BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN

Pengantar Ekonomi Mikro

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Konsep Elastisitas. Pertemuan 3. Nina Nurhasanah, SE, MM. Nina Nurhasanah, SE, MM - Univesitas Esa Unggul

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN

EKONOMI & MANAJEMEN 2 BAB 3 ELASTISITAS

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN. Teori dan Elastisitas Permintaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ELASTISITAS (Elasticity)

ELASTISITAS PERMINTAAN dan PENAWARAN Pertemuan ke-3

Harga (Pq) Supply (S)

ELASTISITAS. Ngatindriatun PERTEMUAN 4 & 5

Elastisitas Permintaan & Penawaran

01 ELASTISITAS PERMINTAAN (Dua Variabel Bebas) Elastisitas

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Elastisitas. SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP

Modul ke: Konsep Elastisitas. Fakultas EKONOMI. Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya)

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan,

Konsep Elastis. Meet -6 Hariyatno

Modul 3. Elastisitas Permintaan Dan Penawaran

Ilmu Ekonomi /30 September 2012 Ika Atikah, S.Hi, M.H 1 TEORI ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KESEIMBANGAN PASAR. Bubba s Ice Cream

ELASTISITAS PERMINTAAN & PENAWARAN

Template Standar Powerpoint

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

BAB III Elastisitas Permintaan dan Penawaran

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. Konsep Elastis & Aplikasinya.

PENGANTAR EKONOMI MIKRO ELASTISITAS

Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara dan. Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian m di atas

ELASTISITAS (Elasticity)

POKOK BAHASAN: ELASTISITAS DAN PENAWARAN. Suharyanto

ANALISA PERMINTAAN. P(x) Individu 1 P(x) Individu 2 P(x) Individu Dx = d1 + d

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

A. ELASTISITAS PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PENAWARAN

PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

Pengantar ekonomi mikro. Modul ke: 04FEB. Elastisitas permintaan dan penawaran. Fakultas. Erwin Nasution S,E MM. Program Studi MANAJEMEN S1

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

II. LANDASAN TEORI A.

ELASTISITAS HARGA Elastisitas Permintaan

Elastisitas. SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

Elastisitas Permintaan dan Penawaran

Pengertian: (QUANTITY DEMANDED) Jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga. Tata Tachman 1

Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN

MICROECONOMICS DEMAND SUPPLY & MARKET EQUILIBRIUM MARIA PRAPTININGSIH, S.E., M.S FE.

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh

berbeda-beda dalam hal Elastisitas terdiri dari Elastis Linier E=1

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB II URAIAN TEORITIS. terjadinya permintaan. Kita tentu masih ingat bahwa masalah ekonomi timbul

BAB II URAIAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

PEMBAHASAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

PENAWARAN, PERMINTAAN dan PENENTUAN HARGA PASAR

Bab 3. Elastisitas Permintaan Dan Elastisitas Penawaran. Teori Ekonomi - Husnul 1

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

KOMPETENSI DASAR 3.4 Mendeskripsikan konsep pasar dan terbentuknya harga pasar dalam perekonomian

PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN ELASTISITAS

Konsep dan Perhitungan Elastisitas, Edisi 1 Elastisitas Permintaan dan Penawaran

TEORI ELASTISITAS. Tata Tachman

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

III. ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ELASTISITAS PERMINTAAN. LECTURE NOTE AGRONIAGA By: Tatiek Koerniawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

BAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi.

BAB II LANDASAN TEORI

PERMINTAAN BARANG DAN JASA

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

ELASTISITAS SILANG RUMUS :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

MEKANISME PASAR PRODUK PERTANIAN

MAKALAH EKONOMI MIKRO KONSEP TENTANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN KONSEP TENTANG KESEIMBANGAN DAN ELASTISITAS

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

Elastisitas Permintaan dan Penawaran

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

EKONOMI MIKRO Bab 3 Elastisitas Permintaan dan Penawaran

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Hubungan yang menunjukkan antara jumlah barang yang diminta dengan tingkat harga yang tertentu.

