BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Usia 6 sampai 12 tahun merupakan masa anak-anak, berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan optimal menyeluruh termasuk kesehatan gigi untuk membantu proses tumbuh kembang selanjutnya (Santrock, 2007; Sudarma, 2008). Kenyataannya kesehatan gigi sering diabaikan sehingga menyebabkan gigi mengalami kerusakan. Penyakit gigi yang menjadi keluhan anak adalah karies, apabila gigi mengalami karies dapat mempengaruhi proses pengunyahan, selanjutnya berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang. Kejadian karies pada usia 6-12 tahun antara lain disebabkan anak-anak lebih menyukai makanan manis dan lengket yang sifatnya kariogenik dengan frekuensi konsumsi yang sering di antara jam makan (Angela, 2005; Richmond, dkk., 2007; Katsumura, dkk., 2008; Rehman, dkk., 2008; Casamassimo, dkk., 2013) Karies adalah penyakit gigi yang penyebabnya multifactor, menyerang jaringan keras gigi, terjadi karena adanya interaksi empat faktor, host (gigi sebagai penjamu), agent (bakteri), environment (substrat), dan time (waktu yang cukup bagi bakteri untuk memfermentasikan sisa makanan yang tertinggal dan melekat pada gigi tersebut), didukung oleh faktor lingkungan rongga mulut yang terganggu keseimbangannya (Nowak, 2005). Menurut Angela (2005), s ubstrat merupakan sisa makanan yang melekat pada gigi, mengandung karbohidrat yang 1

2 mudah difermentasi. Fermentasi karbohidrat dipengaruhi oleh konsentrasi dan bentuk fisik makanan (bentuk cair, tepung dan padat). Hasil samping dari fermentasi itu adalah asam laktat yang menyebabkan proses demineralisasi. Palembang terdiri dari 16 kecamatan, letaknya berbatasan dengan kabupaten Banyuasin dan kabupaten Ogan Ilir, masjid agung ditetapkan oleh BPS (badan pusat statistik) Kotamadya Palembang sebagai titik pusatnya. Titik pusat (tengah) terletak pada kecamatan Ilir barat I dan Ilir Barat II yang dihuni oleh sebagian penduduk asli dan warga keturunan Tionghoa, Bukit Kecil dan Kemuning yang dihuni oleh penduduk pendatang. Sebelah utara terletak di kecamatan Seberang Ulu I dan seberang Ulu II dihuni oleh sebagian besar penduduk asli Palembang. Wilayah Selatan terletak di kecamatan Sematang Borang, Alang-alang lebar, Sako dan Sukarame, dihuni oleh penduduk pendatang yang berasal dari kabupaten lain di Sumatera Selatan dan penduduk luar pulau Sumatera. Wilayah barat terletak di kecamatan Kalidoni, Ilir Timur II, Ilir Timur II dan Plaju, dihuni oleh penduduk pendatang. Sedangkan wilayah timur terletak di Kecamatan Kertapati, Gandus dan Ilir Barat II yang dihuni oleh penduduk pendatang. Penduduk asli mempunyai kebiasaan mengkonsumsi pempek setiap hari pada pagi, siang bahkan malam hari. Pempek adalah makanan camilan dengan komposisi ikan giling, sagu, air, dan sedikit garam. Penyajiannya ada yang digoreng, direbus dan dibakar, biasanya dimakan bersama cuko (kuah asam manis dan pedas). Cuko terbuat dari campuran air, gula merah, bawang putih, cabe rawit, ebi, asam jawa dan sedikit garam yang dimasak dan didiamkan selama satu hari atau lebih sampai terjadi fermentasi. 2

3 Pengunyahan pempek yang kenyal dapat menstimulasi sekresi saliva tetapi kandungan sagu yang sifatnya lengket memudahkan sisanya menempel pada gigi, selain itu sukrosa yang terkandung dalam gula merah dan sifat asam dari cuko dapat mempengaruhi proses demineralisasi (Trikarjana, 2005) Prevalensi karies anak SD di Palembang tahun 2005 sebesar 92,43% dan prevalensi karies di SD Negeri 161 Seberang Ulu mencapai 100% (Wahyuni, dkk., 2007; Suyoso, 2010). Menurut Hoesin (2005) tingginya prevalensi karies di Palembang karena faktor pola makan yang banyak mengandung karbohidrat dan asam cuko (pempek dan kuah asam manis dan pedasnya), dikonsumsi tiap hari sejak usia sebelum gigi tetap erupsi. WHO menetapkan usia 12 tahun sebagai umur pemantau global (global monitoring age) untuk karies, karena saat usia 12 tahun gigi permanen telah erupsi kecuali gigi molar tiga. Indikator pencapaian derajat kesehatan gigi dan mulut dengan DMF-T sebesar 1 (satu) gigi setiap anak (Pintauli dan Hamada, 2008). Tahun 2003 WHO menetapkan acuan Global Goals for Oral Health 2020, dengan target meminimalkan dampak dari penyakit mulut dan kraniofasial, lebih ditekankan pada upaya promotif dan mengurangi dampak penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut melalui diagnose dini, pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik (Kemenkes, 2010). Strategi pencegahan yang dilakukan sejak awal dapat meminimalkan biaya perawatan, salah satu strategi dan pendekatan pencegahan penyakit gigi menurut WHO adalah mengenali faktor risiko penyakit, seberapa besar seseorang berisiko terkena penyakit dapat diketahui dengan penilaian tingkat risiko. Melakukan 3

