BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan penentu masa depan suatu negara, maka anak yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana di nyatakan dalam UU

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

P E N E T A P A N Nomor 0053/Pdt.P/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN PERKAWINAN BAGI ORANG YANG BERBEDA AGAMA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

SALINAN PENETAPAN Nomor ; 373/Pdt.P/2010/PA. Tse BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor: 152/Pdt.P/2013/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB VI PENUTUP. menolak permohonan dispensasi nikah yang diajukan ke Pengandilan Agama pada

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

PENETAPAN Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUBLIKASI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SITUBONDO. P E N E T A P A N Nomor 0156/Pdt.P/2015/PA.Sit B ISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 1 Tahun Tentang. Perkawinan

P E N E T A P A N Nomor 0124/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

P E N E T A P A N NOMOR : 0018/Pdt.P/ 2013/PA.Kbm BISMILAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENETAPAN PERKAWINAN BEDA AGAMA (Analisis Putusan No. 109/Pdt.P/2014/PN.SKA)

Salinan. P E N E T A P A N Nomor : 0023/Pdt.P/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUBLIKASI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SITUBONDO. P E N E T A P A N Nomor 0126/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

P E N E T A P A N Nomor 0143/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

I. PENDAHULUAN. terpenuhi, sehingga kadang-kadang terdapat suatu keluarga yang tidak

P E N E T A P A N Nomor XXXX/Pdt.P/2017/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SEMINAR SEHARI PRAKTIK PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM MASYARAKAT INDONESIA

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

P E N E T A P A N Nomor : 0007/Pdt.P/2012/PA.Dmk.

P E N E T A P A N. Nomor XXXX/Pdt.P/2016/PA.Ktbm. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Aspek Positif dan Negatif dalam Ketentuan Pemberian Dispensasi

BAB V PENUTUP. 1. Persamaan dan perbedaan putusan ijin poligami No. 0258/ Pdt. G/ 2011/ No. 0889/ Pdt. G/2011/ PA. Kds. ditinjau dari hukum

P E N E T A P A N. Salinan. Nomor : 0015/Pdt.P/2011/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

P E N E T A P A N Nomor: 3/Pdt.P/2011/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor: 046/Pdt.P/2011/PA.Dum

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

PENETAPAN Nomor : 02/Pdt. P/2011/PA. Pkc

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

P E N E T A P A N Nomor 0097/Pdt.P/2015/PA.Pas.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan zoon politicon atau makhluk sosial. Manusia tidak

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

P E N E T A P A N Nomor 0090/Pdt.P/2015/PA.Pas.

P E N E T A P A N. S a l i n a n. Nomor : 15/Pdt.P/2010/PA Dmk.

Salinan P E N E T A P A N Nomor:003/Pdt.P/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor 0067/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA : : : : :

BAB III TINJAUAN TENTANG PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DAN PELAKSANAANNYA DI KECAMATAN KALINYAMATAN

Salinan P E N E T A P A N Nomor: 0020/Pdt.P/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

PENETAPAN Nomor 0010/Pdt.P/2015/PA.Pkc

SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 002/Pdt.P/2012/PA.Skh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

P E N E T A P A N Nomor 127/Pdt.P/2010/PA Tse BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

SALINAN PENETAPAN. Nomor : XX/Pdt.P/2011/PA.Ktb BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus citacita

S a l i n a n P E N E T A P A N. Nomor : 0002/Pdt.P/2011/PA Dmk. BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor XXX/Pdt.P/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م

S a l i n a n P E N E T A P A N. Nomor : 16/Pdt.P/2010/PA Dmk. BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

S a l i n a n P E N E T A P A N. Nomor : 29/Pdt.P/2010/PA Dmk. BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor 09/Pdt.P/2013/PA.Blu BISMILLAHIRROHMANIROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor : 006/Pdt.P/2012/PA.DUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 21/Pdt.P/2012/PA. Skh. BISMILLAH HIRRAHMAAN NIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor /Pdt.P/2015/PA Sgr.

