BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

PENERJEMAHAN KATA DAN KALIMAT PADA KOMIK NUSANTARANGER KE DALAM BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu.

BAB I PENDAHULUAN. seperti fabel yang menceritakan tentang binatang, hikayat yang merupakan cerita

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian

PENERJEMAHAN LIRIK LAGU SEPASANG MATA BOLA KARYA ISMAIL MARZUKI

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Penerjemahan. Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan.

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Novel adalah cerita rekaan yang panjang, yang menonjolkan tokoh-tokoh

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BABB III PENGERTIAN TERJEMAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik.

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya.

BAB I PENDAHULUAN. juga bahasa asal novel yang berbeda dengan bahasa-bahasa di negara lain.

Bab 5. Ringkasan. negeri sakura, Jepang. Dewasa ini, manga tidak hanya dikenal di Jepang. Saat ini manga

TERJEMAH DWIBAHASA Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil tes dan angket

MAKNA PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG PADA KOMIK DORAEMON EDISI SEBELAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Catford (1969:20)

PENTINGNYA PENGETAHUAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN BAGI PENERJEMAH

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA

Ragam Penerjemahan. Kardimin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarata Abstract

BAB 2 KONSEP IDIOM DAN PENERJEMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi

PENILAIAN PENERJEMAHAN EKSPLISIT ARTIKEL KLASIK DALAM MAJALAH TRIWULAN EDISI 39 TAHUN 2006 (Studi Penerjemahan Bahasa) Dance Wamafma

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

PROSEDUR DAN METODE PENERJEMAHAN BAHASA SLANG DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN KARYA YOSHITO USUI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. KATA PENGANTAR... ii. ABSTRAK... vi. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR SINGKATAN... xi. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik menggunakan kata maupun gerakan. Setiap negara pasti memiliki

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa memungkinkan sesama manusia berkomunikasi satu sama lain begitu

BAB I PENDAHULUAN. Luar angkasa adalah ruang hampa yang berada di luar bumi dan terdiri dari

Budaya dan Penerjemahan. Andy Bayu Nugroho dan Jhonny Prasetyp

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB 2 KERANGKA TEORI. Dalam bab ini dibahas landasan teoretis dalam penerjemahan buku What Do

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

STRATEGI DAN PROSEDUR PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG DALAM KOMIK DORAEMON TEEMA BETSU KESSAKU SEN EDISI 1 17

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

Bab2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori yang penulis gunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. fungsional, (3) fungsi bahasa adalah membuat makna- makna, (4) bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB V. Simpulan dan Saran. pertanyaan yang diungkapkan di BAB 1 mengenai kesalahan apa saja yang muncul

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut sebagai bahasa sumber (BSu), dan mengungkapkan pemahaman

Bab 2. Landasan Teori. teori Needs Analysis, dan teori Relativitas dalam penerjemahan.

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik ke dalam hasil yang paling sesuai dan paling mendekati makna komik aslinya, penulis memutuskan untuk menggunakan dua teori yang digunakan dalam penelitian sebelumnya. Yaitu, teori penerjemahan dan teori semantik (Susanti, 2012). 2. 1. Definisi Komik Eisner (2008:1) menyebutkan komik sebagak karya sastra gambar, didefinisikan beragam. Namun apabila hal ini benar, maka komik telah ada sejak 17.000 tahun silam, dalam wujud gambar-gambar yang terdapat di gua yang diduga sebagai tempat tinggal manusia jaman purba. Sementara itu, berbeda dengan Eisner, Scott McCloud(1993) dalam bukunya, Understanding Comics, mengatakan bahwa: Comics are juxtaposed pictorial and other images in a deliberate sequence, intended to convey information and/or produce an aesthetic response in the viewer. Terjemahan: Gambar dan lambang yang disandingkan dalam urutan tertentu, untuk memberikan informasi dan sebagai alat komunikasi, dalam mencapai tanggapan estetis dari para pembaca. Sehingga dalam hal ini, penerjemahan yang akan penulis lakukan, akan dibarengi dengan tafsiran gambar dan lambang yang terdapat pada komik Nusantaranger. Karena, penulis meyakini pernyataan Rudolphe Topffer (dalam McCloud, 2001: 201) yang mengatakan komik, sebagai cerita bergambar, yang diremehkan oleh para kritikus dan tidak diperhatikan oleh kaum terpelajar, memiliki 7

