PEMANFAATAN FILTRAT TAOGE UNTUK MEREDUKSI KADAR UREA IKAN CUCUT (Carcharinus sp)

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Reduksi Urea Pada Daging Ikan Pari (Trygon sephen) dengan Perendaman Dalam Ekstrak Tauge dan Asam Sitrat

BAB III METODE PENELITIAN

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

METODE. Materi. Rancangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu. 3.2 Bahan dan Alat. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan dan

Bab III Bahan dan Metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bahan ditimbang 0,1 g Dimasukkan dalam Labu Kjeldahl. Ditambahkan 5 ml HNO 3. Ditambahkan 3 ml HClO 4

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODE PENELITIAN

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

LAMPIRAN. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji, dkk., 2007)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

III. BAHAN DAN METODE

A B. 2. Penetapan kadar protein dengan metode Semi Mikro Kjeldahl (SNI ) Lampiran 1 Prosedur analisis kimia

PERLAKUAN PERENDAMAN DENGAN KONSENTRASI LARUTAN GARAM DAN ASAM ASETAT YANG BERBEDA UNTUK MEREDUKSI KADAR UREA IKAN CUCUT

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

Lampiran 1 Formulir organoleptik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

POTENSI BIJI KARET (HAVEA BRASILIENSIS) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SABUN CUCI TANGAN PENGHILANG BAU KARET

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Verly Dotulong 1 ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai Aplikasi Asap Cair dalam Pembuatan Fillet Belut

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PEMANFAATAN FILTRAT TAOGE UNTUK MEREDUKSI KADAR UREA IKAN CUCUT (Carcharinus sp) Anna C.Erungan 1, Winarti Zahiruddin 1 dan Diaseniari 2 Abstrak Ikan cucut merupakan ikan yang potensi produksinya cukup tinggi namun pemanfaatannya belum optimal. Terbatasnya pemanfaatan daging ikan cucut karena adanya sejumlah urea pada daging yang mudah terurai menjadi amoniak dan menimbulkan bau pesing, sehingga ikan ini kurang disukai konsumen. Pengurangan kadar urea pada daging dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan bahan alami, antara lain taoge yang didalamnya terdapat kandungan saponin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas filtrat taoge dalam mereduksi kadar urea ikan cucut. Perlakuan yang digunakan adalah perendaman potongan daging ikan cucut pada filtrat taoge 20 ml, 40 ml, 60 ml, 80 ml, dan 100 ml dengan waktu perendaman 1, 2 dan 3 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa filtrat taoge dapat digunakan untuk mereduksi kadar urea ikan cucut. Semakin tinggi volume perendam dan makin lama waktu perendaman kadar urea yang tereduksi semakin meningkat. Kata kunci: ikan cucut, saponin, taoge PENDAHULUAN Sebagai salah satu sumber protein, daging ikan cucut memiliki protein yang cukup tinggi. Kandungan protein yang terdapat pada ikan ini sekitar 20%. Kendala utama dalam pemanfaatan daging cucut adalah terdapatnya senyawa urea dalam daging, darah dan organ lainnya. Kandungan urea dalam daging cucut dapat mencapai 2,5% (Kreuzer dan Ahmed 1978). Kondisi ini dapat mempengaruhi rasa daging dan selama proses penurunan mutu akan terjadi penguraian sebagian urea menjadi amoniak yang berbau pesing. Agar dapat dikonsumsi sebagaimana layaknya daging ikan lainnya, maka kandungan urea harus dikurangi atau dihilangkan serta penguraian sisa urea dalam daging harus dicegah. Pengurangan kadar urea yang terdapat pada daging dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya menggunakan senyawa saponin yang terdapat pada beberapa bahan alami, antara lain taoge. Sayuran taoge, baik taoge kacang hijau, taoge kedelai, taoge alfalfa, maupun jenis taoge lainnya, mengandung banyak sekali senyawa fitokimiawi berkhasiat, salah satunya saponin. Ketika biji-bijian dan kacang-kacangan dikecambahkan, maka secara umum kadar saponinnya meningkat 450 % (Ens 2003). 1) 2) Staf pengajar pada Departemen Teknologi hasil Peairan Alumni Departemen Teknologi Hasil Perairan 35

