BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi mengenai hasilhasil

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Penelitian yang berjudul Kemampuan Berbicara Argumentatif Anak

3. METODOLOGI Variabel-Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dengan penelitian yang telah dilakukan, serta keterbatasan penelitian. Pertama,

KATA PENGANTAR. Penulis. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

Bab V Simpulan, Disuksi dan Saran


BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 3 Desain Penelitian

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2016 PENGANTAR

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS PSIKOLOGI BANDUNG. Kata Pengantar

HANDLING TAMU EVADA EL UMMAH KHOIRO, S.AB.,M.AB PERTEMUAN 5 PRODI D3 ADM. NIAGA SMT 2 TH AJARAN 2016/2017

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini pada akhirnya menemukan bahwa faktor pendorong perilaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian

BAB III METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Maranatha akan mengadakan suatu penelitian mengenai Resiliency Building

Lampiran 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SATUAN ACARA PENYULUHAN

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas (globalisasi), setiap perusahaan harus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dan mengacu pada tujuan

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bandung, Agustus Peneliti. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Peta wilayah. 1. Kecamatan Pejawaran. 2. Kecamatan Punggelan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat

BAB I PENDAHULUAN. dibalik itu semua tindak tanduk seorang guru akan digugu dan ditiru oleh

No Pernyataan Jawaban. 1 Menurut saya, perawat bersikap santai dan tidak kaku 2 Menurut saya, perawat tidak membedabedakan

GURU SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN Abstrak Imas Srinana Wardani Universitas PGRI Adibuana Surabaya

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

BUKU 4 MENDENGARKAN (DALAM MEMFASILITASI) TEKNIK BERTANYA/ MENDENGARKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penampilan diri sales Promotion Girl rokok Marlboro terhadap personal

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

BAB 3 Metode Penelitian

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim organisasi SMA Negeri di Pematang

LAMPIRAN SCREENING QUESTION. Silahkan memberi tanda (X) pada pilihan yang disediakan.

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat terhadap pentingnya arti kesehatan, maka jasa

Sifat dan Jenis penelitian Objek yang diteliti Subjek penelitian Lokasi / daerah penelitian Tahun / waktu terjadinya peristiwa

Lampiran 1 SURAT PERMOHONAN SURVEI PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 dan pelaksanaan observasi awal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB III METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PE ELITIA. Hubungan Universitas Antara..., Edesia Indonesia Sekarwiri, F.PSI UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. pola asuh otoriter) dan variabel terikat (perilaku bullying) sehingga

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2012: 7) mengatakan bahwa: dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan. 11

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat. Sepeda motor kini merupakan salah satu alat transportasi yang paling

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89.

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Setelah melakukan analisis terhadap hasil penelitian tersebut, peneliti pun ingin menarik kesimpulan atas hasil penelitian mengenai karakteristik guru yang baik berdasarkan persepsi siswa sekolah dasar ini. Selain itu, peneliti juga akan mendiskusikan mengenai hal-hal yang terjadi atau peneliti dapatkan sehubungan dengan penelitian ini. Selanjutnya peneliti pun ingin menyumbangkan saran, baik saran metodologis mau pun saran praktis bagi pengembangan penelitian ini ke depannya. Kesimpulan, diskusi, dan saran tersebutlah yang akan peneliti jabarkan pada Bab 5 ini. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil yang didapatkan dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mendapatkan beberapa kesimpulan. Kesimpulan pertama adalah bahwa terdapat 10 karakteristik utama yang dipersepsikan oleh siswa sekolah dasar sebagai karakteristik guru yang baik. Adapun karakteristikkarakteristik tersebut adalah: 1. Guru yang berbicara dengan kata-kata yang baik 2. Guru yang menyayangi siswa-siswinya 3. Guru yang dapat tahu ketika siswanya sedang sakit 4. Guru yang mau menjelaskan pelajaran pada siswanya yang belum mengerti 5. Guru yang menghormati orang yang lebih tua 6. Guru yang ceria 7. Guru yang suka tersenyum 8. Guru yang cara mengajarnya mudah dimengerti 9. Guru yang memperhatikan siswa-siswinya 10. Guru yang mengajak siswa-siswinya berkarya wisata ke tempat yang belum pernah dikunjungi bersama guru lain Karakteristik guru yang baik..., Yulita Patricia, FPsi UI, 492009