8 pengaruh yang besar setiap waktu bahkan melebihi literatur tertulis. Pengaruh yang besar tersebut ada karena dibandingkan dengan literatur tertulis yang hanya terdiri dari teks, komik adalah cerita bergambar yang umumnya mudah dicerna dan lucu (KBBI), sehingga lebih cepat diterima dalam masyarakat. 2. 2. Teori Penerjemahan 2.2.1. Definisi Bahasa dan Penerjemahan Menerjemahkan teks pada dasarnya adalah penerjemahan budaya karena bahasa pada hakekatny adalah produk dari budaya tertentu. Budaya tidak saja menyangkut apa yang tampak pada permukaan (Sumardiono, 2007). Bahasa merupakan ciri yang paling menonjol dari sebuah budaya yang bisa digambarkan sebagai sikap simplistik sebagai totalitas keyakinan dan tindakan suatu masyarakat tertentu (Nida, 2001). Bahasa tidak bisa dilihat sebagai fenomena yang terpisah pada sebuah ruang hampa tapi merupakan bagian integral dari sebuah kebudayaan (Sumardiono, 2007). Bahasa juga mengendalikan cara orang bersikap terhadap orang lain dalam masyarakat tuturnya yang merupakan cermin nilai-nilai relasi sosial dan kekuasaan dalam masyarakat tersebut. Budaya Jawa, misalnya, merupakan budaya yang sangat mengatur relasi sosial antar anggotanya yang berdasarkan pada status sosial (Sumardiono, 2007). Menurut Nida dan Taber (1974:12): Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style. Terjemahan: Penerjemahan adalah proses pengungkapan ulang bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam padanan yang diungkapkan sewajar mungkin, pertama dalam makna, dan kedua, dalam tatanan gaya bahasa.

9 Maka itu, penerjemahan disebut sebagai upaya mengalihkan pesan yakni makna yang terkandung dari teks suatu bahasa (bahasa sumber/bsu) ke dalam teks bahasa yang lain (bahasa sasaran/bsa) yang dikemas dalam penyesuaian terhadap dari dan untuk siapa serta dengan tujuan apakah penerjemahan tersebut dibuat (Hoed, 2006). Teori ini didukung pula oleh ungkapan Torikai Kumiko, guru besar terjemahan di Universitas Rikkyo, Tokyo, yang mengatakan bahwa penerjemahan tertulis atau honyaku ( 翻訳 ) adalah upaya menerjemahkan secara tertulis isi informasi dari teks tertulis satu bahasa ke dalam bahasa lainnya (Torikai, 1998:3). Sementara itu, menurut Newmark (1998), penerjemahan merupakan keahlian atau seni dari usaha mengganti suatu pesan pernyataan tertulis dalam suatu bahasa (BSu) dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa yang lain (Bsa). Oleh karena itulah, terdapat sumpah penulis untuk menjamin kompetensi seorang penerjemah dalam mengalihkan suatu pesan dari bahasa satu ke bahasa lain. Sebab, menurut Hoed (2006), seorang penerjemah harus dapat menjiwai kedua bahasa, baik bahasa sumber maupun bahasa sasarannya, dan harus menempatkan dirinya menjadi anggota masyarakat kedua dunia tersebut agar dapat mengetahui perbedaan persepsi dalam memandang dunia ini. Sependapat dengan Hoed dan Newmark, Baker (1992) juga menyebutkan bahwa agar penerjemah dapat memiliki lebih dari sekedar bakat dan praktik, pengetahuan akan teori penerjemahan sangat diperlukan. Hal ini didukung pula oleh Hatim (2001:162) yang menyebutkan bahwa penerjemah dapat dilatih untuk menerjemahkan, dan yang menyatakan kemampuan menerjemah itu tergantung bakat hanyalah sebuah spekulasi. Prosedur penerjemahan itu sendiri (Newmark, 1988), berbeda dari metode penerjemahan. Prosedur penerjemahan melihat pada tataran yang lebih kecil seperti klausa, frasa, dan kata, sementara metode melihat pada keseluruhan teks.

10 Menurut Catford (1974) dalam bukunya yang berjudul Theory of Translation, penerjemahan adalah: The replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another language. Terjemahan: Penggantian materi teks dari satu bahasa, menggunakan materi teks yang sepadan, dalam bahasa lain. Jadi, secara luas, penerjemahan dapat diartikan sebagai segala upaya/kegiatan manusia untuk mengalihkan suatu informasi, baik verbal maupun non-verbal dari bahasa informasi asal, ke dalam bahasa informasi sasaran. 2.2.2. Ideologi Penerjemahan Ideologi menurut KBBI adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan dasar suatu pendapat (kejadian) yang memberi arah tujuan untuk kelangsungan idup. Sementara dalam penerjemahan (Hoed, 2006) Ideologi diungkapkan sebagai prinsip atau keyakinan tentang betul-salah, yakni terjemahan seperti apa yang terbaik bagi masyarakat pembaca Bsa atau terjemahan seperti apa yang sesuai dan disukai oleh masyarakat. 2.2.3. Sistem Penerjemahan Pada dasarnya terdapat dua sistem yang berbeda dalam penerjemahan (Nida dan Taber, 1974). Sistem pertama terdiri dari aturan-aturan baku yang diterapkan dengan ketat yang bertujuan agar terdapat kesesuaian dari bahasa sumber dengan bahasa sasaran. Dengan demikian, sistem pertama dapat diformulasikan menjadi: BSu (X) Bsa

