KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR.

dokumen-dokumen yang mirip
KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup tanpa adanya informasi dan komunikasi yang ia jalani di lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat juga berasal dari komunikasi baik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Abstrak. Kata kunci : Nilai ekonomis, psikologis, sosial, fungsional, loyalitas. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

IKLAN CENTRIN TV DAN MINAT BERLANGGANAN ICHE. A. C. NAPITUPULU

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

LEMBAR PERSEMBAHAN...

Giat Riyadi B

PENDAHULUAN Latar Belakang

HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN

ANALISIS PENINGKATAN MUTU PELATIHAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK DITEMPATKAN DI NEGARA-NEGARA KAWASAN TIMUR-TENGAH

MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

MOTIF PENDENGAR AKTIF PROGRAM ACARA ONO OPO REK DI 93,3 RADIO EL VICTOR FM SURABAYA

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

Pertemuan 1 PENGERTIAN PENYIARAN

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR TERHADAP TELEVISI LOKAL DELI TV (DTV) MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Latar Belakang PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1

BAB IV Penutup. sebuah kebutuhan yang penting untuk dipenuhi. Melalui media massa seperti

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

Unsur-unsur, sifat, dan fungsi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

MEDIA RELATIONS. Pokok Bahasan TV RELEASE. Dewi S. Tanti, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era perkembangan teknologi, media massa mempunyai peran

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

BAB I PENDAHULUAN. radio itu sendiri yaitu berupa penampilan program-program baru agar dapat. bersaing dengan stasiun radio yang lainnya.

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB I PENDAHULUAN. communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI PADI SAWAH DENGAN PELAKSANAAN PENGATURAN POLA TANAM DAN TERTIB TANAM (P2T3)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

HALAMAN PERSETUJUAN. : Ilmu Administrasi Bisnis. : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik PEMBIMBING. Drs. Nurhadi, M.Si. NIP

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Transkripsi:

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR Oleh LUTFI ARIYANI A14204059 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 i

RINGKASAN KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBER DAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR. (Dibawah bimbingan Sumardjo). Salah satu kendala dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah adanya kesenjangan komunikasi antara masyarakat pertanian, pihak pemerintah dan pihak terkait lainnya. Untuk itu perlu dibangun media komunikasi yang efektif dalam rangka mengatasi kesenjangan komunikasi tersebut. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui Radio Penyiaran. Radio Pertanian Ciawi atau yang lebih dikenal dengan RPC merupakan radio masyarakat pertanian yang dikembangkan dalam rangka mewujudkan keseimbangan komunikasi antara pihak pengambil kebijakan dengan masyarakat melalui program siaran pertanian. Saat ini masyarakat ditantang untuk mampu menyukseskan sebuah program penting yaitu P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional). Program ini merupakan salah satu upaya Departemen Pertanian (Deptan) dalam memenuhi kebutuhan beras nasional yang terkoordinasi untuk membangun petani tangguh dengan memasyarakatkan teknologi dan inovasi baru melalui upaya pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu. Desa Cibedug dan Cileungsi merupakan desa dengan komoditi padi sawah terbanyak di Kecamatan Ciawi, Bogor. Usahatani padi di kedua desa tersebut berpotensi untuk diterapkan sistem PTT untuk meningkatkan hasil pertanian padi. RPC sebagai media komunikasi di bawah naungan Departemen Pertanian berperan untuk mengkomunikasikan atau menyiarkan program-program pertanian agar tersosialisasikan dengan baik kepada petani. Salah satu cara agar program siaran pertanian dapat menarik perhatian petani adalah dengan mengemas program tersebut dalam iklan layanan masyarakat yang dapat merangkum secara jelas, padat, berulang, dan dalam durasi yang singkat. Desa Cibedug dan Cileungsi merupakan desa percontohan penerapan sistem PTT oleh Pemda untuk Kecamatan Ciawi, Bogor. Namun, hanya beberapa petani yang menerapkannya, untuk itu RPC sebagai media komunikasi pertanian berperan dalam menyiarkan informasi Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) kepada petani yang belum menerapkan sistem PTT. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis hubungan antara karakteristik individu, faktor materi siaran, faktor media massa radio, dan faktor lingkungan dengan keterdedahan oleh siaran radio, (2) Menganalisis keefektifan program iklan layanan masyarakat PTT pada siaran RPC. Metode yang digunakan adalah metode penelitian survai dengan pendekatan kuantitatif yang didukung data-data kualitatif. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara mendalam, sedangkan data sekunder diperoleh dari data monografi Desa Cibedug dan Ciluengsi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dipilih dengan menggunakan teknik acak stratifikasi non proporsional berdasarkan penguasaan lahan. Informan terdiri dari penyuluh dan ii

satu orang tokoh masyarakat. Teknik analisis menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang, uji statistik Chi-square dan uji korelasi Rank Spearman. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa karaktersitik individu yang berhubungan nyata negatif dengan keterdedahan oleh siaran radio adalah faktor umur dan motif mendengarkan radio serta mata pencaharian tambahan berhubungan nyata positif dengan frekuensi mendengarkan. Faktor materi siaran tidak ada yang berhubungan nyata dengan faktor lama mendengarkan radio dan frekuensi mendengarkan radio. Faktor media massa radio tidak ada yang berhubungan nyata dengan keterdedahan oleh siaran radio. Faktor lingkungan yang berhubungan nyata positif dengan frekuensi mendengarkan adalah faktor saran tetangga dan faktor sumber informasi lain PTT. Faktor keterdedahan oleh siaran radio yang berhubungan nyata positif dengan tingkat pengetahuan adalah faktor lama mendengarkan radio. Program iklan layanan masyarakat sudah cukup efektif dilihat dari pengembangan tingkat pengetahuan petani yang tinggi dan sikap petani yang tinggi. Penguasaan petani terhadap fakta-fakta yang berhubungan dengan iklan layanan masyarakat PTT sudah cukup baik dan perasaan positif responden terhadap iklan layanan masyarakat PTT sudah baik. iii

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBER DAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR Oleh LUTFI ARIYANI A14204059 SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 iv

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama : Lutfi Ariyani Nomor Pokok : A14204059 Judul : Keefektifan Program Siaran Radio Pertanian Ciawi: Kasus Iklan Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu di Kecamatan Ciawi, Bogor. Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS NIP. 131 476 602 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019 Tanggal Lulus Ujian v

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL KEEFEKTFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBER DAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MAUPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN- BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Juli 2008 Lutfi Ariyani A14204059 vi

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 November 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Mardiyono dan Ibu Kasmini. Penulis menamatkan pendidikannya di TK Trisula tahun 1992, SDN 06 Malaka Sari Jakarta tahun 1998, SMPN 139 Jakarta tahun 2001 dan SMUN 103 Jakarta tahun 2004. Kemudian pada tahun yang sama penulis diterima menjadi Mahasiswa IPB Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM) melalui jalur SPMB. Selama di kampus, penulis akif dalam beberapa organisasi kampus diantaranya Koran Kampus IPB periode 2006-2007, Buletin D Green BEM Faperta IPB periode 2006-2007 dan beberapa kepanitian. vii

UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, segala puji dan syukur terbesar hanya kepada ALLAH SWT atas segala nikmat dan anugerah yang tak terkira yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihakpihak yang telah membantu, baik secara langsung ataupun tidak langsung, antara lain: 1. Seluruh petani di Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 2. Seluruh pihak Radio Pertanian Ciawi yang telah berkenan memberikan informasi dalam skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS. selaku Dosen Pembimbing Skripsi, Dosen Pembimbing Studi Pustaka yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis 4. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS. sebagai Dosen penguji utama terima kasih atas saran dan masukannya. 5. Ratri Vitrianita, S.Sos, MSi. selaku Dosen penguji wakil departemen terima kasih atas saran dan masukannya. 6. Kedua Orangtuaku Bapak Mardiyono dan Ibu Kasmini, yang telah memberikan segalanya yang tak terhingga bagi anakmu ini dan kedua kakakku Kartini dan Kartika, serta keponakanku yang lucu, Alief. Hanya viii

karya kecil ini yang baru dapat ku berikan untuk membuat Papa dan Mama tersenyum bangga. 7. Arie Slamiesa, atas dukungan dan semangatnya bagi penulis. Terima kasih sudah menjadi tempat curhat yang setia. 8. Sahabat-sahabatku Tyas, Icha, Eno teman seperjuangan di RPC, Arta, Nurina, Nani, Effi, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. Terima kasih untuk Cidta yang selalu konsultasi bareng serta saling menyemangati dan berbagi informasi. 9. KPMers 41, selama empat tahun banyak hal menyenangkan yang kita lakukan bersama dan akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. 10. Mbak Lia terima kasih atas bantuannya. Mbak Nisa dan Mbak Maria terima kasih atas bantuannya membuatkan surat-surat untuk penelitian dan hal lainnya. 11. Segala pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. ix

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, petunjuk, dan nikmat-nya dalam mengerjakan Skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul Keefektifan Program Siaran Radio Pertanian Ciawi: Kasus Iklan Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu di Kecamatan Ciawi, Bogor merupakan prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan masukan dan saran untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam Skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan Skripsi ini. Bogor, Juli 2008 Penulis x

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman xi xiv xviii xix I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 3 1.3. Tujuan Penelitian... 4 1.4. Kegunaan Penelitian... 5 II. PENDEKATAN TEORITIS... 6 2.1. Tinjauan Pustaka... 6 2.1.1. Definisi Komunikasi dan Komunikasi Massa... 6 2.2. Radio sebagai Media Komunikasi Massa... 7 2.2.1. Karakteristik dan Keunggulan Radio... 7 2.2.2. Khalayak Radio... 10 2.2.3. Efek Komunikasi Massa... 12 2.3. Radio sebagai Media Massa Komunikasi Pertanian... 14 2.3.1. Program Iklan Layanan Masyarakat... 15 2.3.2. Daya Tarik Iklan... 15 2.3.3. Keefektifan Program Siaran Radio terhadap Khalayak 18 2.4. Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT)... 19 2.5. Kerangka Pemikiran... 22 2.6 Hipotesa Penelitian... 23 2.7 Definisi Operasional... 24 III. METODE PENELITIAN... 30 3.1. Metode Penelitian... 30 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 30 3.3. Teknik Pemilihan Responden... 31 3.4. Metode Pengumpulan Data... 32 3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 32 IV. GAMBARAN UMUM DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERDEDAHAN OLEH SIARAN RADIO... 34 4.1 Gambaran Umum Lokasi... 34 4.1.1 Kondisi Geografi... 34 xi

4.1.2 Kondisi Demografi... 36 4.1.3 Sarana dan Prasarana... 39 4.2 Profil RPC... 41 4.2.1 Sejarah Perusahaan PT. Radio Pertanian Ciawi RPC... 41 4.2.2 Struktur Organisasi Radio Pertanian Ciawi (RPC-PPMKP)... 44 4.2.3 Segmen dan Format Siaran RPC... 47 4.2.4 Program Acara... 48 4.2.5 Kegiatan Off Air dan Produksi Layanan Masyarakat.. 49 4.2.6 Proses Penyampaian Materi Siaran... 49 4.2.7 Kelompok Pendengar RPC (Mitra RPC)... 50 4.3 Karakteristik Responden... 52 4.3.1 Jenis Kelamin... 52 4.3.2 Umur... 52 4.3.3 Mata Pencaharian Lain... 53 4.3.4 Luas Lahan... 54 4.3.5 Tingkat Pendapatan Usahatani... 55 4.3.6 Tingkat Pendidikan... 55 4.3.7 Motif Mendengarkan Radio... 57 4.3.8 Kepemilikan Media Radio... 58 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Program Iklan Layanan Masyarakat PTT... 59 4.4.1 Faktor Materi Siaran... 59 4.4.2 Faktor Media Massa Radio... 61 4.4.3 Faktor Lingkungan... 63 V. ANALISIS KEEFEKTIFAN PROGRAM IKLAN PTT PADA SIARAN RPC... 65 5.1. Keterdedahan oleh Siaran radio untuk Keefektifan Program Iklan Layanan Masyarakat PTT... 65 5.1.1 Lama Mendengarkan Radio... 65 5.1.2 Frekuensi Mendengarkan Radio... 66 5.1.3 Tempat Mendengarkan... 68 5.1.4 Tingkat Pengetahuan Petani... 69 5.1.5 Sikap Petani... 70 5.2. Hubungan Karakteristik Responden, Faktor Materi Siaran, Faktor Media Massa Radio, Faktor Lingkungan dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio... 71 5.2.1 Hubungan antara Jenis Kelamin, Mata Pencaharian Lain, dan Kepemilikan Media Radio dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio... 71 5.2.2 Hubungan antara Umur, Tingkat Pendapatan Usahatani, Tingkat Pendidikan, Motif Mendengarkan Radio dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio... 74 5.2.3 Hubungan antara Faktor Materi Siaran dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio... 76 xii

5.2.4 Hubungan antara Faktor Media Massa Radio dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio... 78 5.2.5 Hubungan antara Faktor Lingkungan dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio... 79 5.3 Hubungan Keterdedahan oleh Siaran Radio dengan Keefektifan Program Iklan Layanan Masyarakat PTT... 80 5.4 Keefektifan Program Iklan Layanan Masyarakat PTT: Suatu Analisis... 83 VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 85 6.1 Kesimpulan... 85 6.2 Saran... 87 DAFTAR PUSTAKA... 89 LAMPIRAN... 92 xiii

DAFTAR TABEL Nomor Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Halaman Komponen Teknologi PTT dan Teknologi yang di Rekomendasikan bagi Petani, di siarkan RPC tahun 2007...20 Jumlah Responden Berdasarkan Strata Penguasaan Lahan di Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi...31 Batas Wilayah Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi...34 Tabel 4 Jarak Kantor Desa ke Ibu Kota Kecamatan, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, dan Ibu Kota Negara, Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi....35 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Sebaran Penggunaan Lahan di Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi. 35 Sebaran Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi...36 Sebaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian Masyarakat Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi.. 37 Tabel 8 Sebaran Tingkat Pendidikan di Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi... 38 Tabel 9 Sebaran Jenis Jalan di Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi... 39 Tabel 10 Sebaran Sarana Kepemilikan Media di Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi...40 Tabel 11 Sebaran Sarana/Prasarana Kesehatan di Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi...41 Tabel 12 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...52 Tabel 13 Sebaran Responden Menurut Umur di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...53 Tabel 14 Sebaran Responden Menurut Mata Pencaharian Lain di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...53 xiv

