Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma"

Transkripsi

1 ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN KEGIATAN EKONOMI DARI PINJAMAN DANA BERGULIR (Studi Kasus : Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok) Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3 1 Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma dejan5_adriana@yahoo.co.id 2,3 Staff Pengajar Universitas Gunadarma 2 tety@staff.gunadarma.ac.id 3 bsanti@staff.gunadarma.ac.id ABSTRAK Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu program nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka menanggulangi persoalan kemiskinan yang terjadi di masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan. Dengan masyarakat sebagai pelaku utama dalam program ini, berarti partisipasi masyarakat mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan dan keberlanjutan program P2KP tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan ekonomi P2KP dan mengetahui indikator yang belum terpenuhi oleh masyarakat sebagai wujud partisipasinya.pengumpulan data menggunakan kuesioner, yang disebarkan kepada 81 orang responden yang meminjam dana bergulir P2KP. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa besarnya tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Pancoran Mas adalah cukup aktif dengan persentase sebesar 72,89%. Dan tidak ada indikator yang belum terpenuhi oleh masyarakat Kelurahan Pancoran Mas, karena semuanya di atas rata-rata (>60%). Kata Kunci : Tingkat Partisipasi Masyarakat, P2KP PENDAHULUAN Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani, khususnya di wilayah perkotaan pinggiran. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu program nasional yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka menanggulangi persoalan kemiskinan yang terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan. Upaya-upaya tersebut diletakkan dan dipercayakan kepada masyarakat (seluruh warga peserta P2KP), dengan dukungan fasilitasi dari pemerintah, pihak swasta dan organisasi masyarakat sipil lainnya.

2 P2KP menerapkan konsep pemberdayaan dengan menekankan pada pendekatan komunitas dan bertumpu pada pengembangan manusia, karena upaya pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan akan dapat diwujudkan dengan lebih memberdayakan komunitas itu sendiri, khususnya komunitas di tingkat kelurahan/kecamatan. Hal tersebut dilakukan melalui penguatan kelembagaan komunitas yang disebut dengan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), dan dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Penguatan kelembagaan pembangunan masyarakat dilaksanakan dengan menggunakan model pembangunan partisipatif yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas masyarakat dan kemampuan aparat birokrasi dalam menjalankan fungsi lembaga pemerintahan yang berorientasi pada kepentingan rakyat. Dengan masyarakat sebagai pelaku utama dalam program ini, berarti partisipasi masyarakat mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan dan keberlanjutan program P2KP tersebut. Apabila masyarakat berpartisipasi aktif, maka diharapkan pada kegiatan selanjutnya masyarakat bisa melakukannya atas kemauannya sendiri dan dengan kemampuannya sendiri. Dua prinsip inilah yang menjadi inti dari konsep pemberdayaan oleh P2KP, yaitu partisipatif dan kemandirian. Sesuai dengan visi dan misi kota Depok, yang ditujukan untuk mensejahterakan warganya dengan mengembangkan perekonomian masyarakat dan dunia usaha, program P2KP telah digulirkan kepada sejumlah UKM di kota ini. Dengan adanya BKM (sebagai penghubung antara pemerintah dengan masyarakat), maka partisipasi masyarakat melalui keikutsertaan mereka sebagai anggota KSM dalam pelaksanaan pinjaman bergulir pada P2KP sangatlah diharapkan. Apabila kedua prinsip dalam P2KP (partisipatif dan kemandirian) dapat dicapai, maka akan mudah untuk mewujudkan pembangunan Kota Depok yang berkelanjutan. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Pancoran Mas, dan mengetahui indikator yang belum terpenuhi oleh mereka, sebagai wujud partisipasi mereka terhadap keberlangsungan kegiatan ekonomi dari P2KP. TINJAUAN PUSTAKA Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) P2KP muncul akibat adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun Sekitar 150 (50%) Daerah Tingkat II (kota/kabupaten) pada waktu itu dilaporkan juga terjadi kasus-kasus rawan gizi, angka pengangguran meningkat hingga 13,8 juta jiwa, dan semua ini sangat dirasakan dampaknya yang terjadi (terutama) diwilayah perkotaan (Kusuma,2006). P2KP adalah suatu upaya untuk meningkatkan tingkat kesejahteraaan masyarakat dengan menggunakan paradigma dan pemahaman baru, dengan lebih mengedepankan pemberdayaan masyarakat secara keseluruhan khususnya di tujukan kepada masyarakat miskin di perkotaan. Program ini mempunyai visi dan misi sebagai berikut : a) Visi P2KP : Terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari. b) Misi P2KP : Membangun masyarakat yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok setempat dalam menanggulangi kemiskinan. Mewujudkan lingkungan yang tertata, sehat, produktif dan berkelanjutan.