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 05FEB. Konsep Elastisitas. Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen

Tujuan dan Perkembangan Dunia Bisnis Bisnis yang maju adalah bisnis yang mampu berkembang di tengah krisis.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam perekonomian yang merupakan penopang kehidupan produksi sektorsektor lainnya. Sektor pertanian diantaranya mencakup : (1) subsektor perkebunan, (2) subsektor perikanan dan, (3) subsektor peternakan. Sebagaimana diketahui hasil-hasil dari sektor pertanian adalah produk yang bersifat tidak tahan lama, sangat dibutuhkan tapi permintaannya bersifat tidak elastis atau inelastis (turun naik harga tidak terlalu berpengaruh pada permintaan). Putong (2005) menyebutkan bahwa dalam jangka panjang konsumsi produk dari sektor pertanian bertambah secara alami, artinya pertambahan itu bukan karena semakin tingginya daya beli masyarakat melainkan karena pertambahan jumlah penduduk. Untuk hal ini dasar teorinya telah dikemukan oleh ENGEL yang mengisyarakatkan bahwa: Apabila pendapatan masyarakat bertambah besar dari sebelumnya, maka konsumsi barang primer (hasil pertanian) relatif semakin menurun (rasionya). Karena diketahui komoditas pertanian tergolong sebagai komoditas konsumsi primer maka dalam jangka panjang permintaan atas produk tersebut relatif tetap jumlahnya namun menurun dalam proporsinya, permintaan produk pertanian ini tidak peka terhadap harga, akan tetapi harga relatif peka terhadap permintaan (harga cenderung naik bila permintaan naik). Oleh karenanya dari sisi pandangan hukum permintaan, permintaan komoditas pertanian relatif bersifat inelastis. Sisi produsen (penawaran) memandang bahwa, oleh karena produk pertanian tidak bersifat siap jadi (instant) sebagaimana halnya produk manufaktur, penawaran relatif tidak merespon perubahan harga (berapapun harga, jumlah barang yang ditawarkan tetap). Pertambahan produksi hanya bisa dilakukan dengan cara memperluas lahan produksi (ektensifikasi) atau penemuan teknologi pertanian baru yang dapat meningkatkan produktivitas lahan secara intensif. Dalam jangka panjang teknologi pertanian semakin berkembang pesat (teknologi pengolahan lahan, teknologi reproduksi, pengawetan) sementara permintaan kearah produk pertanian relatif lambat sehingga hasil pertanian relatif akan semakin banyak, dan ini menyebabkan harganya

turun. Akan tetapi persentase perubahan harga lebih besar dari persentase perubahan permintaan. Sebaliknya persentase perubahan jumlah penawaran yang relatif kecil dari komoditas pertanian tersebut justru menyebabkan terjadinya penurunan yang lebih besar pada persentase perubahan harga. Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging sapi secara nasional cenderung meningkat. Hasil penelitian Kariyasa (2005), selama 10 tahun terakhir jumlah produksi daging sapi hanya bisa meningkat 0,002 persen per tahun, sementara permintaan naik 1,78 persen per tahun. Secara nasional terdapat kesenjangan antara permintaan dan penawaran daging. Selama ini kebutuhan daging sapi di Indonesia masih dipenuhi dari tiga sumber yaitu: sapi lokal, sapi impor dan daging impor. Menurut hasil laporan Syamsudin (2009), perkembangan konsumsi dan penyedian daging nasional menunjukkan tren yang terus meningkat seperti terlihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Konsumsi dan Penyedian Daging Sapi Nasional 2007-2009 Uraian 2007 2008 2009* KONSUMSI Konsumsi Nasional Daging Sapi (ribu ton) 369 380,76 400 Konsumsi per Kapita (Kg/orang/tahun) 1,64 1,67 1,74 Jumlah Penduduk (juta jiwa) 225 227 231,6 PENYEDIAAN 1.Pemotongan dalam negeri (ribu ekor) 1.888 2.015 2.230 Setara Daging Sapi (ribu ton) 308,99 317,86 329,1 a. Sapi lokal (ribu ekor) 1.461 1.515 1.880 b. Sapi ex-import (ribu ekor) 424 500 350 2.Daging Import (ribu ton)** 60,01 63,13 70,01 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan,Departemen Pertanian (2009) * Angka estimasi ** Volume impor (2009) 70,01 ribu ton tetapi angka tersebut belum termasuk pengurangan komponen tulang dari secondary cut dan lemak dari trimming Hasil penelitian yang dilakukan oleh Priyanto (2003) melaporkan bahwa peranan daging impor masih dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan daging nasional. Hal tersebut dikarenakan perkembangan usaha ternak sapi potong belum sepenuhnya mampu menunjang penawaran sapi nasional. Faktor harga daging tidak mampu merangsang kinerja perkembangan usaha ternak sapi potong yang ada. Kebijakan tarif impor daging hanya mampu menekan impor daging sapi, tetapi tidak berdampak kepada impor sapi