Tabel 15 Sebaran Responden Menurut Luas Lahan di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...54 Tabel 16 Sebaran Responden Menurut Status Kepemilikan Lahan di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...54 Tabel 17 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan Usahatani di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...55 Tabel 18 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...56 Tabel 19 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Nonformal di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...56 Tabel 20 Sebaran Responden Menurut Tujuan Mendengarkan RPC di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...57 Tabel 21 Sebaran Responden Menurut Status Kepemilikan Media Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...58 Tabel 22 Sebaran Responden Menurut Pemilihan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Tahun 2008...59 Tabel 23 Sebaran Responden Menurut Kesesuaian Durasi Siaran di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...59 Tabel 24 Sebaran Responden Menurut Sifat Materi Siaran di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...61 Tabel 25 Sebaran Responden Menurut Daya Tangkap Siaran di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...61 Tabel 26 Sebaran Responden Menurut Format Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...62 Tabel 27 Sebaran Responden Menurut Hambatan Penyiaran di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...62 Tabel 28 Sebaran Responden Menurut Saran Keluarga di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...63 Tabel 29 Sebaran Responden Menurut Saran Tetangga di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...63 Tabel 30 Sebaran Responden Menurut Sumber Informasi Lain PTT di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...64 xv

Tabel 31 Sebaran Responden Menurut Lama Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...65 Tabel 32 Sebaran Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...66 Tabel 33 Sebaran Responden Menurut Jam Kerja Responden di Desa Cibedug dan Desa Jauh, Kecamatan Ciawi, 2008...67 Tabel 34 Sebaran Responden Menurut Waktu Luang Responden di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008.....67 Tabel 35 Sebaran Responden Menurut Program Acara RPC yang Paling Sering di Dengar di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...68 Tabel 36 Sebaran Responden Menurut Tempat Mendengarkan di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...... 69 Tabel 37 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Petani di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...69 Tabel 38 Sebaran Responden Menurut Sikap Petani di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...70 Tabel 39 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin dan Lama Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...71 Tabel 40 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...71 Tabel 41 Sebaran Responden Menurut Mata Pencaharian Lain dan Lama Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...72 Tabel 42 Sebaran Responden Menurut Mata Pencaharian Lain dan Frekuensi Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...72 xvi

Tabel 43 Sebaran Responden Menurut Kepemilikan Media Radio dan Lama Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...73 Tabel 44 Sebaran Responden Menurut Kepemilikan Media Radio dan Frekuensi Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...74 Tabel 45 Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Umur, Luas Lahan, Tingkat Pendapatan Usahatani, dan Tingkat Pendidikan dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...74 Tabel 46 Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Faktor Materi Siaran dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...77 Tabel 47 Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Faktor Media Massa Radio dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...78 Tabel 48 Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Faktor Lingkungan dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi, 2008... 79 Tabel 49 Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Keterdedahan oleh Siaran Radio dengan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Petani di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008...81 xvii

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran...22 Gambar 2. Struktur Organisasi Radio Pertanian Ciawi (RPC-PPMKP) 46... xviii

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman Lampiran 1. Peta Wilayah Jangkauan dan Peta Wilayah Layanan Siaran RPC...93 Lampiran 2. Kuesioner...94 Lampiran 3. Panduan Pertanyaan untuk Informan...100 Lampiran 4. Pembagian Waktu Tayang Program Siaran...101 Lampiran 5. Instrumen Pengumpulan Data...110 Lampiran 6. Jadwal Penyusunan Skripsi...111 xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian adalah peningkatan pemanfaatan secara kualitatif suatu tingkat tertentu melalui perbaikan tingkat pengetahuan atau pendalaman penghayatan tentang makna kehidupan dalam menghasilkan berbagai kebutuhan pokok sandang, pangan, dan lingkungan sehat (Jaringan Kebijakan Publik Indonesia, 2004). Prinsip yang melandasi pembangunan pertanian ini adalah pembangunan berkesinambungan yang mampu memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan dimana jumlah penduduk dan angka kemiskinannya lebih dominan. Salah satu kendala dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah adanya kesenjangan komunikasi antara masyarakat pertanian, pihak pemerintah dan pihak terkait lainnya. Berdasarkan hal tersebut, perlu dibangun media komunikasi yang efektif dalam rangka mengatasi kesenjangan komunikasi tersebut. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui Radio Penyiaran. Menurut UU No. 32 tahun 2002, radio penyiaran adalah media komunikasi dengar yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Siaran radio dapat menyampaikan pesan secara serentak dengan kecepatan tinggi, dapat mengatasi ketidakmampuan baca tulis dan relatif lebih murah peralatannya bila dibandingkan dengan siaran televisi. Keunggulan-keunggulan ini yang xx

menjadi pertimbangan digunakannya siaran radio untuk menyampaikan pesan kepada masyarkat luas terutama yang tinggal di pedesaan. Radio Pertanian Ciawi atau yang lebih dikenal dengan RPC merupakan radio masyarakat pertanian yang dikembangkan dalam rangka mewujudkan keseimbangan komunikasi antara pihak pengambil kebijakan dengan masyarakat melalui program siaran pertanian 1. Radio pertanian menyuguhkan materi yang bersinggungan dengan masalah pertanian, misalnya saja cara bercocok tanam yang tepat, cara mengendalikan hama yang tepat dan lain sebagainya. Radio pertanian juga menjadi pengganti bagi para penyuluh yang tidak dapat langsung terjun ke lapangan karena keterbatasan sumberdaya. Adanya radio pertanian memudahkan penyuluh atau bahkan para petani untuk bertukar pikiran tentang masalah pertanian yang sering dihadapi dalam mengelola usahatani (Wiraatmadja, 1977). Saat ini masyarakat ditantang untuk mampu mensukseskan sebuah program penting, yaitu P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional). Program ini merupakan salah satu upaya Departemen Pertanian (Deptan) dalam memenuhi kebutuhan beras nasional yang terkoordinasi untuk membangun petani tangguh dengan memasyarakatkan teknologi dan inovasi baru melalui upaya pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan PTT (www.litbang.deptan.go.id/berita/one/516/). Desa Cibedug dan Cileungsi merupakan desa dengan komoditi pertanian padi terbanyak di wilayah Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Usahatani padi petani di kedua desa tersebut berpotensi untuk dikembangkan hasil 1 Radio Pertanian Ciawi. 2004. Proposal FRB KPI dan Pemerintah xxi

pertaniannya dengan menerapkan sistem PTT. Namun, karena PTT merupakan paket teknologi baru yang belum dikenal petani, untuk itu diperlukan media komunikasi yang dapat menyebarkan informasi PTT kepada seluruh petani di Desa Cibedug dan Cileungsi. RPC sebagai media komunikasi di bawah naungan Departemen Pertanian berperan untuk mengkomunikasikan atau menyiarkan program-program pertanian agar tersosialisasikan dengan baik kepada petani. Salah satu cara agar program siaran pertanian dapat menarik perhatian petani adalah dengan mengemas program tersebut dalam iklan layanan masyarakat yang dapat merangkum secara jelas, padat, berulang, dan dalam durasi yang singkat. Menurut UU No. 32 tahun 2002, iklan layanan masyarakat adalah siaran iklan nonkomersial yang disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan gagasan, cita-cita, anjuran, dan/atau pesan-pesan lainnya kepada masyarakat untuk mempengaruhi khalayak agar berbuat dan/atau bertingkah laku sesuai dengan pesan iklan tersebut. Komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima (Rakhmat, 2004). Komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) Kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) Afektif, yakni perubahan pandangan komunikan karena hatinya tergerak akibat komunikasi, (3) Behavioral, yakni perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan (Effendy, 1986). Penyaluran pesan melalui Radio Pertanian Ciawi tidak dapat dipungkiri sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan informasi pada petani dan berperan xxii

dalam mengembangkan pengetahuan dan sikap petani. Hal ini sesuai dengan visi yang diusung RPC yaitu menjadi suara hati masyarakat pertanian. 1.2 Perumusan Masalah Perubahan lingkungan yang sangat cepat, menuntut setiap individu, kelompok atau lembaga masyarakat maupun bangsa untuk menyesuaikan diri agar tetap dapat menunjukkan eksistensinya dalam arena kompetisi yang semakin ketat. Pada situasi demikian, peranan informasi dan komunikasi memegang peranan penting, tidak terkecuali bagi masyarakat pertanian, khususnya petani sebagai pelaku utama pembangunan sistem dan usaha agribisnis di tanah air. Petani harus dengan mudah dapat memperoleh informasi agribisnis untuk semua sub-sistem mulai dari hulu sampai hilir dari berbagai sumber informasi yang dapat dipercaya, sehingga petani memperoleh dasar pertimbangan yang cukup untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan usahanya. Radio sebagai media yang bersifat audio mampu menjangkau daerah pedalaman dan mampu memenuhi kebutuhan informasi para petani, terutama bagi petani yang buta huruf. Program siaran pertanian melalui radio diharapkan mampu menjadi sarana pengembangan tingkat pengetahuan dan sikap petani dalam mengelola usahataninya. Berdasarkan gambaran permasalahan diatas, beberapa rumusan pertanyaan layak untuk digali melalui penelitian ini yaitu 1. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu, faktor materi siaran, faktor media massa radio, dan faktor lingkungan dengan keterdedahan oleh siaran radio? xxiii

2. Sejauhmana keefektifan program iklan layanan masyarakat PTT pada siaran RPC? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu, faktor materi siaran, faktor media massa radio, dan faktor lingkungan dengan keterdedahan oleh siaran radio. 2. Menganalisis keefektifan program iklan layanan masyarakat PTT pada siaran RPC. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna sebagai upaya mengungkap kebiasaan petani mendengarkan radio dan dampaknya bagi pengetahuan dan sikap petani. Penelitian ini juga diharapkan berguna bagi pihak RPC selaku stasiun radio yang berbasis pertanian untuk meningkatkan kualitas penyiaran guna mencapai tujuan pembangunan sektor pertanian dan sebagai sumbangan dalam dunia penelitian untuk menggugah partisipasi dari segenap pihak yang memiliki kepedulian terhadap sektor pertanian. xxiv

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Komunikasi dan Komunikasi Massa Menurut Book (Changara, 2006), komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia, (2) melalui pertukaran informasi, (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, (4) dan berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. Sebuah komunikasi dilakukan karena ada tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Secara umum, ada tiga tujuan komunikasi, yaitu informatif (memberikan informasi/berita), persuasif (membujuk), dan entertainment (menghibur). Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi dan film (Rakhmat, 2004). Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Menurut McQuail (1987), komunikasi massa adalah kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima, menciptakan pengaruh luas dalam waktu singkat, dan menimbulkan respon seketika dari banyak orang secara serentak. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004): 1. Komunikator terlembagakan, xxv

2. Pesan bersifat umum, 3. Komunikannya anonim dan heterogen, 4. Media massa menimbulkan keserempakan, 5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan, 6. Komunikasi massa bersifat satu arah, 7. Stimulasi alat indera terbatas, dan 8. Umpan balik tertunda (delayed) 2.2 Radio sebagai Media Komunikasi Massa 2.2.1 Karakteristik dan Keunggulan Radio Komunikasi massa tidak lepas dari pengaruh media yang menjadi alat penyampai pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut Changara (2006), media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media merupakan saluran yang dimanfaatkan untuk mengendalikan arah dan memberikan dorongan terhadap perubahan sosial. Radio adalah media massa elektronik yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu. Artinya, siaran dari suatu media radio dapat diterima dimana saja dalam jangkauan pancarannya (menguasai ruang) tetapi tidak dapat dilihat kembali (tidak menguasai waktu). Karakteristik radio dibandingkan dengan media lain yaitu (Habib, 1997): 1. Media radio adalah media audio yang menggunakan kata-kata dan suara dalam menyampaikan pesan dan informasi. xxvi

2. Media radio menggunakan unsur-unsur dunia realita, seperti suara dalam menyampaikan informasi. Hal ini dapat memberikan pengalaman konkrit kepada pendengarnya. 3. Media radio menggunakan indera pendengaran dalam menerima pesan atau informasi, sehingga media ini digolongkan media audio. 4. Media radio merupakan media yang menyampaikan pesan dan informasi dengan kecepatan dan urutan penyajian yang bersifat kaku. 5. Media radio pada umumnya tidak memberikan kesempatan kepada pendengar untuk melakukan tindakan atau respon pada saat menerima pesan atau informasi yang disampaikan oleh media tersebut. Radio memiliki keunggulan dibandingkan dengan media massa lain. Beberapa keunggulan radio adalah (Effendy, 1992): 1. Informasi yang disampaikan melalui radio bisa disampaikan secara cepat. Siaran radio memungkinkan untuk memberitakan peristiwa-peristiwa terkini yang terjadi. 2. Murah, baik pengelola radio dan pendengar radio tidak butuh banyak biaya untuk menjalankan dan menikmati siaran radio. Pengelolaan peralatan stasiun radio relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya untuk membentuk sebuah media cetak dan televisi. 3. Mudah dipahami, untuk menikmati siaran radio tidak diperlukan kemampuan khusus. Misalnya, kemampuan untuk membaca. 4. Akrab, pada saat siaran seorang penyiar pada dasarnya melakukan percakapan dengan pendengar, dengan begitu maka suasana yang dijalin melalui radio xxvii

akan membentuk suatu hubungan informal diantara stasiun radio dan pendengarnya. 5. Mudah dibawa, pesawat radio mudah untuk dibawa ke berbagai tempat. 6. Tidak perlu meluangkan waktu khusus, seorang pendengar radio dapat melakukan kegiatan lain selagi pendengar mendengarkan radio. 7. Interaktif, pada sebuah radio komunitas seorang warga komunitas bisa turut aktif bersiaran atau berdialog dengan penyiarnya melalui telepon. Selain itu menurut Romli (2004), radio siaran memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut: 1. Cepat dan langsung. Sarana tercepat, lebih cepat dari koran atau TV, dalam menyampaikan informasi kepada publik tanpa melalui proses yang rumit dan butuh waktu banyak seperti siaran TV atau sajian media cetak 2. Akrab. Radio siaran adalah alat yang akrab dengan pemiliknya. 3. Dekat. Suara penyiar hadir di rumah atau di dekat pendengar. Pembicaraannya langsung menyentuh aspek pribadi (interpersonal communications). 4. Hangat. Paduan kata-kata, musik dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar. Pendengar akan bereaksi atas kehangatan suara penyiar dan seringkali berpikir bahwa penyiar adalah seorang teman bagi mereka. 5. Sederhana. Tidak rumit, tidak banyak pernik, baik bagi pengelola maupun pendengar. 6. Tanpa batas. Siaran radio menembus batas-batas geografis, demografis, SARA, (Suku, Agama, Ras, Antargolongan) dan kelas sosial. xxviii