3 Partisipasi Masyarakat Menurut Syahyuti (2005), partisipasi adalah proses tumbuhnya kesadaran terhadap kesalinghubungan di antara stakeholders yang berbeda dalam masyarakat, yaitu antara kelompok-kelompok sosial dan komunitas dengan pengambil kebijakan dan lembaga-lembaga jasa lain. Partisipasi didefinisikan sebagai proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisitaif pembangunan. Maka, pembangunan yang partisipatif (participatory development) adalah proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan substansial yang berkenaan dengan kehidupan mereka. Secara harfiah, partisipasi dapat diartikan sebagai ikut sertanya seseorang atau kelompok dalam suatu kegiatan tertentu. Sedangkan partisipasi warga adalah suatu bentuk keikutsertaan langsung warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka (Suhirman,2004). Dalam Pedoman Umum P2KP, partisipasi berarti melibatkan seluruh komponen masyarakat, yang dibangun dengan menekankan pengambilan keputusan oleh warga, mulai dari tataran ide, perencanaan, pengorganisasian, pemupukan sumber daya, pelaksanaan, evaluasi dan pemeliharaan. Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat dalam P2KP adalah seluruh warga kelurahan peserta P2KP baik yang kaya maupun yang miskin, kaum minoritas, pendatang dan penduduk asli setempat -, yang setelah melalui proses pemberdayaan dapat menyadari dan memahami kondisi kelurahan mereka serta persoalan kemiskinan yang masih dihadapi dan sepakat perlunya mengorganisasi diri untuk menanggulangi persoalan kemiskinan tersebut secara sistematik. Penyediaan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Yang diperbolehkan dibiayai oleh BLM dalam Pedoman Umum P2KP adalah : 1. Stimulan Keswadayaan Masyarakat (Insentif Hibah) : Kegiatan santunan sosial untuk fakir miskin, orang jompo, dan anak yatim piatu. Sebagian dana BLM harus dialokasikan untuk kegiatan santunan dan kesejahteraan lingkungan, perbaikan sekolah dasar, sosial, dan kesehatan sanitasi. Usulan kegiatan di bidang pendidikan dan kesehatan harus sesuai dengan Rencana Induk Pendidikan dan Kesehatan di kota/ kabupaten bersangkutan. Kegiatan yang sifatnya membangun kapasitas dan daya saing kelompok masyarakat (pelatihan kelompok dll). 2. Pinjaman Bergulir : Menurut H. Simanjuntak, et. al (2007), yang dikatakan dana bergulir adalah dana yang dipinjam untuk dikelola dan digulirkan kepada masyarakat pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran yang bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan lainnya. Pinjaman ini ditujukan untuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang membutuhkan dana untuk kegiatan usaha produktif, dengan batas maksimal pinjaman pertama kali adalah Rp 500 ribu. Sedangkan batas maksimal pinjaman untuk tahap berikutnya adalah Rp 2 juta. Penetapan Indikator Indikator adalah karakteristik yang dapat diamati secara tidak langsung dan digunakan sebagai definisi operasional dari variabel. Dari indikator tersebut, kemudian diturunkan ke dalam tolok ukur yang diamati dan diukur secara langsung. Dalam Pedoman Umum P2KP, indikator tingkat partisipasi masyarakat terdiri dari:

4 1. Sosialisasi; yaitu dengan pemberian informasi kepada masyarakat mengenai program P2KP. 2. Focus Group Discussion (FGD); yaitu dengan melakukan diskusi mengenai persepsi masyarakat mengenai P2KP. 3. Pemetaan Swadaya (PS); dilakukan dengan melakukan pertemuan untuk merumuskan persoalan kemiskinan dan potensi yang dimiliki. 4. Pengorganisasian Masyarakat dan Pembentukan BKM; warga diminta untuk memilih dan memutuskan sendiri perlu tidaknya berorganisasi untuk menangani persoalan kemiskinan secara sistematik. 5. Perencanaan Partisipatif; yaitu serangkaian kegiatan pertemuan untuk menghasilkan rencana atau program penanggulangan kemiskinan. 6. Pengorganisasian Kelompok (KSM); dilakukan dengan melakukan serangkaian kegiatan untuk membangun KSM. 7. Penyusunan dan Pengajuan Usulan Kegiatan; dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh KSM difasilitasi oleh kader masyarakat dan fasilitator. 8. Penilaian Usulan Kegiatan; Unit Pengelola Keuangan (UPK) BKM menilai proposal kegiatan yang diajukan ke BKM untuk mendapatkan akses dana BLM. 9. Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan; yang dilakukan oleh BKM dengan mengadakan rapat anggota untuk menyusun prioritas dari usulan KSM. 10. Penyaluran Dana; KSM yang usulan kegiatannya telah dinilai layak dan disetujui prioritas pendanaannya oleh BKM mendapatkan bantuan dana BLM. 11. Pendampingan dan Pengawasan; adalah mengenai kegiatan yang dilakukan pendamping masyarakat. METODE PENELITIAN Objek Penelitian Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah anggota KSM yang memperoleh pinjaman dana bergulir P2KP pada BKM Bina Budi Mulya yang berlokasi di kelurahan Pancoran Mas, Depok. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 81 responden, yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Jonathan Sarwono,2006): N n = N( d) dimana : n : Sampel N : Populasi (sebanyak 415) d : Derajat Kebebasan (digunakan 10%) Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Indikator yang digunakan dalam menentukan tingkat partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut :

5 Tabel 1 Tolok Ukur Partisipasi Masyarakat Terhadap P2KP Indikator Sosialisasi P2KP kepada Masyarakat Pengorganisasian Kelompok (KSM) Tersedianya Aset Usaha yang Dimiliki Anggota Pendampingan oleh Fasilitator Penyaluran Dana BLM Tolok Ukur Masyarakat mencari tahu informasi mengenai P2KP. Informasi mengenai P2KP didapatkan melalui kelurahan atau RT/RW setempat. Pemberitahuan mengenai adanya P2KP bagi masyarakat dilakukan secara jelas. Kemudahan dalam permohonan pengajuan dana. Prosedur dalam mendapatkan modal usaha dari P2KP. Adanya P2KP membantu pemecahan masalah usaha yang dihadapi anggota. Dana yang digunakan sebagai modal usaha adalah milik pribadi. Tempat yang digunakan untuk berusaha adalah milik pribadi. Alat usaha yang digunakan dalam menjalankan usaha adalah milik pribadi. Peran pendampingan kelompok. Peningkatan keterampilan anggota kelompok dengan pendampingan yang diberikan. Fasilitator mudah ditemui oleh anggota KSM. Proses pencairan dana cepat. Dana yang dicairkan sesuai dengan jumlah yang diminta. Dana bergulir P2KP hanya diberikan bagi masyarakat yang memiliki usaha. Besarnya cicilan untuk pengembalian dana, sesuai dengan kemampuan anggota. Kuesioner yang diberikan kepada responden, berupa pernyataan tertutup mengenai partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P2KP di kecamatan Pancoran Mas, Depok. Setiap pernyataan yang diajukan, responden hanya perlu menjawab 1 (satu) dari pilihan jawaban yang tersedia. Butir-butir pernyataan yang diajukan mengacu pada tolok ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Jawaban-jawaban yang tercantum dalam kuesioner mengacu pada skala likert, di mana dari masing-masing jawaban diberi skor sebagai berikut : Tabel 2 Alternatif Jawaban Responden dan Skor Penilaian Skor Masing-masing Pernyataan Pilihan Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Tidak Setuju 1 5 Tidak Setuju 2 4 Tidak Ada Pendapat 3 3 Setuju 4 2 Sangat Setuju 5 1 Sedangkan data berupa Laporan Auditor dan Keuangan pelaksanaan kegiatan P2KP di Pancoran Mas juga diperlukan, untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan jumlah besarnya dana yang dicairkan, serta jumlah KSM yang mengikuti P2KP.

