BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Susu Formula a. Pengertian Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia dan manusia dan merupakan sumber gizi utama bagi anak sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu formula adalah susu yang banyak beredar dimasyarakat dengan berbagai merk dan berasal dari susu sapi (Nirwana, 2014). b. Kandungan Susu Formula Nutrisi yang terkandung dalam susu formula diserupakan dengan kandungan Air Susu Ibu. Semua macam merk susu formula tersebut pada dasarnya mengandung banyak nutrisi yang hampir sama. Kandungan nutrisi yang ada dalam susu formula diantaranya (Nirwana, 2014): 1) Laktosa Laktosa sering disebut sebagai gula susu, yaitu bagian dari susu yang memberikan rasa manis dengan tingkat kemanisan yang lebih rendah dari sukrosa 2) Sukrosa Sukrosa adalah karbohidrat yang dapat memberikan rasa manis dan merupakan sumber energi cepat untuk tubuh. Sukrosa termasuk 6

2 7 dalam jenis gula alamiah yang terdapat dalam makanan alam. Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air. Sukrosa sebagai penambah energi buat anak, tetapi asupan sukrosa yang berlebihan akan membawa dampak negatif bagi anak, diantaranya obesitas dan karies gigi. 3) Karbohidrat Karbohidrat atau sakarida dalam bahasa yunani sakcharon yang berarti gula. Karbohirat merupakan segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. 2. Pemakaian Botol Susu a. Pengertian botol susu Botol adalah tempat penyimpanan dengan bagian leher yang lebih sempit dari pada badan. Botol umumnya terbuat dari kaca, plastik, atau aluminium dan digunakan untuk menyimpan cairan seperti air, susu (Wikipedia, 2014). Botol susu adalah botol yang ada dot untuk menutup botol tersebut. Dot juga dikenal sebagai dummy, soother atau pacifier yaitu pengganti puting payudara ibu yang biasanya terbuat dari karet atau plastik (Yunanto, 2013). Di negara berkembang, 75% masyarakatnya memberikan susu botol kepada balita. Indonesia sebagai negara berkembang juga merupakan salah satu konsumen susu botol (Paramitha, 2010). Menurut Putri (2011) Kebiasaan minum susu memakai botol dan dibawa tidur sering dilakukan oleh anak usia sangat muda 1-3 tahun.

3 8 Menurut Paula dalam Nurhidayah (2013) orang tua yang memberikan susu formula kepada anak dengan menggunakan botol susu akan mengetahui dengan pasti jumlah susu yang dikonsumsi anak, di tempat umum penggunaan botol susu juga efektif untuk menjaga privasi ibu serta penggunaan botol susu juga dapat melibatkan peran ayah untuk berperan aktif dalam memberikan susu kepada anak. Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula dengan botol susu yaitu tingkat pengetahuan ibu dan promosi susu formula dan botol susu yang menarik (Nurhidayah, 2013). Menurut Mubarok dalam Istanti (2013) pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ibu rumah tangga sangat membutuhkan pengarahan dari tenaga kesehatan agar mereka dapat mengantisipasi sedini mungkin masalah yang ada (Surya, 2011). b. Mekanisme anak menghisap dari botol susu Menurut Annisakarnadi, 2014 mekanisme anak menghisap dari botol susu yaitu : 1) Gaya gravitasi bumi membuat susu mengalir dengan mudah dari botol ke dalam mulut anak. 2) Anak tidak perlu membuka mulut yang lebar atau memutar bibir keluar dengan benar untuk membentuk posisi yang rapat.

4 9 3) Puting dot tidak perlu mencapai bagian mulut anak sehingga lidah tidak perlu memerah susu. 4) Anak cukup dengan menghisap puting karet dengan bibir saja. 5) Saat susu mengalir cepat, anak cukup dengan mendorong lidah majumundur untuk menghentikan aliran susu dari dot. 6) Susu tetap mengalir keluar dari dot meskipun anak tidak sedang menghisap. c. Dampak buruk penggunaan botol susu Botol susu yang biasa digunakan oleh para orang tua untuk memberikan susu kepada anak bersifat praktis dan mudah digunakan, anak menjadi mandiri dan orang tua tidak sulit dalam memberikan susu dibandingkan dengan menggunakan gelas atau sendok. Penggunaan botol susu tersebut ternyata juga memiliki dampak buruk, yaitu (Annisakarnadi, 2014) : 1) Anak rentan tersedak Pada saat anak menggunakan botol susu air susu akan mengalir terus sehingga mengganggu ritme menyusu dan bernafas pada anak sehingga anak mudah tersedak. 2) Anak rentan mengalami infeksi saluran pernafasan Anak yang minum dari botol susu sering menghisap susu dengan posisi berbaring telentang sehingga berisiko meningkatkan kejadian infeksi saluran pernafasan. Hal ini disebabkan karena terjadi mikroaspirasi akibat minum dengan posisi berbaring telentang.