7. Murah. Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga TV, radio jauh lebih murah. 8. Bisa mengulang. Radio memiliki kesementaraan alami (transient nature) sehingga berkemampuan mengulang informasi yang sudah disampaikan secara tepat. 9. Fleksibel. Siaran radio dapat dinikmati sambil mengerjakan hal lain tanpa menggangu aktivitas yang lain seperti memasak, mengemudi, belajar dan membaca koran atau buku. Kelebihan yang banyak dimiliki radio tetapi tetap memiliki kelemahan, informasinya yang selintas membuat informasi yang disampaikan sulit di ingat, dan karena siaran radio melalui pendengaran dan hanya sekali maka informasi tersebut tidak bisa di dokumentasikan oleh pendengarnya. 2.2.2 Khalayak Radio Khalayak adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber (Changara, 2006). Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decorder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Unsur khalayak tidak boleh diabaikan sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok dan masyarakat. Ada tiga aspek yang perlu diketahui seorang komunikator menyangkut tentang khalayak, yaitu aspek sosiodemografik, aspek profil psikologis dan aspek karakteristik perilaku khalayak. xxix

Aspek sosiodemografik antara lain (Changara, 2006): (1) Jenis kelamin, (2) Usia, (3) Populasi, (4) Lokasi, (5) Tingkat pendidikan, (6) Bahasa, (7) Agama, (8) Pekerjaan, (9) Ideologi, (10) Pemilikan media. Aspek profil psikologis ialah memahami khalayak dari segi kejiwaan, yaitu (1) Emosi, (2) Bagaimana pendapat-pendapat mereka, (3) Adakah keinginan mereka yang perlu dipenuhi, (4) Adakah selama ini mereka menyimpan rasa kecewa, frustasi atau dendam. Aspek karakteristik perilaku khalayak, yaitu (1) Hobi, (2) Nilai dan norma, (3) Mobilitas sosial, (4) Perilaku komunikasi. Masduki (2002) membagi pendengar radio dalam 4 kategori, yakni pendengar aktif, pasif, selektif dan spontan. Pendengar spontan adalah pendengar yang tanpa sengaja mendengar suatu siaran radio dan relatif mudah teralih perhatiannya pada hal lain. Pendengar pasif adalah pendengar yang sering mendengarkan suatu program radio tapi jarang melakukan interaksi dengan penyiar dan hanya mendengarkan siaran radio saja. Pendengar selektif adalah pendengar yang hanya memilih untuk mendengarkan program siaran tertentu yang memang diminati oleh pendengar baik dikarenakan kualitas program yang ditawarkan maupun karena tertarik terhadap penyiar yang bersiaran. Pendengar aktif adalah pendengar yang selalu mendengarkan siaran suatu stasiun radio dan mereka juga sering aktif berinteraksi dengan penyiar pada saat siaran berlangsung dengan mengirimkan SMS (Short Message Service) atau telepon ke stasiun radio yang bersangkutan. Masduki (2002) menginformasikan bahwa terdapat empat komponen sosiologis yang dapat dipertimbangkan sebagai identitas khalayak, yaitu: (1) Berasal dari berbagai strata sosial (berbeda umur, tingkat pendidikan, jabatan, xxx

pendapatan, dan gaya hidup), (2) Merupakan kelompok anonim yang terdiri dari individu-individu yang tidak saling mengenal, (3) Karena secara fisik terpisah maka hanya ada sedikit kemungkinan untuk interaksi dan tukar pengalaman, (4) Tidak terorganisasi sehingga tidak mungkin digerakkan untuk kepentingan tertentu. 2.2.3 Efek Komunikasi Massa Chaffee (Rakhmat, 2004) menyebutkan bahwa efek komunikasi massa mengakibatkan perubahan pada diri khalayak komunikasi massa, perubahan tersebut adalah perubahan kognitif, afektif dan konatif. Bloom dalam Notoatmodjo (1990), membagi perilaku ke dalam tiga kawasan, yaitu cognitive domain, affective domain dan pscychomotor domain. Rakhmat (2004) menjelaskan bahwa efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan tranmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Menurut Kibler et. Al (Anggraeni, 2004), pengetahuan dapat didefinisikan sebagai ingatan mengenai sesuatu yang bersifat spesifik/umum; ingatan mengenai metode atau proses; ingatan mengenai pola, susunan atau keadaan. Selanjutnya pengetahuan tersebut dikelompokkan secara hierarkhis ke dalam: (1) Pengetahuan yang bersifat spesifik, (2) Pengetahuan mengenani terminologi, (3) Pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu, (4) Pengetahuan mengenai cara-cara tertentu, (5) Pengetahuan mengenai kaidah, (6) Pengetahuan mengenai arah dan tujuan, (7) Pengetahuan mengenai klasifikasi dan kategori, (8) Pengetahuan mengenai kriteria, (9) Pengetahuan mengenai metode, (10) xxxi

Pengetahuan mengenai pola, (11) Pengetahuan mengenai prinsip dan generalisasi, (12) Pengetahuan mengenai teori dan struktur. Sudjono (1996), menyatakan bahwa pengetahuan diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide gejala, rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Menurut Supriyadi (Anggraeni, 2004), pengetahuan merupakan sekumpulan infomasi yang dipahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktuwaktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun lingkungannya. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan. Sikap menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), diartikan sebagai perasaan, cara berfikir dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah cara berfikir, perasaan dan kecenderungan untuk bertindak. Akibat dari efek komunikasi massa adalah terjadinya perubahan pada diri khalayak komunikasi massa yaitu perubahan kognitif, afektif dan konatif. Respons pengetahuan merupakan penguasaan individu mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan informasi yang disampaikan. Respon sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang berhubungan dengan informasi yang disampaikan kepada khalayak. xxxii

2.3 Radio sebagai Media Massa Komunikasi Pertanian Soekartawi (1988) menyatakan komunikasi adalah suatu pernyataan antar manusia, baik secara perseorangan maupun berkelompok, yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti. Definisi komunikasi bila dikaitkan dengan konteks pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun berkelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan (Soekartawi, 1988). Pada sejarah perkembangannya, komunikasi pertanian ini sering dipengaruhi dan dimonopoli oleh pihak pemberi pesan, sehingga model komunikasinya disebut dengan istilah model linier. Komunikasi dikatakan berhasil jika pemberi pesan (komunikator) dapat menyampaikan pesannya kepada sasarannya (komunikan). Pendapat ini sangat lemah, karena sasaran (komunikan) bukanlah kertas putih yang dengan mudah diberi warna atau gambar apapun oleh pemberi pesan (komunikator). Kenyataan ini menyebabkan dikembangkannya pendekatan baru dalam komunikasi, yaitu menjadi lebih bersifat dua arah, dimana mengartikan komunikasi dengan pertukaran suatu informasi yang bertujuan untuk mendapatkan kesamaan makna diantara peserta komunikasi baik komunikan maupun komunikator. Penyampaian informasi dikatakan berhasil kalau kedua belah pihak merasa diuntungkan, di satu pihak komunikator merasa yakin kalau pesan yang diberikan diserap oleh komunikan dan di pihak lain, komunikan merasa diuntungkan setelah mendapatkan pesan yang diberikan komunikator (Soekartawi, 1988). xxxiii

Radio tampaknya merupakan alat komunikasi massa yang sesuai untuk mendidik para petani dari keterbelakangan teknologi dalam bidang pertanian. Adapun alasan penggunaan media radio, yakni dapat menjangkau banyak orang dalam waktu yang sama, menumbuhkan pemikiran pada para pendengar tentang masalah yang sedang hangat dihadapi, dan menyebarluaskan informasi secara cepat dalam keadaan darurat. Cara yang dapat ditempuh untuk mencapainya adalah sebagai berikut (Wiraatmadja, 1977): (1) tumbuhkan kegemaran untuk mendengarkan radio secara berkelompok di pedesaan, (2) tumbuhkan kegemaran untuk mendengarkan siaran pedesaan, (3) tumbuhkan kegemaran untuk berkorespondensi dengan studio radio atau dengan dewan pembina siaran pedesaan guna mengemukakan keinginan, keperluan, dan pendapatnya, (4) penyuluh juga harus sering berhubungan dengan studio radio, (5) acara-acara yang menarik supaya diumumkan terlebih dahulu, (6) mengirimkan secara teratur berita, cerita, dan pandangan tentang hal-hal yang terjadi setempat kepada studio radio, (7) usahakan partisipasi dari orang-orang daerah yang berbakat untuk mengisi acara radio. Manfaat metode dengan menggunakan radio ini adalah dapat menjangkau banyak orang dengan biaya rendah, penyebarluasan informasi tentang harga pasar dan panca usaha padi, dapat disajikan banyak topik dan banyak pengalaman orang-orang, obrolan para spesialis dapat memenuhi tujuan pendidikan, hiburan dapat pula disajikan sebagai selingan, dan orang-orang berbakat setempat mendapat kesempatan muncul di muka umum (Wiraatmadja, 1977). xxxiv

2.3.1 Program Iklan Layanan Masyarakat Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya (Changara, 2006). Menurut Bittner dan Arens (1992) secara teoritis umumnya iklan terdiri atas dua jenis, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. Jika terdapat jenis-jenis iklan yang lain, maka merupakan perluasan dari kedua jenis iklan tersebut. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang dan jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media. Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bertujuan memberikan informasi dan pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan. Menurut Bittner dan Arens (1992), faktor yang membedakan iklan dengan jenis pesan lain adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh sebuah iklan, yaitu informasinya yang persuasif, dimana pesan tersebut harus disampaikan melalui media massa baik cetak maupun elektronik, keberadaannya direncanakan secara sengaja dan spesifik dengan sasaran yang beragam. 2.3.2 Daya Tarik Iklan Menurut Bittner dan Arens (1992), iklan yang baik yaitu yang memiliki segi daya tarik. Daya tarik iklan dimaksudkan untuk menarik perhatian konsumen. Iklan radio dituntut untuk berdaya tarik karena iklan yang disampaikan hanya dalam bentuk audio atau suara sehingga diperlukan kreativitas untuk mendororng pendengar berimajinasi mengenai iklan tersebut. xxxv

1. Daya tarik pesan. Daya tarik iklan terletak pada nilai kesederhanaan. Sebuah iklan terkadang begitu cerdiknya sehingga senantiasa di ingat. Kata sederhana merupakan kata ampuh untuk iklan radio, karena konsumen jarang sekali bersedia menyediakan waktu yang cukup lama untuk mendengarkan iklan. Salah satu cara untuk menyampaikan pesan secara tepat adalah dengan menggunakan lagu-lagu, jingle, atau slogan-slogan singkat yang menarik. Slogan singkat biasanya dapat menjadi trend dikalangan masyarakat. Pada akhirnya jika seorang mengenal slogan suatu iklan, ia akan terdorong untuk mengingat dan mengidentifikasi iklan tersebut. Keterampilan dalam memainkan kata-kata terkesan unik dan memikat sehingga dapat memaksa para pendengar untuk berhenti sejenak dan merenungkan maknanya sehingga mereka terdorong untuk memberikan perhatian kepada produk iklan tersebut. Faktor penting penyampaian pesan adalah suara. Suara pembaca atau pengisi iklan harus sesuai dengan karakter dan kondisi seseorang yang ingin digambarkan dalam suara tersebut. 2. Daya tarik kuantitas Daya tarik kuantitas mengacu pada frekuensi dan jumlah dalam penyampaian pesan. Pesan iklan yang baik hendaknya disampaikan berulangulang, dan dengan pengulangan pesan tersebut akan menyebabkan pendengar terbiasa dan akan selalu mengingat pesannya. 3. Daya tarik aktualitas pesan Aktualitas pesan mengacu pada penyampaian yang sifatnya: (1) sering terjadi, iklan-iklan sering menampilkan pesan bahwa suatu produk barang dan jasa xxxvi

tertentu saat ini sedang dipergunakan secara meluas, (2) jarang terjadi, menawarkan produk tertentu dalam jangka waktu yang ditentukan, misalnya dengan penambahan bonus atau hadiah dengan jumlah yang terbatas sehingga jika terlambat maka tidak akan terdapat hadiah, (3) mempunyai hubungan yang erat dengan tempat dan waktu, iklan juga sering menawarkan hubungan kedekatan dari segi tempat. 2.3.3 Keefektifan Program Siaran Radio terhadap Khalayak Keefektifan komunikasi adalah komunikasi yang memiliki tingkat fidelity tinggi dan noise rendah atau tidak ada. Ukuran keefektifan ini pada akhirnya ditujukan apabila penerima dapat menerima pesan sesuai dengan yang dimaksud oleh sumber, baik isi, materi maupun tujuan (Supari, 1998). Menurut Effendi (1986), komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) Kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) Afektif, yakni perubahan pandangan komunikan karena hatinya tergerak akibat komunikasi, (3) Behavioral, yakni perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Komunikasi yang efektif paling tidak harus ditandai oleh sekurangkurangnya lima hal, yaitu (1) pengertian, (2) kesenangan, (3) mempengaruhi sikap, (4) hubungan sosial yang baik, (5) tindakan. Hal senada pula dikemukakan oleh Tubbs dan Moss (Mutaqin, 1998), bahwa ukuran bagi komunikasi yang efektif adalah pengertian, suasana senang, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik, dan tindakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keefektifan komunikasi didekati unsur-unsur komunikasinya, yaitu frekuensi kunjungan, xxxvii