11 Di sini, (X) merupakan struktur menengah yang dapat digunakan secara universal untuk semua bahasa. Sementara, sistem kedua memiliki tiga prosedur bertahap dalam menerjemahkan pesan yaitu analisis hubungan gramatikal serta makna kata dan kombinasi kata dalam pesan, peralihan hasil analisis tersebut dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, dan kemudian restrukturisasi hasil analisis yang telah dialihkan ke bahasa sasaran menjadi pesan akhir yang dapat sepenuhnya dimengerti dalam bahasa sasaran. Sistem kedua ini dapat digambarkan menjadi: BSu (analisis) X (peralihan) Y (restrukturisasi) BSa Tahap awal langkah ini dibutuhkan analisis secara gramatikal dan semantis untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan dimengerti. Dibutuhkan analisis gramatikal dan semantik untuk mendapatkan hasil. Analisis gramatikal dilakukan dengan cara membaca keseluruhan TSu dan memahami isi pesan teks tersebut secara umum. Pada tahap kedua, penerjemah menangkap pesan teks secara detil dan rinci dengan melepaskan diri dari struktur TSu. Dalam tahap ini, penerjemah kembali membutuhkan penyesuaian semantik, misalnya idiom, untuk mengalihkan TSu ke TSa. Terakhir, penerjemah harus meninjau ulang serta memastikan penggunaan bahasa yang tepat dalam bahasa sasaran, misalnya penyesuaian penggunaan bahasa dengan kisaran usia pembaca, gaya bahasa lisan dan tertulis, dialek dan sebagainya. Dalam tahap ini penerjemah menghasilkan struktur bahasa baru yakni BSa. Proses menerjemahkan memiliki beberapa hambatan, misalnya aturan yang ditetapkan atas dasar bahasa itu sendiri (Catford, 1965), perbedaan struktur, semantik bahasa, latar belakang budaya pun mempengaruhi Teks Sumber (TSu) dan Teks Sasaran (TSa) (Newmark, 1988), yang mana faktor kebudayaan sendiri dapat berupa perbedaan bahasa, sistem sosial, sistem religi, kebudayaan material, ekologi, dan sebagainya (Hoed, 2006).

12 Penerjemahan yang baik dan benar mengacu pada kesetaraan fungsi dari kalimat yang diterjemahkan, yang mana menitikberatkan pada penyesuaian makna yang didukung oleh berbagai faktor seperti budaya, perkembangan masyarakat dan penggunaan kosakata (Nida dan Taber, 1974). Pernyataan inilah yang akhirnya disebut dengan istilah functional equivalent. Kesulitan dalam menemukan padanan yang tepat di dalam BSa kerap kali terjadi. Masalah ini disebut dengan istilah non-equivalence at word level yakni kondisi di saat BSa tidak mempunyai padanan yang langsung terhadap kata yang muncul dalam BSu (Baker, 1992). Hal ini yang akan ditemukan dalam penelitian ini. 2. 3. Metode Penerjemahan Newmark (1988: 45-47) menggolongkan metode penerjemahan menjadi 8 metode yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan orientasinya. Yaitu: 2.3.1. Metode Dengan Orientasi Pada Bahasa Sumber (BSu) 1. Penerjemahan kata per kata (Word-of-word Translation). Pada metode ini, penerjemahan akan dilakukan kata per kata tanpa mengubah susunan kaliat dalam Bsu, dan kata-kata yang mengandung faktor budaya akan dialihkan apa adanya. Metode ini baik digunakan sebagai Dalam metode ini, penerjemahan dilakukan kata demi kata tanpa mengubah susunan kalimat dalam TSu, dan kata-kata yang berhubungan yang mengandung faktor budaya dialihkan apa adanya. Metode ini baik digunakan sebagai langkah penerjemahan teks BSu yang memiliki struktur yang sangat berbeda dengan BSa; 2. Penerjemahan harafiah (Literal translation). Penerjemahan dalam metode ini dilakukan secara harafiah dengan mempertahankan katakata dan gaya bahasa dalam TSu namun mengubah struktur BSu menjadi BSa. Metode ini bermanfaat untuk memberi sudut pandang pada penerjemah dalam menanggulangi masalah, misalnya penerjemahan idiom.