bakalan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadi et al. (1999), yang memperkirakan bahwa jika tidak ada perubahan teknologi secara signifikan dalam proses produksi daging sapi dalam negeri serta tidak adanya peningkatan populasi sapi yang berarti, maka senjang antara produksi daging (penawaran) sapi dalam negeri dengan jumlah permintaan akan semakin melebar, sehingga berdampak pada volume impor yang semakin besar. 2.2. Hukum Permintaan Jumlah permintaan (quantity demanded) dari suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dibayar oleh pembeli (Mankiw, 2006). Ada banyak variabel yang mempengaruhi jumlah permintaan akan suatu barang. Mankiw (2006) menyebutkan bahwa harga barang tersebut, pendapatan, harga barang terkait, selera, harapan dan jumlah pembeli adalah beberapa faktor yang dapat menentukan besar kecilnya jumlah permintaan. P D 0 Gambar 2. Kurva Permintaan q/t Hukum permintaan (law of demand) menyebutkan bahwa, jika semua hal dibiarkan sama, ketika harga suatu barang meningkat maka jumlah permintaannya akan menurun, dan ketika harganya turun maka jumlah permintaannya akan naik. Jadi dapat dikatakan bahwa jumlah permintaan berhubungan secara negatif terhadap harga. Sebagaimana terlihat pada Gambar 2, Kurva permintaan (D = demand) menurun dari kiri ke kanan. Perlu diingat bahwa sumbu horisontal dengan q/t (quantity per unit of time) adalah sumbu kuantitas atau jumlah barang, sedangkan sumbu vertikal adalah P (price) atau harga