50 Lalu berdasarkan dimensinya, 10 katakteristik guru yang baik tersebut sebagian besar berasal dari dimensi warm and acceptance, yang menitikberatkan pada penggunaan kualitas personal guru dan interaksinya dengan siswa. Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, peneliti juga menyimpulkan bahwa terdapat 10 karakteristik utama yang dipersepsikan oleh siswa sekolah dasar sebagai karakteristik guru yang tidak baik. 10 karakteristik tersebut adalah: 1. Guru yang berbicara dengan kata-kata kasar 2. Guru yang suka meludah sembarangan 3. Guru yang judes 4. Guru yang tidak peduli pada siswa-siswinya 5. Guru yang meledek siswa-siswinya 6. Guru yang tidak mau menjelaskan pelajaran pada siswanya yang belum mengerti 7. Guru yang memaksa siswanya menuruti perintahnya 8. Guru yang kukunya panjang 9. Guru yang pada mejanya terdapat kertas-kertas berserakan 10. Guru yang tidak mau menerima pendapat siswa-siswinya Sama seperti karakteristik guru yang baik, karakteristik yang dipersepsikan oleh siswa sekolah dasar sebagai karakteristik guru yang tidak baik juga sebagian besar berasal dari dimensi warm and acceptance, yang menitikberatkan pada penggunaan kualitas personal guru dan interaksinya dengan siswa. Selain hasil utama yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitipun mendapatkan hasil tambahan berupa perbedaan karakteristik guru yang baik menurut siswa yang berada di kelas 2 dan kelas 5. Diantara 63 karakteristik yang diberikan dalam kuesioner, hanya terdapat 8 karakteristik yang memiliki perbedaan yang signifikan di antara siswa kelas 2 dan siswa kelas 5. Adapun dari 8 karakteristik tersebut, hanya ada 2 karakteristik yang dipersepsikan berbeda di antara siswa kelas 2 dan siswa kelas 5. Siswa kelas 2 tidak mempersepsikan kedua karakteristik tersebut sebagai karakteristik guru yang baik, sedangkan siswa kelas 5 mempersepsikan karakteristik tersebut sebagai karakteristik guru yang baik. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah:

51 1. Guru yang memiliki cara mengajar sendiri yang berbeda dengan guru lain 2. Guru yang tidak suka menunjukkan benda-benda miliknya pada orang lain (tidak suka pamer) 5.2 Diskusi Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, dari 63 karakteristik guru yang baik yang disediakan oleh peneliti, terpilihlah 10 karakteristik utama guru yang baik berdasarkan person perception siswa sekolah dasar. Karakteristikkarakteristik tersebut adalah berbicara dengan kata-kata yang baik, menyayangi siswa-siswinya, dapat tahu ketika siswanya sedang sakit, mau menjelaskan pelajaran pada siswanya yang belum mengerti, menghormati orang yang lebih tua, ceria, suka tersenyum, cara mengajarnya mudah dimengerti, memperhatikan siswa-siswinya, dan mengajak siswa-siswinya ke tempat yang belum pernah dikunjungi bersama guru lain. Bila dilihat secara sepintas, karakteristik tersebut agak tidak sesuai dengan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai karakteristik guru yang baik. Hal ini dapat disebabkan oleh modifikasi alat ukur yang peneliti lakukan, dimana peneliti mengubah bentuk item yang semula berbentuk satu kata sifat menjadi sebuah kalimat pendek. Namun bila peneliti melihat karakteristik tersebut berdasarkan dimensi dan item awalnya, maka terdapat kesesuaian antara hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Karakteristik yang dipersepsikan sebagai karakteristik guru yang baik oleh siswa sekolah dasar dalam penelitian ini, item awalnya adalah berbicara dengan lembut (soft-spoken), penyayang (caring), peka (sensitive), sabar (patient), sopan (polite), bersemangat (lively), hangat (warm), jelas (clear), dan penuh dengan ide-ide baru ( new ideas ). Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat kesesuaian antara hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Murphy dan rekanrekannya (2004), yaitu bahwa karakteristik utama dari guru yang baik diantaranya adalah hangat dan sabar. Selain itu, salah satu karakteristik guru yang baik berdasarkan persepsi siswa sekolah dasar daam penelitian ini juga serupa dengan salah satu karakteristik guru yang baik berdasarkan penelitian yang dilakukan oeh Slavin (1994), yaitu hangat.