5 10 3) Berisiko merusak pertumbuhan rahang dan gigi-geligi Penggunaan botol susu dengan karet penghisap yang keras berisiko mengganggu pertumbuhan rahang, lengkung gigi-geligi, lidah dan otot-otot wajah. Proses menghisap pada botol susu akan memberikan tekanan abnormal pada rongga mulut yaitu bibir, lidah, lengkung gigi dan langit-langit mulut yang akan mempengaruhi perkembangan otot-otot mulut, wajah, dan langit-langit mulut. Rahang jadi lebih kecil sehingga pertumbuhan gigi bisa bertumpukan. Rahang dan gigi juga berisiko tumbuh maju ke depan. 4) Berisiko mengganggu kemampuan menggigit Lengkung gigi-geligi akan terpengaruh sehingga terjadi gangguan pada pertemuan gigi atas dan bawah ketika gerakan mengunyah akan terganggu. 5) Berisiko karies gigi Carian dalam botol susu selalu mengalir meski anak tidak sedang ingin menghisap. Air susu tergenang dalam waktu lama akan mengakibatkan pertumbuhan plak serta bakteri merugikan yang akan merusak gigi sehingga menjadi berlubang dan rentan terkena karies. Sementara itu, gigi yang berlubang rentan komplikasi infeksi dan sakit gigi juga komplikasi lain yang berbahaya. 6) Berisiko obesitas Anak yang minum dengan botol susu cenderung pasif. Anak akan menghabiskan seluruh isi botol meskipun sudah kenyang. Anak

6 11 jadi sulit mengenali kebutuhan asupan untuk tubuh. Anak akan terbiasa mengkonsumsi asupan melebihi kebutuhan dalam tubuh. 7) Berisiko gangguan perkembangan wicara Penggunaan botol susu dengan karet penghisap yang keras berisiko mengganggu pertumbuhan rahang, lengkung gigi-geligi, lidah dan otot-otot wajah. Proses menghisap pada botol susu akan memberikan tekanan abnormal pada rongga mulut yaitu bibir, lidah, lengkung gigi dan langit-langit mulut yang akan mempengaruhi perkembangan otot-otot mulut, wajah, dan langit-langit mulut. Hal itu mengakibatkan koordinasi bibir, rongga mulut, lidah dan otot wajah berisiko menjadi terganggu sehingga mempengaruhi perkembangan dan kemampuan bicara pada anak. 3. Gigi Anak Balita a. Pengertian Gigi pada anak adalah gigi susu atau gigi sementara, gigi pertama yang akan tumbuh pada anak yang baru lahir (Margareta, 2012). Tahapan pembentukan gigi susu ini pada usia 14 minggu dalam kandungan dan akan mulai muncul setelah anak berusia antara 4-6 bulan, namun belum bisa dikatakan terlambat apabila diatas usia tersebut belum keluar gigi pertama. Hal ini dikarenakan normalnya erupsi gigi pertama terjadi pada usia 6-12 bulan. Apabila anak sudah berusia lebih dari satu tahun dan belum tumbuh gigi pertama, perlu diketahui penyebabnya. commit Kemungkinan to user hal ini karena kelainan

7 12 pertumbuhan gigi. Pada usia bulan gigi susu anak akan tumbuh secara lengkap (Amini, 2010). b. Jaringan gigi Gigi berbentuk keras, namun demikian gigi juga memiliki jaringan seperti bagian tubuh yang lain. Jaringan pada gigi adalah (Margareta, 2012) : 1) merupakan bagian terluar dari gigi dan sangat keras. Struktur gigi merupakan susunan kimia kompleks, sebagian besar terdiri dari mineral. 2) Dentin Dentin adalah jaringan vital yang terdiri dari kalium dan fosfor. Dentin peka dengan berbagai macam rangsangan panas dan dingin. 3) Pulpa Pulpa terletak pada bagian tengah gigi yang terbentuk dari jaringan ikat yang berisikan urat-urat syaraf dan pembuluh darah yang mensuplai dentin. Urat syaraf ini mengirimkan rangsangan seperti panas dan dingin dari gigi ke otak, dimana hal ini dialami sebagai rasa sakit. 4) Cementum Cementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mempunyai struktur mirip dengan tulang.