barang. Konsep kuantitas per unit waktu ini penting mengingat dalam menganalisa suatu kejadian perlu rentang waktu (Bilas, 1992). Contohnya adalah kita hendak menghitung jumlah permintaan beras di Kotamadya Medan selama tahun 2010. Tapi ini bukan berarti bahwa waktu (t) telah diperlakukan sebagai sebuah variabel. Analisanya tetap memperhatikan waktu sebuah kejadian yang berlangsung dalam satu rentang waktu tertentu. Pendapatan masyarakat juga dapat mempengaruhi jumlah permintaan. Pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi, orang akan membeli lebih banyak barang dan (atau) jasa demikian pula sebaliknya. Jika permintaan terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatan berkurang, maka barang itu disebut barang normal (normal good). Tetapi tidak semua barang adalah barang normal. Jika permintaan suatu barang bertambah ketika pendapatan berkurang, barang itu disebut barang inferior (inferior good). Bilas (1992) melihat pengaruh pendapatan ini ternyata jauh lebih kuat dari dibanding pengaruh subsitusi. Harga barang terkait juga dapat mempengaruhi jumlah permintaan. Ketika terjadi penurunan harga suatu barang maka akan mengurangi permintaan akan barang lain. Contohnya orang akan cenderung membeli daging ayam ketika harga daging sapi naik. Dalam hal ini kedua barang tersebut dapat disebut barang subsitusi (substitutes) atau barang pengganti. Adakalanya penurunan harga suatu barang akan meningkatkan permintaan barang lain, maka keduanya disebut barang komplementer (complements) atau barang pelengkap. Barang komplementer biasanya saling melengkapi dan digunakan secara bersamaan. Hasil penelitian Kariyasa (2005) menyebutkan bahwa, daging ayam merupakan barang komplementer dari daging sapi, sementara komoditas ikan, telur dan daging kambing merupakan barang subsitusi dari daging sapi. Hal lain yang paling menentukan permintaan tentunya adalah selera namun para ekonom biasanya tidak mencoba menjelaskan selera masyarakat karena selera didasarkan atas kekuatan-kekuatan historis sekaligus psikologis yang berada diluar ranah ilmu ekonomi. Namun demikian para ekonom meneliti apa yang terjadi ketika selera masyarakat ternyata berubah (Mankiw, 2006). Harapan atau pandangan tentang masa yang akan datang dan faktor-faktor psikologis lainnya dapat menyebabkan perubahan-perubahan mendadak dalam permintaan masyarakat. Misalnya, desas-desus atau rasa takut bahwa harga-harga akan naik mendorong orang untuk segera membeli banyak (sebelum harga naik) sehingga jumlah

yang diminta akan naik pada harga yang sama (Hanafie, 2010). Bilas (1992) menyederhanakan pembahasan faktor-faktor permintaan tersebut dengan bahasa matematika. Q da = ƒ (P A, P B, P Z, I, T, W ) dimana : QdA = Kuantitas barang A yang diminta per unit waktu P A = Harga barang A P B,.. P Z = Harga barang-barang lainnya I = Income (pendapatan) T = Selera W = Kemakmuran/kekayaan Bar (garis dibawah huruf pada rumus) menunjukkan bahwa variabel ini konstan (cateris paribus). Dengan demikian, adalah Q da = ƒ (P A ).. cateris paribus 2.3. Hukum Penawaran Jumlah penawaran (quantity supplied) dari suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dijual oleh penjual (Mankiw, 2006). Ada banyak hal yang menentukan jumlah penawaran barang, tapi ketika kita mengalisis bagaimana pasar bekerja, salah satu penentunya adalah harga barang itu. Disamping itu disebutkan juga bahwa : harga input, teknologi, harapan, dan jumlah penjual dapat mempengaruhi jumlah penawaran. Bilas (1992) menyatakan, kita tidak dapat membuat generalisasi berkenaan dengan kemiringan kurva penawaran seperti yang dapat kita lakukan pada kurva permintaan; sebab kurva penawaran dapat bergerak ke semua arah, walaupun pada umumnya orang mengunakan kurva penawaran yang naik dengan kemiringan ke kanan. Gambar 3 memperlihatkan beberapa kemungkinan bentuk kurva penawaran. S 1 menggambarkan kurva penawaran normal, S 2 menggambarkan kurva penawaran jangka panjang dari industri dengan biaya konstan, S 3 menggambarkan kurva penawaran jangka panjang bagi industri dengan biaya yang menurun, dan S 4 menggambarkan kurva penawaran yang melengkung ke belakang.