13 3. Penerjemahan tepat (Faithful translation). Dalam metode penerjemahan ini, aspek format atau aspek bentuk TSu dipertahankan sejauh mungkin. Metode ini banyak digunakan dalam menerjemahkan puisi. 4. Penerjemahan semantik (Semantic translation). Penerjemahan dengan metode ini menitikberatkan pada makna kata sehingga terdapat istilah atau kata kunci yang harus dihadirkan dalam TSa, misalnya penerjemahan bidang politik. 2.3.2. Metode Dengan Orientasi Pada Bahasa Sasaran (BSa) 1. Adaptasi (Adaptation). Metode ini lebih menekankan pada isi pesan dengan bentuk yang disesuaikan dengan kebudayaan BSa, misalnya dalam penerjemahan dongeng anak-anak. 2. Penerjemahan bebas (Free translation). penerjemahan ini menitikberatkan pada pengalihan pesan sementara pengungkapannya dalam TSa disesuuaikan dengan kebutuhan calom pembaca. Pada umumnya, penerjemahan dengan metode ini menghasilkan TSa berupa rangkuman. 3. Penerjemahan idiomatis (Idiomatic translation). Dalam metode ini, penerjemahan dilakukan dengan mengupayakan penerjemaha padanan, istilah, ungkapan dan idiom ke dalam BSa, misalnya dalam penerjemahan metafora. 4. Penerjemahan Komunikatif (Communicative translation). Dalam metode ini, penerjemahan tidak harus dilakukan secara bebas tetapi cenderung mementingkan isi pesan. Metode ini banyak digunakan dalam menerjemahkan pengumuman. 2.4. Teknik Penerjemahan Kesulitan dalam penerjemahan pada tataran kata, kalimat atau paragraf dapat ditanggulangi dengan menggunakan teknik penerjemahan (Hoed, 2006: 72).

14 Terdapat beberapa teknik khusus yang dapat menjadi solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam penerjemahan, antara lain: 1. Transposisi, yaitu penyesuaian struktur kalimat dalam BSu menjadi struktur kalimat dalam BSa. Catford (1965: 73) mengungkapkan adanya dua jenis transposisi, yaitu yaitu level shift (pergeseran tingkatan) dan category shift (pergeseran kategori). Level shift terjadi jika unsur dalam BSu yang berada pada tingkat linguistik tertentu memiliki padanan terjemahan dengan tingkat linguistik yang berbeda dalam BSa. Menurut Simatupang (1999), dalam proses menerjemahkan ke bahasa sasaran, paling sedikit ada dua hal yang terjadi. Pergeseran di bidang struktur seperti tata bahasa dan pergeseran di bidang semantik atau makna. 2. Modulasi, yaitu memberikan isi pesan yang sama tetapi mengubah sudut pandang atau lingkup semantik. Modulasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu modulasi sudut pandang yang terjadi jika unsur BSu mendapat sudut pandangnya dalam BSa, dan modulasi lingkup makna atau area semantik, yang terjadi jika unsur BSu mendapatkan padanan BSa yang berbeda lingkup maknanya, misalnya meluas atau sebaliknya; 3. Penerjemahan deskriptif, yaitu penguraian makna kata yang tidak dapat ditemukan padanannya dalam BSu; 4. Penjelasan tambahan, yaitu memberikan kata-kata khusus sebagai penjelasan atas suatu kata yang dianggap asing oleh calom pembaca TSa agar kata tersebut menjadi mudah dimengerti; 5. Catatan kaki, yaitu menyertakan keterangan dalam bentuk catatan kaki untuk memperjelas makna dari kata terjemahan yang dimaksud, karena diperkirakan apabila tidak ada penjelasan atas kata tersebut maka pembaca tidak dapat mengerti makna kata tersebut secara baik; 6. Penerjemahan fonologis, yaitu pengunaan kata dalam BSu dengan penyesuaian pengucapan dengan BSa. Biasanya teknik ini digunakan saat penerjemah tidak dapat menemukan padanan yang sesuai dalam BSa; 7. Penerjemahan resmi, yaitu penggunaan secara langsung sejumlah istilah, ungkapan, dan nama yang sudah resmi dalam BSa, misalnya Egypt menjadi Mesir, New York tetap menjadi New York;