Saponin adalah metabolit sekunder yang strukturnya termasuk golongan glikosida yang banyak terdapat dialam yang terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin. Gugus gula bersifat polar dan akan mengikat komponen yang juga polar sedangkan aglikon atau sapogenin bersifat non polar akan mengikat komponen non polar (Birk 1969 diacu dalam Muchtadi 1989). Beberapa sifat saponin diantaranya berbusa dalam air, mempunyai sifat detergen yang baik, beracun bagi binatang berdarah dingin, mempunyai aktivitas hemolisis, merusak sel darah merah, tidak beracun bagi binatang berdarah panas, bersifat anti eksudatif, anti inflamatori dan dapat diaplikasikan dengan baik dalam preparasi film fotografi (Warintek 2004). Penelitian mengenai pereduksian kadar urea menggunakan bahan alami telah dilakukan oleh Sulton (1994) dengan kombinasi antara pemberian ketimun dan cuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saponin mampu mereduksi kadar urea pada daging ikan cucut, namun tekstur daging yang dihasilkan kurang baik akibat adanya penggunaan asam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas filtrat taoge untuk mereduksi kadar urea ikan cucut serta mengetahui volume dan waktu perendaman terbaik. METODOLOGI Bahan dan Alat Penelitian Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan cucut dan filtrat bahan alami yang digunakan yaitu taoge, tomat dan bayam. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis adalah dietil eter, HCl 0,01 N, HgO, akuades, asam sulfat, H 3 BO 3, NaOH, urea, 4-dimetil aminobenzaldehid (DMAB), Zn-asetat, buffer fosfat, charcoal, kertas saring alumunium-sulfat, tembaga-sulfat, K 2 SO 4, TCA dan formaldehida. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cawan, oven, desikator, timbangan analitik, tanur, soxhlet, labu lemak, labu kjeldahl, pemanas, erlenmeyer, pipet, tabung reaksi, spektrofotometer, corong diameter 4 inci, labu buchner, waring blender, dan peralatan gelas lainnya. 36

Metode Penelitian Ikan cucut segar disiangi dan dicuci menggunakan air mengalir dan daging dipisahkan dari kulitnya. Selanjutnya daging dipotong-potong dengan ukuran 3 x 2 x 1 cm dengan bobot masing-masing 20 g. Setelah pemotongan daging ikan tersebut direndaman dalam filtrat. taoge 20, 40, 60, 80 dan 100 ml dengan waktu perendaman 1, 2 dan 3 jam. Sebagai kontrol dilakukan perlakuan tanpa perendaman dan perendaman dalam air tanpa filtrat taoge. Filtrat taoge diperoleh dengan cara menghancurkan taoge menggunakan Blender dengan menambahkan air untuk mempermudah proses penghancuran dengan perbandingan 2 (taoge) : 1 (air). Selanjutnya ikan cucut yang telah direndam dalam filtrat taoge dari seluruh perlakuan diukur kadar urea, NPN, TVN, TMA dan uji organoleptik terhadap mutu dan kesukaan. Uji organoleptik mutu dilakukan pada daging ikan cucut mentah yang meliputi parameter rupa, warna, bau dan tekstur. Uji organoleptik terhadap kesukaan meliputi rupa, warna, bau, tekstur dan rasa. Untuk uji kesukaan, daging ikan cucut dimasak dengan cara dikukus. Penentuan komposisi kimia dilakukan pada ikan cucut tanpa perendaman dalam filtrat taoge dan ikan cucut yang mengalami penurunan kadar urea tertinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Urea Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa kadar urea daging cucut yang digunakan pada penelitian ini tanpa direndam dalam filtrat taoge sebesar 2,40 %. Menurut Lagler et al. (1977) golongan ikan bertulang rawan mempunyai kandungan urea antara 2,0 sampai 2,5 % dari total daging, sementara pada ikan bertulang sejati hanya 0,05 %. Pada perendaman dalam 20 ml air selama 1 jam dan 2 jam kadar urea ikan cucut tereduksi sebesar 5,82 % dan 7,32 %. Sedangkan pada 40 ml selama 1 jam dan 2 jam sebesar 7,74 % dan 11,02 %. Kadar urea ikan cucut yang direndam pada filtrat taoge dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. 37