P S 4 S 1 S 2 S 3 q/t 0 Gambar 3. Berbagai Kurva Penawaran Hukum penawaran (law of supply) menyebutkan bahwa, jika semua dibiarkan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka jumlah penawarannya akan meningkat, dan ketika harganya turun, maka jumlah penawarannya akan ikut menurun. Dapat dikatakan bahwa jumlah penawaran berhubungan positif dengan harga. Hubungan antara harga dan jumlah penawaran ini berlaku untuk kebanyakan jenis barang didalam perekonomian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kariyasa (2005) melaporkan, produksi daging sapi nasional paling respon terhadap harga daging sapi dan harga ternak sapi. Jika terjadi kenaikan harga daging sapi dalam negeri sebesar 10 persen maka akan menyebabkan kenaikan produksi daging dalam negeri masing-masing dalam jangka pendek 10,6 persen dan dalam jangka panjang 13,6 persen. Demikian sebaliknya, jika terjadi kenaikan harga ternak sebesar 10 persen maka akan menyebabkan menurunnya produksi daging sapi dalam negeri dalam jangka pendek 11,6 persen dan dalam jangka panjang 14,9 persen. Harga Input atau harga faktor produksi merupakan input dalam proses produksi menentukan biaya produksi biaya produksi. Hanafie (2010) menyebutkan, jika harga bahan baku turun maka ada dua alternatif dapat dilakukan produsen:

a. Menjual (menghasilkan) lebih banyak pada tingkat harga yang sama atau, b. Menghasilkan dan menjual jumlah yang sama pada harga yang lebih rendah, demikian sebaliknya. Ini berarti kuantitas barang yang ditawarkan berhubungan secara negatif dengan harga setiap input untuk membuat barang tersebut. Teknologi untuk memproses input atau faktor produksi menjadi suatu barang juga merupakan penentu lain kuantitas yang ditawarkan. Teknik mekanisasi akan mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang. Melalui penurunan biaya produksi, perkembangan teknologi akan menaikkan kuantitas barang yang ditawarkan. Dalam bidang peternakan, pengembangan pakan ternak, peningkatan mutu bibit melalui Inseminasi Buatan (IB) dan program pemberantasan penyakit, telah dilakukan guna memacu produksi ternak dalam negeri (Ilham et al, 2001). Harapan atau perkiraan orang tentang masa yang akan datang berpengaruh pula terhadap jumlah yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga. Kalau perkiraan harga akan naik, banyak penjual akan mencoba menahan barangnya, menunggu kenaikan harga (dan akibatnya harga memang akan naik). Sebaliknya jika harga akan merosot, penjual justru akan berusaha menjual sebanyak mungkin selama harga belum benar-benar merosot (Hanafie, 2010). Jumlah penjual, jika jumlah produsen bertambah banyak maka penawaran total akan bertambah: pada tingkat harga yang berlaku, lebih banyak barang/jasa yang ditawarkan untuk dijual di pasaran. Masuknya sapi impor ex-australia juga menyebabkan naiknya jumlah populasi ternak disuatu daerah (Ilham, 1998), yang pada akhirnya akan menaikkan jumlah penawaran. Jumlah produsen sapi di Propinsi Sumatera Utara setiap tahunnya terus meningkat, hal ini dapat dilihat dari terus meningkatnya jumlah populasi sapi di propinsi tersebut. Pada tahun 2008 jumlah populasi sapi potong di Sumatera Utara adalah 388.240 ekor dengan rata-rata peningkatan 13.98 persen per tahun (Dinas Peternakan Sumut, 2008). Bilas (1992) menyederhanakan pembahasan faktor-faktor penawaran tersebut dengan bahasa matematika. Qs A = ø (P A, S, F, X, T) dimana : QsA = Kuantitas barang A yang ditawarkan per unit waktu P A = Harga barang A S = Penawaran Input F = Keadaan Alam