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

S a l I n a n P E N E T A P A N Nomor : 0013/Pdt.P/2010/PA.Dmk.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk yang tidak bisa tidak harus selalu hidup bersama-sama. bagaimanapun juga manusia tidak dapat hidup sendirian, serta saling

BAB I. berkomunikasi, bahkan ketika kita sendiripun, kita tetap melakukan. komunikasi. Sebagai sebuah aktivitas, komunikasi selalu dilakukan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB IV ANALISIS TENTANG MEKANISME DAN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI. A. Analisis Mekanisme Perkawinan Usia Dini di desa Kalilembu Kecamatan

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERTIMBANGAN HAKIM TENTANG PERKARA IZIN POLIGAMI BAGI PNS TANPA IZIN ATASAN DI PENGADILAN AGAMA GORONTALO DALAM PERSPEKTIF YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

بسم الله الرحمن الرحیم

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan penentu masa depan suatu negara, maka anak yang mempunyai masa depan yang baik mampu memajukan negara dengan baik pula. Menjamin masa depan anak membutuhkan pengaturan supaya hak dari anak tersebut terlindungi, seperti Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Adanya undang-undang ini, masih tidak dapat melindungi hak-hak anak, dapat dilihat dengan adanya kasus perkawinan anak dibawah umur. Contohnya pada penetapan nomor 0043/Pdt. P/2015/PA. Btl menjelaskan bahwa permohonan dispensasi kawin yang diajukan oleh pemohon yang bernama Suryanto Bin Ramto Utomo untuk menikahkan anaknya yang bernama Rendi Patria Bin Suryanto berumur 16 tahun 10 bulan dan calon istri anak pemohon bernama Indri Rahayu Binti Windardi berumur 17 tahun. Permohonan dispensasi kawin bukan karena Indri Rahayu Binti Windardi telah hamil diluar nikah dan ternyata calon istri anak pemohon tersebut masih dalam keadaan perawan, tetapi karena menjadi pembicaraan tetangga yang berada disekitar rumah pemohon sehingga pemohon merasa hal tersebut membuat malu keluarga. Pembicaraan tetangga

2 terjadi karena Rendi Patria Bin Suryanto mempunyai hubungan dekat/pacaran dengan Indri Rahayu Binti Windardi, dan hubungan mereka telah sedemikian eratnya sehingga Indri Rahayu Binti Windardi sering berkunjung bahkan telah tinggal bersama di rumah Suryanto Bin Ramto Utomo selama kurang lebih 2 bulan. Permohonan dispensasi kawin tersebut dikabulkan oleh Hakim yang memeriksa permohonan tersebut, padahal Rendi Patria Bin Suryanto masih berumur 16 tahun 10 bulan. Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun, maka dapat dilihat anak pemohon tidak memenuhi syarat umur dari pasal tersebut. Menurut Pasal 66 Undang-Undang Perkawinan menyatakan bahwa untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan atas Undang- Undang ini, maka dengan berlakunya Undang-Undang ini, ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Werboek), Ordinansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijk Ordanantie Christen Indonesia 1933 No. 74), Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op gemeng de Huwelijken s.1898 No.158), dan peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang-Undang ini, dinyatakan tidak berlaku. Pasal 66 Undang-Undang Perkawinan tersebut sudah menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada peraturan yang berlaku selain Undang-Undang Perkawinan kecuali ada hal yang belum diatur dalam Undang-Undang

3 Perkawinan, sehingga pengabulan dispensai kawin oleh hakim perlu dipertanyakan. Pengabulan dispensasi kawin untuk anak dibawah umur dapat mengakibatkan hal negatif dalam perkembangan anak. Dilihat dari segi psikologi, anak yang berumur 17 tahun lebih mudah emosional, ini disebabkan adanya perubahan fisik dan hormon. Anak akan merasa cepat sedih, marah dan kadang sulit dikendalikan. Pada masa transisi itu, anak-anak akan lebih mudah dikendalikan oleh perasaanya daripada oleh pikiran yang realistis. Menurut ahli psikologi, Mappiare, pada masa transisi ini anak akan bersikap kritis dan tidak mau mengalah atau menerima pendapat dan perintah dari orang lain. Anak mulai mempertanyakan banyak hal, terutama tentang suatu yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Perkembangan psikologi tersebut menentukan perkembangan mental, daya pikir dan kemampuannya dalam mengemukakan pendapat. 1 Dapat disimpulkan bahwa pada masa transisi tersebut, secara psikologis anak belum mampu untuk menjalankan perkawinan. Perkawinan dalam usia dini akan menyebabkan rentannya perceraian di masa mendatang dan perkembangan psikologis anak menjadi kurang baik, selain itu umur yang masih dikategorikan belum dewasa pasti sulit untuk menafkahi keluarga dan menyebabkan angka kemiskinan Negara meningkat. Seharusnya itu dapat 1 http://www.bimbingan.org/perkembangan-psikologi-anak-usia-17-tahun.htm, diakses tanggal 2 November 2015 pukul 08.44 WIB

