BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PRAKONSENTRASI KROM (VI) DARI MATRIKS TEKSTIL DAN PENENTUANNYA SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM TUNGKU KARBON TESIS

PRAKONSENTRASI KROM (VI) DARI MATRIKS TEKSTIL DAN PENENTUANNYA SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM TUNGKU KARBON TESIS

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

4 Hasil dan Pembahasan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

3 Metodologi Penelitian

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

3 Metodologi Penelitian

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

3 Metodologi Penelitian

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan serapan pada berbagai panjang gelombang tertera pada Gambar 2.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Laporan Kimia Analitik KI-3121

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

kondisi analisis kuantitatif simultan Cr(III) dan Cr(VI) yaitu konsentrasi kuersetin sebesar 2,95 x 10-3 M, konsentrasi surfaktan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

UJI KROM HEKSAVALEN (Cr(VI)) SECARA EKSTRAKSI DAN PENENTUANNYA DENGAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI. Oleh SUMARNI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

12. Wang, J.S., Chiu, K.H. (2004), Simultaneous extraction of Cr(III) and Cr(VI) with a dithiocarbamate reagent followed by HPLC separation for

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan mengukur potensial campuran elektrolit K 3 Fe(CN) 6 dan K 4 Fe(CN) 6

MODIFIKASI RESIN Ca-ALGINAT DENGAN ABU JERAMI PADI SEBAGAI MATERIAL PENGISI KOLOM PADA TAHAPAN PRAKONSENTRASI ANALISA ION Mn (II) SECARA OFF- LINE

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

PERBANDINGAN METODE PENENTUAN Pb(II) DI SUNGAI KAPUAS SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS CARA KALIBRASI TERPISAH DAN ADISI STANDAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Penentuan Ion Logam Aluminium dalam Sediaan Deodoran dengan Metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2.1 Siklus nitrogen di lingkungan hidrosfer

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

12. Wang, J.S., Chiu, K.H. (2004), Simultaneous extraction of Cr(III) and Cr(VI) with a dithiocarbamate reagent followed by HPLC separation for

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

Laboratorium Analitik, Universitas Hasanuddin Kampus UNHAS Tamalanrea, Makassar, *

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012

Transkripsi:

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh ph larutan terhadap pembentukan Cr-PDC ph merupakan faktor yang penting dalam pembentukan senyawa kompleks, oleh karena itu perlu dilakukan percobaan penentuan ph optimum pembentukan kompleks Cr-PDC. Percobaan yang dilakukan dimulai dari ph 2 sampai dengan ph 8 dan memberikan hasil sebagaimana terlihat pada Gambar IV.1. Dari bentuk kurva yang diperoleh menunjukkan bahwa mulai ph 2 hingga ph 4 nilai luas puncak (absorban.detik) meningkat, kemudian pada ph 5 dan seterusnya nilai absorban yang teramati terus menurun hampir mendekati nol. Dengan demikian ph 4 dapat ditetapkan sebagai ph optimum pembentukan komplek Cr-PDC dan digunakan dalam percobaan berikutnya. 0.5 0.4 Absorban.detik 0.3 0.2 0.1 0 0 2 4 6 8 ph larutan 10 Gambar IV.1 Pengaruh ph larutan terhadap pembentukan kompleks Cr-PDC IV.2 Pengaruh jumlah larutan pengkompleks APDC Agar dapat diketahui pengaruh jumlah larutan APDC yang diperlukan untuk mengikat krom dalam 100 ml larutan Cr(VI) 50 ppb, maka percobaan yang dilakukan adalah dengan cara menvariasikan penambahan volume larutan APDC ke dalam larutan tersebut. Hasil percobaan penambahan larutan APDC ( 3 g/l ) sebanyak 2 6 ml pada ph 4 yang merupakan ph optimum pembentukan kompleks Cr-PDC dapat dilihat pada Gambar IV.2. Pada penambahan larutan APDC sebanyak 2 ml hingga 5 ml terlihat nilai luas puncak absorban yang meningkat, akan tetapi pada penambahan larutan APDC sebanyak 6 ml nilai luas puncak absorban cenderung tetap. Penambahan larutan APDC lebih dari 5 ml tidak efisien untuk mengkhelat Cr yang 19

