PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

KAJIAN PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP KEGIATAN SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PNPM MANDIRI DI KOTA BENGKULU

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. ditemui melalui pendekatan kualitatif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

Daftar Pertanyaan Kuesioner

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan pada prinsipnya adalah

ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA

III. METODE PENELITIAN. Lebak yang merupakan wilayah pelaksana Program Nasional Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) SURABAYA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) MAKASSAR

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB X RELASI GENDER DALAM P2KP

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB V PENUTUP. kemiskinan melalui kelembagaan lokal, sehingga keberdaan lembaga ini tidak murni

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP

I. PENDAHULUAN. individu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dengan layak. Kemisikinan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah tim pengelola kegiatan, tim penulis usulan,

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (Sebuah Studi Kasus di Tanah Laut Kalsel) Oleh I.H.Subandi dan Pardjimin Emil:

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA ORGANISASI : BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEMERINTAHAN DESA DAN KELURAHAN Halaman.

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengatasi masalah kemiskinan (hal I, Pedoman Teknis Pengamanan Sosial

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

Oleh: Elfrida Situmorang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil analisis tentang Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PROFIL LKM MAJU MANDIRI KELURAHAN KARANG ANYER KECAMATAN KOTA KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IX FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERMASALAHAN PADA P2KP

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri, Program Penanggulangan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

Transkripsi:

53 VI. PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 6.1. Pengaruh Tingkat Kemauan Terhadap Perempuan dalam Program PNPM mandiri perkotaan Tingkat kemauan perempuan peserta di Kelurahan Semplak dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan dapat dilihat dari persepsi, sikap dan motivasi para peserta terhadap program tersebut. Mayoritas perempuan peserta di Kelurahan Semplak yang mendapatkan dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) PNPM, memiliki persepsi yang tergolong sedang atau biasa saja sebesar 63,3 persen (Lampiran1. Tabel Frekuensi Persepsi). Dari hasil wawancara dengan perempuan peserta, kebanyakan dari mereka telah mengerti bahwa akan ada proyek bantuan pemerintah untuk masyarakat miskin. Bahwa bantuan tersebut dapat direalisasikan dengan syarat peserta harus dapat membentuk kelompok kelompok KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Tabel 6.1 Hubungan Antara Tingkat Persepsi terhadap Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Sedang Tingkat Persepsi Tinggi Rendah 29(48,33%) 3(9,68%) Sedang - 28(90,32%) Jumlah 29(100%) 31(100%) Tabel 6.1 menjelaskan keterhubungan antara pengaruh persepsi dengan tingkat partisipasi. Data tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan peserta program PNPM-MP memiliki tingkat persepsi yang tinggi maka tingkat partisipasinya juga cenderung meningkat. Peserta memersepsikan bahwa program PNPM Mandiri Perkotaan dinilai cukup bermanfaat. Peserta setuju bahwa program yang merupakan salah satu kontribusi pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat bertujuan dalam membantu masyarakat dalam mengatasi permasalahan ekonomi serta dapat menciptakan peluang dan kesempatan yang baru bagi masyarakat. Sehingga akhirnya mereka berpartisipasi dalam mengikuti beberapa pelatihan dari ini