52 Selain serupa dengan hasil dari penelitian yang diadakan oleh Murphy dan rekan-rekannya (2004) dan Slavin (1994), hasil dari penelitian ini juga serupa dengan hasil kontes yang diadakan oleh UNESCO dengan topik pandangan anakanak mengenai guru yang baik. Dalam kontes tersebut, anak-anak mengungkapkan bahwa guru yang baik adalah guru yang menyayangi siswasiswinya, suka tersenyum, dan berbicara dengan kata-kata yang baik. Pandangan anak-anak dalam kontes tersebut serupa dengan pandangan anak-anak dalam penelitian ini, yaitu guru yang baik adalah guru yang suka tersenyum, menyayangi siswa-siswinya, dan berbicara dengan menggunakan kata-kata yang baik. Adapun alasan lain yang dapat menyebabkan adanya perbedaan karakteristik tersebut adalah perbedaan alat ukur dan sampel yang digunakan. Seperti halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardhana (2002). Berbeda dengan peneliti yang melakukan modifikasi alat ukur, ia menyusun sendiri alat ukur yang ia gunakan. Selain itu, ia menggunakan sampel siswa sekolah menengah atas, sedangkan peneliti menggunakan sampel siswa sekolah dasar. Untuk mengatasi perbedaan item yang diberikan pada kuesioner penelitian ini dengan penelitian lainnya, penelitipun mengembalikan karakteristik-karakteristik tersebut kepada dimensinya masing-masing. Dari 10 karakteristik guru yang baik menurut siswa sekolah dasar yang peneliti dapatkan, sebagian besar (lima karakteristik) berasal dari dimensi warm and acceptance. Hal tersebut menunjukkan bahwa bagi siswa sekolah dasar, dimensi tersebut merupakan dimensi yang paling penting untuk dimiliki oleh seorang guru untuk menjadi guru yang baik. Selain mendapatkan karakteristik-karakteristik yang dipersepsikan sebagai karakteristik guru yang baik oleh siswa sekolah dasar, dalam penelitian ini penelitipun mendapatkan karakteristik guru yang tidak baik berdasarkan person perception siswa sekolah dasar. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah guru yang berbicara dengan kata-kata kasar, suka meludah sembarangan, judes, tidak peduli dengan siswa-siswinya, meledek siswa-siswinya, tidak mau menjelaskan pelajaran pada siswanya yang belum mengerti, memaksa siswa menuruti perintahnya, kukunya panjang, pada mejanya terdapat kertas-kertas berserakan, dan tidak mau menerima pendapat siswa-siswinya. Peneliti menduga bahwa

