LEADERSHIP OF CARLOS GHOSN AT NISSAN Oleh: Ariefka Sari Dewi, M.B.A. Nissan Automobile merupakan perusahaan manufaktur kendaraan (mobil) yang

dokumen-dokumen yang mirip
Kepemimpinan dan Budaya Perusahaan

BAB III. Gambaran Umum PT Lautan Teduh Interniaga. Yamaha di Lampung, dan penyalur resmi suku cadang Yamaha, juga

Materi Minggu 10. Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi

I. PENDAHULUAN. dan keberlangsungan hidup organisasi karena budaya terkait dengan nilai-nilai

Definisi Taufiqur Rachman 1

Bab I. Pendahuluan. Negara Jepang adalah negara yang maju dibidang teknologinya. Teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), industri

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB I PENDAHULUAN. langsung atau Foreign Direct Investment-FDI. Investasi yang dilakukan oleh

Tantangan Dasar Desain Organisasi

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

Bab 5. Simpulan. membentuk sebuah mesin yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

I. PENDAHULUAN. Turbulensi yang terjadi di lingkungan bisnis, semakin memperbesar tantangan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan menggunakan berbagai macam cara untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

Nama : Yohanna Enggasari. Pertanyaan :

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam suatu organisasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. di pasar domestik (nasional) maupun dipasar internasional atau global.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang berkualitas merupakan modal dasar bagi pembangunan

STRUKTUR ORGANISASI. deden08m.com 1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam menghadapi perkembangan. menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk bertahan hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI. Maya Dewi Savitri, MSi.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem

Desain Organisasi dan Strategi dalam Mengubah Lingkungan Global

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

Strategi Operasi untuk Barang & Jasa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERAN MANAJEMEN KINERJA DAN IMBALAN/KOMPENSASI DALAM RANGKA MENINGKATKAN DAN MENUMBUHKAN PERFORMANCE SUMBER DAYA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 4 September 2003 yang beralamat di JL. Raya R.C Veteran no

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas karena memiliki kualitas yang unggul dan mampu bersaing dengan China sebagai

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia otomotif beberapa dekade belakangan ini tumbuh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN. a. Pengertian dan Ruang Lingkup Audit Manajemen

Jenis dan Bentuk Perubahan Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam menjalankan operasional guna mencapai tujuan yang

Modul Manajemen Strategis 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

AUDIT MANAJEMEN-CB SOAL-SOAL UAS

MANAJEMEN OPERASIONAL

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI

Strategi Organisasi, Struktur Proyek, Budaya Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kolaborasi (Collaboration)

Pengertian Total Quality Management (TQM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta didirikan karena

ORIENTASI KONSEP PO YUDHA PRAKASA, S.AB, M.AB L/O/G/O

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai

PERTEMUAN 5 PENETAPAN TUJUAN ORGANISASI

STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL

LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Accounting Research (Riset Akuntansi) Materi E-Learning di Universitas Mercu Buana, Yogyakarta. Drajat Armono

ManajemenStrategi~ 2. Aleria Irma Hatneny, S.E., M.M.

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam organisasi, para manajer menghabiskan hampir 80 persen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Penerapan Total Quality Management (TQM) Dalam Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT SUPRAJAYA 2001

Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perusahaan industri yang selalu ingin survive dan berkembang.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pertama dan tertua di Indonesia. Goodyear Indonesia menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Contoh Perilaku dan Budaya Organisasi

LOGO TIP FTP - UB

SISTEM PENGEMBANGAN PRODUK BAGAIMANA MEMBUAT HOUSE OF QUALLITY

BAB I PENDAHULUAN. situasi persaingan khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang sejenis menjadi