ketepatan materi yang disampaikan, penggunaan media komunikasi dan keterampilan berkomunikasi (Rakhmat, 2004). Komunikasi akan berjalan efektif, jika ketepatannya (fidelity) dapat ditingkatkan dan gangguannya (noise) dapat diperkecil. Hal ini harus terjadi baik pada sumber (komunikator), pesan, saluran maupun receiver komunikan sebagai unsur-unsur komunikasi (Berlo, 1960). Pada konteks penelitian ini, komunikasi yang efektif adalah komunikan (petani) dapat memahami pesan sesuai dengan makna pesan yang dikirim oleh komunikator (penyiar radio) dan mempunyai persepsi yang sama dengan komunikator (penyiar radio). Komunikasi melalui radio dikatakan efektif jika siaran tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap komunikan atau audiennya. 2.4 Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu atau lebih dikenal dengan PTT merupakan salah satu model atau pendekatan pengelolaan usahatani padi, dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi spesifik yang memberikan efek sinergis. PTT menggabungkan berbagai komponen usahatani terpilih yang serasi dan saling komplementer untuk mendapatkan hasil panen optimal dan kelestarian lingkungan. Tujuan penerapan PTT adalah meningkatkan produktivitas, meningkatkan nilai ekonomi atau keuntungan usahatani padi melalui efisiensi penggunaan input, dan melestarikan sumberdaya lahan untuk keberlangsungan sistem produksi. Pelaksanaan PTT menggunakan pendekatan partisipasi petani xxxviii

secara aktif, dan dalam penerapan komponen teknologi PTT tersebut didasarkan pada kesepakatan dengan petani. Berikut ini adalah teknologi yang direkomendasikan dalam penerapan PTT. Tabel 1. Komponen Teknologi PTT dan Teknologi yang di Rekomendasikan bagi Petani, di siarkan RPC tahun 2007 No Komponen Teknologi Teknologi yang di rekomendasikan bagi petani 1. Varietas Padi Varietas Unggul Baru (VUB), Padi Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB), Padi Hibrida 2. Jarak Tanam 20 x 20 ; untuk varietas Fatmawati 20 x 15 cm 3. Jumlah benih (kg/ha) 15 kg 4. Perlakuan Benih Perendaman larutan garam dan Regent SC. 5. Umur bibit ; 15-16 hari ; jml bibit/lubang 1-2 bibit/lubang tanam 6. Pemupukan Dosis pupuk per ha : Pupuk Organik 2 ton/ha + 300 kg Urea + 75 kg SP 36 + 100 kg KCl, dengan cara pemupukan : - Pupuk Organik diberikan seluruhnya pada saat pengolahan tanah - Aplikasi Urea pertama 14 hst, selanjutnya berdasarkan warna daun. - Pupuk SP-36 diberikan seluruhnya sebelum tanam benih (0 HST). - Pupuk KCL diberikan dua kali, pada umur 21 dan 30 HST, masing masing 50 kg per ha. 7. Pengairan Berselang 8. Pengendalian gulma Menggunakan gasrok atau landak Sumber : http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/516/ 2.5 Kerangka Pemikiran Rakhmat (2004) mengatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, yakni faktor yang timbul dari dalam diri sendiri atau personal dan faktor yang datang dari luar individu. Adapun faktor personal pada dasarnya meliputi konsep karakteristik pendengar (umur, jenis kelamin, mata pencaharian, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan) dan motif dasar manusia untuk dapat xxxix

memenuhi kepuasan dan kebutuhannya. Mobilitas pendengar juga merupakan faktor personal yang akan mempengaruhi pola penggunaan media massa radio untuk melihat aktivitas yang dilakukan khalayak terutama pada saat sambil mendengarkan radio. Pada umumnya, tujuan program adalah untuk menarik dan mendapatkan audien sebanyak mungkin (Morissan, 2005). Beberapa cara agar materi dapat diterima, dimanfaatkan, dan diaplikasikan oleh petani maka materi hendaknya memiliki sifat diperlukan oleh masyarakat tani, sesuai dengan kemampuan sasaran, mengena pada perasaan, memberi keuntungan ekonomis, mengesankan, mendorong ke arah kegiatan dan dapat membujuk sasaran. Kesemuanya itu dirangkum menjadi kesesuaian durasi siaran dan sifat materi siaran sebagai variabel. Radio memahami audiennya maka pengelola media penyiaran akan dapat menentukan bagaimana cara menjangkaunya, program apa yang dibutuhkan, dan bagaimana mempertahankan audien dari media pesaing. Hal ini yang kemudian memunculkan format acara siaran yang diwujudkan dalam bentuk prinsip dasar tentang apa, untuk siapa, dan bagaimana proses pengolahan suatu siaran akan dapat diterima masyarakat. Selain itu jarak jangkauan siaran juga akan mempengaruhi kualitas siaran mencakup jernih atau tidaknya program disiarkan yang akan berdampak pada efektif atau tidaknya pesan sampai pada pendengar. Konsep karakteristik media massa radio ini terdiri dari variabel format radio dan jangkauan siaran. xl

X.1 Karakteristik Individu X.1.1 Jenis Kelamin X.1.2 Umur X.1.3 Mata pencaharian lain X.1.4 Luas lahan X.1.5 Tingkat pendapatan usahatani X.1.6 Tingkat pendidikan X17Motif X.2 Faktor Materi Siaran X.2.1 Kesesuaian durasi siaran X.3 Faktor Media Massa Radio X.3.1 Daya tangkap siaran X.3.2 Format radio X.4 Faktor lingkungan X.4.1 Saran keluarga X.4.2 Saran tetangga X43Sumber informasi Y.1 Keterdedahan oleh Siaran Radio Y.1.1 Lama mendengarkan radio Y.1.2 Frekuensi mendengarkan radio Y13Tempat Y.2 Keefektifan Program Iklan PTT Y.2.1 Tingkat pengetahuan petani Y22Sik t i Gambar 1. Kerangka Analisis Keefektivan Program Siaran radio Pertanian Ciawi: Kasus Program Iklan Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu di Kecamatan Ciawi, Bogor. Keterangan : : berhubungan Saran terhadap responden yang datang dari keluarga, tetangga juga turut mempengaruhi audien dalam mendengarkan siaran radio serta sumber informasi xli

lain seperti penyuluh, media televisi atau majalah. Menurut Sari (2004), terpaan media (media exposure) adalah upaya untuk mencari data khalayak mengenai penggunaan media, baik frekuensi penggunaan, maupun durasi penggunaan. Berdasarkan keterdedahan masyarakat terhadap radio dapat dibedakan menjadi frekuensi program harian (berapa kali dalam seminggu), dan durasi penggunaan media. Menurut Effendi (1986), komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) Kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) Afektif, yakni perubahan pandangan komunikan karena hatinya tergerak akibat komunikasi, (3) Behavioral, yakni perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Sifat radio yang selintas dengar maka disini dampak siaran PTT yang diteliti dan dibatasi sampai pada perubahan tingkat pengetahuan dan sikap petani. 2.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran seperti yang tertera pada Gambar 1 serta masalah-masalah yang telah dikemukakan, maka disusun sebagai hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik individu yang meliputi jenis kelamin, umur, mata pencaharian lain, luas lahan, tingkat pendapatan usahatani, tingkat pendidikan, motif mendengarkan radio dan kepemilikan media radio berhubungan nyata dengan keterdedahan oleh siaran radio. 2. Faktor materi siaran yang meliputi kesesuaian durasi siaran dan sifat materi siaran berhubungan nyata dengan keterdedahan oleh siaran radio. xlii

3. Faktor media massa radio yang meliputi daya tangkap siaran, format radio, dan hambatan penyiaran berhubungan nyata dengan keterdedahan oleh siaran radio. 4. Faktor lingkungan yang meliputi saran keluarga, saran tetangga, dan sumber informasi PTT berhubungan nyata dengan keterdedahan oleh siaran radio. 5. Keterdedahan oleh siaran radio berhubungan nyata dengan keefektifan program iklan PTT pada siaran Radio Pertanian Ciawi. 2.7 Definisi Operasional Untuk mempertajam pengukuran dan analisis, maka variabel-variabel yang digunakan didefinisikan sebagai berikut: X.1 Karakteristik individu adalah faktor-faktor internal dalam diri masingmasing individu petani yang dapat mempengaruhi petani dalam mendengarkan radio. Karakteristik individu merupakan skala nominal dan ordinal serta masing-masing variabel akan diberi kode. X.1.1 Jenis kelamin adalah perbedaan seksual antara laki-laki dan perempuan didasarkan faktor biologis/fisik. Jenis kelamin diukur dengan skala nominal Kriteria pengukuran yang digunakan adalah Laki-laki : kode 1 Perempuan : kode 2 X.1.2 Umur diukur dengan menghitung ulang jumlah tahun responden di ulang tahun terakhir pada saat penelitian berlangsung. Umur diukur dengan skala ordinal, berdasarkan rata-rata sebaran usia. Kategori umur dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni xliii

<25 tahun tergolong muda : kode 1 25-49 tahun tergolong setengah baya : kode 2 >49 tahun tergolong tua : kode 3 X.1.3 Mata pencaharian lain adalah kegiatan mencari nafkah selain bertani yang dilakukan responden berdasarkan curahan waktu tertentu. Mata pencaharian lain diukur dengan skala nominal. Mata pencaharian lain digolongkan menjadi dua bagian yaitu pertanian (peternak) : kode 1 dan, non pertanian (PNS, wiraswasta, tukang ojek, dan kuli bangunan) : kode 2. X.1.4 Luas lahan adalah besar bidang tanah yang digunakan oleh petani untuk melakukan usahatani dalam satuan hektar. Luas lahan diukur dengan skala ordinal. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah 0,4 Ha termasuk dalam kepemilikan di bawah rata- rata : kode 1 >0,4 Ha termasuk dalam kepemilikan di atas rata-rata : kode 2 X.1.5 Tingkat pendapatan usahatani adalah jumlah nominal penghasilan dalam rupiah yang diperoleh responden dalam kegiatan usahatani rata-rata per musim tanam. Tingkat pendapatan usahatni diukur dengan skala ordinal. Tingkat pendapatan dalam sekali panen per tahun dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu Rp. 1.000.000 Rp. 2.100.000, tergolong rendah : kode 1 Rp. 2.200.000 Rp. 4.000.000, tergolong sedang : kode 2 Rp. 4.100.000 Rp. 5.000.000, tergolong tinggi : kode 3 X.1.6 Tingkat pendidikan adalah lamanya jenjang dalam sekolah formal yang responden tempuh dari tingkat SD, SMP, SMA/STM/SMEA, Diploma, xliv

dan Sarjana serta jenjang sekolah non formal berupa kursus. Tingkat pendidikan diukur dengan skala ordinal. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah SD : kode 1, SLTP : kode 2, SLTA : kode 3, Diploma : kode 4, Sarjana: kode 5 X.1.7 Motif mendengarkan radio adalah tingkat kebutuhan yang akan dipenuhi melalui mendengarkan radio yang dirasakan oleh responden bisa berupa kebutuhan akan hiburan (kode 1), informasi (kode 2) maupun karena informasi dan hiburan (kode 3). Motif mendengarkan radio diukur dengan skala ordinal. X.1.8 Kepemilikan media radio adalah status kepunyaan responden terhadap radio terbagi atas mempunyai (kode 1) atau tidak mempunyai (kode 2). Kepemilikan media radio diukur dengan skala nominal. X.2 Faktor materi siaran adalah ciri-ciri yang mengacu pada pesan dan diharapkan mengena pada sasaran. X.2.1 Kesesuaian durasi siaran adalah skor ketepatan lamanya waktu pemutaran program dengan kondisi dan aktivitas responden. Kesesuaian durasi siaran diukur dengan skala ordinal. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah sesuai (kode 4), agak sesuai (kode 3), kurang sesuai (kode 2), dan tidak sesuai (kode 1). X.2.2 Sifat materi siaran adalah skor daya tarik topik materi. Sifat materi siaran diukur dengan skala ordinal. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah baik (kode 4), agak baik (kode 3), kurang baik (kode 2), dan tidak baik (kode 1). xlv

X.3 Faktor media massa radio adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh radio. X.3.1 Daya tangkap siaran adalah skor indeks kualitas siaran berdasarkan seberapa jauh jarak yang dapat dijangkau oleh stasiun radio. Daya tangkap siaran diukur dengan skala ordinal. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah baik (kode 4), agak baik (kode 3), kurang baik (kode 2), tidak baik (kode 1). X.3.2 Format radio adalah skor indeks kesesuaian pengemasan bentuk program yang dipilih oleh RPC dengan kondisi pendengar. Format radio diukur dengan skala ordinal. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah sesuai (kode 4), agak sesuai (kode 3), kurang sesuai (kode 2), dan tidak sesuai (kode 1) X.3.3 Hambatan penyiaran adalah kendala dalam menyampaikan pesan atau informasi. Hambatan penyiaran diukur dengan skala ordinal. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah setuju (kode 4), agak setuju (kode 3), kurang setuju (kode 2), dan tidak setuju (kode1) X.4 Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi responden dalam mendengarkan iklan layanan masyarakat PTT. X.4.1 Saran keluarga adalah anjuran yang diberikan kerabat dekat (istri, suami, anak, kakak, adik, saudara) terhadap responden dan mempengaruhi responden untuk mendengarkan iklan layanan masyarakat PTT. Saran keluarga diukur dengan skala ordinal. Kriteria yang digunakan adalah menyarankan (kode 4), agak menyarankan (kode 3), kurang menyarankan (kode 2), dan tidak menyarankan (kode 1). xlvi

X.4.2 Saran tetangga adalah anjuran yang diberikan orang lain yang tempat tinggalnya berdekatan dengan responden dan mempengaruhi responden untuk mendengarkan iklan layanan masyarakat PTT. Dukungan tetangga diukur dengan skala ordinal. Kriteria yang digunakan adalah menyarankan (kode 4), agak menyarankan (kode 3), kurang menyarankan (kode 2), dan tidak menyarankan (kode 1). X.4.3 Sumber informasi lain PTT adalah media yang menjadi acuan untuk mendapatkan informasi PTT selain dari radio. Sumber informasi lain PTT diukur dengan skala ordinal. Kriteria yang digunakan adalah menyarankan (kode 4), agak menyarankan (kode 3), kurang menyarankan (kode 2), dan tidak menyarankan (kode 1). Y.1 Keterdedahan oleh siaran radio adalah kebutuhan responden untuk mendengar siaran radio. Y.1.1 Lama mendengarkan ditunjukkan dengan waktu rata-rata responden mendengar radio dalam sehari. Kategori lama mendengarkan dikelompokkan menjadi tiga golongan, yakni rendah : 2-5 jam per hari (kode 1), sedang : 6-9 jam per hari (kode 2), dan tinggi : 10-14 jam per hari (kode 3). Y.1.2 Frekuensi mendengarkan ditunjukkan dengan berapa kali dalam seminggu responden mendengarkan radio. Kategori frekuensi mendengarkan dikelompokkan menjadi tiga golongan, yakni rendah : 1-3 hari per minggu (kode 1), sedang : 4-6 hari per minggu (kode 2), dan tinggi : setiap hari (kode 3). xlvii

