V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN"

Transkripsi

1 V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN 5.1. Evaluasi Persiapan (Input) Program Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai, harus dilakukan pengujian kelayakan, baik untuk BKM/UPK, maupun untuk KSM/Anggota dengan menggunakan instrumen kriteria kelayakan yang sudah disiapkan. Kegiatan pinjaman bergulir dapat dilaksanakan jika para pelaku tersebut telah memenuhi kriteria kelayakan yang akan dijelaskan dibawah. KMW/Korkot bertanggung jawab atas pendampingan tercapainya kriteria kelayakan BKM/UPK. sedangkan fasilitator bersama BKM/UPK dan relawan setempat bertanggung jawab atas pendampingan tercapainya kriteria kelayakan kelompok maupun anggotanya Kelayakan Lembaga Pengelola Pinjaman Bergulir Terbentuk Secara Sah Ketentuan ataupun kriteria yang harus dipenuhi oleh BKM untuk memenuhi kelayakan dalam mengelola dana pinjaman bergulir P2KP adalah BKM tersebut telah terbentuk secara sah dengan membuat Anggaran Dasar yang merupakan pedoman dasar kegiatan BKM. Melalui Anggaran Dasar (AD) diatur hal-hal pokok mengenai BKM antara lain bentuk lembaga, organisasi, keanggotaaan, keuangan, serta uraian dasar/pokok dari kegiatan yang dilaksanakan. Evaluasi melalui pendapat responden ahli diperoleh hasil berdasarkan kategori yang telah dibuat sebelumnya yaitu: 7 responden menjawab dengan kategori baik dan tidak ada responden yang menjawab dengan kategori jelek sebagaimana pada gambar 9 dibawah ini. 56

2 7 Responden Kategori Baik Kategori Jelek Gambar 9. Kategori Lembaga Pengelola Berdasarkan Pembentukan Secara Sah Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa Lembaga Pengelola dalam hal ini BKM/UPK telah memenuhi kriteria atau ketentuan yang telah ditetapkan yaitu terbentuk secara sah melalui pembuatan Anggaran yang memuat hal-hal pokok mengenai BKM antara lain bentuk lembaga, organisasi, keanggotaaan, keuangan, serta uraian dasar/pokok dari kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini diperkuat oleh data yang diperoleh dimana Anggaraan Dasar yang ada telah dibuat oleh Notaris setempat dengan nomor WAR-XI-26 tertanggal 16 November 26. Sehingga Anggaran Dasar tersebut menjadi suatu bukti otentik yang secara yuridis diakui sebagai alat bukti tertulis yang terkuat Pembuatan Aturan Dasar Berdasarkan ketentuan yang berlaku, BKM dengan persetujuan masyarakat membuat aturan dasar yang memuat kriteria KSM dan anggotanya yang boleh menerima pinjaman, besar pinjaman mula-mula, besar jasa pinjaman, jangka waktu pinjaman dan sistem angsuran pinjaman serta ketentuan mengenai tanggung renteng anggota KSM. Evaluasi melalui pendapat responden ahli diperoleh hasil berdasarkan kategori yang telah dibuat sebelumnya yaitu: 2 responden menjawab dengan kategori baik, 5 responden menjawab dengan kategori sedang dan tidak ada responden yang menjawab dengan kategori jelek sebagaimana pada gambar 1 dibawah ini. 57

3 Responden Kategori Baik Kategori Sedang Kategori Jelek Gambar 1. Kategori Lembaga Pengelola Berdasarkan Pembuatan Aturan Dasar Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa 2 orang responden menjawab dengan kategori baik yaitu dalam pembuatan aturan dasar pinjaman bergulir BKM telah mendapatkan persetujuan stakeholder masyarakat (Ketua RT, Ketua RW, tokoh masyarakat dan relawan) secara keseluruhan, 5 orang responden menjawab dengan kategori sedang dimana BKM telah membuat aturan dasar pinjaman bergulir, namun dalam pembuatannnya belum melibatkan Stakeholder masyarakat secara keseluruhan dan tidak ada responden yang menjawab dengan kategori jelek yaitu BKM belum membuat aturan dasar pinjaman bergulir. Dari jawaban responden ahli tersebut dapat diketahui sebagian besar menyatakan bahwa BKM dalam membuat aturan dasar pinjaman bergulir belum melibatkan perwakilan/stakeholder dari masyarakat yaitu ketua RT, Ketua RW, maupun tokoh masyarakat secara keseluruhan. Walaupun dalam keanggotaan BKM itu sendiri terdapat juga beberapa orang ketua RT, Ketua RW, dan tokoh masyarakat setempat. Namun ketidakterlibatan stakeholder diluar pengurus BKM tersebut dikhawatirkan menyebabkan pembuatan aturan dasar tersebut menjadi bias. Terutama didalam penetapan kriteria KSM dan anggotanya yang boleh menerima pinjaman. Kriteria warga miskin dari satu RT dengan RT yang lain bisa jadi berbeda. Sehingga dalam prakteknya banyak dari Ketua RT maupun Ketua RW yang mengajukan permohonan susulan atas permintaan warganya untuk mendapatkan dana pinjaman bergulir dimaksud. 58

4 Hasil wawancara terhadap beberapa responden ahli menyatakan dengan jangka waktu 2 bulan untuk menyiapkan kelembagaan maupun penyiapan administrasi dalam pembentukan BKM merupakan waktu yang terbatas. Sehingga dalam beberapa tahapan termasuk dalam pembuatan aturan dasar bagi pelaksanaan dana bergulir ini berjalan tidak maksimal. Dimana dalam beberapa tahapan BKM tidak melibatkan stakeholder diluar dari BKM itu sendiri Kriteria Unit Pengelola Keuangan (UPK). Bagian atau unit dari BKM yang mengelola dana pinjaman bergulir adalah Unit Pengelola keuangan (UPK). UPK adalah salah satu unit pengelola dari 3 unit pengelola yang berada dibawah BKM. Dua unit pengelola lainnya adalah Unit Pengelola Lingkungan (UPL) dan Unit Pengelola Sosial (UPS). Kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh UPK untuk mengelola dana pinjaman bergulir P2KP adalah: telah mengikuti pelatihan (Keorganisasian, rencana usaha, pembukuan dan pengelolaan kas, PERT dan kewirausahaan), telah memahami aturan dasar pinjaman bergulir, telah memiliki uraian tugas dan tanggung jawab, telah memiliki rekening atas nama UPK dan melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP. Evaluasi melalui pendapat responden ahli diperoleh hasil berdasarkan kategori yang telah dibuat sebelumnya yaitu: tidak ada responden menjawab dengan kategori baik, 7 responden menjawab dengan kategori sedang dan tidak ada responden yang menjawab dengan kategori jelek sebagaimana pada gambar 11 dibawah ini. Responden Kategori Baik Kategori Sedang Kategori Jelek Gambar 11. Kategori Lembaga Pengelola Berdasarkan Kriteria Unit Pengelola Keuangan (UPK) 59