9 ASPEK PENTING UNTUK MEMULAI BISNIS

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

LEADERSHIP OF CARLOS GHOSN AT NISSAN Oleh: Ariefka Sari Dewi, M.B.A. Nissan Automobile merupakan perusahaan manufaktur kendaraan (mobil) yang terletak di Jepang. Pada 1990, Nissan mengalami keberhasilannya melalui kompetisi pada kualitas, daya tahan produk dan efisiensi bahan bakar. Namun pada awal tahun 1999, Nissan mengalami kemunduran karena adanya krisis keuangan yang melanda Asia hingga pada akhirnya Renault sebuah perusahaan otomotif Prancis melakukan aliansi strategis dengan Nissan. Pada bulan Maret 1999, Carlos Ghosn seorang Vice President R&D Renault mengambil alih posisi sebagai Chief Operating Officer (COO) pada Nissan. Beberapa analis industri mengantisipasi adanya ketidaksesuaian gaya kepemimpinan budaya Prancis dengan budaya karyawan Jepang, selain itu Carlos Ghosn juga menghadapi perbedaan budaya antara Renault dan Nissan. Jepang memiliki budaya bahwa karyawan Jepang cenderung menghindari kesalahan untuk menjaga pertumbuhan karirnya. Hasilnya terlihat pada rapat informal dan koalisi antara karyawan dalam hal pengambilan keputusan. Selain itu pada budaya Jepang, umur, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja pada suatu organisasi merupakan faktor penting yang menentukan kesuksesan seseorang atau bagaimana karyawan meningkatkan jenjang karirnya. Jepang menerapkan prinsip budaya yang disebut dengan Nennkou-Jyoretu dimana menempatkan karyawan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman serta promosi secara umum didasarkan pada senioritas dan tingkat pendidikan. Budaya Jepang tersebut telah digunakan untuk merangsang peningkatan kualitas dan produktivitas. Norma budaya tersebut telah menghalangi atau menghambat Nissan dalam mengambil keputusan. Norma budaya tersebut menjadi penghambat bagi Nissan dalam pengambilan risiko dan lamban dalam membuat keputusan pada seluruh level organisasi. Secara rutin, seluruh karyawan yang ada menghabiskan waktu untuk bekerja namun tidak adanya sesuatu yang penting dalam mengambil tindakan baru sehingga hasil yang diinginkan tidak tercapai. Terkait dengan masalah tersebut, kesadaran karyawan meningkat bahwa Nissan tidak dapat berkinerja dengan baik karena budaya Jepang melindungi kemajuan karir daripada mengambil sebuah tanggung jawab. Misalkan manajer penjualan menyalahkan perencanaan produk, perencanaan produk menyalahkan teknisi, dan seterusnya. Ketika Carlos Ghosn datang ke Jepang untuk pertama kalinya, ia mempelajari bahwa pada dasarnya mayoritas karyawan mengetahui masalah yang ada pada Nissan, namun karyawan meyakini bahwa masing-masing departemen dapat bekerja secara optimal. Carlos Ghosn juga mempelajari

bahwa karyawan Nissan tidak memiliki perasaan kebangkrutan Nissan, karena adanya tradisi bisnis Jepang dimana seluruh karyawan akan selalu diberi tanggungan atau jaminan oleh pemerintah Jepang. Pandangan tersebut didasarkan pada hubungan kerjasama jangka panjang antara pemerintah dan perusahaan untuk memastikan penempatan karyawan dan ekspansi ekspor ke pasar global. Masalah kedua yang dihadapi oleh Carlos Ghosn adalah prosedur norma yang ada pada Nissan. Pertama, ketidakefektifan yang dialami oleh Nissan mulai dari pembuatan dan pengambilan keputusan hingga pengimplementasian serta tindakan lanjutan atas keputusan tersebut. Kedua, manajemen puncak mengembangkan visi atas fokus strategisnya untuk mendapatkan pangsa pasar. Ketiga, masalah komunikasi antara tiap-tiap bagian pada organisasi dimana karyawan tidak mendapatkan informasi penting mengenai keputusan bisnis perusahaan. Keempat, kurangnya kejelasan perusahaan mengenai orientasi pada laba. Kelima, perusahaan terlalu fokus pada pesaing sehingga kurangnya fokus pada konsumen. Keenam, tidak adanya penyampaian visi perusahaan atau rencana jangka panjang. Ketujuh, rendahnya pengertian atau perasaan mengenai pentingnya perusahaan atau masalah yang sedang dihadapi perusahaan. Kedelapan, kurangnya cross-functional, cross-border, serta cross-cultural. Berdasarkan beberapa masalah tersebut baik dari sisi budaya Jepang maupun budaya organisasi sendiri, Carlos Ghosn berpegang pada tiga prinsip dalam melakukan perubahan terhadap organisasi di Nissan, diantaranya: 1. Transparansi: sebuah organisasi dapat berjalan efektif apabila karyawan meyakini apa yang dipikirkan dan dikatakan oleh pemimpinnya. 2. Pelaksanaan: Carlos Ghosn menerapkan pelaksanaan strategi tersebut dengan proporsi 95%. Beberapa strategi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas, menekan biaya dan meningkatkan kepuasan pelanggan. 3. Komunikasi: dimaksudkan untuk menyampaikan visi dan misi pemimpin kepada karyawan (bawahan) serta untuk memperkuat atau mempersatukan komunikasi antar departemen. Dalam merealisasikan prinsip-prinsipnya tersebut, Carlos Ghosn melakukan beberapa tindakan seperti membentuk Cross-Functional Teams (CFT) yang terdiri dari 10 anggota pada berbagai divisi seperti pengembangan bisnis, pembelian, manufaktur, logistik, R&D, penjualan dan pemasaran, administrasi, keuangan dan struktur organisasi. Melalui CFT, Carlos Ghosn mengembangkan budaya baru dalam Nissan yang terdiri dari elemen-elemen terbaik budaya nasional Jepang. Masing-masing CFT terdiri dari beberapa sub-tim yang