T X = Pajak atau subsidi atau keduanya = Teknologi Bar (garis dibawah huruf pada rumus) menunjukkan bahwa variabel ini konstan (cateris paribus). Dengan demikian, adalah Qs A = ø (P A ).. cateris paribus 2.4. Konsep Elastisitas Elastisitas adalah sebuah ukuran akan seberapa besar respon para pembeli dan penjual terhadap perubahan yang terjadi dalam kondisi pasar (Mankiw,2006). Selanjutnya Hanafie (2010) menyebutkan, konsep elastisitas digunakan untuk mengukur (secara kuantitatif) besar-kecilnya perubahan jumlah barang yang diminta konsumen sebagai akibat dari perubahan harga. Bila jumlah barang disebut X dan harga barang adalah P maka, elastisitas (e) adalah persentase perubahan X dibagi dengan persentase perubahan P atau dalam rumus : e = ( X/X) / ( P/P) 2.4.1. Elastisitas Permintaan Elasitasitas harga permintaan (price elasticity of demand) mengukur seberapa besar jumlah permintaan berubah seiring perubahan harga. Permintaan suatu barang dikatakan elastis jika jumlah permintaan berubah banyak, sedangkan permintaan dikatakan inelastis apabila jumlah permintaan mengalami sedikit perubahan ketika harga berubah (Mankiw, 2006). Putong (2005) mendefinisikan elastisitas permintaan (e d ) adalah derajat (dalamsatuan angka) kepekaan dari permintaan suatu barang terhadap perubahan harga barang yang dimaksud. Atau ratio antara persentase perubahan permintaan terhadap persentase perubahan harga. Bila dinyatakan dengan angka maka, ada 3 besaran elastisitas permintaan : (1) e d > 1, dinamakan permintaan elastis (2) e d < 1, dinamakan permintaan inelastis (3) e d = 1, dinamakan permintaan uniter elastis (4) e d = (tidak terhingga), dinamakan elastistis sempurna

Model matematis untuk mengukur koefisien elastistas permintaan adalah sebagai berikut (Mubyarto, 1973) % perubahan jumlah barang yang diminta e d = % perubahan harga Adapun dalam menuliskan angka elastisitas ini sering kita lihat tanda negatif dimukanya. Ini menunjukkan bahwa harga naik diikuti oleh penurunan jumlah yang diminta dan sebaliknya harga turun dengan kenaikan jumlah yang diminta (Mubyarto,1973). Pengukuran angka elastisitas dalam praktek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. elastisitas pada satu titik didalam kurva permintaan (point elasticity), b. elastisitas diantara dua titik pada kurva permintaan, atau elastisitas busur (arc elasticity) Dalam Gambar 4 ditunjukkan bahwa garis yang menyinggung kurva permintaan pada titik A menunjukkan elastisitas harga atas permintaan pada titk A atau dapat dituliskan sebagai : dq P e d = x dp Q dimana, Q = Jumlah barang yang diminta P = Harga barang Harga D P₂ B P A P₁ C D

Kurva Elastisitas Permintaan 0 Q₂ Q Q₁ Jumlah Gambar 4. Dalam prakteknya menghitung elastistas ini lebih banyak menggunakan cara kedua yang disebutkan diatas, yaitu elastisitas busur (arc elasticity). Pada Gambar 4 kurva diantara 2 titik B dan C. Elastisitas yang dihitung disini merupakan angka rata-rata dari elastisitas titik sepanjang kurva diantara dua titik tersebut (Mubyarto, 1973). + Q₂ Q P₁ + P₂ e d = x P Q₁ dimana, Q = Perubahan jumlah yang diminta P = Perubahan harga P₁ = Harga yang pertama P₂ = Harga yang kedua Q₁ = Jumlah yang pertama Q₂ = Jumlah yang kedua Bilas (1992) menyatakan elastisitas harga permintaan ditentukan oleh berbagai faktor. Pertama, semakin banyak barang pengganti bagi produk tersebut, semakin elastis permintaannya. Kedua, semakin banyak jenis penggunaan produk tersebut, semakin elastis permintaannya. Selanjutnya disebutkan. Produk yang mengambil bagian terbesar dari pendapatan konsumen cenderung memiliki permintaan yang lebih elastis dibanding produk yang hanya mengambil bagian pendapatan konsumen dalam ukuran yang relatif kecil. Misalnya, permintaan akan garam bersifat agak inelastis, sedangkan permintaan akan mobil bersifat lebih elastis. 2.4.2. Elastisitas Pendapatan Banyak sedikitnya barang yang diminta atau dikonsumsi tergantung dari besar kecilnya pendapatan konsumen. Putong (2005) mengatakan bahwa faktor pendapatan merupakan faktor utama setelah faktor harga yang menentukan jumlah permintaan. Dalam hubungan antara perubahan pendapatan dan permintaan terhadap suatu barang, besaran elastisitas pendapatan terhadap permintaan (income elasticity of demand) adalah penting. Dengan