Y.1.3 Tempat mendengarkan adalah ruang dimana responden mendengarkan iklan layanan masyarakat PTT, dibedakan menjadi selalu (kode 5), sering (kode 4), kadang-kadang (kode 3), jarang (kode 2) dan tidak pernah (kode 1). Y.2 Keefektifan program radio adalah ketepatan proses komunikasi yang disiarkan oleh RPC sehingga terjadi persamaan makna antara petani dengan pihak RPC. Y.2.1 Tingkat pengetahuan diukur berdasarkan penguasaan infomasi pada responden mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan iklan layanan masyarakat PTT. Tingkat pengetahuan yang diuji meliputi tujuan dari PTT, penggunaan pupuk organik, benih bersertifikat, bibit muda dan pengaturan tanam. Kriteria pengukuran yang digunakan digolongkan menjadi dua yaitu rendah (kode 1), sedang (kode 2), dan tinggi (kode 3). Y.2.2 Sikap petani diukur berdasarkan cara berfikir, perasaan dan kecenderungan bertindak terhadap iklan layanan masyarakat PTT. Aspek sikap yang diuji meliputi: manfaat siaran PTT, pengaruh siaran dalam mengelola usaha pertanian, manfaat PTT dalam melestarikan sumberdaya lahan, manfaat PTT dalam meminimalkan penggunaan input pertanian. Kriteria pengukuran yang digunakan digolongkan menjadi dua yaitu rendah (kode 1), sedang (kode 2), dan tinggi (kode 3). xlviii

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei, yakni penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1989). Untuk memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti maka data kuantitatif yang ada didukung oleh informasi kualitatif yang diperoleh melalui wawancara bebas dan observasi. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RPC (Radio Pertanian Ciawi) kawasan Puncak, Bogor. Tepatnya di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian Jl. Raya Puncak Km 11 Departemen Pertanian, Desa Bendungan, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan, sebagai berikut: (1) RPC merupakan stasiun radio yang sudah cukup lama berdiri sejak Februari 2004 sehingga telah memiliki pendengar setia, saluran RPC berada pada 95,3 FM. (2) RPC merupakan radio penyiaran yang bernuansakan pertanian dan pedesaan yang dikemas secara akrab, santai dan kekeluargaan. Desa yang menjadi sasaran penelitian ini adalah Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, pemilihan kedua desa ini adalah untuk membandingkan kualitas tangkapan siaran RPC. xlix

Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret-April 2008 untuk penjajagan, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data, pengolahan data dan pembuatan draft skripsi pada bulan Mei-Juli 2008. 3.3 Teknik Pemilihan Responden Kerangka sampling yang digunakan adalah Mitra RPC yang bekerja sebagai petani padi sawah di Desa Cibedug dan Cileungsi. Pemilihan populasi dilakukan secara sengaja dengan alasan: (1) Lokasi Desa Cileungsi dan Cibedug merupakan kawasan lingkar RPC, (2) Masyarakat Desa Cileungsi dan Desa Cibedug kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani, yaitu masing-masing 26,8 persen dan 20,8 persen dan memiliki kelompok tani yang sudah ada sehingga akan memudahkan peneliti untuk mengakses petani yang menjadi responden. Pengambilan responden dalam penelitian ini dilakukan secara acak distratifikasi (stratified random sampling) dengan jenis non proporsional pada unit analisis. Penstratifikasian didasarkan pada strata penguasaan lahan, masingmasing strata diambil 15 responden. Jumlah responden yang diteliti sebanyak minimal 30 orang pada masing-masing desa Jumlah ini diambil berdasarkan syarat yang dibutuhkan untuk analisis teknik korelasi (Singarimbun, 1989). Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Strata Penguasaan Lahan di Desa Cibedug dan Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Strata Desa Dekat (Cibedug) Desa Jauh (Cileungsi) Total Strata atas 15 15 30 Strata bawah 15 15 30 Total 30 30 60 l

3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dalam wawancara tatap muka dengan responden, wawancara bebas terhadap pihak RPC, dan observasi yang diperoleh melalui pengamatan terhadap kondisi sekitar. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan karakteristik pendengar, materi siaran, media massa radio, dan karakteristik lingkungan yang berisikan variabel bebas (independent variable) dengan lambang (X). Pertanyaan yang berhubungan dengan keterdedahan pada siaran radio serta perubahan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap materi siaran yang keduanya merupakan variabel tidak bebas (dependent variable) dengan lambang (Y). Wawancara bebas digunakan untuk memperoleh informasi mengenai proses komunikasi dari pihak RPC serta tokoh masyarakat. Observasi merupakan pengamatan secara langsung peneliti terhadap kejadian langsung di lapangan yang dapat dijadikan informasi. Selain data primer terdapat juga data sekunder berupa berkas dan arsip yang diperoleh dari pihak stasiun sebagai informasi tentang gambaran umum tempat penelitian untulk mendukung informasi yang diperoleh. 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan software SPSS, untuk memperoleh kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis tabel frekuensi, tabulasi silang, dan uji statistik non-parametrik. li

Pengumpulan data dengan skala minimal nominal menggunakan uji chi Square dan data dengan skala minimal ordinal diolah dengan menggunakan uji Korelasi Rank Spearman. Hipotesis yang digunakan adalah Ho: tidak ada hubungan dan H1: ada hubungan. Analisis data kualitatif tidak menggunakan model matematik, hanya terbatas pada teknik pengolahan data seperti membaca grafik, tabel, dan lain-lain, yang kemudian dilakukan penafsiran atau analisis. lii

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERDEDAHAN OLEH SIARAN RADIO 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Kondisi Geografi Cibedug dan Cileungsi merupakan Desa yang berada di wilayah Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Cibedug mempunyai luas wilayah 260 Ha yang terbagi dalam 3 dusun, 6 Rukun Warga (RW) dan 19 Rukun Tetangga (RT). Berada 650 diatas permukaan laut dengan tinggi curah hujan 3,5 mm 3 dengan suhu udara sekitar 22ºC. Desa Cileungsi mempunyai luas wilayah 701,219 Ha yang terbagi dalam 4 dusun, 5 Rukun Warga (RW) dan 30 Rukun Tetangga (RT). Berada 500 m diatas permukaan laut dengan tinggi curah hujan 3,5 mm 3 menyebabkan suhu udara di Desa Cileungsi cukup sejuk, yakni sekitar 20ºC - 25ºC. Cileungsi dan Cibedug merupakan desa berbukit. Batas wilayah Desa Cileungsi dan Cibedug dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Batas Wilayah Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi. Batas Wilayah Cibedug Cileungsi Utara Desa Jambuluwuk Desa Citapen Timur Desa Banjarwangi Desa Gunung Pangrango Selatan Desa Citapen Desa Pancawati, Kecamatan Caringin Barat Desa Banjarsari Desa Ciderum, Kecamatan Caringin Sumber : Data Monografi Desa Cibedug, 2005 dan Desa Cileungsi, 2006 Letak Cileungsi dan Cibedug mudah dijangkau dengan kendaraan, baik pribadi maupun umum. Oleh karena itu, masyarakat Cileungsi dan Cibedug liii

memiliki mobilitas yang cukup tinggi. Jarak tempuh dari Desa ke Kecamatan terdekat dengan menggunakan angkutan umum dari segi waktu di Cileungsi sekitar 30 menit dan di Cibedug sekitar 20 menit. Tabel 4. Jarak Kantor Desa ke Ibu Kota Kecamatan, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat, dan Ibu Kota Negara, Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi. Jarak Cibedug Cileungsi Ibu Kota Kecamatan Ciawi (Km) 5 7 Ibu Kota Kabupaten Bogor (Km) 30 33 Ibu Kota Propinsi Jawa Barat (Km) 68 71 Ibu Kota Negara (Km) 58 60 Sumber : Data Monografi Desa Cibedug, 2005 dan Desa Cileungsi, 2006 Pemanfaatan lahan/tanah di Cibedug dan Cileungsi sebagian besar digunakan sebagai lahan persawahan masing-masing 60,7 persen dan 56,4 persen. Hal ini kemudian berimplikasi pada mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Cibedug dan Cileungsi sebagai petani. Kebanyakan mereka adalah petani pemilik. Tabel 5. Sebaran Penggunaan Lahan di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi. Lahan Penggunaan Cibedug Cileungsi Luas lahan (Ha) Persentase (%) Luas lahan (Ha) Persentase (%) Perumahan/pemukiman 13,6 5,6 16,6 5,8 dan pekarangan Sawah 145 60,7 160,3 56,4 Ladang/huma 65,7 27,5 87,3 30,7 Jalan 5,3 2,2 6,6 2,3 Jalan gang 5,6 2,3 7,2 2,5 Pemakaman/kuburan 2,5 1,1 3,2 1,1 Perkantoran 0,1 0.04 0,1 0,03 Bangunan SD/MI/SMP 0,4 0,2 0,6 0,2 Tanah/bangunan 0,4 0,2 1 0,3 peribadatan Bangunan kantor desa 0,1 0,04 0,2 0,07 Total 238,7 100,0 284,1 100,0 Sumber : Data Monografi Desa Cibedug, 2005 dan Desa Cileungsi, 2006 liv

4.1.2 Kondisi Demografi Desa Cibedug mempunyai jumlah penduduk 5.572 jiwa hingga akhir bulan Desember tahun 2005, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.827 jiwa, perempuan sebanyak 2.745 jiwa, dan jumlah KK sebanyak 1.239. Jumlah penduduk Desa Cileungsi sampai akhir bulan Desember tahun 2006 tercatat sebanyak 6.682 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 3.426 jiwa, perempuan sebanyak 3.256 jiwa, dan jumlah KK sebanyak 1.620 dengan kepadatan penduduk 24 jiwa per Km 2. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada kelompok umur 0-4 tahun di Desa Cileungsi dan kelompok umur 5-9 tahun di Desa Cibedug memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu masing-masing 652 orang dan 771 orang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat reproduksi di kedua desa cukup tinggi. Tabel 6. Sebaran Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi. Kelompok Cibedug Cileungsi Umur L P Jumlah RJK L P Jumlah RJK (tahun) 0-4 322 372 697 87 326 326 652 100 5-9 391 380 771 103 312 292 604 107 10-14 376 358 734 105 271 262 533 104 15-19 324 315 639 103 276 276 552 100 20-24 266 256 522 104 272 267 539 102 25-29 201 201 402 100 261 242 503 108 30-34 193 176 369 110 235 224 459 105 35-39 155 154 309 101 280 281 561 100 40-49 130 130 260 100 321 289 610 111 50-54 112 111 223 101 223 213 436 105 55-59 98 99 197 101 197 193 390 102 60-64 87 82 169 106 169 152 321 111 65-69 94 73 167 128 167 131 298 128 70-ke atas 78 38 116 143 116 108 224 108 Total 2.827 2.745 5.572 3.426 3.256 6.682 RJK total 103 106 RBT 81 53 Sumber : Data Monografi Desa Cibedug, 2005 dan Desa Cileungsi, 2006 lv

Rasio beban tanggungan (RBT) adalah jumlah penduduk umur 0-14 tahun ditambah dengan penduduk usia 65 tahun ke atas dibagi dengan jumlah penduduk umur 15-64 tahun dikalikan dengan 100. Rasio beban tanggungan digunakan untuk mengetahui usia produktif dan non produktif. Rasio jenis kelamin (RJK) adalah jumlah laki-laki umur tertentu dibagi jumlah perempuan umur tertentu dikalikan 100. Rasio jenis kelamin digunakan untuk mengetahui jumlah laki-laki dalam 100 perempuan. Penduduk Desa Cibedug dan Cileungsi mempunyai mata pencaharian sangat beragam yaitu petani, swasta, pedagang dan buruh pabrik. Kebanyakan adalah petani masing-masing 26,8 persen dan 20,8 persen Tabel 7. Sebaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian Masyarakat Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi. Mata Pencaharian Cibedug Cileungsi Jumlah (jiwa) Persentase (%) Jumlah (jiwa) Persentase (%) Petani 590 26,8 616 20,8 Pedagang 307 13,9 353 11,9 Pegawai negeri 18 0,8 36 1,2 TNI/Polri 2 0,1 1 0,1 Pensiunan/purnawirawan 10 0,4 20 0,6 Swasta 231 10,5 600 20,2 Buruh pabrik 320 14,5 341 11,5 Pengrajin 10 0,4 3 0,1 Tukang bangunan 75 3,4 133 4,4 Penjahit 25 1,1 34 1,1 Tukang las 1 0,1 1 0,1 Tukang ojeg 45 2,1 80 2,7 Bengkel 4 0,2 2 0,1 Peternak 20 0,9 37 1,2 Total 1658 77,4 2257 76,0 Sumber : Data Monografi Desa Cibedug, 2005 dan Desa Cileungsi, 2006 Penduduk Desa Cibedug sebagian besar 99,8 persen beragama Islam, atau sekitar 5.536 orang. Hal ini kemudian berimplikasi dengan keberadaan tempat lvi

