BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi anak, kurangnya mengenalkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan kariogenik menjadi makanan kegemaran anak karena bentuknya

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

ABSTRAK. Kata Kunci: susu formula dalam botol, indeks karies, anak usia 3 4 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. karies gigi (Anitasari dan Endang, 2005). Karies gigi disebabkan oleh faktor

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

BAB 5 HASIL PENELITIAN

usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid jenis_kelamin

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial.

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

PERBANDINGAN INDEKS KARIES ANTARA ANAK YANG MENGKONSUMSI SUSU BOTOL DENGAN TANPA BOTOL USIA 2-5 TAHUN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

LEMBAR PEMERIKSAAN PENGALAMAN KARIES GIGI ANAK USIA 4-6 TAHUN DI TK MEDAN BAKTI/ TK ANNISA / TK AN-NIDA. 1) Jenis Kelamin : 1) Laki-laki 2) Perempuan

DESTRI MAYA RANI NIM A020

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGKONSUMSI JAJANAN DENGAN PENGALAMAN KARIES PADA GIGI SUSU ANAK USIA 4-6 TAHUN DI TK MEDAN

PENGARUH PEMBERIAN TABLET HISAP Xylitol DAN TABLET HISAP SUKROSA TERHADAP ph SALIVA PADA ANAK USIA TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian observational analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 di TK Adisiwi, TK Wijaya Atmaja, TK Pertiwi Kasihan Bantul. Penelitian dilakukan dengan cara pemberian kuesioner pada anak dan diperbolehkan dibawa pulang dan diisi oleh orang tua. Kuesioner yang sudah diisi oleh orang tua dikembalikan ke pihak sekolah agar bisa dilakukan penelitian. Tujuh puluh dua sampel yang didapat terdiri dari 45 anak laki-laki dan 27 anak perempuan dengan rentang usia 4-6 tahun, terdapat 2 kelompok dari 72 sampel berdasarkan konsumsi ASI eksklusif yaitu 41 anak minum ASI eksklusif dan 31 anak tidak minum ASI eksklusif. 1. ASI eksklusif Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan konsumsi ASI eksklusif dan Jenis Kelamin No. Pola Pemberian ASI Jenis Kelamin Laki-lakiPerempuan Jumlah n % N % n % 1. ASI eksklusif 26 36,2 15 20,7 41 56,9 2. Tidak ASI eksklusif 20 27,8 11 15,3 31 43,1 Jumlah 46 64 27 36 72 100 26

27 Keterangan tabel: Berdasarkan tabel diatas jumlah sampel penelitian berjumlah 72 anak. Mayoritas anak yang minum ASI eksklusif berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki dengan jumlah 46. Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur No. Pola Pemberian ASI Umur 4,0-4,12 5,0-6,0 Jumlah n % n % N % 1. ASI eksklusif 9 12,5 30 41,67 39 54,17 2. Tidak ASI eksklusif 4 5,5 29 40,33 33 45,83 Jumlah 13 18 59 82 72 100 Keterangan tabel: Berdasarkan tabel diatas jumlah sampel penelitian berjumlah 72 anak. Mayoritas anak yang minum ASI eksklusif berdasarkan umur adalah pada rentang 5-6 tahun dengan jumlah 59 anak. 2. Hasil Uji Normalitas Data Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena sampel penelitian perkelompok kurang dari 50

28 No. Tests of Normality Tabel 3. Data Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk Pola Pemberian ASI Mean ± SD N Shapiro Wilk 1. ASI eksklusif 2,1158 ±1,24076 41 0,040 2. Tidak ASI eksklusif 2,0976±0,93007 31 0,510 Tabel diatas menunjukkan pada kolom Shapiro-Wilk nilai probabilitas data yang didapatkan p = 0,040 dan p= 0,510. Nilai probabilitas data dapat dikatakan normal jika nilai p > 0,05 sehingga data dinyatakan terdistribusi tidak normal. Mann Whitney Test dilakukan untuk menentukan adakah hubungan antara 2 kelompok tidak berpasangan yang datanya tidak terdistribusi dengan normalakan digunakan Mann Whitney Test. 3. Hasil Uji Mann Whitney Test Test Statistics(a) Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney No. Pola Pemberian ASI Mean Rank N Mann Whitney Test P 1. ASI eksklusif 36,73 41 626,000,914 2. Tidak ASI eksklusif 36,19 31 626,000,914 Pengambilan keputusan data di atas adalah dengan melihat nilai probabilitas (p), dimana pada uji Mann Whiney Test menunjukkan significancy 0,914 (P > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

29 terdapat perbedaan bermakna antara kelompok ASI esklusif dan tidak ASI eksklusif. B. Pembahasan Hasil dari pemeriksaan gigi pada 72 anak diperoleh skor CSI yang beragam, untuk anak yang minum ASI eksklusif skor tertinggi adalah 4 dan yang terendah adalah 0. Anak yang tidak ASI eksklusif skor tertinggi 4 dan yang terendah adalah 0. Penelitian yang memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun telah dilakukan. Hasil yang telah didapat dari Mann Whitney Testadalah nilai (p) > 0,05 sehingga pemberian ASI eksklusif tidak memiliki hubungan dengan tingkat keparahan karies. Rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah manfaat ASI eksklusif bagi daya tahan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan bayi. Air Susu Ibu memberi seluruh nutrisi yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama dan pemberian ASI eksklusif mengurangi angka kematian bayi (Firdaus dan Iswati, 2013). ASI Eksklusif mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan ibu dan anak. Salah satu manfaat ASI Eksklusif adalah dapat mencegah resiko gigi berlubang atau kariesgigi. Kandungan seleniumyang banyak pada ASI mampu melindungi bayi terhadap timbulnya karies gigi. Kejadian karies gigi pada anak yang minum susu formula lebih tinggi dibandingkan dengan yang ASI eksklusif, jadi bisa dikatakan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah karies gigi (Khamzah, 2012).