diketahuinya elastisitas pendapatan terhadap permintaan (e₁), dapat diketahui arah dan perubahan selera konsumen untuk menentukan pilihan terhadap barang yang dibeli. Mubyarto (1973) menyatakan konsep elastististas pendapatan terhadap permintaan penting sekali dalam ilmu ekonomi karena mampu menerangkan perbedaan perilaku ekonomi dari golongan pendapatan masyarakat dalam pembelian barang-barang. Adapun model matematis untuk mengukur koefisien elastistas pendapatan adalah sebagai berikut (Mubyarto, 1973) % perubahan jumlah barang yang diminta e₁ = % perubahan pendapatan Hal ini memberi pengertian bahwa pendapatan adalah merupakan satu-satunya faktor mengubah dan faktor-faktor lainnya terutama harga barang yang bersangkutan adalah tetap tidak mengalami perubahan. Kalau pada elastistas harga atas permintaan tandanya hampir selalu negatif (< 0) maka, pada elastistas pendapatan atas permintaan tandanya hampir selalu positif (> 0). Untuk barang-barang yang elastis maka angka elastisitasnya lebih besar dari satu, sedangkan yang inelastis lebih kecil dari 1 (Mubyarto, 1973). Hanafie (2005) memberikan rumusan elastisitas pendapatan terhadap permintaan sebagai berikut : I₁) (Q₂ - Q₁) / (Q₂ + Q₁) e₁ = (I₂ - I₁) / (I₂ + Dimana : Q₁ = Barang yang diminta pada periode 1 Q₂ = Barang yang diminta pada periode 2 I₁ = Pendapatan pada periode 1 I₂ = Pendapatan pada periode 2 Putong (2005) dan Hanafie (2010) mengatakan bahwa, jika e₁ memiliki angka negatif tergolong barang yang inferior dan apabila positif maka tergolong barang normal. Barang normal yang termasuk barang mewah mempunyai e₁ lebih besar dari 1, sedangkan

barang normal yang merupakan keperluan sehari-hari memiliki e₁ antara 0 dan 1. Bilas (1992) mengatakan barang-barang yang dipandang mewah mempunyai elastisitas pendapatan yang tinggi. Selanjutnya disebutkan bahwa cara termudah untuk menentukan apakah barang itu barang kebutuhan pokok atau barang mewah adalah dengan menggunakan konsep elastisitas pendapatan terhadap permintaan. 2.4.3. Elastisitas Silang Mubyarto (1973) menyatakan bahwa barang konsumsi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan barang yang lain dalam fungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya beras dan jagung, keduanya merupakan bahan makanan yang dapat dipertukarkan. Juga beras dengan gandum, gula pasir dengan gula merah. Karena sifatnya yang dapat dipertukarkan ini maka harga-harganya masingmasing juga berhubungan erat. Dalam hal ini kita berbicara mengenai elastisitas silang (cross elasticity) yang diberi definisi sebagai : % perubahan jumlah barang yang diminta atas barang X e sl = % perubahan harga barang Y Hal ini memberi pengertian bahwa perubahan jumlah barang X yang diminta tersebut adalah semata-mata diakibatkan oleh perubahan harga barang Y. Hanafie (2005) memberikan pengertian bahwa, elastisitas silang harga terhadap permintaan besaran elastisitas yang tidak saja menunjukkan perubahan suatu barang yang diminta, tetapi juga terhadap perubahan harga barang lain yang berkaitan dengan barang yang dimaksud. (Q₂A - Q₁A) / (Q₂A + Q₁A) e sl = (P₂B - P₁B) / (P₂B + P₁B) Dimana : Q₁A = Barang A baru yang diminta Q₂A = Barang A lama yang diminta P₂B = Harga B yang baru P₁B = Harga B yang lama