Tabel 2. Kadar urea daging ikan cucut (Carcharinus sp) pada berbagai perlakuan perendaman dalam filtrat taoge Volume perendam Kadar Urea (%) pada berbagai waktu perendaman 1 jam 2 jam 3 jam 20 2,04 2,01 1,68 40 2,00 1,86 1,63 60 1,80 1,70 1,23 80 1,75 1,50 1,16 100 1,73 1,28 1,12 Dari Tabel 2 terlihat bahwa, semakin tinggi volume perendam dan semakin lama waktu perendaman kadar urea semakin rendah. Konsentrasi urea pada seluruh perlakuan berada dibawah nilai kandungan urea ikan bertulang rawan. Dapat dilihat bahwa pada volume perendam 20 ml, dengan waktu perendaman 1 jam konsentrasi urea sebesar 2,04 % atau menurun sebesar 14,94 % bila dibanding dengan tanpa perendaman. Penurunan kadar urea ini terus meningkat dengan semakin meningkatnya waktu perendaman dan volume filtrat taoge. Pada Tabel 3 dan Gambar 1 dapat dilihat penurunan kadar urea daging ikan cucut pada berbagai perlakuan dibanding dengan tanpa perendaman. Tabel 3. Penurunan kadar urea daging ikan cucut (Carcharinus sp) pada berbagai perlakuan perendaman dalam filtrat taoge (%) Filtrat Waktu (jam) taoge (ml) 1 2 3 20 14,94 16,23 29,84 40 16,86 22,60 32,20 60 25,01 29,18 48,91 80 27,21 37,47 51,46 100 27,75 46,76 53,41 Dapat dilihat bahwa semakin banyak volume perendam dan semakin lama waktu perendaman maka penurunan kadar urea semakin tinggi.. Penurunan kadar urea pada waktu perendaman selama 1 jam berkisr antara 14,94 sampai 27,75 %, sedangkan pada perendaman 2 jam berkisar antara 16,23 sampai 46,76 %, dan pada perendaman 3 jam kadar urea antara 29,84 sampai 53,41 %. 38

Penurunan (%) 50 40 30 20 10 0 20 40 60 80 100 Volum e perendam (m l) 1 jam 2 jam 3 jam Gambar 1. Grafik penurunan kadar urea daging ikan cucut (Carcharinus sp) Penurunan kadar urea ikan cucut pada perendaman dalam filtrat taoge lebih besar bila dibanding dengan perendaman dalam air. Untuk perendaman 20 ml selama 1 jam dalam air hanya dapat menurunkan kadar urea sebesar 5,82 % sedangkan pada filtrat taoge dapat menurunkan sebesar 14,94 %, dan pada perendaman 2 jam dalam air menurunkan kadar urea 7,32 % sedang dalam filtrat taoge sebesar 16,23 %. Pada perendaman 40 ml selama 1 jam dalam air hanya dapat menurunkan kadar urea 7,74 % sedangkan dalam filtrat taoge sebesar 16,86 % dan pada perendaman 2 jam dalam air menurunkan 11,02 % sedangkan dalam filtrat taoge sebesar 22,60 %. Hal ini dapat dikatakan bahwa reduksi kadar urea dalam ikan cucut disebabkan oleh adanya kandungan saponin pada filtrat taoge. Total Volatile Base Nitrogen (TVN) Nilai TVN daging cucut yang direndam dalam filtrat taoge dengan volume dan waktu berbeda ditampilkan pada Gambar 2. Nilai TVN ikan cucut mengalami penurunan setelah direndam dalam filtrat taoge. Nilai TVN terendah diperoleh pada perendaman dalam 80 ml filtrat taoge selama 3 jam yaitu sebesar 74,26 mg N/100 g, sedangkan nilai TVN pada perlakuan tanpa perendaman sebesar 90,23 mg N/100 g. 39