54 program sehingga mendapatkan tambahan pengetahuan dan mengasah keterampilan sehingga menjadi lebih kreatif dari sebelumnya. Hal ini dapat membantu masyarakat khususnya para peserta program untuk belajar berorganisasi menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Penilaian peserta dari segi sikap dalam menanggapi program adalah sebesar 78,3 persen ( Lampiran1. Tabel Frekuensi Sikap) Hal tersebut merupakan sikap yang netral. Mereka mengikuti program ini dengan melaksanakan kegiatan dana bergulir yang diberikan oleh PNPM. Menurut peserta, dana bergulir yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan mereka, selain itu dengan adanya dana bergulir tersebut dapat membantu mereka dalam memiliki usaha dan menciptakan peluang dan kesempatan kerja bagi mereka sehingga dengan begitu pendapatan yang mereka hasilkan juga bertambah. Hal ini menyebabkan para peserta akhirnya banyak yang berpartisipasi dalam mengunakan dana bergulir dan membuka usaha. Adapun keterkaitan antara pengaruh sikap terhadap tingkat partisipasi, ditunjukkan oleh Tabel 6.2. Tabel 6.2 Hubungan Antara Sikap terhadap Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Sikap Netral Positif Rendah 29(63,04%) 6(42,86%) Sedang 17(36,83%) 8(57,14%) Jumlah 46(100%) 14(100%) Penjelasan tabel 6.2 ini menunjukkan bahwa sikap perempuan peserta program yang netral cenderung melahirkan partisipasi yang rendah sebesar 63,04 persen. Data menunjukkan kecenderungan bahwa semakin ke arah netral sikap perempuan peserta program maka semakin rendah tingkat partisipasinya. Masih rendahnya partisipasi perempuan peserta program karena masih banyak yang belum antusias atau belum yakin terhadap program yang ada. Setiap perempuan peserta memiliki motivasi yang berbeda dalam berpartisipasi dalam program PNPM, namun perempuan peserta di Kelurahan Semplak memiliki motivasi yang cukup tinggi sebesar 76,7 persen (Lampiran1. Tabel Frekuensi Motivasi). Mereka berpartisipasi dalam program berdasarkan kemampuan mereka sendiri tanpa paksaan orang lain dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini dikarenakan kebutuhan mereka yang banyak sehingga rata-rata para perempuan peserta ingin membantu suaminya

55 dalam mendapatkan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu, dengan adanya tingkat kemauan yang tinggi dari para peserta menyebabkan partisipasi yang tinggi juga di dalam program. Tabel 6.3 Hubungan Antara Motivasi terhadap Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Motivasi Sedang Tinggi Rendah 27(48,21%) 2(50%) Sedang 29(51,79%) 2(50%) Jumlah 56(100%) 4(100%) Berdasarkan Tabel 6.3, diketahui bahwa perempuan peserta program memiliki motivasi sedang memiliki tingkat partisipasi sedang yaitu 51,79 persen dan mengalami penurunan tingkat partisipasi menjadi rendah sebesar 50 persen pada motivasi yang tinggi. Data tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan peserta program PNPM-MP memiliki motivasi yang tinggi maka tingkat partisipasinya semakin rendah, sementara dengan motivasi yang sedang tingkat partisipasinya justru semakin tinggi. Hal ini dikarenakan perempuan peserta yang memiliki motivasi yang tinggi beranggapan bahwa, mereka tidak harus mengikuti kegiatan bimbingan maupun rapat evaluasi dari pihak PNPM dikarenakan mereka sudah menyadari dan langsung termotivasi dalam program dana bergulir tanpa merasa perlu terlalu berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan yang telah disediakan. 6.2. Pengaruh Tingkat Kemampuan Terhadap Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Pengaruh tingkat kemampuan terhadap tingkat partisipasi perempuan dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan perempuan peserta yang mengikuti program PNPM Mandiri Perkotaan. Tingkat pendidikan peserta yang menerima dana bergulir PNPM yang masuk kedalam kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di Kelurahan Semplak dapat dikelompokan bahwa 76,7 persen (Lampiran 4. Tabel Frekuensi Tingkat Kemampuan Pendidikan) tingkat pendidikannya tergolong sedang namun lebih cenderung ke rendah. Dengan kondisi tersebut menyebabkan peserta tidak memiliki pilihan maupun peluang yang besar dalam kesempatan kerja. Dengan kondisi tersebut akhirnya pendapatan