5 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden menjawab dengan kategori baik yaitu apabila UPK telah mengikuti pelatihan, memahami aturan dasar pinjaman bergulir dan memiliki uraian tugas dan tanggung jawab, telah memiliki rekening atas nama UPK dan melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP dengan baik. 7 orang responden menjawab dengan kategori sedang yaitu apabila UPK telah mengikuti pelatihan dan telah memiliki rekening atas nama UPK, namun belum memahami keseluruhan aturan dasar pinjaman bergulir dan belum melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP secara baik. Dan tidak ada responden yang menjawab dengan kategori jelek yaitu apabila UPK belum mengikuti pelatihan, belum memahami aturan dasar pinjaman bergulir, tidak memiliki rekening atas nama UPK dan belum melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP. Sehingga dari jawaban responden ahli tersebut dapat diketahui bahwa secara umum UPK telah memenuhi kriteria kelayakan UPK dalam hal ini telah mengikuti pelatihan dan memiliki rekening atas nama UPK namun dalam prakteknya belum memahami dan melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP secara baik. Hal ini dikarenakan SDM yang terbatas dan pendidikan yang kurang memadai. Sehingga UPK dalam hal ini masih sangat bergantung dari bantuan teknis Fasilitator Kelurahan maupun tenaga administrasi keuangan dari pihak Koordonator Kota (Korkot) Kelayakan Peminjam Pemetaan Swadaya Anggota KSM yang berhak menerima dana pinjaman bergulir adalah warga miskin yang tercantum dalam daftar Pemetaan Swadaya. Pemetaan Swadaya ini dilakukan untuk memperoleh Peta dan Profil Keluarga Miskin yang berhak mendapatkan dana dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam P2KP. Baik itu dana yang bersifat sosial berupa dana hibah yaitu dana yang tidak perlu dikembalikan (bantuan kepada fakir miskin, jompo, dan bea siswa kepada anak dari warga miskin) maupun dana ekonomi berupa dana bergulir yang harus dikembalikan. Dari hasil evaluasi terhadap 76 KSM yang ada, sebagian dari anggota KSM yang mendapatkan dana pinjaman bergulir bukan merupakan warga miskin 6

6 yang tercantum pada daftar Pemetaan Swadaya yang telah dilakukan. Berdasarkan kategori yang telah dibuat sebelumnya terdapat 1 KSM dengan kategori baik, 41 KSM dengan kategori sedang dan 25 KSM dengan kategori jelek. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 12 dibawah ini Jumlah KSM Kategori Baik Kategori Sedang Kategori Jelek Gambar 12. Kategori KSM Berdasarkan Pemetaan Swadaya Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hanya 1 KSM dengan kategori baik yaitu seluruh anggotanya merupakan warga miskin yang tercantum dalam pemetaan swadaya yang telah dilakukan. Sedangkan 41 KSM kategori sedang dimana minimal 6% anggotanya tercantum dalam pemetaan swadaya dan 25 KSM dengan kategori jelek dimana tidak satupun anggotanya tercantum kedalam pemetaan swadaya yang dilakukan. Adapun penyebab banyaknya warga yang tidak tercantum dalam pemetaan swadaya namun mendapatkan dana pinjaman bergulir tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Waktu yang terbatas dan ketidakterlibatan seluruh Stakeholder masyarakat sehingga adanya warga yang sesuai dengan kriteria miskin namun tidak terdaftar atau tercantum dalam pemetaan swadaya. Sehingga pada pencairan dana termen kedua dan ketiga mereka tetap diberikan. (2) Terdapatnya dalam satu KSM lebih dari satu orang yang mewakili Kepala Keluarga (KK). Hal ini dikarenakan keperluan dana yang melebihi dari ketentuan penyaluran pertama yaitu sebesar Rp. 5.. Sehingga mereka memasukkan anggota keluarga lainnya baik itu istri, anak maupun menantu dalam satu KSM tersebut. 61

7 (3) Pemahaman masyarakat yang masih kurang sehingga menganggap program ini seperti dana UKM maupun program sejenis. Dimana secara umum program tersebut disalurkan kepada masyarakat yang memerlukan modal tanpa melihat kriteria miskin atau tidak. Sehingga mereka tetap mengajukan pinjaman dana bergulir tersebut. (4) Ketidaktegasan dari pihak pengelola dalam hal ini BKM maupun UPK dalam menolak pengajuan dari masyarakat. Sehingga dikarenakan hubungan kekerabatan dan desakan mereka tetap memberikan atau melayani pinjaman masyarakat seperti yang disebutkan pada point 2 dan 3 diatas. Sehingga dikhawatirkan bahwa dengan masih banyaknya warga yang bukan miskin termasuk dan mendapatkan pinjaman maka pencapaian dari program ini yaitu pengentasan kemiskinan tidak tercapai. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank dan peraih nobel perdamaian bahwa bila sebuah program pengentasan kemiskinan mengizinkan mereka yang relatif tidak miskin untuk turut serta, maka kaum miskin dengan segera akan tersikut keluar dari program oleh mereka yang keadaannya lebih baik. Dalam dunia yang sedang membangun, jika seseorang menyatukan kaum miskin dan kaum yang relatif tidak miskin dalam sebuah program, maka mereka yang relatif tidak miskin akan selalu mengusir mereka yang miskin, dan mereka yang miskin akan mengusir mereka yang lebih miskin lagi, kecuali langkah-langkah proteksi dilembagakan secara tepat saat program dimulai. Dalam sejumlah kasus, kaum yang relatif tidak miskin malah menikmati manfaat seluruh kegiatan yang dikerjakan atas nama kaum miskin (Nasution, 28) Kelengkapan Administrasi Untuk mendapatkan pinjaman dana pinjaman bergulir P2KP suatu KSM harus memenuhi persyaratan administrasi antara lain: Memiliki kartu tanda penduduk (KTP) setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai tabungan minimal 5% dari pinjaman yang diajukan dan belum pernah mendapat pelayanan dari lembaga keuangan yang ada. Dari hasil evaluasi terhadap 76 KSM yang ada, sebagian dari anggota KSM yang mendapatkan dana pinjaman belum memenuhi kelengkapan 62