peribadatan berupa mushalla sebanyak 13 buah, masjid sebanyak 10 buah. Selain itu, tedapat juga masyarakat yang beragama Kristen Protestan 0,2 persen atau sekitar 8 orang. Penduduk Desa Cileungsi sebagian besar 99,8 persen beragama Islam, atau sekitar 6.872 orang Hal ini kemudian berimplikasi dengan keberadaan tempat peribadatan berupa mushalla sebanyak 24 buah, masjid sebanyak 9 buah, serta keberadaan pondok pesantren sebanyak 5 buah dan majelis taklim 29 buah. Selain itu, tedapat juga masyarakat yang beragama Katolik sebanyak 3 orang (0,04 persen), Protestan sebanyak 1 orang (0,01 persen) dan Hindu sebanyak 4 orang (0,05 persen). Tabel 8. Sebaran Tingkat Pendidikan di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi. Strata Cibedug Cileungsi Jumlah (jiwa) Persentase (%) Jumlah (jiwa) Persentase (%) Tidak tamat SD/sederajat 3.036 52,6 97 2,6 Tamat SD/sederajat 1.893 32,8 2.650 71,2 Tamat SLTP/sederajat 526 9,1 486 13,0 Tamat SLTA/sederajat 270 4,6 320 8,6 Tamat Akademi/Samud 27 0,5 82 2,2 Tamat Perguruan Tinggi/S1 15 0,3 63 1,6 Tamat Perguruan Tinggi/S2 - - 12 0,3 Tamat Perguruan Tinggi/S3 - - 7 0,1 Total 5767 100,0 3717 100,0 Sumber : Data Monografi Desa Cibedug, 2005 dan Desa Cileungsi, 2006 Pada Tabel 8 terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Cibedug sebagian besar 52,6 persen merupakan tamatan SD/sederajat. Desa Cibedug hanya memiliki 4 buah bangunan SD. Tingkat pendidikan penduduk Desa Cileungsi sebagian besar 71,2 persen merupakan tamatan SLTP/sederajat. Hal ini didukung dengan adanya fasilitas gedung SD sebanyak 2 buah dan Madrasah Ibtidaiyah lvii

sebanyak 5 buah. Mereka yang mengecap pendidikan SLTP harus bersekolah di luar wilayah desa tersebut, begitu pula dengan mereka yang merupakan tamatan SLTA/sederajat. Sarjana muda, S1, S2, S3. Desa Cileungsi memiliki 7 buah TK/pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 4.1.3 Sarana dan Prasarana Kualitas sarana dan prasarana perhubungan di kedua desa cukup baik dengan banyaknya jalan yang telah di beton dan di aspal. Bentuk tanah kedua desa tidak datar, tetapi dengan masuknya pembangunan terutama pada jalan menyebabkan letaknya mudah untuk dijangkau. Tabel 9. Sebaran Jenis Jalan di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi. Sarana/Prasarana Jumlah Cibedug Cileungsi Jalan beton (Km) 4,5 5,2 Jalan hotnik (Km 1.0 1.5 Jalan tanah (Km) 0,8 0,8 Jalan tanah (Km) 0,8 0,8 Jalan aspal (Km) 4,5 5,1 Jalan pengerasan (Km) 1 0,85 Jalan gang (Km) 7,2 7,2 Jembatan (Buah) 3 7 Sumber : Data Monografi Desa Cibedug, 2005 dan Desa Cileungsi, 2006 Pada Tabel 10 terlihat bahwa sarana komunikasi seperti telepon sudah masuk di kedua desa. Penduduk Desa Cibedug sebagian besar 51,5 persen memiliki televisi sebagai media komunikasi, sedangkan penduduk Desa Cileungsi kebanyakan memiliki televisi 47,6 persen. Penduduk di kedua desa juga memiliki tape recorder, VCD, DVD walaupun tidak ada data yang akurat berkaitan dengan kepemilikan media lviii

tersebut. Biasanya warga memanfaatkan VCD untuk memutar lagu-lagu daerah khas Jawa Barat, lagu dangdut atau musik pop, sedangkan DVD untuk memutar film-film. Penggunaan VCD dan DVD dapat berpengaruh terhadap penggunaan radio atau televisi karena akan mengurangi penggunaan televisi dan radio untuk memperoleh hiburan. Beberapa warga di kedua desa juga memanfaatkan handphone yang memiliki fitur radio untuk mendengarkan musik. Penggunaan fasilitas radio pada handphone disebabkan mudah dibawa kemana-mana dan mudah penggunaannya. Tabel 10. Sebaran Sarana Kepemilikan Media di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi. Kepemilikan Media Cibedug Cileungsi Jumlah (KK) Persentase (%) Jumlah (KK) Persentase (%) Radio 150 29,7 210 33,3 Televisi 260 51,5 300 47,6 Telepon 95 18,8 120 19,1 Total 505 100,0 630 100,0 Sumber : Data Monografi Desa Cibedug, 2005 dan Desa Cileungsi, 2006 Fasilitas perekonomian/perdagangan Desa Cileungsi cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya 205 buah kios/toko/warung yang masyarakat manfaatkan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Selain itu terdapat juga toko material/bahan bangunan sebanyak 1buah yang menyediakan bahan baku untuk melakukan pembangunan. Saluran telepon yang sudah masuk juga dimanfaatkan oleh mereka yang kemudian membuka bisnis wartel/kiostel. Saat ini telah terdapat 3 buah wartel atau kiostel. Meskipun masih tergolong sederhana, namun keberadaan sarana/prasarana ekonomi ini cukup membantu masyarakat dan mengindikasikan aktivitas ekonomi masyarakat yang cukup giat. lix

Masyarakat Cibedug dan Cileungsi yang perlu mengakses rumah sakit pada umunya mengunjungi Rumah Sakit Ciawi yang terdapat di jalan Raya Puncak dan merupakan rumah sakit terdekat yang dapat mereka jangkau. Tabel 11. Sebaran Sarana/Prasarana Kesehatan di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi. Sarana/Prasarana Cibedug Cileungsi Jumlah (jiwa) Persentase (%) Jumlah (jiwa) Persentase (%) Dokter Puskesmas - - 1 4,17 Dokter praktek swasta - - 1 4,17 Bidan desa 1 16,66 1 4,17 Dukun beranak terlatih 5 83,34 2 8,33 Dukun beranak tak - - 1 4,17 terlatih Kader Posyandu - - 18 75,00 Total 6 100,0 24 100,0 Sumber : Data Monografi Desa Cibedug, 2005 dan Desa Cileungsi, 2006 4.2 Profil RPC 4.2.1 Sejarah Perusahaan PT. Radio Pertanian Ciawi (RPC) Radio Pertanian Ciawi (RPC) berdiri dilatarbelakangi oleh kegiatan dengar pendapat pihak Departemen Pertanian (Deptan) dengan Komisi IV DPR pada bulan Juli 2003. Dalam kegiatan dengar pendapat tersebut dimunculkan perlu adanya media informasi elektronik untuk menyampaikan program Deptan kepada stakeholder. Deptan melalui Badan SDM menugaskan PMPSDMP (saat ini Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian atau PPMKP) merealisasikan hasil dengar pendapat tersebut untuk mendirikan radio. Program aksi tersebut diawali rencana mendirikan televisi, namun rencana tersebut dinilai kurang memungkinkan karena biaya dan perizinan yang sulit. Akhirnya diputuskan Badan SDM PMPSDMP untuk mendirikan radio penyiaran. lx

Biaya pendirian untuk sarana dan prasarana diputuskan dari Anggaran Dasar Tahunan (ADT) Tahun Anggaran (TA) 2003. Pada awal September 2003 mulai dicanangkan keinginan mendirikan RPC, dengan berbagai tantangan mulai dari perencanaan, pembahasan, serta celaan mengenai keinginan mendirikan radio. Ketika dibangun pada akhir Desember 2003, bersamaan dengan kelengkapna perizinan antara lain: persetujuan dari masyarakat sekitar yang ditandatangani RT, RW, Kepala Desa serta Camat, rekomendasi Bupati Kabupaten Bogor, rekomendasi Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor, persetujuan Dishub Propinsi Jawa Barat. Tanggal 19 Februari 2004 RPC mulai mengudara sebagai radio komunitas dengan jangkauan 2,5 Km pada frekuensi 107,7. sejalan dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004 bahwa lembaga penyiaran pemerintah yang mendapat izin mengudara hanya Radio Republik Indonesia (RRI). Akhirnya diadakan studi banding ke radio pemerintah yang dikelola oleh Perseroan Terbatas (PT). Setelah studi banding ke Radio Citra Pertanian Palu Sulawesi Tengah, dimana terdapat Radio BPTP Sulteng sudah mendirikan PT, hal yang sama ditemukan di Radio Penyiaran Wonocolo BPTP Jawa Timur, Radio Penyiaran Universitas Diponegoro, Radio Universitas Sudirman dan Radio Polda Metro Jaya merupakan radio pemerintah yang sudah mendirikan PT dan manajemennya dikelola secara profesional dan telah mendapat izin dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Dirjen Postel) Pada awal pendirian, RPC menggunakan Badan Hukum Koperasi Agrohumaniora PMPSDMP. Namun Badan Hukum berupa koperasi oleh pihak yang berwenang dianggap tidak sesuai ketentuan Undang-undang (UU) penyiaran lxi

No. 32 tahun 2004. Sejalan dengan desakan Deptan dan pendengar agar wilayah jangkauan luas dan kualitas penerimaan audio oleh pendengar, RPC dituntut menjadi radio komersial dan tuntutan UU penyiaran yang berlaku tahun 2005. akhirnya berdasarkan instruksi pimpinan, pada awal tahun 2005 dibentuklah PT RPC dan pada saat itu yang mengurus Akte Notaris, SIUP NPWP, dan lain-lain oleh pihak Kasubag rumah tangga PMPSDMP dengan komisaris para pensiunan Deptan, pejabat eselon 3 dan simpatisan RPC. Setelah mendirikan PT diadakan ujian administrasi, verifikasi lapangan dan evaluasi dengar pendapat pihak RPC dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi, Biro Humas dan Tokoh Masyarakat. Setelah presentasi tanggal 11 Juni Tahun 2005 dan uji pendengar, akhirnya RPC dinyatakan layak sebagai radio komersial dengan jangkauan lebih luas (sertifikat RPC layak sebagai radio komersial karena sudah banyak segmen pendengar dengan visi misi jelas surat No. 007/K/KPIDjabar/01/06). Pada Desember 2006, karena dinilai pihak berwenang sudah mempunyai segmen pendengar dan dipandang layak sebagai rdaio komersial akhirnya diadakan pengukuran kanal yaitu mencari frekuensi komunitas. Oleh pihak Dinas Perhubungan (Dishub) dan Balai Monitoring di lokasi berbagai daerah perbatasan Kabupaten Bogor, dan akhirnya didapatkan izin penggunaan frekuensi di 95,3 FM pada Desember 2007. Pada Bulan Februari 2007 setelah mendapatkan izin resmi penggunaan frekuensi dari pihak Dishub, diadakan perubahan sehingga RPC mengudara di frekuensi komersial di 95,3 FM dengan mengganti antena dengan yang baru lxii

dengan izin penggunaan frekuensi di frekuensi FM komersial (No. Izin 482/3646/BPSFR) call sign. 4.2.2 Struktur Organisasi Radio Pertanian Ciawi (RPC-PPMKP) Pendirian Radio Pertanian Ciawi (RPC) merupakan langkah nyata dalam rangka pengembangan masyarakat pertanian. Dimana diperlukan penyebaran informasi kepada masyarakat pertanian khususnya petani propinsi Jawa Barat dan masyarakat pertanian di Indonesia pada umumnya di antaranya melalui media siaran radio di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan (PPMKP) Ciawi yang berisikan informasi tentang hasil-hasil pembangunan pertanian dan dunia agribisnis serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang otentik dan bermanfaat bagi masyarakat pertanian. Guna mendukung tujuan pendirian RPC, maka perlu dibentuk organisasi dan pengelola siaran RPC pada PPMKP Ciawi. Adapun struktur organisasi RPC serta pengelola, dapat dilihat dalam Gambar 2. Kedudukan tertinggi adalah penanggung jawab yang bertanggung jawab terhadap seluruh aspek pengelolaan RPC yang ditempati langsung oleh kepala PPMKP Ciawi. Pengembangan format, program, naskah, multimedia, penelitian, dan pengembnagan siaran radio baik on air maupun off air diserahkan kepada tim kreatif yang terdiri dari para penyuluh pertanian, pustakawan, dan widyaisyawara untuk bertanggung jawab sepenuhnya. Adapun tim penasehat yang selalu memberikan arahan, kritik, saran, kepada pengelola siaran sebagai bahan pertimbangan bagi kepala stasion yang bertanggung jawab terhadap kelancaran siaran. Sedangkan divisi program yang bertugas merancang isi dan produksi siaran serta menentukan penjadwalan lxiii

program yang dapat menarik pendengar serta memonitor, mengevaluasi, dan membuat laporan berkaitan dengan pengembangan program RPC. Divisi program ini bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan program siaran yang memiliki sub divisi penata musik, yang bertugas merancang jenis musik apa yang cocok untuk diputar pada suatu program siaran yang berlangsung. Koordinator penyiar yang bertugas menyeleksi siapa penyiar yang cocok untuk membawakan suatu program acara, penanggung jawab berita pertanian dan non pertanian. Divisi pemasaran bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan operasional, administrasi atau keuangan dan perlengkapan RPC diserahkan kepada divisi teknis dan operasional. Sedangkan, divisi rumah tangga dan perlengkapan ditugaskan untuk mengontrol dan merawat segala perlengkapan dan fasilitas untuk absensi karyawan, kebersihan dan kepentingan bersama di seputar lingkungan RPC-PPMKP Ciawi. lxiv

Penanggung Jawab Umum Kepala Pusat PPMKP Penanggung Jawab Pengelolaan Penanggung Jawab Pelaksana Harian RPC PPMKP Tim Penasehat Operasional Teknis Manajemen Tim Kreatif Divisi Program Divisi Pemasaran Divisi Operasional/Tekn Gambar 2. Struktur Organisasi Radio Pertanian Ciawi (RPC-PPMKP)... Sumber : Radio Pertanian Ciawi. 2004. Proposal FRB KPI dan Pemerintah Keterangan: : Garis Hubungan Langsung : Garis Koordinasi/Konsultasi lxv