53 karakteristik-karakteristik tersebut dipersepsikan sebagai karakteristik guru yang tidak baik karena karakteristik-karakteristik tersebut bertentangan dengan karakteristik guru yang baik. Hal tersebut dapat dilihat pada karakteristik guru yang tidak baik berupa berbicara dengan kata-kata yang kasar. Menurut peneliti, siswa mempersepsikan karakteristik tersebut sebagai karakteristik guru yang tidak baik karena karakteristik tersebut bertentangan dengan karakteristik yang mereka persepsikan sebagai karakteristik guru yang baik, yaitu guru yang berbicara dengan kata-kata yang baik. Selain bertentangan, ada pula karakteristik yang dipersepsikan siswa sebagai karakteristik guru yang tidak baik karena karakteristik tersebut tidak sesuai dengan peran guru sebagai teladan yang patut dicontoh oleh siswa. Contohnya adalah karakteristik guru yang kukunya panjang. Di sekolah, terdapat peraturan yang melarang siswa memanjangkan kukunya. Berdasarkan peraturan tersebut, guru secara berkala memeriksa kuku siswa dan memberi hukuman pada siswa yang kukunya panjang. Hukuman tersebut biasanya berupa pukulan ringan di tangan atau jari siswa tersebut. Siswa yang mengetahui larangan tersebut dapat memandang bahwa guru yang baik seharusnya merupakan guru yang dapat memberinya contoh sehubungan dengan larangan tersebut, yaitu guru yang tidak memanjangkan kukunya. Hal tersebut menyebabkan, ketika siswa melihat guru yang kukunya panjang, merekapun akan cenderung mempersepsikan bahwa guru tersebut bukanlah contoh guru yang baik. Seperti pada karakteristik guru yang baik, penelitipun mengembalikan karakteristik-karakteristik yang dipersepsikan sebagai karakteristik guru yang tidak baik oleh siswa sekolah dasar tersebut kepada dimensinya masing-masing. Hasilnya adalah dari 10 karakteristik guru yang tidak baik, sebagian besar (lima karakteristik) berasal dari dimensi warm and acceptance. Sama seperti pada karakteristik guru yang baik, hal tersebut juga menunjukkan bahwa bagi siswa sekolah dasar, dimensi tersebut merupakan dimensi yang paling penting untuk dimiliki oleh seorang guru untuk menjadi guru yang baik. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan, dapat dilihat bahwa dimensi yang paling penting dimiliki oleh guru yang dipersepsikan sebagai guru yang baik oleh siswa sekolah dasar adalah dimensi warm and acceptance. Hal tersebut dikarenakan, siswa sekolah dasar membutuhkan sosok guru yang dapat

54 berperan sebagai orang tuanya di sekolah atau sebagai significant othernya. Oleh karena itulah, ia memandang guru yang baik sebagai seseorang yang peduli, memperhatikan, dan menyayanginya sebagaimana orang tuanya memperlakukannya di rumah. Selain melakukan analisis hasil utama penelitian, penelitipun melaksanakan analisis tambahan untuk melihat apakah terdapat perbedaan karakteristik guru yang baik menurut siswa sekolah dasar yang berada pada kelas 2 dan kelas 5. Berdasarkan hasil analisis tambahan tersebut, terdapat 8 karakteristik yang memiliki perbedaan yang signifikan diantara siswa kelas 2 dan kelas 5. Namun, dari 8 karakteristik tersebut, hanya ada 2 karakteristik yang dipersepsikan berbeda oleh siswa kelas 2 dan siswa kelas 5, yaitu memiliki cara mengajar sendiri yang berbeda dengan guru lain dan tidak suka pamer. Siswa kelas 2 tidak mempersepsikan kedua karakteristik tersebut sebagai karakteristik guru yang baik. Sebaliknya, siswa kelas 5 mempersepsikan kedua karakteristik tersebut sebagai karakteristik guru yang baik. Peneliti menduga perbedaan yang hanya sedikit tersebut disebabkan oleh penyebaran usia partisipan yang tidak merata. Siswa kelas 2 sebagian besar terdiri dari anak yang berusia 8 tahun, hanya ada beberapa saja yang berusia 7 tahun. Sedangkan siswa kelas 5 memiliki rentang usia 10 hingga 11 tahun. Peneliti menduga perbedaan usia yang tidak terlalu ekstrim tersebut sebagai penyebab sedikitnya perbedaan yang muncul di antara mereka. Penyebab lainnya yang peneliti duga sebagai penyebab sedikitnya perbedaan tersebut adalah guru yang mengajar mereka. Terdapat kemungkinan bahwa guru yang mengajar siswa kelas 2 juga mengajar di kelas 5, atau sebaliknya, sehingga pengalaman siswa dengan guru tidak terlalu bervariasi. 5.3 Saran Pada bagian ini peneliti mencoba memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, baik secara metodologis maupun secara praktis.