8 13 c. Susunan gigi anak balita susunan gigi susu adalah sebagai berikut (Andini, 2011) : 1) Gigi seri berjumlah 4 untuk masing-masing rahang. 2) Gigi taring berjumlah 2 untuk masing-masing rahang. 3) Gigi geraham berjumlah 4 untuk masing-masing rahang. d. Fungsi gigi susu Gigi susu memegang peranan penting dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental. Fungsi dari gigi susu yaitu (Susanto, 2011) 1) Fungsi pengunyah Gigi berfungsi sebagai pengunyah untuk melembutkan makanan. Setiap makanan padat akan selalu melalui proses pengunyahan oleh gigi. 2) Untuk pertumbuhan tulang rahang Gerakan pengunyahan yang dilakukan secara baik yaitu adanya tekanan antara rahang atas dan bawah akan merangsang pertumbuhan tulang-tulang rahang. 3) Sebagai pemandu Anak pada saat tertentu akan mengalami gigi tanggal, gigi susu yang tanggal akan digantikan oleh gigi permanen. Jika gigi

9 14 susu dicabut sebelum waktunya, gigi permanen berisiko tumbuh ditempat yang tidak tepat. 4) Fungsi kosmetik dan bicara Gigi anak yang rapi dan bagus akan membuat wajah terlihat indah dan tidak mengganggu cara bicara atau tidak cedal. 4. Karies Gigi a. Pengertian Dalam kamus kedokteran gigi, karies berarti lubang, kebusukan atau kematian tulang (Harty, 2014). Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, di mulai dari permukaan gigi dan bisa meluas kearah pulpa (Tarigan, 2014). Karies gigi adalah kerusakan gigi karena gigi terpajan lingkungan rongga mulut, proses demineralisasi yang komplek yang disebabkan oleh penghancuran karbohidrat oleh organisme (Birnbaum, 2010). Karies gigi bisa dilihat dengan mata telanjang, semua gigi yang terdapat bercak putih atau kecoklatan pada dapat didiagnosis karies gigi (Mumpuni, 2013). Karies pada gigi susu adalah karies awal anak-anak atau dalam istilah medis disebut early childhood caries. Karies pada anak merupakan hilang atau rusak pada satu atau lebih gigi susu ketika anak berusia 0-6 tahun. Deteksi pada anak balita dapat dilakukan dengan cara memeriksa gigi anak terutama empat gigi seri atas (escaladedental, 2013). commit Menurut to user Duggal, 2014 karies awal anak-anak

10 15 atau early childhood caries merupakan terjadinya tanda karies gigi pada setiap permukaan selama 3 tahun pertama kehidupan. b. Klasifikasi karies pada gigi susu Karies gigi pada anak tidak selalu berlubang. Karies gigi pada anak dapat diklasifikasikan sebagai berikut (escaladedental, 2013) : 1) Early decay yaitu karies awal yang ditandai dengan adanya warna keputihan yang lebih putih dari pada gigi sekitarnya, namun belum terbentuk lubang. 2) Moderat decay yaitu keadaan dari karies awal yang didiamkan dan akan terbentuk lubang. 3) Advanced decay yaitu keadaan karies yang lebih parah. Menurut Andhani, 2014 karies gigi pada anak ada empat tipe, yaitu: 1) Tipe 1 Minimal Karies terdapat pada dua permukaan gigi anterior rahang atas dan tidak tedapat pada permukaan posterior. 2) Tipe 2 Mild Karies terdapat pada lebih dari dua permukaan gigi anterior rahang atas dan tidak terdapat pada gigi posterior. 3) Tipe 3 Moderat Karies pada dua atau lebih permukaan gigi anterior rahang atas dan ditemukan satu atau lebih gigi posterior yang juga terkena karies