4.2.3 Segmen dan Format Siaran RPC Target dari siaran RPC meliputi petani dan keluarganya (petani, pemuda tani, dan wanita tani), generasi muda pedesaan, LSM (lembaga kemasyarakatan), lembaga pemerintah, pengusaha agribisnis, penyuluh pertanian, petugas pertanian, widyaiswara dan tenaga fungsional lainnya, serta masyarakat lain yang tertarik di bidang pertanian. Dari segi demografi, segmentasi RPC tidak hanya terbatas pada satu kelompok tertentu. Artinya, pada tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, maupun jenis pekerjaan apapun dapat mendengarkan siaran stasiun radio ini. Setiap programnya memiliki kekhususan yang menarik pendengar sesuai seleranya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa segmentasi RPC didasarkan pada psikografis, yakni segmentasi berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia. Di mana pun pendengar berada (geografis dan geodemografis) dan kelompok apapun mereka (demogarfi) tidak membatasi peluang untuk memperoleh informasi melalui RPC. Digarisbawahi bahwa bagi mereka yang peduli dan senang terhadap sektor pertanian merupakan sasaran dari program siaran radio ini. Format acara di RPC yang terdiri dari pendidikan (penyuluhan pertanian secara interaktif), agama, budaya, dan hiburan disusun dalam program acara tertentu. Penyusunan program acara memperhatikan segmen pendengar dan sesuai dengan selera pendengar, tetapi tetap berpedoman bahwa RPC adalah radio yang 45 persen bergerak di bidang pendidikan. lxvi

4.2.4 Program Acara Divisi program mempunyai tugas, antara lain menggabungkan isi dan produksi program yang diminati oleh pendengar yang dituju, mengadakan program agar sesuai dengan waktu pendengar mendengarkan program acara, dan memproduksi iklan, pengumuman-pengumuman, dan iklan layanan masyarakat. Persentase materi siaran adalah 45 persen di bidang pendidikan dan pertanian, 15 persen agama, 10 persen budaya, dan 30 persen hiburan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan materi siaran, RPC mengadakan suatu kegiatan, baik di lingkup Departemen Pertanian maupun instansi pemerintah lainnya melalui kerjasama berupa undangan untuk menghadiri acara seminar, peresmian, jumpa pers, dan lainnya. Dari hasil kegiatan ini dijadikan bahan untuk materi siaran maupun liputan langsung di lapangan sehingga informasi tentang pertanian dapat langsung tersampaikan bagi masyarakat pertanian. Pada dasarnya RPC telah memiliki konsep program yang partisipatif dengan melibatkan masyarakat, tetapi sejak adanya pemotongan anggaran dari Departemen Pertanian menyangkut anggaran negara, maka RPC mengurangi kunjungan secara langsung ke lapang, selain apabila mendapat undangan dari kelompok atau masyarakat tertentu. RPC bekerjasama dengan pihak penyelenggara kegiatan, baik dari lingkup Deptan, Pemerintah Daerah, maupun organisasi pertanian, seperti Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) dan Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) untuk melakukan siaran luar di studio mini yang RPC miliki. Kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat informasi kepada masyarakat pertanian terutama di sekitar wilayah kegiatan berlangsung karena jarak jangkau RPC terbatas. lxvii

Dengan adanya studio mini ini sekaligus menjadi salah satu promosi tentang keberadaan RPC. 4.2.5 Kegiatan Off Air dan Produksi Layanan Masyarakat RPC merupakan sebuah radio yang dirancang untuk menyebarkan pengetahuan, teknologi, dan informasi seputar dunia pertanian untuk para petani dan masyarakat di luar pertanian sehingga dapat lebih mengetahui seluk beluk pertanian yang akhirnya akan membentuk rasa kepedulian dan kecintaan terhadap dunia pertanian. Petani perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Untuk itu, RPC telah membuat program informasi sekilas dan terbatas (insert) dan iklan layanan masyarakat dari berbagai materi tentang teknologi pertanian dan kehutanan, seperti seruan menjaga lingkungan untuk pencegahan banjir dan longsor. Selain bertemakan tentang pertanian, RPC juga bekerjasama dengan beberapa lembaga, seperti dinas kesehatan, penyuluhan pajak, PLN, dan Telkom dengan membuat seruan melalui iklan layanan masyarakat. Insert tersebut diputar di setiap acara. 4.2.6 Proses Penyampaian Materi Siaran Menurut Joseph R. Dominick (Morissan, 2005), dalam ilmu komunikasi ada suatu rangkaian proses yang harus dilalui, dimulai dari sumber/lingkungan, pesan, media yang digunakan, sasaran, efek, dan feedback. Sebelum pesan diterima oleh pendengar, dilakukan rapat evaluasi terlebih dahulu untuk lxviii

menentukan topik apa yang akan disiarkan dan bagaimana acara disajikan. Hal ini dilakukan agar pesan dapat diterima tepat sasaran. Topik yang diangkat bisa berasal dari buku perpustakaan, bahan seminar dan pelatihan, saran pendengar melalui telepon, sms, dan fax, serta hasil penjajagan secara langsung di lapangan. Meningkatnya kemampuan masyarakat pertanian di dalam mengelola usahataninya yang berorientasi agribisnis melalui media radio siaran pertanian merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh RPC. RPC merupakan organisasi yang tidak berdiri sendiri. Setiap sumber informasi yang akan disampaikan bekerja sama dengan kelembagaan, Deptan, Pemda, pengusaha, dan organisasi lain. Topik materi dipilih melalui rapat evaluasi lalu kemudian disiarkan melalui studio dengan pemancar serta perangkat lainnya dan disalurkan ke media radio kepada pendengar yang merupakan petani, pekerja, pelajar, ibu rumah tangga, dan sebagainya. Pesan disampaikan agar pendengar dapat memperoleh efek, yakni perubahan pengetahuan dan sikap terhadap materi siaran. Untuk mengetahui apakah pesan tersebut sampai kepada sasaran maka diadakan satu media telepon, Short Message Service (SMS) dan fax untuk mendapatkan feedback, baik secara langsung (saat acara berlangsung) maupun tidak langsung (setelah acara berlangsung). 4.2.7 Kelompok Pendengar RPC (Mitra RPC) Hadirnya RPC turut memberikan sumbangan dalam program pembangunan dan penyiaran pedesaan khususnya bidang pertanian kepada pendengar mitra tani yang terdiri dari berbagai wilayah kecamatan. Menurut lxix

Melliawati (2004) dalam Marwanti (2005), jika program siaran radio sudah cukup dikenal pendengar, maka salah satu cara menanamkan brand awareness pada pendengar adalah dengan mengadakan acara di luar stasiun radio. Acara bertemu pendengar akan lebih mudah dilaksanakan jika ada kelompok pendengar (fans club). Oleh karena itu RPC bersama pendengar setia RPC membentuk sebuah perkumpulan atau fans-club RPC yang diberi nama Mitra RPC pada tanggal 6 Juni 2004 yang dimotori oleh para kontak tani, petani, pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga dan masyarakat umum. Hingga tahun 2007 Mitra RPC telah melakukan pergantian ketua sebanyak dua kali. Pemilihan ketua Mitra RPC yang kedua dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2005. Motto Mitra RPC adalah saling asah, saling asih, dan saling asuh. Mitra RPC kerap kali melakukan berbagai kegiatan, antara lain mengikuti jalan santai dengan Ibu Menteri Pertanian, melakukan kegiatan bakti sosial, studi lapang ke lahan pertanian untuk mengetahui lebih dalam tentang dunia pertanian. Jumlah Mitra RPC yang sudah terdaftar berjumlah 265 orang. Pertemuan rutin Mitra RPC dilakukan setiap hari Minggu. Tujuan utama pertemuan ini untuk menjalin silaturahmi dan sekaligus turut serta dalam kegiatan penyiaran, yaitu karaoke secara on-air. Tujuan dibentuknya susunan organisasi Mitra RPC ini, yaitu untuk mulai membangun jiwa mitra tani dan mitra RPC yang aktif dan inovatif. Selain itu, untuk menjalin persatuan dan kesatuan antara mitra RPC dan mitra tani. lxx

4.3 Karakteristik Responden 4.3.1 Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini merupakan petani padi sawah yang mendengarkan RPC terdiri dari laki-laki secara keseluruhan yakni sebanyak 30 orang di Desa Cileungsi, sedangkan di Desa Cibedug terdiri dari 27 orang lakilaki dan 3 orang perempuan. Tabel 12. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Jenis Kelamin Cibedug Cileungsi Total Jumlah Persentas Jumlah Persentas (%) (orang) e (%) (orang) e (%) Laki-laki Strata atas 15 50,0 15 50,0 50,0 Strata 12 40,0 15 50,0 45,0 bawah Perempuan Strata 3 10,0 - - 5,0 bawah Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Pada Tabel 12 terlihat secara keseluruhan petani laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan petani perempuan Hal ini didasarkan pada keterangan seorang petani yang menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani Desa Cileungsi bahwa: Perempuan di desa ini sudah tidak ada lagi yang bekerja sebagai petani. Kebanyakan dari mereka bekerja di rumah mengurus anak. Para lelakilah yang secara keseluruhan turun langsung ke lapang untuk bekerja di sektor pertanian. (Har, 28 tahun). 4.3.2 Umur Jumlah warga terbanyak baik dari Desa Cibedug dan Desa Cileungsi adalah warga dari golongan setengah baya (25-49 tahun) yaitu 76,7 persen. Hal ini lxxi

menggambarkan bahwa penelitian di lokasi ini diwarnai oleh pendapat golongan usia setengah baya. Tabel 13. Sebaran Responden Menurut Umur di Desa Cibedug dan Desa Ciluengsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Umur Cibedug Cileungsi Total (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) <25 3 10,0 3 10,0 10,0 25-49 23 76,6 23 76,6 76,7 >49 4 13,3 4 13,3 13,3 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 4.3.3 Mata Pencaharian Lain Pada Tabel 14 terlihat bahwa mata pencaharian lain petani sebagai peternak lebih banyak dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya seperti PNS, tukang ojek dan kuli bangunan. Tabel 14. Sebaran Responden Menurut Mata Pencaharian Lain di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Mata Cibedug Cileungsi Total (%) Pencaharian Lain Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) PNS 2 6,7 2 6,7 6,7 Wiraswasta 11 36,7 11 36,7 36,7 Peternak 11 36,7 12 40,0 38,3 Tukang ojek 4 13,3 3 10,0 11,6 Kuli bangunan 2 6,7 2 6,7 6,7 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Peternak di Desa Cileungsi lebih banyak dibandingkan peternak di Desa Cibedug. Hal ini dikarenakan petani di Desa Cileungsi mampu mengembangkan bidang peternakan dengan membudidayakan ternak domba, kambing, kelinci, dan lele. Bidang peternakan dianggap menguntungkan karena selain dagingnya yang bermanfaat juga karena kotorannya dapat dijadikan sebagai pupuk kompos. lxxii

4.3.4 Luas Lahan Pada Tabel 15 terlihat bahwa luas lahan di atas rata-rata (>0,4 Ha) dan di bawah rata-rata ( 0,4 Ha) sama banyak. Sebanyak 50 persen penduduk Desa Cibedug memiliki luas lahan >0,4 Ha begitu pula dengan Desa Cileungsi. Tabel 15. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Luas Lahan Cibedug Cileungsi Total (%) (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 0,4 15 50,0 15 50,0 50,0 >0,4 15 50,0 15 50,0 50,0 Total 30 100,0 30 100,0 50,0 Kebanyakan responden (50 persen) adalah petani pemilik. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di kedua desa tergolong berstatus mampu, mengingat kepemilikan aset tanah merupakan faktor yang dihargai bagi masyarakat sekitar. Tabel 16. Sebaran Responden Menurut Status Kepemilikan Lahan di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Status Kepemilikan Cibedug Cileungsi Total (%) Lahan Jumlah (orang) Persentas e (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Petani pemilik 15 50,0 15 50,0 50,0 Petani penggarap sewa 5 16,7 7 23,3 20,0 Petani bagi hasil 3 10,0 3 10,0 10,0 Petani buruh 7 23,3 5 16,7 20,0 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Jumlah penggarap sewa di Desa Cibedug lebih sedikit dibandingkan Desa Cileungsi. Hal ini berkaitan dengan sebaran jenis kelamin, petani penggarap sewa di Desa Cibedug seluruhnya adalah perempuan, sedangkan petani di Desa lxxiii

Cileungsi seluruhnya adalah laki-laki. Perempuan di Desa Cibedug tidak memiliki lahan pribadi sehingga bekerja sebagai petani penggarap sewa. 4.2.5 Tingkat Pendapatan Usahatani Kebanyakan pendapatan petani diperoleh dari hasil bertani, dengan masa panen sekitar 3 sampai 4 bulan sekali. Pendapatan petani sekali panen didapatkan dengan mengkalikan hasil panen per hektar dengan harga gabah yang selama ini berlaku yaitu Rp. 2000 per kilogram. Tabel 17. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan Usahatani di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Pendapatan (rupiah) Cibedug Cileungsi Total Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) 1.000.000 2.100.000 22 73,3 21 70,0 71,7 2.200.000 4.000.000 5 16,7 4 13,3 15,0 4.100.000 5.900.000 3 10,0 5 16,7 13,3 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Pada Tabel 17 terlihat bahwa responden yang memiliki pendapatan Rp 1.000.000 sampai Rp 2.100.000 lebih banyak yaitu sebesar 71,7 persen. Hal ini dikarenakan beberapa petani hanya bekerja sebagai tukang ojek atau kuli bangunan dan juga hanya sebagai petani penggarap bagi hasil dan petani buruh. Petani Desa Cibedugyang berpendapatan Rp 1.000.000- Rp 2.100.00 lebih banyak daripada petani di Desa Cileungsi. 4.2.6 Tingkat Pendidikan Pada Tabel 18 terlihat bahwa petani yang berpendidikan tamatan SLTP lebih banyak daripada petani yang berpendidikan tamatan SD, SLTA, Diploma lxxiv

maupun Sarjana yaitu sebesar 46,7 persen. Petani di Desa Cibedug yang tamatan SLTP lebih banyak daripada petani di Desa Cileungsi. Tabel 18. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Tingkat Pendidikan Cibedug Cileungsi Total Terakhir Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) (%) SD 8 26,7 9 30,0 28,3 SLTP 15 50,0 13 43,3 46,7 SLTA 4 13,3 5 16,7 15,0 Diploma 2 6,7 2 6,7 6,7 Sarjana 1 3,3 1 3,3 3,3 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Sebanyak 9 orang petani (30 persen) Desa Cileungsi mengaku pernah mengikuti pendidikan nonformal berupa kursus dan pelatihan, sedangkan 9 orang petani Desa Cibedug (26,6 persen) juga pernah mengikuti pelatihan dan kursus. Pendidikan yang ditempuh petani, baik formal maupun non formal yang cukup baik maka tingkat melek huruf pun juga baik. Tabel 19. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Non Formal di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Pendidikan Nonformal Cibedug Cileungsi Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Pelatihan pertanian 1 3,3 2 6,7 Kursus komputer 4 13,3 5 16,7 Pelatihan pertanian dan 2 6,7 1 3,3 komputer Kursus komputer, mesin, 1 3,3 1 3,3 elektronik Total 9 26,6 9 30,0 Pendidikan yang cukup baik ini disebabkan karena kedua desa telah memiliki sarana pendidikan yang cukup baik dan akses sarana prasarana jalan lxxv