8 administrasi. Dimana berdasarkan kategori yang telah dibuat sebelumnya terdapat 39 KSM dengan kategori baik, 36 KSM dengan kategori sedang dan 1 KSM dengan kategori jelek. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 13 dibawah ini Jumlah KSM 2 Kategori Baik Kategori Sedang Kategori Jelek 1 Gambar 13. Kategori KSM Berdasarkan Kelengkapan Administrasi Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa 39 KSM dengan kategori baik yaitu seluruh anggotanya telah memenuhi kelengkapan administrasi yang dipersyaratkan. Sedangkan 36 KSM kategori sedang dimana minimal hanya 6% anggotanya yang memenuhi kelengkapan administrasi secara keseluruhan dan 1 KSM dengan kategori jelek dimana tidak satupun anggotanya memenuhi persyaratan administrasi secara lengkap. Kelengkapan administrasi yang kurang atau tidak dilengkapi oleh sebagian besar peminjam adalah tidak membuat analisa usaha. Sedangkan sebagian kecil diketahui pernah mendapatkan pelayanan dari lembaga keuangan/perbankan dan beberapa orang tidak memiliki KTP. Untuk persyaratan administrasi berupa tabungan KSM sebesar 5% dari pinjaman dan pernyataan kesanggupan tanggung renteng seluruh KSM telah melaksanakannya. Dari hasil evaluasi diatas terlihat jelas bahwa UPK tetap memberikan pelayanan atau pinjaman kepada anggota KSM yang belum memenuhi persyaratan administrasi padahal dalam ketentuannya UPK harus memberikan pendampingan terlebih dahulu hingga KSM tersebut memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. 63

9 Pelatihan Sebelum mendapatkan dana pinjaman bergulir P2KP seluruh anggota KSM harus mengikuti pelatihan/pembekalan terlebih dahulu. Adapun pelatihan /pembekalan yang harus dikuti adalah pembukuan KSM, pinjaman bergulir (persyaratan pinjaman, skim pinjaman, tanggung renteng, dan tahapan peminjaman), Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga (PERT), dan kewirausahaan. Dari hasil evaluasi terhadap 76 KSM yang ada, sebagian dari anggota KSM tidak mengikuti pelatihan/pembekalan dimaksud. Dimana berdasarkan kategori yang telah dibuat sebelumnya terdapat 9 KSM dengan kategori baik, 67 KSM dengan kategori sedang dan KSM dengan kategori jelek. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 14 dibawah ini. Jumlah KSM Kategori Baik Kategori Sedang Kategori Jelek Gambar 14. Kategori KSM Berdasarkan Keikutsertaan pada Pelatihan Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa 9 KSM dengan kategori baik yaitu seluruh anggotanya mengikuti pelatihan/pembekalan yang diberikan. Sedangkan 67 KSM dengan kategori sedang dimana minimal terdapat satu orang wakil untuk mengikuti peatihan/pembekalan dimaksud (baik ketua KSM atau anggota) dan tidak ada KSM dengan kategori jelek yaitu tidak satupun dari anggota KSM yang mengikuti atau mewakili untuk mengikuti pelatihan/pembekalan dimaskud. Dalam prakteknya, semua anggota KSM telah diundang untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Koordinator Kota. Namun karena alasan kesibukan anggota KSM dalam mencari nafkah sehingga tidak seluruh anggota KSM mengikuti pelatihan dimaksud. Sehingga Fasilitator Kelurahan maupun UPK 64

10 dalam pelaksanaannya memberikan pembekalan tambahan kepada anggota KSM diluar dari pelatihan yang diadakan khusunya mengenai pembukuan KSM Keanggotaan Perempuan. Salah satu ketentuan dalam penyaluran dana pinjaman bergulir P2KP adalah persyaratan minimal 3% adanya keanggotaan perempuan dalam KSM yang dibentuk. Dari hasil evaluasi terhadap 76 KSM yang ada, terdapat 7 KSM dengan kategori baik yaitu adanya keanggotaan perempuan lebih dari 3% dalam KSM tersebut. Sedangkan 6 KSM kategori jelek dimana keanggotaan perempuan dalam KSM dibawah 3% sebagaimana pada gambar 15 dibawah ini. 7 Jumlah KSM 1 Kategori Baik 6 Kategori Jelek Gambar 15. Kategori KSM berdasarkan Keanggotaan Perempuan Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa walaupun sebagian besar KSM telah memenuhi keanggotaan perempuan dalam pembentukan KSM namun diketahui bahwa UPK tetap melayani ataupun atau memberikan pinjaman kepada KSM yang keanggotaannya belum memenuhi ketentuan. Padahal berdasarkan ketentuan UPK harus memberikan pendampingan terlebih dahulu kepada KSM tersebut sehingga memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. 65

11 Pendanaan Jumlah Dana Jumlah dana yang diterima dan disalurkan pada BKM Sejahtera Kelurahan Tanjung Balai Karimun termasuk kategori sedang yaitu sebesar Rp yang disalurkan kepada 76 KSM. Jumlah dana yang terbanyak disalurkan kepada KSM adalah Rp yang beranggotakan 7 orang dan terkecil adalah Rp yang beranggotakan 3 orang. Selanjutnya masing-masing anggota KSM mendapatkan dana pinjaman sebesar RP Sumber Dana Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa pada pelaksanaan dana bergulir P2KP selain dana yang bersumber dari dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebagai sumber dana utama dimungkinkan dana yang bersumber diluar BLM antara lain: APBD, pihak swasta, swadaya masyarakat dan dari sumber lainnya. Pada pelaksanaan dana begulir P2KP, sumber dana hanya berasal dari BLM yang merupakan dana dari pemerintah pusat melalui Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Sedangkan dana yang berasal dari sumber dana lainnya belum terlaksana. Adapun dana yang disalurkan oleh Pemerintah Daerah untuk penyuksesan pelaksanaan P2KP adalah untuk kegiatan pendampingan berupa operasional kegiatan Tim Koordinasi Pelaksanaan dan Penanggungjawab Kegiatan P2KP baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat Kecamatan Evaluasi Pelaksanaan (Proses) Program Pendampingan Pendampingan terhadap KSM dilakukan oleh Fasilitator dan UPK. Adapun pendampingan yang dilaksanakan kepada KSM berdasarkan pedoman pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir sebagaimana tabel 17 dibawah ini: 66