11 16 4) Tipe 4 Severe Karies pada dua atau lebih permukaan gigi anterior rahang atas dan ditemukan satu atau lebih gigi dengan pulpa terbuka serta karies telah terliat di gigi anterior rahang bawah. c. Etiologi Penyakit gigi banyak disebabkan oleh tipe bakteri streptococcus mutans dan lactobacillus yang akan memproduksi asam difermentasi karbohidrat seperti sukrosa, fruktosa dan glukosa (Hongini, 2012). Banyak sekali faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Menurut Tarigan (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi yaitu keturunan, ras, jenis kelamin, usia, makanan, air ludah. Menurut Khotimah (2013) anak yang berjenis kelamin perempuan mempunyai peluang 4,148 kali mengalami kejadian karies gigi dibandingkan dengan anak yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor risiko terjadinya karies. Hal inilah yang menyebabkan jenis kelamin berhubungan dengan kejadian karies gigi. Menurut Suwelo dalam Kusumawati (2010) prevalensi karies gigi susu anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki, karena gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya

12 17 gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies. Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya karies pada gigi susu anak balita, yaitu (Duggal, 2014) : 1) Paparan minuman manis dalam waktu yang lama dengan pemberian melalui botol susu 2) Botol susu diberikan pada saat tidur 3) Tingkat saliva rendah pada malam hari 4) Riwayat karies orang tua terutama ibu 5) Status sosial ekonomi 6) Tingkat pendidikan orang tua 7) ASI yang tetap diberikan setelah usia 1 tahun Menurut Margareta (2012) penyebab karies selain faktor agent, diet, host dan waktu juga disebabkan karena kebiasaan makan, usia, pola makan, dan kebersihan mulut. Menurut Khotimah (2013) anak yang sering mengonsumsi makanan kariognik mempunyai peluang 4,500 kali untuk mengalami kejadian karies gigi dibandingkan dengan anak yang tidak pernah dan jarang mengonsumsi makanan kariogenik. Menurut Erwana (2013) dan Putri (2011) faktor penyebab terjadinya karies gigi meliputi bakteri, gula, gigi, dan waktu. Faktor etiologi dari karies dapat digambarkan sebagai berikut (Putri, 2011) :

13 18 Saliva Mikoroorganisme plak Saliva Gigi Karies Diet sukrosa Saliva Waktu Saliva Gambar 2. 1 Faktor etiologi terjadinya karies. 1) Gigi Anatomi gigi dapat mempengaruhi pembentukan karies. Sebesar 96% gigi terdiri dari mineral, dan mineral ini akan larut apabila terkena lingkungan asam. Selain itu, karies lebih mungkin untuk berkembang ketika makanan terjebak diantara gigi (Hongini, 2012). 2) Bakteri Mulut mengandung bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacilli yang bisa menyebabkan karies gigi. Bakteri berkumpul disekitar gigi dan gusi, lengket berwarna krem yang disebut plak (Hongini, 2012).

14 19 3) Gula Bakteri dalam mulut mengubah gula menjadi asam. Apa bila berkontak dengan gigi, asam dapat menyebabkan demineralisasi. 4) Waktu Proses demineralisasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu menyebabkan kandungan mineral dalam akan hilang yang mengakibatkan terjadinya karies gigi. Akumulasi plak pada permukaan gigi dalam 2-3 minggu bisa menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitas tergantung pada umur, pada anak-anak umur 1,5 tahun sekitar 6 bulan (Sirat, 2011). 5) Saliva Saliva berperan penting pada proses karies. Fungsi saliva yang adekuat penting dalam pertahanan melawan serangan karies. Salah satu fungsi dari saliva yaitu membersihkan bakteri (Putri, 2011). d. Proses Terjadinya Karies Proses terjadinya kerusakan gigi anak secara umum dimulai dengan adanya interaksi dari bakteri dipermukaan gigi, plak dan diet yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Putri, 2011). gigi susu lebih tipis dibandingkan dengan gigi tetap sehingga gigi susu rentan terkena karies (Andini, 2011).