110 100 90 80 70 60 50 Nilai TVN (mg/100 g) 20 40 60 80 100 Volume perendam (ml) Tanpa perendaman 1 jam 2 jam 3 jam Gambar 2. Grafik perubahan nilai TVN daging ikan cucut (Carcharinus sp) Selama perlakuan perendaman dalam filtrat taoge, peningkatan nilai TVN pada daging ikan dapat dihambat. Akan tetapi, kondisi ini hanya sampai batas titik tertentu dan nilai TVN akan mengalami peningkatan kembali. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya aktivitas bakteri dan reaksi enzimatis. Menurut Tressler et al. (1982) adanya aktivitas bakteri dan reaksi enzimatis dapat merombak protein menjadi asam amino dan selanjutnya dipecahkan lagi menjadi senyawa-senyawa seperti amoniak, amin dan H 2 S. Trimetilamin (TMA) 12 10 8 6 4 2 0 Nilai TMA (mg/100g) 20 40 60 80 100 Volume perendam (ml) Tanpa perendaman 1 jam 2 jam 3 jam Gambar 3. Grafik perubahan nilai TMA daging ikan cucut (Carcharinus sp) Gambar 3 menunjukkan perubahan nilai TMA daging ikan cucut pada berbagai perlakuan. Dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman dalam filtrat taoge dapat menurunkan nilai TMA daging ikan cucut dibawah nilai TMA tanpa 40

perendaman (kontrol). Perlakuan tanpa perendaman TMA adalah sebesar 8,78 mg N/100 g sedangkan nilai TMA pada perlakuan perendaman dalam 80 ml filtrat taoge selama 3 jam, sebesar 3,86 mg N/ 100 g. Semakin rendah nilai TMA, menunjukkan bahwa bau yang kurang disukai konsumen pada daging ikan cucut semakin berkurang. Penurunan TMA disebabkan karena menurunnya kadar urea pada ikan cucut tersebut akibat pereduksian yang terjadi selama proses penelitian. Ikan tulang rawan banyak mengandung urea dan TMAO. Oleh aktivitas mikroba, urea diuraikan menjadi amoniak dan CO 2, sedangkan TMAO diubah menjadi TMA yang berbau seperti amoniak. Menurut Saleh et al. (1979) bau pesing dan amis yang timbul pada daging ikan cucut adalah akibat dari terurainya TMAO dan urea menjadi TMA dan amoniak Non Protein Nitrogen (NPN) Nilai NPN (%) 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 20 40 60 80 100 Volume perendaman (ml) Tanpa perendaman 1 jam 2jam 3 jam Gambar 4. Grafik perubahan nilai NPN daging ikan cucut (Carcharinus sp) Senyawa-senyawa NPN memegang peranan penting dalam proses metabolisme binatang laut dan juga berperan dalam proses pembusukan. Disamping itu berperan juga dalam pembentukan rasa makanan hasil laut (Simidu 1961). Secara umum nilai NPN daging ikan cucut menurun dengan adanya berbagai perlakuan. Nilai NPN perlakuan tanpa perendaman (kontrol) sebesar 41

1,32 %. Nilai NPN terendah yaitu pada perendaman dalam 100 ml fitrat taoge selama 3 jam, sebesar 1,14 %. Penurunan nilai NPN diduga disebabkan karena berkurangnya kadar urea dalam daging ikan cucut serta adanya pencucian. Menurut Martin et al. (1982), komponen yang paling dominan dari NPN adalah urea, TMAO dan asam amino bebas. Komposisi Kimia Adanya perlakuan perendaman akan meningkatkan kadar air, serta menurunkan kadar abu, lemak dan protein. Perbandingan nilai analisis komposisi kimia pada Tabel 3. perlakuan perendaman dan tanpa perendaman dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis komposisi kimia ikan cucut (Carcharinus sp) Parameter Tanpa perendaman dalam 100 ml filtrat taoge selama 3 jam Kadar air (%) 78,28 81,28 Kadar abu (%) 0,75 0,39 Kadar lemak (%) 0,69 0,61 Kadar protein (%) 20,19 17,17 Uji Organoleptik Rupa dan warna Hasil pengujian mutu terhadap parameter rupa dan warna menunjukkan bahwa produk (ikan cucut) tanpa perendaman dan perendaman dalam 20 ml filtrat taoge selama 1 jam, memiliki rata-rata penilaian yang tertinggi yaitu sebesar 6,15. Nilai tersebut menunjukkan bahwa rupa dan warna daging cucut cenderung berwarna putih krem, mulai redup dan kurang cemerlang. Rata-rata nilai mutu rupa dan warna dari semua perlakuan berkisar antara 5 sampai 7. Nilai ini menunjukkan bahwa rupa dan warna daging cucut cenderung berwarna putih krem, mulai redup dan kurang cemerlang. Nilai kesukaan terhadap rupa dan warna adalah antara 5 sampai 6, yang berarti netral sampai agak suka. Daging yang direndam dalam 80 ml filtrat taoge selama 3 jam merupakan produk yang paling disukai panelis. 42