12 Tabel 17. Konsultasi serta pendampingan kepada KSM No Kegiatan Pendampingan Dilakukan Oleh Fasilitator UPK 1. Menjaga agar KSM yang dilayani selalu memenuhi kriteria kelayakan 2. Menghadiri pertemuan anggota yang diselenggarakan oleh kelompok maupun pertemuan antar kelompok yang ada. 3. Membantu menyusun proposal, pengembangan usaha maupun Ekonomi Rumah Tangga (ERT) anggota 4. Mengembangkan berbagai sikap positif dalam berkelompok (komunikasi, kerjasama, disiplin, tanggung renteng, dan lain-lain) 5. Membantu serta memfasilitasi KSM/anggota dalam hal memerlukan bantuan teknik usaha. 6. Mendorong ke arah berfungisnya kelompok dalam memperlancar pengelolaan pinjaman bergulir. 7. Memberikan pelatihan dasar pinjaman bergulir, pembukuan, PERT 8. Mendorong proses belajar KSM dan anggota dalam melakukan akses ke lembaga keuangan mikro Sumber: Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (26) Sedangkan pendampingan dari pihak Pemerintah Daerah, berdasarkan SK Bupati Nomor. 132.H Tahun 26 dilakukan oleh Penanggungjawab Operasional Kegiatan (PJOK). PJOK ini dibentuk pada tingkat Kecamatan yang dijabat oleh Kepala Seksi (Kasi) Pemberdayaan Masyarakat pada masing-masing Kecamatan dengan tugas sebagai berikut: (1) Memantau proses pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan; (2) Memfasilitasi proses pembentukan dan penguatan kelembagaan masyarakat di wilayah kerjanya. Bentuk-bentuk fasilitas yang dikonsultasikan dan dikoordinasikan terlebih dahulu dengan KMW serta dengan Tim Fasilitator yang ada di wilayah kerjanya; (3) Melaksanakan pengadministrasian proyek yang meliputi penandatanganan SPPB, memproses SPP ke LPKN dan lain-lain; (4) Membuat laporan pelaksanaan setiap bulan.; (5) Membuat laporan pertanggungjawaban pada akhir masa jabatan dan 67

13 menyerahkannya kepada Bupati paling lambat satu bulan setelah masa tugasnya sebagai PJOK berakhir Pengelola Lokal Adapun tanggapan 46 responden peminjam (anggota KSM) mengenai keberadaan pengelola lokal dalam hal ini BKM/UPK dalam kegiatan pendampingan berdasarkan kategori yang telah ditetapkan yaitu: 33 responden menjawab kategori baik, 13 responden menjawab sedang dan tidak ada responden menyatakan dengan kategori jelek sebagaimana pada gambar 16 dibawah ini: Responden Kategori Baik Kategori Sedang Kategori Jelek Gambar 16. Tanggapan Responden terhadap Pendampingan oleh Pengelola Lokal (BKM/UPK) Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa 33 responden menjawab dengan kategori baik KSM dengan kategori baik yaitu apabila anggota KSM mengetahui keberadaan pengelola lokal dan keberadaannya sangat membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami. 13 responden menjawab dengan kategori sedang yaitu apabila anggota KSM mengetahui keberadaan pengelola lokal, namun keberadaannya belum terlalu membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami dan tidak ada responden yang menjawab dengan kategori jelek yaitu apabila anggota KSM tidak mengetahui keberadaan pengelola lokal dan keberadaannya tidak membantu dalam penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami. Sehingga dari jawaban responden dapat diketahui bahwa seluruh responden mengetahui keberadaan BKM/UPK. Hal ini dikarenakan anggota BKM/UPK dalam pembentukannya berasal dari warga masyarakat setempat. 68

14 Sehingga mereka mengenal anggota BKM/UPK tersebut dengan baik. Namun dari seluruh responden sebagiannya menyatakan bahwa keberadaan BKM/UPK tersebut belum terlalu membantu dalam penyelesaian masalah yang mereka hadapi. Permasalahan yang dihadapi dalam proses pendampingan oleh UPK adalah tindakan oknum UPK lama yang membawa kabur sebagian dana KSM yang telah melakukan pengangsuran sebesar Rp. 25.., sehingga UPK yang baru harus melaksanakan rekapitulasi kembali terhadap bukti atau kwitansi yang telah menyetor kepada UPK lama namun belum dimasukkan kedalam kas UPK. Selain itu UPK harus menumbuhkan kepercayaan kembali kepada peminjam terhadap pelaksanaan program Fasilitator Kelurahan Adapun tanggapan 46 responden peminjam (anggota KSM) mengenai keberadaan Fasilitator Kelurahan dalam kegiatan pendampingan berdasarkan kategori yang telah ditetapkan yaitu: 19 responden menjawab kategori baik, 24 responden menjawab kategori sedang dan 3 responden menyatakan dengan kategori jelek sebagaimana pada gambar 17 dibawah ini: Responden Kategori Baik Kategori Sedang Kategori Jelek Gambar 17. Tanggapan Responden terhadap Pendampingan oleh Fasilitator Kelurahan Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa 19 responden menjawab dengan kategori baik yaitu apabila anggota KSM mengetahui keberadaan fasilitator kelurahan dan keberadaannya sangat membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami. 24 responden menjawab dengan kategori sedang yaitu 69

15 apabila anggota KSM mengetahui keberadaan fasilitator kelurahan, namun keberadaannya belum terlalu membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami dan 3 responden menjawab dengan kategori jelek yaitu apabila anggota KSM tidak mengetahui keberadaan fasilitator kelurahan dan keberadaannya tidak membantu dalam penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami. Sehingga dari jawaban responden tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden mengetahui keberadaan fasilitator kelurahan namun hanya sebagian dari mereka (19 orang) yang merasa terbantu dalam penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh Fasilitator sehingga tidak bisa melaksanakan tugasnya secara maksimal khususnya dalam kegiatan pendampingan terhadap anggota KSM adalah: (1) Luasnya ruang lingkup pembinaan dan pengawasan, dimana satu orang fasilitator rata-rata membawahi dua Kelurahan; (2) Kontrak kerja yang berlaku selama 1 tahun, yang terkadang menyebabkan adanya pergantian fasilitator; dan (3) Dana operasional yang kurang memadai Penggunaan Dana Jenis Usaha Usaha yang dijalankan oleh peminjam adalah usaha dengan kategori usaha mikro. Sebagaimana disebutkan pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 28 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa kriteria usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 5.. dan penjualan tahunan paling banyak Rp Jenis usaha yang dijalankan oleh responden berdasarkan pengelompokan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu: 15 orang menjalankan usaha warung, 18 orang menjalankan usaha dengan kelompok makanan dan 13 orang menjalankan usaha dengan kelompok non makanan sebagaimana dapat dilihat pada gambar 18 dibawah ini: 7