terkandung dalam larutan. Dengan demikian dalam percobaan selanjutnya penambahan larutan APDC ditetapkan sebanyak 5 ml. 0.6 0.5 Absorban.detik 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 2 4 6 ml larutan APDC 3 g/l 8 Gambar IV.2 Pengaruh jumlah larutan APDC terhadap pembentukan kompleks Cr-PDC Kemudian untuk mengetahui retensi kompleks Cr-PDC terhadap filter selulosa asetat dapat diamati dari persentase perolehan kembali ( recovery ) Cr yang dihasilkan. Percobaan dilakukan dengan cara mereaksikan 100 ml larutan Cr(VI) 50 µg/l dengan 5 ml larutan APDC pada ph 4. Absorban larutan akhir diukur dan dialurkan ke dalam persamaan kurva kalibrasi pada Lampiran C. Percobaan dengan pengulangan sebanyak empat kali, menghasilkan data sebagaimana tertera pada Tabel IV.1. Perolehan kembali yang dihasilkan berkisar 77 80 %, dengan rata-rata 79 ± 2 %. Untuk tujuan analisis kuantitatif hasil tersebut kurang memuaskan. Hal ini memperlihatkan bahwa interaksi antara kompleks Cr-PDC dengan filter selulosa kurang kuat sehingga ada sebagian kompleks Cr-PDC yang lolos melewati filter tersebut. Tabel IV.1 Hasil percobaan retensi kompleks Cr-PDC terhadap filter selulosa asetat Konsentrasi Cr(VI) awal Konsentrasi ditemukan 50 38,90 78 50 38,66 77 50 39,92 80 50 39,84 80 Rata-rata 79 ± 2 20 Perolehan kembali (%)

IV.3 Pengaruh jumlah Ni yang ditambahkan Penambahan Ni ke dalam larutan dimaksudkan untuk membantu meningkatkan retensi kompleks Cr-PDC terhadap filter selulosa asetat, sehingga absorban atau perolehan kembali dari metode prakonsentrasi yang dikembangkan ini menjadi dapat meningkat pula. Dari pengamatan secara visual, penambahan larutan Ni ke dalam larutan kompleks Cr-PDC menyebabkan terjadinya kekeruhan pada larutan. Kecenderungannya adalah semakin besar jumlah volume penambahan larutan Ni, kekeruhan pada larutan semakin meningkat pula. Hasil percobaan penambahan larutan Ni ke dalam larutan kompleks Cr-PDC dapat dilihat sebagaimana tertera pada Gambar IV.3. Penambahan larutan Ni ( 3 g/l ) sebanyak 0,1 0,3 ml memperlihatkan peningkatan signal luas puncak (absorban.detik) dari 0,49 hingga 0,70, akan tetapi luas puncak yang dihasilkan cenderung tetap pada penambahan larutan Ni berikutnya. Penambahan Ni sebagai carrier diduga menyebabkan terbentuknya senyawa Ni-Cr, sehingga dapat meningkatkan sensitivitas penentuan secara SSATK. Dengan demikian dapat ditetapkan bahwa penambahan larutan Ni ( 3g/L) yang efisien untuk percobaan berikutnya adalah sebanyak 0,3 ml. 0.8 0.7 Absorban.detik 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 ml larutan Ni 1 g/l Gambar IV.3 Pengaruh penambahan larutan Ni terhadap peningkatan luas puncak 21