4 penilaian tingkat risiko karies pada anak dianggap perlu karena semua anak mempunyai risiko terkena karies. Informasi penilaian risiko dapat dijadikan strategi dalam merencanakan tindakan pencegahan yang akan diberikan (Angela, 2005; Pintauli dan Hamada, 2008; Katsumura, dkk 2008 ) Tingkat risiko karies dapat diukur dengan beberapa cara, salah satunya menggunakan cariogram. Cariogram suatu program yang dapat membantu mengekspresikan urutan besar faktor-faktor risiko untuk terjadinya karies baru. Hasil cariogram menggambarkan seberapa besar seorang anak berpeluang bebas karies, mengestimasi faktor penyebab, dan memberikan rekomendasi cara pencegahan yang dapat dilakukan (Bratthall, 2005). Amilia, dkk., ( 2007) menyatakan, model cariogram cocok untuk mendeteksi risiko karies anak usia 12 tahun dengan latar belakang perbedaan sosial ekonomi. B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Seberapa besar prediksi risiko terjadinya karies baru pada anak berdasarkan frekuensi konsumsi pempek di Palembang 2. Bagaimanakah urutan prediksi risiko karies baru berdasarkan frekuensi konsumsi pempek di Palembang. 3. Apakah terdapat perbedaan frekuensi konsumsi pempek terhadap derajat prediksi risiko karies baru berdasarkan wilayah. 4. Bagaimanakah status karies pada anak berdasarkan frekuensi konsumsi pempek di Palembang 4

5 C. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum Mengetahui prediksi risiko terjadinya karies baru berdasarkan frekuensi konsumsi pempek di Palembang 2) Tujuan Khusus 1. Mengetahui seberapa besar prediksi risiko terjadinya karies baru berdasarkan frekuensi konsumsi pempek di Palembang 2. Mengetahui urutan prediksi risiko karies baru pada anak berdasarkan frekuensi konsumsi pempek di Palembang 3. Mengetahui perbedaan frekuensi konsumsi pempek terhadap derajat prediksi risiko karies baru berdasarkan wilayah 4. Mengetahui status karies anak berdasarkan frekuensi konsumsi pempek di Palembang D. Manfaat penelitian Hasil Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pihak Dinas Kesehatan Kota Palembang dan Politekhnik Kesehatan Jurusan Kesehatan Gigi Palembang, dalam upaya perencanaan strategi pencegahan penyakit gigi melalui program promotif dan preventif guna menurunkan prevalensi karies anak di Kotamadya Palembang. 5

6 E. Keaslian penelitian Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya tentang hubungan cariogram dan karies pada anak adalah 1. Deteksi Faktor Utama Penyebab Karies Berdasarkan Cariogram pada Anak Sekolah Dasar Di Kota dan Desa oleh Soleh (2004). Penelitian i ni menggunakan rancangan penelitian cross sectional, dengan variabel pengaruhnya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karies sedangkan variabel terpengaruhnya faktor utama penyebab karies. Sampel pada penelitian anak usia 6-9 tahun. Penelitian menggunakan cariogram sebagai alat ukur risiko karies. Kesimpulan penelitian menyatakan tidak ada perbedaaan faktor penyebab karies pada anak SD di kota dan di desa, dengan faktor penyebab utamanya bakteri. 2. Pengukuran Risiko Karies Dengan Menggunakan Cariogram Pada Siswa SMP Kalam Kudus Medan oleh Gojali (2011). Merupakan penelitian survei deskriptif pada siswa SMP kelas I dan II. Variabel pengaruhnya DMF-T, skor plak, sekresi saliva dan kapasitas buffer, sedangkan variabel terpengaruhnya risiko karies. Pengukuran risiko karies menggunakan cariogram. Penelitian ini menyatakan bahwa risiko karies pada siswa SMP Kalam Kudus tidak sama, sebanyak 58,33% berisiko sedang, 5,55% berisiko tinggi dan sebanyak 36,11% berisiko rendah. Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian dilakukan di Palembang, dengan variabel pengaruhnya penilaian risiko karies berdasarkan cariogram yaitu pola makan ( frekuensi makan keseluruhan 6

7 dan frekuensi makan pempek), kerentanan (status karies, program fluor, kapasitas buffer, dan volume saliva), bakteri (plak skor), faktor risiko lain (penyakit umum) dan wilayah. Variabel terpengaruhnya prediksi risiko karies baru dan urutan prediksi risiko. Penelitian ini bertujuan mengetahui prediksi risiko terjadinya karies baru, urutan risiko dan perbedaan wilayah dan frekuensi konsumsi pempek terhadap prediksi risiko karies baru. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan cariogram sebagai alat ukur untuk prediksi risiko karies. 7