16 Responden 1 Warung Makanan Non- Makanan Gambar 18. Jenis Usaha yang dijalankan oleh Responden. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kelompok usaha makanan merupakan jenis usaha yang paling banyak dijalankan oleh responden yaitu antara lain: jualan kue, jualan gorengan, jualan bakso keliling, jualan nasi, jualan mie atau siomay, jualan tempe, jualan es cendol, jualan buah/rujak, jualan kerupuk, katering dan jualan jamu. Sedangkan usaha warung baik itu sembako maupun kelontong menempati urutan kedua dan selanjutnya adalah responden yang menjalankan usaha non makanan seperti kios bensin, pakaian bekas/rombengan, usaha M-Kios atau jualan Pulsa/voucer, ternak ayam, ternak lele, pembuatan batako, jual TV bekas, bengkel, menjahit dan reparasi. Hasil evaluasi terhadap responden juga diketahui bahwa tidak ada satupun dalam satu KSM yang menjalankan jenis usaha yang sama. Sehingga dalam pembentukan KSM dan kerjasama yang dilakukan hanya dalam hal agar memudahkan dalam mendapatkan dana pinjaman dan dalam proses pengembalian angsuran yang dikoordinir oleh ketua KSM Tingkat Pengembalian Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa masyarakat yang mendapatkan dana pinjaman bergulir pada tahun pertama ini mendapatkan pinjaman sebesar Rp. 5. setiap orangnya dan diwajibkan mengembalikan dana tersebut dalam jangka waktu 1 bulan. Dengan jasa pinjaman 1,5% per bulannya. Sampai dengan bulan September 28, dari total 76 KSM yang ada sebanyak 24 KSM telah melunasi pembayarannya. Sedangkan 52 KSM masih 71

17 menunggak. Adapun kategori tunggakan pada pelaksanaan P2KP dibagi menjadi tunggakan dibawah 3 bulan dan diatas 3 bulan. Dari kategori tersebut untuk Kelurahan Tanjung Balai Karimun terdapat 31 KSM yang menunggak diatas 3 bulan dan 21 KSM yang menunggak dibawah 3 bulan sebagaimana dapat dilihat pada gambar 19 dibawah ini: Jumlah KSM Lunas Menunggak > 3 bulan Menunggak < 3 bulan Gambar 19. Jumlah KSM berdasarkan Tingkat Pengembalian Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa masih besarnya tingkat tunggakan yang ada. Hal ini jelas menjadi permasalahan mendasar program ini. Karena esensi dari pinjaman bergulir ini adalah perguliran dana kepada masyarakat miskin lainnya yang belum mendapatkan pinjaman untuk tambahan modalnya atau perguliran kembali kepada masyarakat pemanfaat program yang telah melunasi pinjamannya. Dengan adanya tunggakan tersebut maka kedua hal tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dari hasil evaluasi melalui wawancara terhadap responden peminjam maupun responden ahli, adapun faktor-faktor yang menyebabkan anggota KSM menunggak pinjaman yang diperolehnya yaitu: (1) Pemahaman terhadap program. Dimana pengalaman program kredit dana bergulir yang dilaksanakan selama ini, yang tidak memberikan sanksi hukum yang jelas terhadap para penunggak menyebabkan timbul persepsi negatif terhadap sebagian dari peminjam. Sehingga mereka tidak konsisten dalam pengembalian pinjamannya. (2) Pengalihan pemanfaatan dana. Dimana dana yang seharusnya digunakan untuk penambahan modal, namun digunakan untuk keperluan mendesak 72

18 seperti berobat maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya. Sehingga pada saat jatuh tempo pengembalian mereka tidak mampu membayarnya. (3) Daya beli masyarakat yang menurun. Hal ini berkaitan dengan kenaikan harga BBM pada akhir tahun 27 yang berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Sehingga pemasaran dan keuntungan yang diperoleh menurun yang berakibat pada penurunan pendapatan dan kemampuan peminjam dalam mengembalikan angsurannya Evaluasi Dampak (Output) Program Adapun dampak ataupun hasil yang ingin dicapai dapat dilihat dari tujuan umum yang ingin dicapai yaitu Keadaan Ekonomi Peminjam yang semakin membaik dan terjadinya kesinambungan program melalui perguliran pinjaman Keadaan Ekonomi Adapun dampak ataupun hasil yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan umum pengembangan pinjaman bergulir P2KP yaitu keadaan ekonomi dari masyarakat golongan miskin telah meningkat dengan indikator kinerja yaitu : (1) Meningkatnya omzet usaha, pendapatan, dan modal sendiri bagi warga miskin kelompok sasaran; dan (2) Meningkatnya aset, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, bagi warga miskin kelompok sasaran. Selanjutnya untuk mengevaluasi indikator kinerja tercapainya keadaan ekonomi tersebut dapat dirangkum berdasarkan variable yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu: peningkatan modal, penambahan aset kepemilikan dan peningkatan pendapatan dari peminjam atau kelompok sasaran tersebut Peningkatan Modal Adapun tanggapan 46 responden peminjam (anggota KSM) terhadap evaluasi mengenai peningkatan modal setelah mendapatkan pinjaman berdasarkan kategori yang telah ditetapkan yaitu: 8 responden yang menjawab kategori baik, 31 responden menjawab kategori sedang dan 7 responden menyatakan dengan kategori jelek sebagaimana pada gambar 2 dibawah ini: 73

19 Responden Kategori Baik Kategori Sedang Kategori Jelek Gambar 2. Peningkatan Modal Responden Setelah Mendapatkan Pinjaman Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa 8 responden menjawab dengan kategori baik yaitu apabila terjadinya peningkatan modal setelah mendapatkan pinjaman lebih dari 2% per hari atau per bulan dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman. 31 responden menjawab dengan kategori sedang yaitu apabila terjadinya peningkatan modal setelah mendapatkan pinjaman kurang dari 2% per hari atau per bulan dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman dan 7 responden menjawab dengan kategori jelek yaitu apabila tidak terjadinya peningkatan modal sama sekali atau menurun bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman. Dari evaluasi diatas dapat diketahui bahwa secara umum terjadi peningkatan modal walaupun sebagian besar menyatakan penambahan modal yang ada tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan dana pinjaman yang didapatkan tidak sesuai dengan skala usaha ataupun kebutuhan peminjam untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Selain itu penyebab lainnya adalah pengalihan pemanfaatan dana bukan untuk keperluan penambahan modal sebagaimana dijelaskan sebelumnya Penambahan Aset Kepemilikan Adapun tanggapan 46 responden peminjam (anggota KSM) terhadap evaluasi mengenai penambahan aset kepemilikan setelah mendapatkan pinjaman berdasarkan kategori yang telah ditetapkan yaitu: 35 responden menjawab 74