15 8. Tidak diberikan padanan, yaitu penerjemahan yang dikutip dari bahasa aslinya, biasanya dilengkap dengan catatan kaki. Teknik ini digunakan saat penerjemah tidak dapat menemukan terjemahan dalam BSa; 9. Padanan budaya, yaitu menerjemahkan dengan memberikan padanan dengan unsur budaya yang ada dalam BSa. 2.5. Teori Functional-Equivalent Setiap negara memiliki bahasa dan budaya yang berbeda. Hal ini memberi pengaruh yang sangat besar dalam penerjemahan. Salah satu pengaruh yang cukup signifikan adalah penerjemahan kata atau frase atau ungkapan yang menggunakan perlambangan dari anggota tubuh. Setiap bahasa memiliki kebudayaan yang berbedabeda yang menyebabkan penggunaan anggota tubuh sebagai perlambangan pun disesuaikan dengan budaya masyarakatnya (Zouheir, 2011). Contohnya istilah buah hati di dalam bahasa Indonesia, yang diterjemahkan menjadi apple of my eyes dalam bahasa Inggris. Arti kata buah hati adalah kesayangan, atau orang yang disayangi. Apabila diterjemahkan ke bahasa Jepang, tidak dengan metode harafiah, tapi dengan menggunakan pengungkapan makna kembali dengan kata-kata dan struktur kalimat yang sama sekali berbeda, tapi dengan makna sama. Sehingga dapat diterjemahkan menjadi 目に入れても痛くない. Setiap bahasa memiliki budaya masing-masing yang menyebabkan penggunaan kata-kata yang digunakan sebagai perlambangan dalam proses menerjemahkan sangat perlu untuk diperhatikan, agar tetap sesuai dengan fungsinya dan memperoleh makna yang paling mendekati. Tantangannya adalah, kalimat tidak boleh terasa tidak wajar dalam BSa. Artinya, terjemahan tersebut selain mempunyai fungsi setara dan makna terdekat, juga tidak boleh terasa janggal. Hasil terjemahan harus bisa memberikan kesan bahwa teks yang diterjemahkan merupakan teks asli dalam BSa, bukan merupakan teks terjemahan. Inilah penjabaran proses penerjemahan menurut teori functional equivalent: 1. Analisis teks bahasa sumber berdasarkan tata bahasa dan makna. Kalimat-kalimat BSu dipecah-pecah menjadi komponen-komponen bermakna

16 missal menjadi kata atau frase, kemudian komponen-komponen tersebut dicari maknanya dengan menggunakan teknik analisis komponen makna. 2. Pengalihbahasaan dari BSu menjadi BSa. Komponen-komponen tersebut dialihkan ke bahasa sasaran dengan mempertimbangkan kesesuaian makna. 3. Penyusunan ulang teks terjemahan. Dalam tahap ini, komponen-komponen tersebut disusun kembali menjadi satu kalimat utuh dengan catatan harus mempertimbangkan prinsip kewajaran bahasa sasaran. Dalam prosesnya, akan sangat wajar apabila terdapat pergeseran-pergeseran makna, bentuk maupun struktur (Simatupang, 1999). Prof. Dr. Sheddy N. Tjandra, M.A. dalam buku Masalah Penerjemahan Dan Terjemahan Jepang-Indonesia (2005) mengutip secara langsung, hasil pemikiran Kowata Takao mengenai terjemahan. (1) Waktu menerjemahkan teks biologi dan kedokteran, sering kali perlu menelusuri asal usul suatu istilah sampai pada bahasa sumbernya yang berasal dari bahasa Latin. (2) Penerjemah harus menangkap betul makna keseluruhan dari sebuah kalimat atau alurnya di dalam teks. (3) Penerjemah harus bisa menginterpretasikan keseluruhan konsep yang ada di dalam teks, tidak boleh hanya terbatas pada kata-kata saja. (4) Seringkali perlu diberikan penjelasan tambahan. (5) Penerjemah harus punya keleluasaan dalam pemilihan kata agar supaya hasil terjemahannya menjadi berkreasi. (6) Satu ciri khas penerjemahan ke dalam bahasa Jepang (dari bahasabahasa Barat terutama Inggeris) ialah penggunaan ortografi. Penerjemah harus tangkas dalam menentukan pilihan kapan dia harus memakai katakana (maksudnya transliterasi) dan kapan harus memakai kanji (maksudnya diterjemahkan).

17 Poin-poin di atas, mendukung teori equivalent-fungsional yang dikemukakan Nida. Penerjemah perlu mempelajari konsep yang ada dalam teks agar dapat menemukan padanan kata dengan makna yang paling mendekati. Apabila dibatasi oleh kata-kata, maka teori equivalent-fungsional tidak dapat diterapkan karena terbentur pada faktor pilihan kata.

18