6 Metode Analisis Sebelum dilakukan analisis terhadap indikator yang digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba tolok ukur yang akan digunakan dalam kuesioner. Dalam hal ini digunakan uji validitas dan reliabilitas. Untuk mempermudah dalam pengolahan data, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17.0 pada pengujian ini. a. Uji validitas, digunakan untuk menyampaikan sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur (Husein Umar,2002). Menurut Azuar Juliandi (2007), data dikatakan valid apabila: r hitung pada kolom corrected item-total correlation r tabel b. Uji reliabilitas, digunakan untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila digunakan berulang kali (Husein Umar, 2004). Menurut Azuar Juliandi (2007), data dapat dikatakan reliabel (dapat dipercaya) apabila: cronbach s alpha 0,60 Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, selanjutnya adalah menganalisis data yang telah didapatkan dengan mengggunakan model analisis deskriptif. Model analisis ini menjelaskan pernyataan responden dengan mendeskripsikannya melalui penggunaan tabel, dan pengukurannya menggunakan skala likert. Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah skor dari seluruh responden adalah: Tabel 3 Jumlah Skor Seluruh Responden Keterangan Jumlah Skor Maksimal 81 (responden) x 5 = 405 Minimal 81 (responden) x 1 = 81 Median 81 (responden) x 3 = 243 Kuartil I 81 (responden) x 2 = 162 Kuartil III 81 (responden) x 4 = 324 Jumlah skor tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan beberapa pendekatan (Sugiyono,2008), untuk menentukan seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat, sebagai berikut : a. Jika Kuartil III < Skor < Maksimal; artinya sangat positif (partisipasi masyarakat dinilai aktif). b. Jika Median < Skor < Kuartil III; artinya positif (partisipasi masyarakat dinilai cukup aktif). c. Jika Kuartil I < Skor < Median; artinya negatif (partisipasi masyarakat dinilai kurang aktif). d. Jika Minimal < Skor < Kuartil I; artinya sangat negatif (partisipasi masyarakat dinilai tidak aktif). Apabila dipersentasekan, maka besarnya tingkat partisipasi masyarakat dapat dihitung berdasarkan rumusan sebagai berikut : Tingkat Partisipasi =

7 HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Hasil uji validitas kuesioner dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 menunjukkan bahwa nilai dari ke-16 pertanyaan yang diajukan dengan nilai r tabel sebesar 0,361 (N=30 dan α=5%) adalah valid (nilai Corrected Item-Total Correlation 0,361). Hasil ini menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan sungguh-sungguh dapat mengukur indikator yang memang ingin diukur dalam penelitian ini, yaitu sosialisasi P2KP kepada masyarakat, pengorganisasian kelompok (KSM), tersedianya aset usaha yang dimiliki anggota, pendampingan oleh fasilitator, dan penyaluran dana BLM. Sedangkan hasil pengujian reliabilitas kuesioner yang juga dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0, menunjukkan bahwa besarnya Cronbach s (Alpha) adalah sebesar 0,773. Karena nilai alpha 0,60, maka dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut memiliki kapabilitas, keterpercayaan, dan ketepatan untuk digunakan dalam penelitian ini. Pengukuran Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada bagian ini akan diukur mengenai tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan tolok ukur yang ada pada masing-masing indikator. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel, untuk mempermudah pengolahan data. Berikut adalah penjelasannya : I. Sosialisasi P2KP kepada Masyarakat Indikator ini memiliki tiga tolok ukur, yaitu masyarakat mencari tahu sendiri informasi mengenai P2KP, informasi mengenai P2KP didapatkan melalui kelurahan atau RT/RW setempat, dan pemberitahuan mengenai adanya P2KP diberitahukan secara jelas. Berikut adalah perhitungan dari tiap tolok ukur tersebut : Tabel 4 Indikator Sosialisasi P2KP kepada Masyarakat No Tolok Ukur Skor Median 1. Masyarakat mencari informasi mengenai P2KP Informasi P2KP dari kelurahan atau RT/RW Pemberitahuan mengenai P2KP jelas Total 751 Rata-rata 250, Sumber : Hasil Perhitungan Kuesioner Masyarakat diberitahukan mengenai P2KP secara terbuka, melalui RT/RW, berdasarkan surat edaran yang diperoleh dari kelurahan setempat. Hal ini didukung pula oleh hasil perhitungan tolok ukur ini, sebesar 336. Pemberitahuannya-pun dirasa cukup jelas, dengan perolehan skor yang didapatkan sebesar 279. Diketahui bahwa sebagian besar dari responden sebelumnya tidak pernah mencari informasi tentang upaya bantuan dari pemerintah tentang pengembangan usaha mereka, didukung oleh skor yang didapatkan yaitu sebesar 136. Berdasarkan keterangan di lapangan, rata-rata mereka diberitahu oleh Ketua RT/RW setempat atau petugas dari kelurahan, yang mendatangi mereka dari rumah ke rumah. Hanya sedikit dari mereka yang kemudian mencari tahu sendiri informasi mengenai P2KP. Walaupun demikian, secara keseluruhan skor yang diperoleh pada indikator ini adalah sebesar 250,33 (di atas median).

