaksanaanya disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling utama dalam kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan

BAB I PENDAHULUAN. paling utama dalam kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu lingkungan kerja, manusia mempunyai peranan yang paling utama dalam kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan perancang suatu sistem kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin 1 BAB I PENDAHULUAN Teknologi dalam industri diterapkan untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil kerja. Mesin-mesin dalam industri merupakan terapan dari teknologi canggih yang biasa digunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS

PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS Indah Budiar Pratiwi 6506040013 Pembimbing 1. Emie Santoso ST, MT 2. Joko Endrasmono ST, MT Abstrak PT. X merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang mengakibatkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik. Berbagai sumber berbahaya di tempat

Lebih terperinci

PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH

PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH Ajeng Putri Mayangsari Pembimbing I : Andi Rahmadiansah,

Lebih terperinci

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH 6505 040 048 ABSTRAK Pada PT BOC Gases ini terdapat beberapa sumber kebisingan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan industri di indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sebagian besar waktu usia produktif akan dilewatkan di tempat kerja. Hal ini

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN LAMA KERJA DENGAN NILAI AMBANG DENGAR PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT TROPICA COCOPRIMA DESA LELEMA KABUPATEN MINAHASA SELATAN Brenda Natalia Rauan*, Grace

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang mekanis logitudinal yang merambat. Bunyi dihasilkan melalui benda atau zat yang bergetar seperti, bunyi mesin kereta api. Bunyi tersebut berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menilai risiko kesehatan paparan bising pada pekerja di PT X yang terpapar dan tidak terpapar kebisingan. III.1. Kerangka Kerja

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN Ratih Dwilestari Pembimbing I : Ir. Tutug Dhanardono, MT. Pembimbing II : Ir. Heri Joestiono Jurusan Teknik Fisika Fakultas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Kegiatan penelitian dilakukan selama 6 bulan, di mulai pada bulan Maret 2012 sampai September 2012 di Laboratorium Leuwikopo, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menciptakan persaingan dan kompetisi dalam sebuah pekerjaan. Indonesia sebagai negara berkembang dalam menghadapi globalisasi telah meningkatkan kemajuan

Lebih terperinci

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1 GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri permobilan terus meningkat. Peralatan industri seperti knalpot sepeda motor, peniup / penghembus, kipas angin, dan trafo menyebabkan

Lebih terperinci

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT Yunasril 1, Heri Prabowo 2 Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang email: inoes83@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran para

Lebih terperinci

PENULIS : Decky Susanto, ST Mahasiswa MMT-ITS, Jurusan Manajemen Industri

PENULIS : Decky Susanto, ST Mahasiswa MMT-ITS, Jurusan Manajemen Industri STRATEGI PENGENDALIAN KEBISINGAN UNTUK MENGURANGI RESIKO PENDENGARAN DENGAN METODE EX POST FACTO DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI POWER PLANT PT. TJIWI KIMIA PENULIS : Decky Susanto, ST Mahasiswa MMT-ITS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGELOLAAN TINGKAT KEBISINGAN UNTUK MENGURANGI DOSIS PAPARAN KEBISINGAN PADA UNIT PRODUKSI GUARD SHOP DI PERUSAHAAN ELEKTRONIK JAKARTA

RANCANGAN PENGELOLAAN TINGKAT KEBISINGAN UNTUK MENGURANGI DOSIS PAPARAN KEBISINGAN PADA UNIT PRODUKSI GUARD SHOP DI PERUSAHAAN ELEKTRONIK JAKARTA RANCANGAN PENGELOLAAN TINGKAT KEBISINGAN UNTUK MENGURANGI DOSIS PAPARAN KEBISINGAN PADA UNIT PRODUKSI GUARD SHOP DI PERUSAHAAN ELEKTRONIK JAKARTA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN Raissa Caecilia 1, Monica Papricilia 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya perubahan proses produksi. Sebelum kemajuan teknologi, pekerjaan di bidang industri hanya menggunakan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebisingan menurutpermenakertrans No. 13 Tahun 2011Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika yaitu Intensitas bising adalah Suara yang tidak diinginkan akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin terpenting dalam pembangunan

Lebih terperinci