IV.4 Pengaruh konsentrasi larutan Cr(VI) Untuk mengetahui hubungan antara jumlah Cr(VI) dalam larutan terhadap % perolehan kembali dengan cara prakonsentrasi sesuai prosedur, percobaan dilakukan dengan cara memvariasikan konsentrasi larutan Cr(VI) 5 40 µg/l pada kondisi percobaan yang telah diperoleh sebelumnya. Sebagaimana hasil percobaan yang tertera pada Tabel IV.2, perolehan kembali yang cukup baik terjadi pada konsentrasi larutan Cr(VI) di bawah 15 µg/l. Pada konsentrasi Cr(VI) diatas 15 µg/l perolehan kembali Cr(VI) menurun dikarenakan proses kopresipitasi ditentukan oleh jumlah APDC dan Ni yang ditambahkan. Pada kondisi ini zat pengompleks APDC yang ditambahkan ke dalam larutan seluruhnya telah berikatan dengan hanya sebagian Cr(VI) saja dan menyisakan sebagian lagi yang tidak terkopresipitasikan. Tabel IV.2 Pengaruh konsentrasi larutan terhadap % perolehan kembali Konsentrasi Cr(VI) Awal Konsentrasi Cr(VI) ditemukan Perolehan kembali ( % ) 5 4,61 92 10 8,27 93 15 16,07 107 20 11,92 60 30 18,13 61 40 16,93 42 IV.5 Pengaruh Cr(III) terhadap perolehan kembali Cr(VI) Di dalam literatur telah dilaporkan bahwa spesi Cr(III) dan Cr(VI) memiliki sifat berbeda ketika direaksikan dengan APDC pada ph rendah dan temperatur kamar. Untuk membuktikan hal tersebut, suatu percobaan telah dilakukan dengan cara mencampurkan kedua spesi Cr(III) dan Cr(VI), selanjutnya larutan campuran Cr diuji menggunakan metode yang dikembangkan pada kondisi percobaan optimum yang telah diperoleh sebelumnya. Hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel IV.3. Terbukti bahwa spesi Cr(III) tidak mengganggu terhadap perolehan Cr(VI). Pada kondisi percobaan Cr(III) sukar membentuk komplek dengan APDC dikarenakan Cr(III) berada dalam bentuk terhidrasi yang sangat kuat, sedangkan Cr(VI) akan tereduksi oleh APDC menjadi Cr(III) dan segera membentuk kompleks dengan APDC (1). 22

Tabel IV.3 Pengaruh Cr(III) terhadap % perolehan kembali Cr(VI) No. Sampel Konsonsentrasi Awal Konsentrasi ditemukan Perolehan kembali ( % ) 1 Cr(III) 5 0,46 9 2 Cr(VI) 5 4,75 95 3 Campuran Cr (VI) dan Cr(III) Cr(III) = 5 Cr(VI) = 5 4,80 96 IV.6 Pengaruh matriks contoh kain Ketika contoh tekstil diekstraksi menggunakan larutan keringat asam kemungkinannya tidak hanya logam-logam saja yang terektraksi melainkan juga zatzat lainnya akan ikut terekstraksi, sehingga menghasilkan suatu matriks tertentu yang perlu dipertimbangkan pengaruhnya terhadap hasil prakonsentrasi. Matriks tersebut terbentuk disamping oleh zat yang digunakan dalam pembuatan larutan keringat, juga oleh zat-zat pembantu tekstil yang terkandung dalam contoh tekstil. Untuk mengetahui pengaruh matriks larutan ekstrak tekstil terhadap prakonsentrasi Cr(VI), pada percobaan ini pengaruh matrik larutan ekstrak kain tekstil diuji dengan cara menambahkan (spike) sejumlah larutan Cr(VI) ke dalam larutan hasil ekstraksi kain tekstil dengan larutan keringat asam. Hasil percobaan disajikan pada Tabel IV.4. Dari hasil percobaan dengan tiga kali ulangan diperoleh perolehan kembali sebesar 95 ± 1%, hal ini menunjukkan bahwa matrik larutan ekstrak kain relatif tidak mempengaruhi terhadap hasil perolehan kembali Cr(VI). Tabel IV.4 Pengaruh matriks ekstrak kain terhadap % perolehan kembali Cr(VI) Spike Cr(VI) Faktor Prakonsentrasi ( P ) Konsentrasi Cr(VI) Perolehan kembali (%) teoritis ditemukan 5 10 50 47,12 94 5 10 50 48,12 96 5 10 50 47,50 95 Rata-rata 95 ± 1 23