15 20 Kerusakan gigi pada anak biasanya terjadi secara berurutan. Berikut urutan kerusakan gigi yang biasa terjadi (Nova, 2011) : 1) Gigi seri pertama rahang atas pada permukaan luar, dalam dan samping. 2) Gigi seri kedua rahang atas pada permukaan luar, dalam dan samping. 3) Gigi geraham satu rahang atas dan rahang bawah pada permukaan kunyah. 4) Gigi taring rahang atas dan rahang bawah pada permukaan luar, dalam dan samping. 5) Gigi geraham kedua rahang atas dan rahang bawah pada permukaan kunyah. 6) Gigi-gigi seri bawah. e. Pencegahan Karies Pencegahan karies dapat dilakukan melalui berbagai cara. Karies dapat dicegah dengan pengurangan paparan terhadap asam. Untuk mengurangi paparan asam pada gigi agar tidak menimbulkan karies, hindarkan anak dari minum susu botol berlama-lama misalnya berjalan ke mana-mana dengan botol berisi susu di mulut. Hindari untuk memberikan susu botol pada anak yang tidur lelap. Usahakan agar anak tetap terjaga sampai 15 menit setelah selesai minum susu. Anak yang segera tertidur setelah minum susu, maka mulut dan gusi anak dapat

16 21 dibersihkan dengan kain kasa yang lembut dan air hangat (Amini, 2010). Beberapa saran pola makan untuk pencegahan karies gigi pada anak adalah sebagai berikut (Duggal, 2014): 1) Hindarkan untuk memberikan minuman yang mengandung pemanis buatan dalam botol susu atau gelas minum. 2) Memberikan minuman yang lebih aman seperti air mineral, teh tawar dan susu tanpa tambahan gula. 3) Memberikan camilan yang lebih aman seperti buah, keju, roti, biskuit tawar. 4) Membatasi camilan yang mengandung gula, dan menghindari makanan manis yang lengket, kenyal dan berkaramel. 5) Lebih waspada untuk gula yang tersembunyi seperti pada buah kering, kismis, saus. Menurut Duggal, 2014 terdapat empat unsur pencegahan karies gigi yaitu kontrol plak, pola makan, fluoride, dan fissure sealant. Kontrol plak bisa dilakukan dengan menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride. Orang tua harus memberikan motivasi sedini mungkin kepada anak untuk membisakan menyikat gigi. Frekuensi menyikat gigi yang baik minimal 2 kali sehari, dengan waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah pada saat pagi setelah sarapan, dan sebelum tidur malam. Dalam waktu 4 jam, bakteri mulai bercampur dengan makanan

17 22 dan membentuk plak gigi. Menyikat gigi setelah makan bertujuan untuk menghambat proses ini (Kusumasari, 2012). Kontrol pola makan dengan mengurangi frekuensi dan jumlah asupan gula, mengisi botol atau gelas minum dengan air mineral dan susu tawar untuk mencegah karies gigi. 5. Hubungan pemakaian botol susu untuk konsumsi susu formula dengan terjadinya karies gigi pada anak balita. Anak yang diberikan susu formula dengan botol susu dapat menimbulkan kerusakan pada gigi anak yang disebut dengan karies gigi. Faktor utama penyebab kerusakan gigi susu anak akibat botol susu ini adalah host ( air ludah dan gigi), mikroorganisme yang terdapat di dalam rongga mulut dan substrat (susu yang melekat di permukaan gigi) (Nova, 2011). Karies ini disebabkan karena susu formula mengandung sukrosa dan laktosa yang merupakan karbohidrat yang dapat difermentasi oleh bakteri mulut menjadi asam (Putri, 2011). Keadaan ini menyebabkan PH plak menurun dan terjadi demineralisasi struktur gigi. Demineralisasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu menyebabkan kandungan mineral akan hilang dan membentuk karies (Hongini, 2012). Proses ini terjadi saat anak tidur dimana gerakan menelan terhenti dan lidah dalam keadaan diam yang menyebabkan susu sebagai substrat, mikroorganisme yang ada di rongga mulut dan gigi berkontak dalam jangka waktu yang lama commit (Nova, to 2011). user Karies ini bermula terjadi pada