4 menjadi pertimbangan hakim Pengadilan Agama dalam mengabulkan dispensasi kawin. Hal inilah yang menarik penulis untuk menulis penulisan hukum dengan judul Tinjauan Yuridis Perkawinan Anak Di Bawah Umur (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Nomor 0043/Pdt.P/2015/PA. Btl). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Mengapa hakim Pengadilan Agama Bantul mengabulkan dispensasi kawin yang diajukan oleh pemohon (Suryanto Bin Ranto Utomo) yang tercantum dalam Penetapan Pengadilan Agama Nomor 0043/Pdt.P/2015/PA. Btl? 2. Bagaimana akibat hukum dari perkawinan di bawah umur berdasarkan kondisi fisik anak pemohon dan calon istri anak pemohon tanpa adanya pengabulan dispensasi kawin menurut undang-undang yang berlaku? C. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Tujuan Obyektif

5 Tujuan objektif dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui alasan hakim Pengadilan Agama dalam mengabulkan dispensasi kawin yang diajukan oleh pemohon ditinjau dari studi kasus Penetapan Pengadilan Agama Nomor 0043/Pdt.P/2015/PA. Btl. b. Mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan terhadap perkawinan anak dibawah umur. 2. Tujuan Subyektif Penulisan Hukum ini bertujuan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. D. Keaslian Penelitian Hasil penelusuran kepustakaan yang dilakukan penulis pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, sepanjang pengetahuan penulis, penulisan hukum mengenai Tinjauan Yuridis Perkawinan Anak Di Bawah Umur (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Nomor 0043.Pdt. P/2015/PA. Btl) belum pernah diteliti dan ditulis oleh penulis sebelumnya. Jika terdapat kesamaan antara penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang sudah ada hanyalah terbatas pada obyek, namun tidak sampai mencakup permasalahan

6 yang sama pada obyek penelitian. Adapun penelitian hukum mengenai anak di bawah umur antara lain : Analisis Perkawinan di Bawah Umur Dalam Perspektif Hukum Perkawinan Nasional Dan Hukum Islam. 2 Dengan rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah status perkawinan dibawah umur dalam perspektif hukum perkawinan Nasional dan hukum Islam? b. Mengapa perkawinan di bawah umur masih sering terjadi dalam masyarakat Indonesia? Hasil penelitian sebagai berikut, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam Pasal 7 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun. Status perkawinan di bawah umur dalam perspektif Hukum Perkawinan Nasional adalah tidak sah, kecuali memperoleh dispensasi dari Pengadilan. Sedangkan statsus perkawinan di bawah umur dalam perspektif Hukum Islam adalah sah, manakala baliq dan berumur di atas 12 tahun. Perkawinan di bawah umur masih sering terjadi, karena adanya faktor ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan (pergaulan bebas). Faktor yang paling berpengaruh (dominan) adalah faktor lingkungan (pergaulan bebas). Perbedaan antara penulisan hukum tersebut 2 Andi Nurulqalbi Wungasumpullo,2006,Analisis Perkawinan Di Bawah Umur Dalam Perspektif Hukum Perkawinan Nasional dan Hukum Islam,Tesis,Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta

7 dengan penelitian yang akan dilakukan adalah dalam penulisan hukum tersebut membahas tentang status perkawinan anak dibawah umur dalam perspektif hukum perkawinan Nasional dan hukum Islam, dan gejala terjadinya perkawinan anak di bawah umur sedangkan penulis membahas tentang keabsahan dari perkawinan tersebut dalam perspektif hukum nasional dan alasan hakim menerima permohonan dispensasi kawin. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak, baik penulis, ilmu pengetahuan serta pembangunan dan masyarakat. 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan mengenai perkawinan anak dibawah umur, serta berkontribusi dalam pengembangan ilmu hukum. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan penulis dalam bidang keperdataan, khusunya terkait dengan hukum perkawinan di Indonesia. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pemerintah, khususnya kepada pemerintah Jawa Tengah

8 supaya lebih memperhatikan dalam memberikan perlindungan terhadap anak dibawah umur. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya yang berkaitan dengan perkawinan anak di bawah umur