Bau Hasil pengujian terhadap mutu organoleptik untuk parameter bau menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dalam 100 ml filtrat taoge selama 3 jam, memiliki rata-rata penilaian yang tertinggi yaitu sebesar 7,15, artinya bahwa bau daging cucut berbau urea lembut hampir netral. Secara keseluruhan rata-rata nilai mutu organoleptik parameter bau berkisar antara 4 sampai 8, nilai ini menunjukkan bahwa daging cucut berbau amis, berbau urea hingga berbau segar dan bau urea lembut. Nilai kesukaan tertinggi terhadap bau diperoleh pada daging cucut yang direndam dalam filtrat taoge 80 ml selama 3 jam yaitu sebesar 4,8, yang berarti cenderung netral. Kisaran nilai pada parameter untuk keseluruhan perlakuan antara 4 sampai 5, yang berarti panelis cenderung agak tidak suka hingga netral. Tekstur Pengujian mutu organoleptik terhadap parameter tekstur menunjukkan bahwa perlakuan tanpa perendaman memiliki rata-rata nilai tertinggi yaitu sebesar 6,55. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tekstur daging cucut agak berair dan sediki longgar. Secara keseluruhan, tekstur daging ikan cucut rata-rata berada pada kisaran nilai 5 sampai 7. Kondisi ini menggambarkan bahwa adanya perlakuan menyebabkan daging ikan cucut memiliki tekstur berair dan agak lembek. Nilai organoleptik tertinggi pada daging tanpa perendaman yaitu 5,5 yang berarti cenderung agak suka. Adanya berbagai perlakuan perendaman dalam filtrat taoge menyebabkan rata- rata nilai seluruh perlakuan pada parameter ini lebih rendah dibanding kontrol. Rasa Nilai kesukaan terhadap parameter rasa daging cucut berkisar antara 5 sampai 6, yaitu netral hingga cenderung agak suka. Penilaian tertinggi pada perlakuan perendaman dalam 80 ml filtrat taoge selama 3 jam, yaitu sebesar 5,4 yang artinya panelis cenderung agak suka. 43

Hasil pengolahan data organoleptik menggunakan metode Analytical Hierarki Process (AHP) diperoleh perlakuan perendaman dalam 80 ml filtrat taoge selama 3 jam merupakan perlakuan yang memiliki nilai persentase tertinggi. KESIMPULAN Kesimpulan Penggunaan filtrat taoge dapat mereduksi kadar urea ikan cucut. Semakin tinggi jumlah volume perendaman dan makin lama waktu perendaman kadar urea yang tereduksi semakin meningkat. ikan cucut dalam 80 ml filtrat taoge selama 3 jam adalah perlakuan yang terbaik, dimana kadar urea yang tereduksi sebesar 51,46 % dengan nilai TVN 74,26 mg N/100 g, TMA 3,86 mg N/100 g, NPN 1,14 %. Nilai organoleptik mutu rupa dan warna daging cucut yang direndam dalam 80 ml filtrat taoge selama 3 jam cenderung berwarna putih krem, mulai redup dan kurang cemerlang, berbau urea lembut hampir netral dan memiliki tekstur agak berair, longgar namun antar lapisan masih erat. Nilai kesukaan pada perlakuan ini adalah netral untuk semua parameter (rasa, rupa, warna, bau dan tekstur). 44