18 23 rahang atas bagian depan. Pada saat tidur, gigi rahang bawah tertutup oleh lidah sehingga genangan air susu akan lebih menyerang gigi rahang atas (Nugroho, 2012). Menurut Ratnasari (2013) Pola makan yang tidak sehat dan kecenderungan para orang tua memberikan susu dengan botol pada anakanak dapat memicu timbulnya penyakit gigi berlubang yang akut dan parah yang disebut dengan istilah rampan karies. Penyakit ini ditandai dengan munculnya karies di sekitar gigi seri atas dan gigi geraham besar. Mengkonsumsi makanan atau minuman berupa cairan manis dalam botol berperan dalam pembentukan Early Chilhood Caries. Pada penggunaan botol, dot melekat pada gigi, dan tanpa perlu menghisap, cairan akan keluar secara terus menerus, dan akan melapisi gigi secara konstan. Jika minuman yang ada dalam botol mengandung gula, dan ada bakteri Streptococcus mutans maka proses karies akan terjadi. Pada beberapa penelitian, jenis pendamping atau pengganti ASI dalam botol berperan dalam menyebabkan karies. Anak yang diberi minuman manis dengan botol mempunyai risiko empat kali lebih besar untuk terjadi kolonisasi Streptococcus mutans (Setiawati, 2012). Penelitian yang relevan dilakukan oleh Ida Ayu Komang Ari Purnamastuti, 2006 dengan judul hubungan lama pemberian susu botol dengan kejadian karies pada gigi susu. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ada hubungan antara kejadian karies pada gigi susu dengan lama pemberian botol susu.

19 24 Penelitian yang sama dilakukan oleh Evi Nurhidayah (2012) dengan judul hubungan antara penggunaan dot dalam pemberian susu formula dengan kejadian karies gigi balita usia 4-5 tahun di TK Tarbiyatush Shibyan desa Gayaman kecamatan Mojoanyar Mojokerto. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada hubungan antara penggunaan dot dengan kejadian karies gigi pada balita usia 4-5 tahun di TK Tarbiyatush Shibyan desa Gayaman kecamatan Mojoanyar Mojokerto. Menurut Paulus (2013) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh susu botol terhadap terjadinya rampan karies pada anak-anak usia 4 5 tahun di taman kanak kanak aisyiyah gentungang kecamatan bajeng barat kabupaten gowa tahun 2009, hasilnya menunjukkan bahwa anak yang paling banyak terserang karies adalah anak yang minum susu lebih dari 3 kali dalam sehari dan tingkat keparahan rampan karies diderita pada anak yang minum susu botol terlalu lama sehingga kontak susu dengan permukaan gigi. B. Kerangka Konsep Pada kerangka konsep ini akan menghubungkan antara pemakaian botol susu untuk konsumsi susu formula dengan kejadian karies gigi anak balita, adapun yang menjadi variabel bebas adalah pemakaian botol susu untuk konsumsi susu formula dan variabel terikat adalah kejadian karies gigi anak. Selain disebabkan oleh minum susu formula dengan botol susu, kejadian karies gigi anak juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti waktu pemberian

20 25 botol susu, riwayat karies ibu, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan orang tua, lama pemberian ASI, tingkat saliva rendah pada malam hari, kebiasaan makan, kebersihan mulut. Faktor penyebab penggunaan botol susu : 1. Mudah 2. Membuat anak tenang 3. Orang tua tetap dapat beraktifitas Minum susu memakai botol susu Kontak gigi dengan sukrosa yang lama Faktor penyebab karies gigi anak balita : 1. Waktu pemberian botol susu 2. Riwayat karies ibu 3. Status sosial ekonomi 4. Tingkat pendidikan orang tua 5. Lama pemberian ASI 6. Tingkat saliva rendah pada malam hari 7. Kebiasaan makan 8. Kebersihan mulut Bakteri plak memfermentasi sukrosa Menghasilkan asam PH menurun Demineralisasi struktur gigi Karies Gigi : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pemakaian Botol Susu Untuk Konsumsi Susu Formula Dengan Kejadian Karies Gigi Anak Balita. C. Hipotesis Ada hubungan antara pemakaian botol susu untuk konsumsi susu formula dengan kejadian karies gigi anak commit balita. to user

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol Karies gigi yang terjadi pada anak-anak atau balita dapat dijumpai berupa kerusakan gigi yang parah mengenai sebagian besar giginya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Early Childhood Caries (ECC) merupakan gabungan suatu penyakit dan kebiasaan yang umum terjadi pada anak dan sulit dikendalikan. 1 Istilah ini menggantikan istilah karies botol atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di dunia. Di negara maju dan negara yang sedang berkembang, prevalensi karies gigi cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Distribusi Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah anak TK yang bersekolah di TK Adisiwi sebanyak 30 anak, TK Wijaya Atmaja sebanyak 16