8 II. Pengorganisasian Kelompok (KSM) Indikator pengorganisasian kelompok (KSM) terkait dengan kegiatan proses seleksi bagi KSM dalam mendapatkan pinjaman dana bergulir. Indikator ini memiliki tiga tolok ukur, yaitu kemudahan dalam permohonan pengajuan dana, prosedur dalam mendapatkan modal usaha, dan kelompok dalam P2KP membantu pemecahan masalah yang dihadapi anggota. Berikut adalah hasil perhitungan dari tiap tolok ukur tersebut : Tabel 5 Indikator Pengorganisasian Kelompok (KSM) No Tolok Ukur Skor Median 1. Kemudahaan dalam perolehan dana Prosedur dalam mendapatkan modal usaha P2KP P2KP membantu memecahkan masalah yang dihadapi anggota Total 985 Rata-rata 328, Sumber : Hasil Perhitungan Kuesioner Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa dalam tatacara permohonan pengajuan dana dan prosedur mendapatkan modal usaha dari P2KP tidak menyulitkan anggota. Proses seleksi yang dilakukan oleh BKM secara umum dimulai dengan mengisi formulir permohonan, kemudian UPK memeriksa ke lapangan apakah memang yang bersangkutan mempunyai usaha atau tidak. Jika hasil temuan positif, permohonan akan di berikan dengan mempertimbangkan besar pengajuan dana dan kondisi keuangan BKM saat itu. Pernyataan tersebut didukung pula oleh skor yang didapatkan dari kedua tolok ukurnya, yaitu sebesar 330 dan 337. Sedangkan dalam memecahkan masalah, hampir semua responden berpendapat bahwa keberadaan P2KP dapat membantu memecahkan masalah modal usaha anggota KSM. Dengan adanya P2KP, mereka merasakan bahwa permasalahan kesulitan permodalan mereka dalam menjalankan usaha sudah mulai teratasi. Hal ini juga didukung oleh skor yang diperoleh yaitu sebesar 318. Dan dari keseluruhan tolok ukur ini, maka skor yang diperoleh untuk indikator pengorganisasian kelompok (KSM) ini adalah sebesar 328,33. III. Tersedianya Aset Usaha yang Dimiliki Anggota Dalam pengukuran ini, peneliti menetapkan tiga hal yang dikatakan sebagai aset usaha yang digunakan oleh anggota dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pertama, dilihat dari modal usaha yang digunakan, kemudian tempat yang digunakan untuk menjalankan usaha, dan alat usaha yang digunakan. Wujud partisipasinya adalah dilihat dari kepemilikan mereka terhadap aset-aset usaha tersebut. Hasil perhitungan dari masing-masing tolok ukur ini adalah sebagai berikut : Tabel 6 Indikator Tersedianya Aset Usaha yang Dimiliki Anggota No Tolok Ukur Skor Median 1. Dana untuk modal usaha adalah milik pribadi Tempat untuk usaha adalah milik pribadi Alat untuk menjalankan usaha adalah milik pribadi Total 1089 Rata-rata Sumber : Hasil Perhitungan Kuesioner

9 Tersedianya aset usaha yang dimiliki secara pribadi (tidak meminjam, menyewa, dsb), dimaksudkan untuk memperlancar usaha mereka dan tidak menghambat jalannya usaha. Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa dari ketiga aset yang dimaksud, ketiganya menunjukkan bahwa masyarakat memiliki sendiri aset usahanya. Hal ini dapat dilihat dari perolehan tiap-tiap tolok ukur yang ada, yaitu sebesar 381,318, dan 390. Sehingga perolehan skor indikator ini sangat positif, yaitu sebesar 363. Dengan memiliki aset usaha sendiri, dirasa sangat positif untuk keberlangsungan usaha mereka dikemudian hari. IV. Pendampingan oleh Fasilitator Pada indikator ini, digunakan tiga tolok ukur yaitu peran pendampingan kelompok, peningkatan keterampilan anggota dengan keterampilan yang diberikan, dan keberadaan fasilitator. Hasil perhitungan terhadap ketiga tolok ukur tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 7 Indikator Pendampingan oleh Fasilitator No Tolok Ukur Skor Median 1. Peran pendampingan kelompok Peningkatan keterampilan anggota dengan pendampingan Fasilitator mudah ditemui oleh anggota KSM Total 732 Rata-rata Sumber : Hasil Perhitungan Kuesioner Fasilitator adalah orang yang memberikan bantuan dalam memperlancar proses komunikasi sekelompok orang, sehingga mereka dapat memahami atau memecahkan masalah bersama-sama. Sedangkan pendampingan oleh fasilitator diwujudkan dalam bentuk penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional guna mendampingi dan memberdayakan masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di kelurahan masing-masing. Jenis kegiatan pendampingan mencakup pertemuan, musyawarah, diskusi ditingkat komunitas kelurahan/desa dan kecamatan baik dalam pengambilan keputusan maupun penyebarluasan informasi serta survey swadaya, termasuk pula di dalamnya identifikasi calon penerimaan bantuan, analisis, dan penulisan laporan. Dari hasil yang diperoleh, skor yang didapatkan dari peran fasilitator dan peningkatan keterampilan melalui pendampingan hanya berkisar pada angka rata-rata, yaitu sebesar 255 dan 246. Hal ini didukung oleh skor tolok ukur keberadaan fasilitator yang hanya sebesar 231. Kehadiran fasilitator masih dirasakan kurang, dan kegiatan pelatihan yang selama ini dilakukan dirasakan belum dapat meningkatkan keterampilan anggota dari sisi administrasi maupun kemampuan mengelola usaha. Dan secara keseluruhan skor yang diperoleh untuk indikator ini sebesar 244, dan masih berkisar di atas rata-rata. V. Penyaluran Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pada indikator ini digunakan empat tolok ukur, yaitu proses pencairan dana cepat, dana yang dicairkan sesuai dengan jumlah yang diminta, dana bergulir hanya diberikan bagi yang memiliki usaha, dan besarnya pengembalian dana sesuai dengan kemampuan anggota. Hasil perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut :

10 Tabel 8 Indikator Penyaluran Dana BLM No Tolok Ukur Skor Median 1. Proses pencairan dana cepat Dana yang dicairkan sesuai dengan yang diminta Dana BLM hanya diberikan bagi yang memiliki usaha Besarnya cicilan sesuai dengan kemampuan anggota Total 1162 Rata-rata 290,5 243 Sumber : Hasil Perhitungan Kuesioner Sebagai bentuk bantuan dana yang diberikan, BLM ini bersifat stimulan dan sengaja disediakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berlatih dengan mencoba melaksakan sebagian rencana kegiatan penanggulangan kemiskinan yang telah direncanakan. KSM yang dapat menerima dana bergulir adalah: a. KSM baru yang belum pernah memperoleh pembiayaan P2KP baik untuk kepentingan usaha/ ekonomi maupun untuk prasarana pisik (prioritas). b. KSM lama yang sudah melunasi pinjaman dan mempunyai catatan pengembalian yang baik dan masih membutuhkan modal untuk pengembalian lebih lanjut. c. KSM lama dimana pencairan tahap sebelumnya belum dapat memenuhi pelayanan pinjaman kepada semua anggotanya. d. Selain hal tersebut di atas, dana bergulir dapat dipergunakan untuk kepentingan pelatihan baik berupa hibah maupun berupa pinjaman, tergantung jenis, tujuan serta penerima manfaat tujuan tersebut. Hal ini diusulkan oleh KSM sesuai dengan aturan yang ada di dalam manual. Pernyataan tersebut di atas, didukung pula oleh skor yang didapatkan oleh tolok ukur no. 1-3, yaitu sebesar 304, 307 dan 319. Namun dilihat dari pengukuran terhadap keempat tolok ukur tersebut, dapat diketahui bahwa besarnya cicilan dalam pengembalian dana memiliki skor yang terendah yaitu sebesar 232. Hal ini dapat diartikan bahwa besarnya cicilan yang dibayarkan dirasa memberatkan para anggota. Walaupun demikian, skor rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 290,5, dan berada di atas rata-rata. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dari hasil pengukuran tingkat partisipsi masyarakat yang dilakukan pada setiap tolok ukur yang ada, kita dapat mengetahui berapa skor yang diperoleh oleh masingmasing indikator. Berdasarkan hasil tersebut, kita juga dapat mengetahui seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat, dengan melihat skor keseluruhan yang diperoleh berdasarkan indikator-indikator yang ada, dengan melihat diagram berikut ini :

11 Gambar 4.1 Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi di Kelurahan Pancoran Mas Sumber : Pengukuran Tingkat Partisipasi Masyarakat (4.2) Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa skor masing-masing indikator yang ada yaitu sosialisasi P2KP kepada masyarakat (250,33), pengorganisasian kelompok (KSM) (328,33), tersedianya aset usaha yang dimiliki anggota (363), pendampingan oleh fasilitator (244), dan penyaluran dana BLM (290,5) berada pada area di atas median (lebih dari 243). Hal ini menunjukan bahwa dari semua indikator yang ada, sudah dapat dipenuhi oleh masyarakat Kelurahan Pancoran Mas sebagai wujud partisipasi mereka dalam mendukung keberlangsungan kegiatan ekonomi P2KP. Untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi masyarakat, dapat dilihat dari skor keseluruhan yang diperoleh. Pada diagram tersebut terlihat bahwa skor keseluruhan yang diperoleh adalah sebesar 295,23. Skor tersebut berada diantara area median dan kuartil III, atau pada area positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Pancoran Mas dalam mendukung keberlangsungan kegiatan ekonomi dari P2KP dapat dikatakan cukup aktif. Apabila dipersentasekan, maka besarnya tingkat partisipasi adalah : Tingkat Partisipasi = = = 72,89% Hal ini menunjukan bahwa tingkat partisipasi mereka sudah cukup positif dalam mendukung keberlangsungan kegiatan ekonomi dari P2KP.