56 atau gaji yang diterima dari pekerjaan tersebut relatif kecil sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargannya menjadi tidak tercukupi. Adanya program PNPM terutama dalam kegiatan dana bergulir, peserta merasa terbantu dalam permasalahan ekonomi mereka. Kebanyakan dari mereka tidak teralu merasa harus memiliki pendidikan yang yang cukup dalam berpartisipasi dalam program PNPM, karena dalam program PNPM lebih diperlukan niat serta kreativitas yang tinggi dalam membuka usaha dari pinjaman dana bergulir. Namun mereka tidak menyangkal bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang akan mereka dapatkan dalam program ini. Program PNPM ini diharapkan dapat meningkatkan pendidikan masyarakat terutama masyarakat miskin. Sehingga penting melakukan upaya upaya dalam pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan tingkat pendidikanmya sehingga dalam jangka panjang dapat diperoleh kualitas manusia yang dapat bersaing dan berkompetisi dalam memperebutkan sumberdaya dan pada akhirnya ekonomi dan kesejahteraan masyarakat meningkat, dengan ini partisipasi masyarakat dalam program pun akan meningkat. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan hubungan antara tingkat pendidikan terhadap tingkat partisipasi. Tabel 6.4 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan terhadap Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Pengaruh Tingkat Pendidikan yang ditamatkan Rendah Sedang Tinggi Rendah 13(72,22%) 18(43,90%) 0 Sedang 5(27,78%) 23(56,10%) 1(100%) Jumlah 18(100%) 41(100%) 1(100%) Dari tabel 6.4 tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan cenderung menunjukkan semakin tinggi tingkat partisipasi. Tingkat pendidikan yang rendah sebesar 72,22 persen memiliki tingkat partisipasi yang rendah. Semakin tingginya tingkat pendidikan cenderung meningkatkan tingkat partisipasi yang ditunjukkan dengan angka sebesar 56,10 dan 100 persen. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi membuat para peserta banyak yang memilih pekerjaan lain selain mengikuti program dana bergulir ini. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai pegawai negeri.

57 Hubungan antara tingkat pendapatan terhadap tingkat partisipasi perempuan peserta dalam program PNPM Mandiri Perkotaan, dijelaskan pada Tabel 6.5. Tabel 6.5 Hubungan Antara Tingkat Pendapatan terhadap Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Pengaruh Tingkat Pendapatan per bulan Rendah Sedang Tinggi Rendah 2(100%) 28(51,85%) 2(50%) Sedang 0 26(48,15%) 2(50%) Jumlah 2(100%) 54(100%) 4(100%) Tabel ini menunjukkan bahwa perempuan peserta program dengan pendapatan rendah cenderung memiliki partisipasi rendah, sementara perempuan dengan pendapatan tinggi cenderung memiliki partisipasi rendah dan sedang. Terdapat kecenderungan semakin tinggi pendapatan perempuan peserta program maka semakin tinggi partisipasi (sedang) Dari tabel 6.5 perempuan peserta pada program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki tingkat pendapatan rendah sebesar 100 persen yang memiliki partisipasi yang juga tergolong rendah. Namun pendapatan peserta perempuan menurun menjadi 51,85 persen dalam tingkatan pendapatan yang rendah dan kembali naik menjadi 50 persen pendapatannya dalam tingkat partisipasi yang tergolong sedang. Rendahnya pendapatan suami para perempuan peserta program ini serta dengan ketidakadanya penghasilan yang diperoleh perbulannya menyebabkan para perempuan peserta akhirnya memutuskan untuk berpartisipasi dalam program PNPM untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari mereka. Pendapatan yang mereka peroleh sebesar 88,3 persen (Lampiran4. Tabel Frekuensi Tingkat Kemampuan Pendapatan) tergolong tingkat pendapatan dalam kategori sedang di dalam lingkungan masyarakat Kelurahan Semplak. Namun tetap masih dibawah rata-rata cukup, sehingga para peserta akhirnya berpartisipasi dalam program PNPM. Peserta telah mengakui bahwa dengan menjadi peserta perempuan maka mereka mendapatkan tambahan pendapatan saat mengikuti program PNPM. Bukan itu saja namun pendapatan yang mereka terima dapat dijadikan sebagai modal dalam mereka berwirausaha. Hal ini tentu sangat mempengaruhi tingkat partisipasi, kerena semakin tinggi tingkat kemampuan