Dalam arti ekonomi maka selain besar kecilnya angka elastisitas silang yang lebih penting lagi artinya adalah tandanya. Tanda positif berarti kedua barang adalah barang pengganti atau subsitusi, sedangkan bila tandanya negatif maka kedua barang adalah saling melengkapi atau komplementer (Mubyarto,1973). Rahim dan Hastuti (2008), membuat ikhtisar mengenai hubungan elatisitas permintaan (elastistas harga,silang dan pendapatan) seperti pada Tabel 2. 2.4.2. Elastisitas Penawaran Putong (2005) mendefinisikan elastisitas penawaran (e s ) adalah derajat kepekaan perubahan harga terhadap perubahan jumlah barang yang ditawarkan. Atau nilai bagi antara persentase perubahan jumlah yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga. % perubahan jumlah yang ditawarkan e s = % perubahan harga Jika : (1) es > 1, dinamakan penawaran elastis (2) e s < 1, dinamakan penawaran inelastis (3) e s = 1, dinamakan penawaran uniter elastis (4) e s = (tidak terhingga), dinamakan penawaran elastistis sempurna Hasil penelitian Kariyasa (2005) menyebutkan, nilai elastisitas penawaran daging sapi dalam jangka panjang pendek maupun jangka panjang sangat responsif (elastisitas > 1) terhadap harga daging sapi dan harga ternak sapi. Jika terjadi kenaikan harga daging sapi 10 persen maka akan menyebabkan kenaikan produksi (penawaran) dalam jangka pendek 10,6 persen dan dalam jangka panjang 13,6 persen. Demikian juga sebaliknya, jika terjadi penurunan harga daging sapi 10 persen maka akan menyebabkan menurunnya produksi daging sapi dalam jangka pendek 11,6 persen dan dalam jangka panjang 14,9 persen. Tabel 2. Ikhtisar Hubungan antara Elastisitas Harga, Elatisitas Silang, dan Elastistas Pendapatan Nilai Elastisitas Sebutan Kenaikan Harga Penurunan Harga Harga Komoditas Akan Komoditas Akan Mengakibatkan Mengakibatkan Ep > 1 Elastis Permintaan menurun Permintaan naik Ep < 1 Inelastis

Permintaan naik Permintaan menurun Ep = 1 Unitari Permintaan tetap Permintaan tetap Nilai Elastisitas Hubungan Kenaikan Harga Penurunan Harga Komoditas Komoditas A Silang Komoditas A Mengakibatkan Mengakibatkan Ec > 0 atau > 1 Subsitusi Komoditas B yang Komoditas B yang diminta naik diminta menurun Ec < 0 atau -1 Komplementer Komoditas B yang Komoditas B yang diminta turun diminta naik Ec = 0 Netral Komoditas B yang Komoditas B yang diminta tetap diminta tetap Nilai Elastisitas Sebutan Kenaikan Pendapatan Penurunan Pendapatan Komoditas Mengakibatkan Mengakibatkan Ei < 1 Inferior Jumlah komoditas yg Jumlah komoditas yg diminta menurun diminta naik 0 < Ei < 1 Kebutuhan Pokok Jumlah komoditas yg Jumlah komoditas yg diminta naik dengan diminta turun dengan persentase lebih rendah persentase lebih rendah 1 < Ei Mewah Jumlah komoditas yg Jumlah komoditas yg diminta naik dengan diminta turun dengan persentase lebih tinggi persentase lebih tinggi Sumber, Rahim dan Hastuti (2008).