30 Penelitian yang dilakukan di Pondok Labu Jakarta Selatan menunjukkan skor dmf-t yang didapat pada penelitian ini adalah anak yang minum ASI eksklusif lebih rendah dibandingkan yang tidak ASI eksklusif (Yulita, 2013). Air susu ibu mengandung zat protektif laktoferin yang berfungsi mengikat zat besi sehingga mencegah pertumbuhan bakteri Staphylococcus, E. Colli, dan Candida (Hermayanti, 2012). Etiologi karies diantaranya adalah gigi sebagai host. Morfologi gigi yang berbeda-beda menyebabkan plak mudah menempel dan menyerang gigi. Kawasan yang mudah diserang oleh plak diantaranya adalah pit dan fisur pada gigi molar, premolar, pit bukal molar dan pit bukal insisif. Permukaan akar yang terbuka, permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan bridge juga termasuk dalam lokasi kawasan yang mudah diserang karies (Kidd dan Bechal, 1992). Faktor lingkungan juga mempengaruhi proses terjadinya karies. Dalam keadaan normal gigi geligi selalu dibasahi saliva sehingga peranan saliva sangat berpengaruh. Saliva mampu melakukan remineralisasi dan mempengaruhi komposisi mikroorganisme. Karena itu, jika aliran saliva berkurang atau menghilang maka proses karies bisa tidak terkendali (Kidd dan Bechal, 1992). Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa karies yang terjadi pada anak yang diberikan ASI dilaporkan terjadi karena anak dibiarkan menyusu pada malam hari hingga tertidur. Selama tidur produksi air liur berkurang sehingga efek self cleansing terhadap gigi menjadi kecil. Derajat keparahan karies ini berhubungan dengan lamanya pemberian susu botol atau ASI (Yulita, 2013).

31 Mikroorganisme streptococcus mutans dan lactobacillus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut tumbuh subur dalam suasana asam tetapi dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat membentuk asam dan melakukan demineralisasi. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa poliskarida ekstra sel. Walaupun demikian, tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat seperti gula akan cepat diserap oleh plak dan segera dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan ph plak dengan cepat hingga pada tahap demineralisasi gigi (Kidd dan Bechal, 1992). Pemberian ASI memang sangat erat hubungannya dengan kejadian karies gigi, namun ada banyak faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya karies pada gigi anak. Selain faktor ASI eksklusif terdapat berbagai faktor penyebab karies, bahwa anak yang mengalami karies gigi cenderung menyukai makanan yang manis-manis dan lengket seperti permen, kue coklat, dan lain sebagainya serta kurangnya pengawasan dari orang tua khususnya ibu untuk menjaga kebersihan gigi dengan cara rajin menggosok gigi dan pergi periksa ke dokter gigi (Firdaus dan Iswati, 2013). Muhammad Saleh (2004) melakukan penelitian tentangdeteksi Faktor Utama Penyebab Karies Berdasarkan cariogram Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Dan Desa. Hasilnya urutan faktor penyebab karies dari hasil penelitian berdasarkan gambaran cariogram anak SD kota dan anak SD desa adalah faktor pola makan,

32 bakteri dan faktor keadaan lain yang berpengaruh. Faktor utama penyebab karies gigi untuk anak SD kota dan anak SD desa adalah faktor pola makan. Tingkat keparahan karies gigi anak SD kota berbeda dengan anak SD desa (p<0,05). Gula sering dikaitkan tentang kejadian karies pada anak karena gula bersifat kariogenik bagi anak-anak. Faktor penyebab karies juga tergantung dari host itu sendiri seperti kondisi ph dan saliva pada anak-anak. Faktor predisposisi karies adalah genetik, penggunaan obat, kejadian penyakit sistemik yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Makanan yang berhubungan dengan gula mempunyai potensi resiko sebesar 37,6%. Penelitian menunjukkan bahwa ph akan turun setelah terpapar makanan atau minuman yang mengandung gula tinggi (Loveren, 2000). Penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara kebiasaan memberi makan manis, lengket dan minum susu dengan kejadian karies gigi pada anak usia 4-6 tahun (Widayati, 2014). Pemberian ASI pada anak-anak sangat dianjurkan tetapi juga dengan cara pemberian yang benar. American Academy of Pediatric Dentistry (1996) mengatakan sering memberikan ASI di malam hari dalam jangka waktu yang lama juga mengakibatkan kerusakan gigi yang luas (Donna, 2009). Pemberian ASI di malam hari dengan jangka waktu lama akan menghasilkan asam yang lebih banyak pula sehingga mempertinggi risiko terkena karies gigi. Pada anak yang minum susu botol dalam waktu relatif lamadan minum ASI menjelang tidur umumnya sangat berisiko karies. Umumnya gigi yang terkena kerusakan adalah gigi pada rahang atas bagian depan. Saat tidur, gigi-gigi rahang bawah akan

33 tertutup oleh lidah sehingga genangan air susu akan lebih menyerang gigi atas (Melanie,2011).