58 pserta dalam pendidikan dan pendapatan maka para perempuan peserta pun semakin yakin dan percaya diri dalam mengikuti program PNPM Perkotaan. 6.3. Pengaruh Tingkat Kesempatan terhadap Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Tingkat kesempatan terbagi menjadi tingkat keterdedahan informasi dan tingkat pendampingan yang diterima oleh peserta terhadap program. Tingkat keterdedahan informasi perempuan peserta di Kelurahan Semplak tergolong tinggi yaitu sebesar 96,7 persen (Lampiran1. Tabel Frekuensi Tingkat Kesempatan Keterdedahan Informasi). Bagi mereka, informasi yang disampaikan dari pihak PNPM Mandiri Perkotaan (pemerintah) kepada masyarakat sudah sangat jelas. Mereka mengerti bahwa program PNPM Mandiri Perkotaan yang ada di Kelurahan Semplak merupakan sebuah program yang memiliki tujuan dalam mengentaskan kemiskinan di daerah sekitar rumah mereka dengan proyek proyek tertentu dan salah satunya adalah pemberian dana bergulir BLM (Bantuan Langsung Mandiri). Mereka sebagai peserta perempuan program telah mengetahui bahwa dana tersebut adalah merupakan dana pinjaman bergulir yang harus mereka gunakan dalam membuka atau mengembangkan usaha dan dana pinjaman tersebut pun harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu. Jika jangka waktu pengembalian terlambat maka mereka akan dapatkan sangsi sesuai dengan alasan mereka masing-masing mengapa dapat terjadi keterlambatan. Biasanya ketepatan waktu pengembalian dana bergulir mempengaruhi jumlah dana BLM yang akan dipinjamkan untuk selanjutnya. Informasi seperti ini sangat penting diketahui para peserta. Dengan adanya informasi yang tepat dan jelas maka mereka akan dengan yakin berpartisipasi dalam program. Berikut ini merupakan tabel yang memaparkan hubungan antara keterdedahan informasi dengan tingkat partisipasi perempuan peserta dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan.

59 Tabel 6.6 Hubungan Antara Keterdedahan Informasi terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Keterdedahan Informasi Sedang Tinggi Rendah 28(50%) 0 Sedang 28 (50%) 4 (100%) Jumlah 56(100%) 4(100%) Data tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan peserta program PNPM-MP memiliki tingkat keterdedahan informasi yang tinggi maka tingkat partisipasinya meningkat., sementara pada yang peserta dengan tingkat keterdedahan informasi yang sedang ada penurunan kembali tingkat partisipasinya Tingkat pendampingan yang diterima masyarakat Kelurahan Semplak cukup tinggi yaitu sebesar 95 persen (Lampiran4. Tabel Frekuensi Tingkat Pendampingan). Mereka mengakui bahwa fasilitator kelurahan telah memberikan saran yang bermanfaat dalam penyusunan rencana usaha mereka serta melakukan diskusi seputar bidang usaha yang mereka jalani sehari hari. Berikut ini merupakan tabel yang memaparkan hubungan antara pendampingan dengan tingkat partisipasi peserta. Tabel 6.7 Hubungan Antara Pendampingan yang Diterima terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Pendampingan yang diterima Sedang Tinggi Rendah 28(50%) 0 Sedang 28 (50%) 4(100%) Jumlah 56(100%) 4(100%) Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan peserta program PNPM-MP memiliki pendampingan yang tinggi maka tingkat partisipasinya meningkat, sementara pada peserta yang hanya mendapatkan tingkat pendampingan sedang terdapat penurunan kembali tingkat partisipasinya Pihak PNPM Mandiri Perkotaan memberikan pelatihan dan keterampilan bagi KSM seputar usaha mereka serta memberikan saran yang membangun dan memantau perkembangan usaha para peserta secara rutin. Hal hal ini meyakinkan para peserta bahwa program PNPM Perkotaan merupakan program yang kompeten karena memiliki pendampingan serta pengawasan yang jelas.