20 meningkat, 11 responden menjawab tetap dan tidak ada responden menjawab menurun sebagaimana pada gambar 21 dibawah ini: Responden Meningkat Tetap Menurun Gambar 21. Penambahan Aset Kepemilikan Responden Setelah Mendapatkan Pinjaman Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa 35 responden menjawab dengan kategori meningkat yaitu apabila terjadinya penambahan aset produktif maupun aset rumah tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak. 11 responden menjawab dengan kategori tetap yaitu apabila tidak ada perubahan aset produktif maupun aset rumah tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak dan tidak ada responden menjawab dengan kategori menurun yaitu apabila terjadinya penurunan aset produktif maupun aset rumah tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak. Dari evaluasi diatas diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami aset kepemilikan. Aset yang mengalami peningkatan setelah terlibat dalam P2KP sebagian besar merupakan aset produktif untuk mendukung aktifitas usaha ekonominya. Seperti pada usaha kelompok makanan, aset produktif yang mengalami penambahan adalah peralatan makan seperti: piring, sendok, garpu, panci memasak dan kebutuhan dapur lainnya serta pembelian tabung gas Peningkatan Pendapatan Adapun tanggapan 46 responden peminjam (anggota KSM) terhadap evaluasi mengenai peningkatan pendapatan setelah mendapatkan pinjaman berdasarkan kategori yang telah ditetapkan yaitu: 8 responden yang menjawab 75

21 baik, 34 responden menjawab kategori sedang dan 4 responden menyatakan dengan kategori jelek sebagaimana pada gambar 22 dibawah ini: Responden Kategori Baik Kategori Sedang Kategori Jelek Gambar 22. Peningkatan Pendapatan Responden Setelah Mendapatkan Pinjaman Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa 8 responden menjawab dengan kategori baik yaitu apabila terjadinya peningkatan pendapatan setelah mendapatkan pinjaman lebih dari 2% per hari atau per bulan dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman. 34 responden menjawab dengan kategori sedang yaitu apabila terjadinya peningkatan pendapatan setelah mendapatkan pinjaman kurang dari 2% per hari atau per bulan dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman dan 4 responden menjawab dengan kategori jelek yaitu apabila tidak terjadinya peningkatan pendapatan sama sekali atau menurun bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman. Dari evaluasi diatas dapat diketahui bahwa secara umum terjadi peningkatan pendapatan walaupun sebagian besar menyatakan peningkatan pendapatan yang ada tidak terlalu signifikan. Namun dari sebagian besar responden khususnya yang telah melunasi pembayarannya memiliki motivasi yang tinggi untuk mendapatkan kembali pinjaman dalam rangka meningkatkan pendapatan dimasa yang akan datang. 76

22 Perguliran Pinjaman Jumlah Peminjam Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa perguliran pinjaman dikatakan baik apabila lebih dari 4% peminjam (anggota KSM) mendapatkan kembali pinjaman (pinjaman berulang). Untuk Kelurahan Tanjung Balai Karimun dari data UPK sampai dengan bulan Desember 28 dari 434 peminjam dana bergulir BLM tahap pertama, terdapat 132 peminjam yang mendapatkan pinjaman kembali. Dimana dana tersebut merupakan dana pengembalian atau angsuran dari peminjam yang ada. Berdasarkan kriteria yang disebutkan sebelumnya, dengan peminjam yang mendapatkan pinjaman kembali berulang sebesar 3,4% dari total peminjam maka termasuk kriteria jelek yaitu apabila jumlah anggota KSM yang mendapatkan pinjaman kembali (berulang) kurang dari 4% Penagihan Penagihan kepada penunggak pinjaman sangat penting bagi keberlangsungan program. Dengan penagihan yang dilaksanakan secara maksimal maka dapat mengembalikan kembali dana yang diperlukan bagi peminjam baru maupun kepada peminjam lama yang telah mengembalikan pinjamannya. Dalam usaha untuk menangani pinjaman bermasalah yang dikarenakan tunggakan pembayaran dari peminjam, maka dilakukan upaya penagihan oleh UPK. Upaya penagihan yang dapat dilakukan adalah mengadakan kunjungan kepada peminjam yang menunggak, melakukan tindakan administrasi, pencairan dana tanggung renteng sampai dengan penyitaan terhadap jaminan dari peminjam. Evaluasi melalui pendapat responden ahli diperoleh hasil berdasarkan kategori yang telah dibuat sebelumnya yaitu: tidak ada responden menjawab dengan kategori baik. 7 responden menjawab dengan kategori sedang dan tidak ada responden yang menjawab dengan kategori jelek sebagaimana pada gambar 23 dibawah ini. 77

23 Responden Kategori Baik Kategori Sedang Kategori Jelek Gambar 23. Kategori Berdasarkan Proses Penagihan Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden menjawab dengan kategori baik yaitu apabila telah terbentuk tim kecil penagihan dan tim tersebut telah melakukan upaya penagihan secara rutin kepada para penunggak. 7 responden menyatakan dengan kategori sedang yaitu apabila belum terbentuk tim kecil penagihan namun UPK secara rutin atau aktif melakukan penagihan kepada para penunggak dan tidak ada yang menjawab dengan kategori jelek yaitu apabila belum terbentuk tim kecil penagihan dan UPK tidak secara rutin atau aktif melakukan penagihan kepada para penunggak. Dari hasil evaluasi tersebut diketahui bahwa dalam upaya penagihan terhadap peminjam baru dilaksanakan oleh UPK dan belum terbentuk tim kecil penagihan yang mendukung dalam upaya penagihan tersebut. Sedangkan upaya yang dilakukan UPK bersifat persuasif dimana UPK secara aktif mengunjungi peminjam yang menunggak dan mencairkan dana tanggung renteng. Sedangkan upaya dengan penyitaan terhadap barang jaminan seperti perabot rumah tangga dan barang elektronik milik peminjam tidak dilakukan. 78

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. BAB III GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. A. Profil Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan 1.