12 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Pancoran Mas dalam mendukung keberlangsungan kegiatan ekonomi dari pinjaman dana bergulir P2KP, dalam bentuk indikator-indikator yaitu sosialisasi P2KP kepada masyarakat, pengorganisasian kelompok (KSM), tersedianya aset usaha yang dimiliki anggota, pendampingan oleh fasilitator, dan penyaluran dana BLM adalah cukup aktif. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan persentase keseluruhan yang didapatkan yaitu sebesar 72,89%. Dan tidak ada indikator yang belum terpenuhi oleh masyarakat Kelurahan Pancoran Mas, kerena semuanya bernilai diatas rata-rata (>60%). Saran Apabila ada pihak lain yang ingin melakukan penelitian sejenis, maka untuk mendukung dan melanjutkan penelitian yang telah dilakukan, alangkah baiknya apabila penelitian yang anda lakukan mencakup perbandingan tingkat partisipasi masyarakat di kelurahan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Juliandi, Azuar Teknik Pengujian Validitas dan Reliabilitas. Agustus Kusuma, Sonny Konsep Dasar P2KP. Mei P2KP Pedoman Umum P2KP. mid=1&catid=1&. Mei Sarwono, Jonathan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta. Simanjuntak, Bintar H., et. al Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 : Akuntansi Dana Bergulir. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Suhirman Kerangka Hukum dan Kebijakan Tentang Partisipasi Warga Di Indonesia. Laporan Penelitian Independen, The Ford Foundation. Bandung. Syahyuti Partisipasi. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Umar, Husein Metode Riset Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2. Universitas Gunadarma ABSTRACT

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2. Universitas Gunadarma ABSTRACT TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN EKONOMI (Studi Kasus pada Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Di Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok) Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 1 Mahasiswa PS.

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN Tety Elida Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat tety@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Program Pinjaman Bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Pinjaman bergulir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... Halaman Persembahan... Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri, Program Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri, Program Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah utama dalam pembangunan setiap negara, tak terkecuali di Indonesia. Segala upaya dilakukan pemerintah untuk menekan angka kemiskinan.

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan i ii PEDOMAN SELEKSI DAN PENETAPAN LOKASI PPMK Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia 112 Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM 113 114 115 116 117 118 119 Lampiran 2. Contoh Kuitansi Penerimaan Angsuran 120 Lampiran 3. Laporan Perhitungan Tingkat Pengembalian dan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN 1. Pengertian 1 2. Pengelola Bergulir 2 3. Penerima Manfaat Bergulir 2 4. Ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTRAIAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PEDESAAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah kemiskinan telah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II

PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II Bab 1. Pendahuluan 1.1 LATAR BELAKANG Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 Tahun Propinsi Kota Kelurahan 2008 (Pilot) Lokasi Kegiatan

Lebih terperinci

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN Saiapa Dia? RELAWAN 1 Arah Kebijakan Program PENDEKATAN PROJEK PENDEKATAN PROGRAM Realisasi BLM 3 Membangun BKM KSM PJM Nangkis BKM 2 Pemetaan Swadaya 4 BLM PJM Pronangkis

Lebih terperinci

PENGARUH KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) DAN PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH TERHADAP PINJAMAN BERMASALAH

PENGARUH KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) DAN PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH TERHADAP PINJAMAN BERMASALAH PENGARUH KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) DAN PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH TERHADAP PINJAMAN BERMASALAH Oleh: IIS NISWATI ZAMILAH 1) E-mail : iisnjamilah@gmail.com Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran pada hasil Perencanaan Jangka Menengah (PJM) menghasilkan

Lebih terperinci

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 KEGIATAN & SUB-KEGIATAN MILESTONE 1.1. PENDAMPINGAN TINGKAT PEMDA KOTA/ KAB 1.1.1. SERANGKAIAN LOBBY-LOBBY, SILATURAHMI SOSIAL DAN SOSIALISASI AWAL TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi sehingga cara pemecahannya diperlukan suatu strategi komprehensif, terpadu, dan terarah