60 Dengan ini tingkat partisipasi peserta pun menjadi semakin tinggi karena semakin percaya terhadap kesempatan yang diberikan pihak PNPM Perkotaan terhadap perkembangan usaha mereka. 6.4. Pengaruh Faktor Demografi terhadap Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Faktor demografi terbagi manjadi dua yaitu usia dan status perkawainan. Di Kelurahan Semplak, usia mepengaruhi kinerja dalam proyek PNPM tersebut. Dalam usia yang produktif kerja para peserta terlihat lebih maksimal dibanding usia non produktif. Usia produktif terbagi menjadi tiga kategori produktif muda berkisar antara 18-25 tahun dengan jumlah sebesar 11,66 persen. Produktif menengah berkisar antara 26-45 tahun dengan jumlah 73,33 persen dan produktif tua sebesar 15 persen. Peserta yang tergolong kelompok umur produktif sedang berpartisipasi tinggi di dalam program. Selain usia, status perkawinan juga mempengaruhi tingkat partisipasi, ada 85 persen perempuan peserta yang memiliki status menikah yang mengikuti program PNPM ini, walaupun mereka telah menikah namun mereka dapat membagi waktunya dengan baik dalam berumah tangga dan dalam menjalankan usaha setiap hari. Kebanyakan dari mereka dalam 24 jam melaksanakan seperempat dalam waktu produktifnya dengan menjalankan usaha program PNPM yang mereka minati untuk menambah penghasilan mereka, namun setelah melaksanakan usah amereka tetap melaksanakan kewajiban rumahtangga sebagaimana mestinya seperti memasak,mencuci baju,membersihkan rumah, bahkan sampai menggurus anak dan berpasrtisipasi dalam kelembagaan lain misalnya pengajian, PKK dan kepengurusan puskesmas semuannya mereka lakukan dengan rutin setiap hari. Hal hal yang berbau rumahtangga tidak menghalangi mereka untuk tetap total dalam melaksanakan usaha program PNPM tersebut. Beban kerja ganda yang mereka lakukan justru membuat mereka lebih dsiplin dan dapat membagi waktu dengan baik serta mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan adanya kesibukan yang mendatangkan keuntungan yang didapat yang berupa penghasilan tambahan untuk pemenuhan kebutuhan setiap harinya. Oleh karena itu mereka tetap berpartisipasi aktif dalam program ini.

61 Berikut ini merupakan tabel yang memaparkan hubungan antara usia terhadap tingkat partisipasi perempuan peserta. Tabel 6.8 Hubungan Antara Usia terhadap Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Usia Produktif Muda Produktif Menengah Produktif Tua Rendah 5 (55,56%) 19 (44,19%) 4 (50%) Sedang 4 (44,44%) 24 (55,81%) 4 (50%) Jumlah 9 (100%) 43 (100%) 8 (100%) Data tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan peserta program PNPM-MP berada pada golongan usia produktif menengah (26-45 tahun) maka tingkat partisipasinya meningkat, sementara pada usia produktif tua relatif ada penurunan kembali tingkat partisipasinya. Sebesar 55,56 persen perempuan peserta yang berada pada kategori usia produktif menengah ternyata memiliki tingkat partisipasi yang rendah dan mengalami peningkatan tingkat partisipasi menjadi sedang menjadi 55,81 persen dan kembali mengalami penurunan menjadi 50 persen di tingkat partisipasi sedang terhadap program PNPM Mandiri perkotaan yang diimplementasikan di Kelurahan Semplak. Dalam usia yang berkisar antara 26 45 tahun mereka yang tergolong usia produktif menengah dianggap telah matang dan berpengalaman dalam menjalani usaha dana bergulir oleh karena itu mereka dapat cukup berpartisipasi dikarenakan mereka diberikan kepercayaan oleh pihak PNPM dalam menjalani usaha. Hubungan antara status pernikahan terhadap tingkat partisipasi perempuan peserta dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dikemukakan secara detail pada Tabel 6.9. Tabel 6.9 Hubungan Antara Status Pernikahan terhadap Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Pengaruh Status Pernikahan Menikah Belum Menikah Janda Rendah 22(51,16%) 4(33,33%) 4 (80%) Sedang 21(48,84%) 8(66,67%) 1 (20%) Jumlah 43(100%) 12(100%) 5(100%) Dari data diketahui bahwa perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan sudah menikah memiliki partisipasi yang rendah. Sementara itu, perempuan peserta program yang belum menikah cenderung memiliki tingkat partisipasi yang tinggi yaitu sebesar 66,67 persen. Jadi yang tinggi partisiasinya