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu masalah di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi mulut. Kebanyakan masyarakat Indonesia meremehkan masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan banyak dijumpai pada penduduk dunia, terutama pada anak. Menurut hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi masih menjadi salah satu masalah yang paling sering terjadi pada masyarakat Indonesia, tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga terjadi pada anak-anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik observasi dengan rancangan penelitian cross-sectional. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia Prasekolah Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karies gigi merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan tersebar luas di sebagian penduduk dunia. Karies merupakan suatu penyakit infeksi yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia dan dapat menjadi sumber infeksi yang dapat mempengaruhi beberapa penyakit sistemik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif karena dampaknya yang sangat luas sehingga

Lebih terperinci

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG OLAH RAGA ADALAH SERANGKAIAN GERAK TUBUH YANG TERATUR DAN TERENCANA SERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh sedikitnya sosialisasi tentang kesehatan gigi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERILAKU MENGOSOK GIGI KEBIASAAN MAKAN DAN MINUM TINGGI SUKROSA DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA DI MIN JEJERAN Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Karies Gigi Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh secara alami merupakan tempat berkoloninya kompleks mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri-bakteri ini secara umum tidak berbahaya dan ditemukan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008), berdasarkan Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva adalah cairan oral kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Mulut sehat berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak saat ini. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses tumbuh kembang sangat terkait dengan faktor kesehatan, dengan kata lain hanya pada anak yang sehat dapat diharapkan terjadi proses tumbuh kembang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dasar yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. Aktivitas anak sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies adalah masalah yang paling umum terjadi pada masyarakat, bukan hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan karies dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi gigi yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia adalah karies.1 Menurut World Health Organization (WHO) karies gigi merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Early Childhood Caries (ECC) menggambarkan kerusakan yang terjadi pada gigi desidui dengan suatu pola lesi karies yang unik pada bayi, balita dan anak prasekolah. Istilah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian observational

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER ) Lampiran 1 Nomor Kartu DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi masih merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak, tersebar luas terutama pada daerah yang tidak ada fluoridasi air minum sehingga merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluhan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut yang sering diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey kesehatan rumah tangga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan sangat digemari anak-anak saat jajan disekolah keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh yang dapat mempengaruhi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu penyakit yang tersebar luas pada sebagian besar penduduk di dunia, sehingga menjadi masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat.

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Ibu dalam Kesehatan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, peranan ibu sangat menentukan dalam mendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah konsep kebiasaan menggosok gigi, konsep karies gigi, konsep anak pra sekolah, kerangka konseptual dan hipotesa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahun 2013 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut yang baik merupakan komponen integral dari kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi ECC dan SECC Early childhood Caries (ECC) dan Severe Early Childhood Caries (SECC) telah digunakan selama hampir 10 tahun untuk menggambarkan status karies pada anak-anak

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES OLEH : Feradatur Rizka Eninea 11.1101.1022 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2015 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak TK (Taman Kanak-kanak) di Indonesia mempunyai risiko besar terkena karies, karena anak di pedesaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia Prasekolah Usia 3-6 tahun adalah periode anak usia prasekolah (Patmonodewo, 1995). Pribadi anak dapat dikembangkan dan memunculkan berbagai potensi

Lebih terperinci

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Pendahuluan Penyakit gigi dan mulut termasuk karies gigi merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90%

Lebih terperinci

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan ABSTRACT Early childhood caries (ECC), also known as milk bottle caries is a syndrome of severe tooth decay, occurs in infants and children, is an infectious disease that develops rapidly and lead to health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi mulut anak-anak. United States Surgeon General melaporkan bahwa karies merupakan penyakit infeksi yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. 1 Saliva terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Karies Gigi a. Definisi Karies gigi atau gigi berlubang merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi (email, dentin, dan sementum), yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi mempengaruhi kualitas hidup antara lain keterbatasan fungsi, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Data penelitian ini diperoleh dari sampel 30 anak usia 10-12 tahun di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok yang dipilih secara acak. Penelitian ini menggunakan metode cross over, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan di masyarakat. 1 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang penting dalam menjaga keseimbangan fungsi tubuh. Kebersihan gigi yaitu keadaan gigi geligi yang berada di dalam