IV.7 Kinerja analitik IV.7.1 Kebolehulangan Kebolehulangan ( presisi ) dapat diartikan sebagai kedekatan antara nilai-nilai yang dihasilkan dari suatu pengukuran yang dilakukan menggunakan cara yang persis sama. Umumnya kebolehulangan ditentukan dengan melakukan pengukuran dengan beberapa kali ulangan. Kebolehulangan antara lain dapat dinyatakan dengan koefisien variansi (KV). Koefisiensi variansi merupakan persentasi standar deviasi atau standar deviasi dikalikan dengan 100 %. Hasil penentuan koefisien variansi dari pengukuran spike larutan standar Cr(VI) 5 ug/l dalam ekstrak kain yang dijadikan sebagai matriks larutan menggunakan metode yang dikembangkan dengan pengulangan n = 3, memberikan hasil perolehan kembali dengan KV sebesar 1,1 %. Hasil perhitungan % KV dapat dilihat pada Lampiran F. IV.7.2 Kurva kalibrasi Dalam analisis kuantitatif secara spektrometri, untuk mengetahui kadar atau konsentrasi analit dalam contoh dilakukan dengan cara mengalurkan sinyal analitik yang terukur oleh instrumen ke dalam kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi menyatakan hubungan antara respon sinyal yang dihasilkan terhadap sederet larutan analit yang telah diketahui konsentrasinya. Bentuk kurva kalibrasi yang umum digunakan dalam analisis adalah kurva linear. Hubungan linearitas antara variabel kurva kalibrasi dinyatakan dengan koefisien korelasi r, dimana nilai r berada dalam rentang -1 r 1. Suatu kurva kalibrasi linear positif sempurna jika r = 1. Namun demikian dalam praktek, nilai r yang ditemukan biasanya mendekati 1. Untuk mengetahui apakah terjadi hubungan yang linear antara konsentrasi dengan respon sinyal (absorban.detik) yang dihasilkan, maka terhadap sejumlah variasi konsentrasi Cr(VI) 2 10 ug/l yang mengalami perlakukan sama sesuai dengan metode yang dikembangkan dilakukan pengukuran secara SSATK. Dari data hasil penentuan pada Lampiran G kemudian dibuat kurva kalibrasinya. Kurva kalibrasi terbukti cukup linear dengan nilai r = 0,9932 seperti tampak pada Gambar IV.4. 24

Absorban.detik 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 y = 0.0832x R 2 = 0.9932 0 2 4 6 8 10 12 Konsentrasi Cr(VI) ug/l Gambar IV.4 Kurva kalibrasi IV.7.3 Limit deteksi Limit deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi terkecil analit yang memberikan sinyal terkecil dan dapat dibedakan dari sinyal blanko. Untuk mengetahui limit deteksi metode percobaan yang dikembangkan, maka dilakukan pengukuran dalam larutan blanko dan larutan standar Cr (VI) hasil prakonsentrasi dengan beberapa kali ulangan. Pada percobaan ini penentuan limit deteksi dilakukan dengan cara mengukur absorban larutan blanko dan larutan standar Cr(VI) 5 µg/l dengan ulangan n = 10. Data penentuan limit deteksi dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil perhitungan yang didasarkan pada 3 kali deviasi standar sinyal blanko diperoleh limit deteksi sebesar 3,48 µg/l. IV.8 Penentuan Cr(VI) dalam contoh kain Kondisi optimum yang diperoleh dari metode percobaan diaplikasikan untuk penentuan kadar Cr(VI) dalam contoh kain. Kain tekstil yang dijadikan contoh dalam percobaan ini adalah kain hasil pencelupan dan contoh kain komersial yang diperoleh dari Laboratorium Pengujian Balai Besar Tekstil. Pencelupan dilakukan dengan menggunakan dua jenis zat warna direk yang berbeda dengan proses fiksasi menggunakan K 2 Cr 2 O 7. Kedua jenis contoh kain yang disiapkan kemudian diekstraksi dengan larutan keringat buatan ph 5,5. Sebanyak 100 ml ekstrak kain 25

diprakonsentrasi pada kondisi optimum percobaan menjadi 10 ml dan dilakukan penentuan kadar Cr(VI) secara spektrometri serapan atom tungku karbon. Hasil penentuan kadar Cr(VI) dalam contoh kain dapat dilihat pada Tabel 6. Kedua contoh kain hasil pencelupan masing-masing mengandung Cr(VI) sebesar 2,65 mg/kg kain dan 2,70 mg/kg kain, sedangkan contoh kain komersial diketahui tidak mengandung Cr(VI). 26