62 hanya pada perempuan berstatus belum menikah. Hal ini dikarenakan banyaknya peserta perempuan yang sudah menikah lebih sulit membagi waktunya dalam melaksanakan baban kerja ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai peserta dalam pengelola usaha oleh dana bergulir dari program PNPM Mandiri Perkotaan tersebut, selain itu hal yang harus dipikirkan lebih jauh adalah akses dan kontrol terhadap keuntungan yang dihasilkan dari usaha tersebut. 6.5 Uji Korelasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Berikut ini merupakan tabel hasil uji korelasi dengan menggunakan SPSS uji Spearman : Tabel 6.10 Uji Korelasi Faktor yang Berpengaruh terhadap No Faktor faktor yang mempengaruhi Tingkat partisipasi Sig. (2-tailed) 1 Tingkat Kemauan Tidak Nyata (0,887) 2 Tingkat Kemampuan Tidak Nyata (0,997) 3 Tingkat Kesempatan Tidak Nyata (0,088) 4 Usia Tidak Nyata (0,867) 5 Status Pernikahan Tidak Nyata (0,418) Hubungan antara dengan Tingkat Kemauan : H0 : Tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi. H1 : Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi. Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,887 > (0.05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hubungan antara dengan Tingkat Kemampuan H0 : Tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan tingkat kemampuan H1 : Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan tingkat kemampuan

63 Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,997 > (0.05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hubungan antara dengan Tingkat Kesempatan H0 : Tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan tingkat kesempatan H1 : Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan tingkat kesempatan Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,088 > (0.05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hubungan antara dengan Usia H0 : Tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan usia H1 : Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan usia Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,867 > (0.05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hubungan antara dengan Status Pernikahan H0 : Tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan Status Pernikahan H1 : Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan status pernikahan Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,418 > (0.05) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Tingkat partisipasi seseorang tidak dipengaruhi oleh tingkat kemauaan dan kemampuan hal ini dikarenakan peserta perempuan program PNPM yang berpendidikan rendah maupun tinggi serta berpendapatan rendah dan tinggi memiliki partisipasi rendah dalam rangkaian program PNPM yang berupa kegiatan penyusunan program PNPM, mengemukakan masukan atau saran di setiap rapat PNPM, menetapkan konsep rencana program selanjutnya dan memberikan persetujuan terhadap rancangan rencana tersebut. Persepsi, sikap dan

64 motivasi mereka cukup tinggi namun hal tersebut berkaitan dengan keikutsertaan mereka dalam program dana bergulir dengan tujuan menambah penghasilan mereka sehari hari untuk memenuhi kebutuhan hidup, bukan karena ingin mengikuti kegiatan PNPM lainnya. Mereka kurang peduli terhadap pendampingan yang diterima maupun informasi yang diberikan oleh pihak PNPM mengenai program. Tujuan mereka hanyalah untuk mendapatkan modal untuk membuka usaha. Oleh karena itu tingkat kesempatan juga bisa dikatakan tidak berpengaruh dalam tingkat partisipasi Untuk faktor demografi, usia dan status pernikahan juga tidak mempengaruhi partisipasi karena dalam program PNPM sendiri tidak pernah mematokan perempuan peserta program dengan usia dan status pernikahan tertentu sehingga mereka lebih merasa bebas dan tidak terikat kepada dua hal tersebut. Selain itu ada beberapa hal seperti pekerjaan rumah tangga yang tidak bisa mereka tinggalkan sehingga mereka hanya fokus kepada program dana bergulir yang mendatangkan keuntungan daripada mengikuti pelatihan pelatihan yang diberikan oleh pihak PNPM itu sendiri.