terdiri dari 10 anggota dimana para anggota tersebut fokus pada isu-isu khusus seperti rekomendasi untuk peningkatan laba serta mengakpan berbagai peluang masa depan yang dihadapi oleh tim-tim besar. Kemudian isu-isu tersebut dilaporkan kepada supervisor, namun tidak diberi kewenangan dalam mengambil keputusan. Selain itu, Carlos Ghosn menjadi COO pertama yang terjun langsung ke lapangan untuk bertemu, berjabat tangan, berkenalan serta berdiskusi dengan setiap karyawan di Nissan, sehingga mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan. Dengan berbagai rekomendasi yang diperoleh dari CFT, Carlos Ghosn menerapkan dan mengkomunikasikan Nissan Revival Plan (NRP) yang berfokus pada pengembangan citra merek Nissan, investasi pada R&D, serta mengurangi biaya. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Carlos Ghosn cukup berani bertentangan dengan budaya Jepang yang cenderung untuk memperkerjakan karywan dalam waktu yang lama. Tindakan yang dilakukan yaitu menutup lima pabrik dan memberhentikan 21.000 pekerja (setara dengan 14% dari keseluruhan karyawan Nissan). Pemberhentian pekerja tersebut terjadi pada level manufaktur, mananajemen hingga dealer. Tindakan lain yang dilakukan oleh Carlos Ghosn adalah reorganisasi terhadap departemen cross-functional dan staf pada level atas. Pada staf level atas, Carlos Ghosn membentuk matriks organisasi untuk meningkatkan transparansi dan komunikasi. Dengan matriks tersbeut, masing-masing staf memiliki dua tanggungjawab yaitu fungsional (seperti pemasaran dan teknik) serta regional (seperti domestik dan Amerika Utara) sehingga masing-masing staf memiliki dua atasan. Hal tersebut bertujuan agar setiap staf memiliki kesadaran mengenai masalah-masalah fungsional dan regional yang terjadi pada Nissan. Carlos Ghosn juga menetapkan standar pertanggungjawaban pelaporan yang tinggi dimana pelaporan tersebut harus akurat 100%. Carlos Ghosn juga melakukan tindakan lain yang berbeda dengan budaya Jepang yaitu fokus pada kinerja karyawan dengan menerapkan sistem insentif berdasarkan pada kinerja karyawan. Insentif tersebut meliputi uang tunai dan stock options untuk pencapaian yang dilakukan karyawan terhadap peningkatan pendapatan dan laba perusahaan. Sebelumnya tradisi Jepang tidak menerapkan sistem kompensasi, dimana manajer pada umumnya tidak mendapatkan stock options atau bonus atas hasil kinerja mereka. Dibawah kepemimpinan Ghosn, sistem kompensasi didasarkan pada karyawan yang mendapatkan pencapaian tertinggi akan mendapatkan reward tertinggi pula. Selain itu, Carlos Ghosn menerapkan sistem promosi jabatan tidak berdasarkan pada batasan usia, tingkat pendidikan maupun lamanya pengalaman. Sehingga memungkinkan seorang pekerja pabrik dengan tingkat pendidikan diploma menjadi manajer pabrik karena kinerja dan kemampuan yang