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktek. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktek. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktek. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Badan Kependudukan, Capil dan KB Kabupaten Karimun. 2007. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Program Pinjaman Bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Pinjaman bergulir

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN 1. Pengertian 1 2. Pengelola Bergulir 2 3. Penerima Manfaat Bergulir 2 4. Ketentuan

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menguraikan hasil penelitian tentang capaian kinerja pengelolaan pinjaman bergulir pada UPK BKM Tridaya Karangwaru dari aspek penerima pinjaman (LAR),

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian Petunjuk Pengisian PANDUAN KUESIONER a. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu/Saudara, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i pilih.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia 112 Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM 113 114 115 116 117 118 119 Lampiran 2. Contoh Kuitansi Penerimaan Angsuran 120 Lampiran 3. Laporan Perhitungan Tingkat Pengembalian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan

Lebih terperinci

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP KMW 9 (JAMBI) DAFTAR TEMUAN AUDIT TAHUN ANGGARAN 2006 PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN II (P2KP II) IDA CREDIT NO. 4063-IND DAN LOAN IBRD NO. 4779-IND 1. KABUPATEN TANJUNGPINANG No KONDISI

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK

PELAKSANAAN PPMK. A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK A. Konsep Dasar dan Tujuan PPMK PELAKSANAAN PPMK Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK) merupakan program lanjutan dalam PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong proses transformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAMPINGAN OPTIMALISASI KINERJA PENGELOLAAN DANA BERGULIR (PDB)

PANDUAN PENDAMPINGAN OPTIMALISASI KINERJA PENGELOLAAN DANA BERGULIR (PDB) PANDUAN PENDAMPINGAN OPTIMALISASI KINERJA PENGELOLAAN DANA BERGULIR (PDB) A. LATAR BELAKANG Kegiatan Pinjaman Dana Bergulir (PDB)/Keuangan Mikro menjadi penting dikelola dengan baik dan terukur mengingat

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 84 Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 November 2016 di Kelurahan Tambakbayan 1. Selamat siang pak, maaf mengganggu waktunya

Lebih terperinci

REKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007

REKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007 REKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007 Gambaran Umum Secara umum proses kegiatan di lokasi baru mengalami keterlambatan rata-rata 1,5 bulan dari master schedule, sementara

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran pada hasil Perencanaan Jangka Menengah (PJM) menghasilkan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C18 BKM /UP - UP. Pinjaman Bergulir. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C18 BKM /UP - UP. Pinjaman Bergulir. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS BKM /UP - UP C18 Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Memahami Pinjaman Bergulir 1 Kegiatan 1: Curah Pendapat

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT A. Profil Pelaksanaan Perjanjian dalam Program Nasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo Para calon penerima dana bergulir yang ingin mendapatkan fasilitas kredit dana bergulir dari Dinas

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

Bab 4. Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir oleh UPK-BKM

Bab 4. Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir oleh UPK-BKM Bab 4. Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir oleh UPK-BKM 4.1 Latar Belakang Pada P2KP II, dana BLM (Bantuan Langsung ke Masyarakat) ditempatkan sebagai dana stimulan atau pelengkap dari prakarsa dan keswadayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 68 TAHUN 2008/434.013/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) TEGAK DESA TEGAK, KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG PROVINSI BALI BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT BKM TEGAK DESA TEGAK KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG PROVINSI

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BALAI USAHA MANDIRI TERPADU (BMT) KUBE SEJAHTERA

BAB III PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BALAI USAHA MANDIRI TERPADU (BMT) KUBE SEJAHTERA BAB III PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BALAI USAHA MANDIRI TERPADU (BMT) KUBE SEJAHTERA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya BMT KUBE Sejahtera Krian

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG Pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang di rancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat

Lebih terperinci

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 35 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 35 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 930 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI UNTUK PINJAMAN BERGULIR BAGI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN PADA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DI KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN JEPARA TAHUN 2010

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN PADA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DI KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN JEPARA TAHUN 2010 IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN PADA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DI KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN JEPARA TAHUN 2010 Ita Musfirowati Hanika, Dyah Lituhayu Administrasi

Lebih terperinci

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) SURABAYA

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) SURABAYA Rekrutmen Cara Penentuan : Lebih banyak pada penunjukkan langsung dari Tomas Ketua KSM, biasanya Tomas, menunjuk anggota-anggotanya Ketua KSM, umumnya kelas menengah ke atas, menerima BLM lebih besar dari

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR PERATURAN NOMOR 15 Tahun 2009 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR KREDIT USAHA MIKRO KUDUS DI KABUPATEN KUDUS Menimbang a. bahwa untuk memberdayakan usaha mikro yang ada di Kabupaten Kudus perlu disediakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan permasalahan yang menjadi isu sentral dan sangat mendesak ditangani. Pada kabinet Indonesia Bersatu strategi dan rencana aksi penanggulangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Letak dan Keadaan Fisik BAB IV GAMBARAN UMUM Desa Gunung Menyan merupakan desa pemekaran dari Desa Cimayang pada tahun 1983 yang terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN PINJAMAN SIMPAN PINJAM GERDU TASKIN UPK SEJAHTERA KELURAHAN RAMPAL CELAKET KECAMATAN KLOJEN KOTA MALANG POKMAS

FORMULIR PERMOHONAN PINJAMAN SIMPAN PINJAM GERDU TASKIN UPK SEJAHTERA KELURAHAN RAMPAL CELAKET KECAMATAN KLOJEN KOTA MALANG POKMAS GERAKAN TERPADU PENGENTASAN KEMISKINAN (GERDU - TASKIN) UNIT PENGELOLA KEUANGAN (UPK) SEJAHTERA KELURAHAN RAMPAL CELAKET JL. Jaksa Agung Suprapto II No. 50 Telp. (0341) - 331 917 Malang. website : www.upk-sejahtera.co.cc

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan adalah salah satu masalah kemanusiaan yang sedang dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut karena kemiskinan

Lebih terperinci

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan i ii PEDOMAN SELEKSI DAN PENETAPAN LOKASI PPMK Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

PINJAMAN BERGULIR PE T U N J U K T E K N I S BERSAMA MEMBANGUN KEMANDIRIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN

PINJAMAN BERGULIR PE T U N J U K T E K N I S BERSAMA MEMBANGUN KEMANDIRIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN PE T U N J U K T E K N I S PINJAMAN BERGULIR KANTOR PUSAT JL. Pattimura No.20 Kabayoran Baru Jakarta Selatan, Indonesia - 12110 KANTOR PROYEK Jl. Penjernihan 1 No. 19 F Pejompongan Jakarta Pusat Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PERKUATAN PERMODALAN BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL MELALUI DANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (Sebuah Studi Kasus di Tanah Laut Kalsel) Oleh I.H.Subandi dan Pardjimin Emil: pwsoloeks@yahoo.co.

LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (Sebuah Studi Kasus di Tanah Laut Kalsel) Oleh I.H.Subandi dan Pardjimin Emil: pwsoloeks@yahoo.co. 1 LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (Sebuah Studi Kasus di Tanah Laut Kalsel) Oleh I.H.Subandi dan Pardjimin Emil: pwsoloeks@yahoo.co.uk I. LATAR BELAKANG Penciptaan lembaga keuangan yang adil

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

BAB VII PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA RUMAHTANGGA USAHA MIKRO SECARA PARTISIPATIF

BAB VII PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA RUMAHTANGGA USAHA MIKRO SECARA PARTISIPATIF BAB VII PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA RUMAHTANGGA USAHA MIKRO SECARA PARTISIPATIF PKRT yang mempunyai usaha mikro mempunyai potensi untuk mengembangkan perekonomian desa. Usaha mereka

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 30 TAHUN 2007

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 30 TAHUN 2007 GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) PADA DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG 1 2016 No.31,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantul. KELUARGA.KESEJAHTERAAN.PERANAN WANITA.Pedoman. Pemberian. Bantuan Keuangan Khusus. Kegiatan. Program.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G MEKANISME PENCAIRAN, PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA BERGULIR BAGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO 02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 28 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS

PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS Antara Penanam Modal BFC Wikusama Dengan Putra Anggara PERJANJIAN PENANAMAN MODAL USAHA PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS Antara Penanam Modal BFC-Wikusama

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian terbesar dalam perekonomian Indonesia, indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2013

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2013 BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2013 T E N TA N G MEKANISME PENCAIRAN, PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA BERGULIR BAGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. pikiran yang merupakan kesimpulan penulisan tentang evaluasi tingkat. kelurahan Kolhua adalah sebagai berikut :

BAB VI PENUTUP. pikiran yang merupakan kesimpulan penulisan tentang evaluasi tingkat. kelurahan Kolhua adalah sebagai berikut : BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan dan analisis hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, maka melalui bab ini penulis mangangkat beberapa pokok pikiran yang merupakan

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN Tety Elida Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat tety@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) tidak terlepas dari perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2011 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 1 P a g e Periode tahun 2011 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI

Lebih terperinci

MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL

MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL PP MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL Topik Tujuan Kegiatan belajar Waktu Acuan Penguatan Pendampingan KSM dalam Kegiatan Sosial 1. Peserta memahami tentang pentingnya penguatan modal sosial di dalam KSM 2. PANCASUTRA,tanggung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Unit Pengelola Kegiatan ( UPK ) dibentuk masyarakat melalui. Musyawarah Antar Desa (MAD). Selama masa Program Pengembangan

BAB II LANDASAN TEORI. Unit Pengelola Kegiatan ( UPK ) dibentuk masyarakat melalui. Musyawarah Antar Desa (MAD). Selama masa Program Pengembangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian UPK A. Dasar Pemikiran Unit Pengelola Kegiatan ( UPK ) dibentuk masyarakat melalui Musyawarah Antar Desa (MAD). Selama masa Program Pengembangan Kecamatan (PPK),UPK

Lebih terperinci

PENGARUH KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) DAN PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH TERHADAP PINJAMAN BERMASALAH

PENGARUH KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) DAN PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH TERHADAP PINJAMAN BERMASALAH PENGARUH KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) DAN PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH TERHADAP PINJAMAN BERMASALAH Oleh: IIS NISWATI ZAMILAH 1) E-mail : iisnjamilah@gmail.com Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DI BAZNAS KOTA SEMARANG UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO. A. Program Pelaksanaan BAZNAS Kota Semarang dala Pendayagunaan

BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DI BAZNAS KOTA SEMARANG UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO. A. Program Pelaksanaan BAZNAS Kota Semarang dala Pendayagunaan 63 BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DI BAZNAS KOTA SEMARANG UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO A. Program Pelaksanaan BAZNAS Kota Semarang dala Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Pengembangan Usaha Mikro Badan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2. Universitas Gunadarma ABSTRACT

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2. Universitas Gunadarma ABSTRACT TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN EKONOMI (Studi Kasus pada Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Di Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok) Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 1 Mahasiswa PS.

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 03 TAHUN 2013 T E N T A N G

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 03 TAHUN 2013 T E N T A N G BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 03 TAHUN 2013 T E N T A N G PETUNJUK TEKHNIS PELAKSANAAN PROGRAM FASILITASI PEMBIAYAAN KELOMPOK USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM 7.1 Pemanfaatan Dana Pinjaman SPP PNPM yang Didapatkan oleh Responden di Desa Gunung

Lebih terperinci

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN KEGIATAN EKONOMI DARI PINJAMAN DANA BERGULIR (Studi Kasus : Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Kelurahan Pancoran

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi Tabel Triangulasi Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP 1. M.Basuki Sutopo (ketua UPK) 2. Kholidah (Kader SPP) 3. Suranti (Ketua Badan Pengawas UPK) Dana yang dikeluarkan

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN 30 BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN A. Gambaran Umum Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 1. Tempat Penelitian a. Letak Geografis

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PADA KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN SOSIAL BAGI RUMAH TANGGA SASARAN DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.07,2015 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul. Petunjuk teknis, penyaluran, bantuan sosial, bantuan keuangan khusus, pemerintah daerah, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Pengembangan Livelihood dalam Program KOTAKU

Pengembangan Livelihood dalam Program KOTAKU Pengembangan Livelihood dalam Program KOTAKU Ditulis oleh: Budi Yana Saifullah, TA Livelihood KMP KOTAKU Wilayah 1 A. Konsep dan Pengembangan Kegiatan Livelihood dalam Program KOTAKU 1. Konsep Dasar Pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI KUTAI KARTANEGARA

BUPATI KUTAI KARTANEGARA BUPATI KUTAI KARTANEGARA PERATURAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN UNTUK PENGEMBANGAN KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. danusahanya sudah berjalan sejak tahun Pada tanggal 20 Juli 2007

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. danusahanya sudah berjalan sejak tahun Pada tanggal 20 Juli 2007 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam (UEK- SP) Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam sudah lama berkembang danusahanya sudah berjalan sejak

Lebih terperinci

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian LAMPIRAN 121 122 Lampiran 1. Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian Sumber Informasi Lurah Kenanga Staf kelurahan Masyarakat Penggalian dokumen monogram Kelurahan

Lebih terperinci