Lebih terperinci

Fase pembentukan gigi ETIOLOGI Streptococcus mutans,

Fase pembentukan gigi ETIOLOGI Streptococcus mutans, Penelitian dieropa dan Amerika menunjukkan bahwa 90-100% anak-anak dibawah umur 18 th dihinggapi penyakit caries dentis (Indan Entjang, 1991). Prevalensi karies gigi di Indonesia : 60-80% Anak umur 6 th

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam kesehatan jaringan keras dan lunak didalam rongga mulut. Saliva mempunyai banyak fungsi, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia, terutama dalam proses pencernaan makanan. Untuk itu kesehatan gigi dan mulut anak sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga mulut saat ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, disebabkan karena lapisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keju merupakan makanan yang banyak dikonsumsi dan ditambahkan dalam berbagai makanan untuk membantu meningkatkan nilai gizi maupun citarasa. Makanan tersebut mudah diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia

Lebih terperinci

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT TERHADAP OHI-S DAN TERJADINYA KARIES PADA SISWA/I KELAS IV SDN 101740 TANJUNG SELAMAT KECAMATAN SUNGGAL TAHUN 2014 Sri Junita Nainggolan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oral Higiene Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan yang berkesinambungan karena memiliki dampak yang sangat luas, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang, merupakan hasil, tanda, dan gejala dari demineralisasi jaringan keras gigi secara kimia, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga membantu pencernaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi berjejal atau crowding dapat diartikan sebagai ketidakharmonis antara ukuran gigi dengan ukuran rahang yang dapat menyebabkan gigi berada di luar lengkung rahang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun.

Lebih terperinci

GIGI SUSU DAN GIGI PERMANEN D I S U S U N O L E H. Awal saputra. EVy ChRISTIANA SIBAGariang. Murti ningsih. Niwa hafrina. Yona al izz iffah talca

GIGI SUSU DAN GIGI PERMANEN D I S U S U N O L E H. Awal saputra. EVy ChRISTIANA SIBAGariang. Murti ningsih. Niwa hafrina. Yona al izz iffah talca GIGI SUSU DAN GIGI PERMANEN D I S U S U N O L E H Awal saputra EVy ChRISTIANA SIBAGariang Murti ningsih Niwa hafrina Yona al izz iffah talca GURU PEMBIMBING: Drg.Masra Roesnoer,M.Kes UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti  , dentin dan sementum, ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada rongga mulut yang menyerang jaringan keras gigi seperti email, dentin dan sementum, ditandai dengan adanya proses demineralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah mereka yang berusia 1-12 tahun (Kawuryan, 2008). Menurut Titin cit Kawuryan (2008), anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah lesi gigi dekstruktif, progresif, yang jika tidak di obati akan mengakibatkan dektruksi total gigi yang terkena dan merupakan penyakit multifaktoria.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis ketunaan pada anak yang perlu mendapat perhatian serius adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa. Kondisi anak yang megalami

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA

BAB III IDENTIFIKASI DATA BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Gigi Dan Gangguan Umum Pada Gigi Gigi adalah tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh tersusun, berakar di dalam gusi dan berfungsi untuk mengunyah dan mengigit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. 1 Gizi merupakan kebutuhan utama dalam setiap proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan dikonsumsinya gula. Kerusakan gigi seperti karies terkait dengan jenis gula dan frekuensi mengkonsumsi

Lebih terperinci

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. 1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibu merupakan masalah penting. Gigi anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibu merupakan masalah penting. Gigi anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Perkembangan Gigi Gigi mulai berkembang sebelum bayi dilahirkan. Pada tahap ini, status gizi ibu merupakan masalah penting. Gigi anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16. Biasa

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16. Biasa SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16 1. Proses pencernaan pada mulut menggunakan gigi disebut pencernaan Biasa Mekanik Kimiawi Mekanik dan kimiawi Kunci Jawaban : D Proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG Ferdinan Fankari*) *) Program studi Keperawatan Gigi **) Poltekkes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang hubungan antara tingkat keparahan karies pada periode gigi desidui dengan riwayat penyakit gigi ibu dilakukan di beberapa tempat,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan 27 November 2008 bertempat di klinik ortodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI. Selama periode tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies

Lebih terperinci