55 5.3.1 Saran Metodologis Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran metodologis yang dapat diajukan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, antara lain: Pada penelitian selanjutnya, peneliti sebaiknya melakukan uji validitas dan reliabilitas ulang pada alat ukur karakteristik guru yang baik. Jika diperlukan, peneliti sebaiknya melakukan uji coba (expert judgement, uji keterbacaan, dan pilot study) lebih dari satu kali agar mendapatkan item-item yang baik. Hal ini dilakukan agar pernyataan dalam kuesioner memperoleh kesesuaian dengan partisipan penelitian. Untuk alat ukur karakteristik guru yang baik yang akan digunakan pada penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan alat ukur dengan jumlah item yang lebih banyak, sehingga dapat mencakup seluruh indikator perilaku yang diinginkan dan persepsi partisipan mengenai karakteristik guru yang baik lebih tergali. Pada penelitian selanjutnya, peneliti sebaiknya mengambil sampel yang lebih besar yang tersebar di beberapa tempat, sehingga hasil yang diharapkan pun dapat lebih representatif dan dapat lebih digeneralisasikan Pada penelitian selanjutnya, peneliti juga sebaiknya tidak hanya mengambil sampel dari satu jenis sekolah saja, misalnya sekolah negeri atau sekolah swasta. Namun mengambil sampel dari kedua jenis sekolah tersebut, sehingga peneliti mendapat gambaran karakteristik guru yang baik dari kedua jenis sekolah tersebut. Selain itu, peneliti juga dapat melihat lebih lanjut mengenai perbedaan-perbedaan yang ada di antara kedua jenis sekolah tersebut. Pada saat pengambilan data, sebaiknya peneliti didampingi oleh lebih dari seorang rekan. Hal tersebut terutama penting bagi pengambilan data di kelaskelas yang lebih rendah, seperti kelas 2, agar peneliti dapat lebih mengkontrol situasi dan kondisi pengambilan data.

56 5.3.2 Saran Praktis Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran praktis yang dapat penulis ajukan, antara lain: Dalam menerapkan metode pengajaran, sebaiknya guru menyesuaikan metode pengajaran yang akan diterapkan dengan minat, kebutuhan, dan harapan siswa. Hal tersebut merupakan hal yang penting bagi kegiatan pembelajaran agar siswa mau memperhatikan dan lebih termotivasi untuk menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, ada baiknya guru berperan sebagai pendengar aktif akan kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan siswa. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa merupakan siswa yang aktif dan terbuka dalam mengutarakan keinginan atau kondisi dirinya. Dengan mendengar aktif diharapkan guru dapat mengetahui kondisi seluruh siswanya secara merata, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Dalam proses penerimaan guru yang akan mengajar di suatu sekolah, hendaknya pihak penerima atau kepala sekolah mempertimbangkan apakah calon guru tersebut telah memiliki karakteristik guru yang baik. Dengan demikian, siswa sekolah tersebut dapat menerima pelajaran dari guru yang baik dan selanjutnya dapat lebih mengingkatkan potensi dan prestasi belajar siswa. Sebaiknya karakteristik guru yang baik dimasukkan ke dalam kurikulum yang akan diberikan pada para calon guru agar mereka tidak hanya mengembangkan kompetensi akademis saja, namun juga membangun kompetensi-kompetensi atau karakteristik-karakteristik yang dapat menjadikan calon guru tersebut guru yang baik.