dimilikinya. Bagi manajer yang kurang produktif dan tidak mencapai target yang telah ditetapkan, maka Carlos Ghosn dapat memberhentikannya. Carlos Ghosn mampu merubah sistem budaya tradisi Jepang yang telah lama melekat pada karyawan dan perusahaan menjadi budaya organisasi yang berbeda. Carlos Ghosn berorientasi pada pencapaian tujuan dengan peningkatan laba, penjualan dan pangsa pasar, orientasi dan tujuan tersebut dikomunikasikan dengan baik kepada karyawan agar setiap karyawan memiliki rasa untuk mengembangkan perusahaan. Dengan kata lain, agar karyawan memahami arah dari perusahaan sehingga karyawan termotivasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam mengambil suatu keputusan, Carlos Ghosn melibatkan para karyawan yang terbentuk dalam suatu tim untuk membuat rekomendasi bagi Carlos Ghosn meskipun karyawan tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan. Dengan kebijakan tersebut, karyawan merasa memiliki andil atau peranan penting bagi perusahaan. Sedangkan bekerja secara tim lintas fungsional dan regional, menjadikan karyawan memahami tugas-tugas yang dilakukan oleh departemen lain sehingga karyawan memiliki kepedulian terhadap karyawan lainnya. Carlos Ghosn juga memberikan reward kepada karyawan yang berkinerja baik serta memberikan punishment bagi manajer atau karyawan yang tidak dapat mencapai target. Carlos Ghosn juga memantau kinerja CFT dengan memberikan review laporan selama tiga bulan sekali serta memastikan kesesuaian kinerja CFT dengan isu-isu yang dihadapi dimana isu-isu tersebut merupakan tujuan atau sasaran yang harus diberikan solusinya. Melakukan perubahan dari tradisi Jepang menjadi tradisi yang berbeda dari sebelumnya merupakan hal yang sangat sulit. Meskipun beberapa analis industri meragukan gaya kepemimpinan Carlos Ghosn karena perbedaan budaya yang sangat mencolok, namun Carlos Ghosn dapat membuktikan kesuksesannya memimpin Nissan sehingga mengeluarkan Nissan dari krisis. Carlos Ghosn bukan merupakan warga Jepang, namun pengalaman multikultural yang dimilikinya dapat menyesuaikan dan menciptakan budaya baru dalam perusahaan. Carlos Ghosn dapat memadukan kerjasama tim yang menjadi ciri khas orang timur dengan individualistik khas orang barat. Tidak hanya itu, Carlos Ghosn mampu melakukan transisi dari dari tipikal tradisi Jepang birokratis (bergantung pada pemerintah) menjadi perusahaan yang proaktif dan fokus pada pasar global. Berikut ini merupakan sebelum dan sesudah perubahan budaya Nissan dibawah kepemimpinan Carlos Ghosn:

Tabel 1: Perubahan Budaya sebelum dan sesudah kepemimpinan Carlos Ghosn Keterangan Sebelum Sesudah Komitmen Bergantung pada kebijakan Tanggung jawab individu. pemerintah. Kejelasan Melibatkan hubungan komunikasi Hubungan linguistik, transparansi, Komunikasi antar karyawan secara vertikal. sistematis. Menghargai Mentalitas too big to fail. Semakin Budaya kerendahan hati dan Budaya Lain beragam budaya dapat menyebabkan kesederhanaan. kegagalan. Kejelasan Indentitas Keinginan untuk sama dengan Toyota Memiliki identitas perusahaan, produk yang menarik, desain produk unik/ Promosi Berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja (senioritas). Berdasarkan kinerja dan kemampuan yang dimiliki karyawan. Reward Tidak ada sistem kompensasi atau bonus. Bonus bagi karyawan dengan kinerja yang baik. REFERENSI Kreitner, Robert. Kinicki, Angelo. (2010). Organizational Behavior. Ninth Edition. McGraw Hill. Millkin, John. Fu, Dean. (2003). The Global Leadership of Carlos Ghosn at Nissan. Thunderbird School of International Management. Nakae, Koji. (2005). Cultural Change: A comparative Study of The Change Efforts of Douglas Macarthur and Carlos Ghosn in Japan. Master Thesis. Massachusetts Institute of Technlogy. Pertanyaan: 1. Gaya kepemimpinan apa yang sesuai dengan Carlos Ghosn? 2. Teori/Pendekatan apa yang sesuai dengan Carlos Ghosn? 3. Saran apa yang dapat Anda berikan terkait dengan kepemimpinan Carlos Ghosn?