Lebih terperinci

Bab 3. Pelaksanaan P2KP

Bab 3. Pelaksanaan P2KP Bab 3. Pelaksanaan P2KP 3.1 Gambaran Umum Penanganan P2KP Proses penanganan P2KP diawali dengan serangkaian kegiatan orientasi pemahaman substansi P2KP kepada pihak pelaksana P2KP mulai dari tingkat pusat

Lebih terperinci

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP I. PENDAHULUAN Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu lembaga milik

Lebih terperinci

Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusah

Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusah EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN DANA BERGULIR PADA KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DI KOTA DEPOK (Studi Kasus BKM Bina Budi Mulya di Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok) Susiana Alamat :

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pegawai merupakan asset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Millenium Development Goals (MDGs) yang memuat 8 program

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Millenium Development Goals (MDGs) yang memuat 8 program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konferensi Tingkat Tinggi (K TT) di New York tahun 2000 yang dihadiri para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara anggota PBB, telah disepakati sebuah kesepakatan

Lebih terperinci

Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri

Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri Tim Peneliti Sunyoto Usman (Sosiologi) Purwanto (Sosiologi) Derajad S. Widhyharto (Sosiologi) Hempri Suyatna (Sosiatri) Latar Belakang Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah pengguna sepatu Converse, dan lokasi dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. 39 Lebih lanjut jenis

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. 39 Lebih lanjut jenis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis survei eksplanatif asosiatif. Survei eksplanatif dengan jenis asosiatif digunakan untuk

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP Oleh : Ayi Sugandhi Maret 2009 datanglah kepada masyarakat hiduplah bersama mereka belajarlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu penelitian untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM Deputi Meneg PPN/Kepala Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Rakornas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA ANGGOTA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN DI DESA DALU X A KECAMATAN TG

PENGARUH KINERJA ANGGOTA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN DI DESA DALU X A KECAMATAN TG PENGARUH KINERJA ANGGOTA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN DI DESA DALU X A KECAMATAN TG. MORAWA KAB. DELI SERDANG A. PETUNJUK PENGISIAN. 1.

Lebih terperinci

Oleh. Lely Kusumaningrum ( )

Oleh. Lely Kusumaningrum ( ) STUDI DESKRIPTIF TENTANG PROSES PERUMUSAN USULAN KEGIATAN BIDANG LINGKUNGAN PADA PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2007 (STUDI KASUS DI DESA KALISALAM KECAMATAN DRINGU KABUPATEN PROBOLINGGO) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan sudah menjadi fenomena kehidupan masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial masyarakat Indonesia. Terjadinya

Lebih terperinci

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan I. PENDAHULUAN Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial,

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN A. Pengertian 1. Musrenbang Desa/ Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permasalahan kemiskinan yang cukup komplek membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan para pemakai laporan akuntansi (stockholder) badan untuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan para pemakai laporan akuntansi (stockholder) badan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem informasi akuntansi merupakan sistem pengolahan informasi akuntansi mulai dari data direkam dalam dokumen melalui berbagai sistem pembagian kekuasaan dalam organisasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Setiap perusahaan tentunya menginginkan tingkat

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang; budiyanto_hery@yahoo.com Abstract Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 38 BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Konsep PNPM Mandiri Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA Kemiskinan adalah masalah kompleks sehingga Penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan secara komprehensif Kondisi lingkungan dan permukiman yang

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah Lorong/Dusun

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG Pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang di rancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian yang didapatkan dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

PROFIL LKM MUTIARA SEJAHTERA KELURAHAN MUTIARA KECAMATAN KOTA KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA

PROFIL LKM MUTIARA SEJAHTERA KELURAHAN MUTIARA KECAMATAN KOTA KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA PROFIL LKM MUTIARA SEJAHTERA KELURAHAN MUTIARA KECAMATAN KOTA KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA IDENTITAS LKM Nama LKM : MUTIARA SEJAHTERA Alamat : Jl. Budi Utomo, Lingkungan VI Kel. Mutiara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan pada penelitian ini. Ada dua rujukan sebagai berikut: 1. Sari Surya, 2011 Yang pertama adalah penelitian yang

Lebih terperinci

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN 5.1. Evaluasi Persiapan (Input) Program Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian Petunjuk Pengisian PANDUAN KUESIONER a. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu/Saudara, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i pilih.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kuantitatif. Penelitian ini membatasi pada permasalahan pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tersebar secara merata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,

Lebih terperinci

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP)

Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP) Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP) Disampaikan Oleh: Mita D Aprini Jakarta, Juni 2015 Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat a. LATAR BELAKANGLatar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Keberadaan manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dan lembaga dalam mengelola, mengatur, mengurus, dan menggunakan sumber daya

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Desember 2010 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN

Lebih terperinci