untuk memperoleh pendidikan di luar desa tersebut. Sektor pertanian yang tergolong maju juga menyebabkan beberapa petani seringkali diundang untuk mengikuti seminar ataupun pelatihan pertanian, baik yang diadakan oleh UPTD setempat maupun Departemen Pertanian secara keseluruhan sehingga masyarakat setempat memiliki intelektualitas yang tergolong baik. 4.2.7 Motif Mendengarkan Radio Motif petani mendengarkan RPC sebagian besar (56,7 persen) untuk memperoleh informasi dan hiburan. Bagi petani, kebutuhan untuk memperoleh informasi terutama dalam bidang pertanian merupakan kebutuhan yang sangat penting. Petani dapat memperoleh ilmu sekaligus menikmati musik yang disajikan sebagai alat penghibur. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Sebaran Responden Menurut Tujuan Mendengarkan RPC di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Tujuan Cibedug Cileungsi Total Mendengarkan RPC Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Hiburan 3 10,0 1 3,3 6,6 Informasi 11 36,7 11 36,7 36,7 Informasi dan 16 53,3 18 60,0 56,7 hiburan Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Pada Tabel 20 terlihat bahwa petani Desa Cileungsi yang mendengarkan RPC dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan hiburan lebih banyak daripada petani di Desa Cibedug. Petani yang memilih RPC untuk mendapatkan informasi karena menurut petani hiburan dapat diperoleh dengan menonton televisi atau mendengarkan radio di saluran lain. Berdasarkan keterangan dari salah satu petani merangkap tukang ojek. lxxvi

Saya senang dengerin radio karena saya bisa dapat hiburan dengan dengerin lagu-lagu seperti dangdut, pop. Saya suka lagulagu dangdut yang diputar RPC. (Iwn, 22 tahun) 4.2.8 Kepemilikan Media Radio Petani yang memiliki media radio lebih banyak dibandingkan yang tidak memiliki media radio. Petani di Desa Cibedug lebih banyak yang memiliki radio dibandingkan dengan petani di Desa Cileungsi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Sebaran Responden Menurut Kepemilikan Media Radio di Desa Cibedug dan DesaCileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Kepemilikan Media Cibedug Cileungsi Total Radio Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Mempunyai radio 28 93,3 27 90,0 91,7 Tidak mempunyai 2 6,7 3 10,0 8,3 radio Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Pemilihan RPC sebagai radio yang paling sering di dengar adalah pilihan yang tepat bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian mengingat isi dari materi siaran sebagian besar mengupas tentang dunia pertanian. Petani yang memilih RPC sebagai radio yang sering di dengar cenderung lebih banyak dibandingkan dengan saluran radio lain yaitu sebesar 78,3 persen. Responden desa jauh lebih banyak yang mendengarkan RPC dibandingkan dengan desa dekat. Hal ini dikarenakan dahulu sebelum RPC mengurangi kunjungan ke lapangan karena ada pemotongan anggaran dari Deptan, RPC sering mengadakan off-air di desa jauh, sehingga petani desa jauh sudah mengenal RPC dan menjadi pendengar setia RPC. lxxvii

Tabel 22. Sebaran Responden Menurut Pemilihan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Pemilihan Radio Cibedug Cileungsi Total Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) RPC 23 76,7 24 80,0 78,3 Lain-lain 7 23,3 6 20,0 21,7 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Program Iklan Layanan Masyarakat PTT 4.3.1 Faktor Materi Siaran Faktor materi siaran terbagi menjadi dua bagian, yaitu kesesuaian durasi siaran dan sifat materi siaran. Uraian sebaran responden antara Desa Cibedug dan Desa Cileungsi berdasarkan durasi siaran dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Sebaran Responden Menurut Kesesuaian Durasi Siaran di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Kesesuaian Cibedug Cileungsi Total Durasi siaran Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Sesuai 23 76,7 24 80,0 78,3 Agak sesuai 5 16,7 5 16,6 16,7 Kurang sesuai 2 6,7 1 3,3 5,0 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Sebagian besar petani menilai durasi siaran iklan PTT sudah sesuai, yaitu sebesar 78,3 persen. Petani Desa Cileungsi menilai durasi siaran sudah sesuai lebih banyak dibandingkan dengan Desa Cibedug. Hal ini mengindikasikan iklan PTT yang berdurasi kurang lebih lima menit dapat diterima oleh petani di Desa Cibedug maupun petani di Desa Cileungsi. Petani menilai panjang durasi iklan selama lima menit bersifat relatif, tidak terlalu panjang karena selama lima menit lxxviii

pesan yang akan disampaikan terangkum secara jelas, di lain sisi petani menilai iklan berdurasi lima menit sedikit terlalu lama. Berdasarkan hal tersebut, petani menilai durasi iklan PTT agak sesuai. Tidak ada petani yang menilai tidak sesuai karena petani lebih menyukai siaran iklan yang durasinya pendek tetapi pesan yang ingin disampaikan dapat di mengerti dengan jelas oleh petani. Petani menginginkan program acara yang berdurasi lebih dari satu jam agar dibuatkan dalam bentuk program iklan layanan masyarakat atau program informasi sekilas dan terbatas (insert). Hal ini di dasarkan pada keterangan Ketua Kelompok Tani Desa Cibedug bahwa: Saya malah lebih suka dengan siaran iklan karena lebih sebentar tetapi jelas isi pesennya daripada program acara yang menghabiskan waktu dua jam, terlalu lama jadi agak bosen dengerinnya. (Mis, 35) Pada Tabel 24 terlihat bahwa sebagian besar petani menilai sifat materi siaran baik yaitu sebesar 86,7 persen. Petani di kedua desa menilai sifat materi siaran secara umum sudah baik karena materi iklan PTT aktual, lengkap dan terperinci, disampaikan menggunakan kata-kata sederhana sehingga mudah diingat, disampaikan sesuai dengan kemampuan, dan mampu memecahkan masalah petani. Petani yang menilai sifat materi iklan PTT relatif baik dikarenakan sebagian kecil petani (13,3 persen) menganggap PTT merupakan paket teknologi yang baru dikenal petani sehingga belum tentu PTT dapat memecahkan masalah petani. Tidak ada petani yang menilai sifat materi siaran tidak sesuai dikarenakan materi iklan PTT merupakan materi yang aktual dan sesuai untuk meningkatkan hasil pertanian. lxxix

Tabel 24. Sebaran Responden Menurut Sifat Materi Siaran di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Sifat materi Cibedug Persentase (%) Total siaran Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Baik 26 86,7 26 86,7 86,7 Agak baik 4 13,3 4 13,3 13,3 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 4.3.2 Faktor Media Massa Radio Kualitas siaran dapat dilihat dari kejernihan suara tanpa ada gangguan. Pada Tabel 25 terlihat bahwa sebagian besar responden menilai daya tangkap siaran agak baik yaitu sebesar 51,7 persen. Petani di Desa Cileungsi menilai relatif baik lebih banyak dibandingkan dengan petani di Desa Cibedug. Hal ini dikarenakan jarak stasiun radio ke Desa Cileungsi kurang lebih 4-7 Km sehingga bila ada gangguan cuaca suara yang dihasilkan tidak begitu jernih. Tabel 25. Sebaran Responden Menurut Daya Tangkap Siaran di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Daya tangkap Cibedug Cileungsi Total siaran Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Baik 13 43,3 11 36,7 40,0 Agak baik 15 50,0 16 53,3 51,7 Kurang baik 2 6,7 3 10,0 8,3 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Sebagian besar petani menilai format radio sudah baik yakni sebesar 76,7 persen. Petani di Desa Cileungsi lebih banyak yang menilai format radio sudah baik dibandingkan dengan petani di Desa Cibedug. Format radio dinilai sudah baik karena dikemas sesuai dengan kondisi pendengar. Hal ini disebabkan iklan PTT menggunakan dialog antara petani dengan penyuluh yang bertindak sebagai lxxx

narasumber yang ahli dalam bidang pertanian sehingga petani merasa yakin dengan informasi yang disampaikan oleh penyuluh. Percakapan antara petani dengan penyuluh menimbulkan kesan keakraban dan kedekatan. Petani yang menilai relatif baik disebabkan petani menilai dialog antara petani dengan penyuluh tidak terkesan menggurui namun juga tidak terkesan terdapat keakraban antara petani dengan penyuluh. Tabel 26. Sebaran Responden Menurut Format Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Format radio Cibedug Cileungsi Total Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Baik 20 66,7 26 86,7 76,7 Agak baik 9 30,0 3 10,0 20,0 Kurang baik 1 3,3 1 3,3 3,3 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Hambatan pada penyiaran iklan PTT dikarenakan istilah PTT masih terdengar asing di telinga petani. Sebanyak 76,7 persen petani menilai setuju istilah PTT terdengar asing, sedangkan petani yang menilai relatif setuju yaitu sebesar 23,3 persen disebabkan petani sudah mengenal istilah PTT sebelumnya hanya saja dengan istilah lain yaitu menanam padi dengan menggunakan pupuk kandang dan menggunakan pengaturan tanam 2:1 atau legowo. Tabel 27. Sebaran Responden Menurut Hambatan Penyiaran di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Hambatan Cibedug Cileungsi Total penyiaran Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Setuju 23 76,7 23 76,7 76,7 Agak setuju 7 23,3 7 23,3 23,3 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 lxxxi

4.3.3 Faktor Lingkungan Pada Tabel 28 terlihat bahwa sebagian besar 75 persen petani menilai keluarga kurang menyarankan untuk mendengarkan iklan PTT. Hal ini disebabkan anggota keluarga seperti istri atau anak kurang mengetahui sistem PTT. Tabel 28. Sebaran Responden Menurut Saran Keluarga di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Saran keluarga Cibedug Cileungsi Total Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Kurang 22 73,3 23 76,7 75,0 menyarankan Tidak menyarankan 8 26,7 7 23,3 25,0 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Pada Tabel 29 terlihat bahwa tetangga menyarankan petani dalam mendengarkan iklan PTT yaitu sebesar 8,3 persen. Tetangga merupakan orang yang sehari-hari ditemui petani dan menjadi teman berbincang di saat istirahat. Saran yang diberikan tetangga untuk mendengarkan iklan PTT mempengaruhi petani untuk mendengarkan radio, walau pun tetangga belum menerapkan sistem PTT. Tabel 29. Sebaran Responden Menurut Saran Tetangga di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Saran tetangga Cibedug Cileungsi Total Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Menyarankan 3 10,0 2 6,7 8,3 Agak menyarankan 18 60,0 16 53,3 56,7 Kurang 7 23,3 10 33,3 28,3 menyarankan Tidak menyarankan 2 6,7 2 6,7 6,7 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 lxxxii

Sebanyak 38,4 persen sumber informasi lain PTT relatif menyarankan informasi mengenai PTT. Hal ini disebabkan beberapa petani tidak mendapatkan informasi PTT dari majalah karena untuk mendapatkan majalah pertanian petani harus membeli atau berlangganan dan harus mengeluarkan uang untuk membelinya. Jadi, petani lebih banyak mendapatkan informasi melalui radio dan penyuluh. Tabel 30. Sebaran Responden Menurut Sumber Informasi Lain PTT di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Sumber informasi Cibedug Cileungsi Total lain PTT Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Menyarankan 19 63,3 16 53,3 58,3 Agak menyarankan 10 33,3 13 43,3 38,4 Kurang 1 3,3 1 3,3 3,3 menyarankan Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Sebagian besar 58,3 persen petani menilai sumber informasi lain PTT menyarankan karena selain dari radio petani juga memperoleh informasi melalui majalah pertanian seperti Sinar Tani dan penyuluh yang rutin mengunjungi Desa Cibedug dan Desa Cileungsi satu minggu sekali. Penyuluh juga menyarankan petani untuk mendengarkan iklan PTT di radio RPC. Seperti yang diungkapkan penyuluh berikut ini Iklan PTT yang diputar RPC sangat bermanfaat bagi petani, apalagi jika petani tahu kalau menerapkan sistem PTT bisa meningkatkan hasil pertanian mereka. Tidak itu saja PTT juga dapat meningkatkan pendapatan mereka serta dapat meminimalkan penggunaan bibit dan pupuk kimia. (Uwo, 28 thn) lxxxiii

BAB V ANALISIS KEEFEKTIFAN PROGRAM IKLAN PTT PADA SIARAN RPC 5.1 Keterdedahan oleh Siaran Radio untuk Keefektifan Program Iklan Layanan Masyarakat PTT 5.1.1 Lama Mendengarkan Radio Lama petani mendengarkan radio sebagian besar berada pada kategori rendah yakni 2-5 jam per hari sebanyak 85 persen, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 31. Hal ini mengindikasikan waktu terbanyak petani digunakan untuk bekerja di sawah. Jumlah petani di Desa Cibedug yang mendengarkan radio 2-5 jam per hari lebih banyak dibandingkan dengan petani di Desa Cileungsi. Biasanya petani lebih lama mendengarkan radio di sore hari saat petani beristirahat sepulang kerja. Tabel 31. Sebaran Responden Menurut Lama Mendengarkan di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Lama Cibedug Cileungsi Total Mendengarkan Jumlah Persentase Jumlah Persentas (%) Radio (orang) (%) (orang) e (%) Rendah 26 86,7 25 83,3 85,0 Sedang 3 10,0 4 13,3 11,7 Tinggi 1 3,3 1 3,3 3,3 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Petani yang mendengarkan radio 10-14 jam per hari di Desa Cibedug menggunakan fasilitas radio yang terdapat di handphone, sedangkan petani di Desa Cileungsi mendengarkan radio 10-14 jam per hari karena di tempat kerjanya tersedia fasilitas radio. Ketua Kelompok Tani Bina Sejahtera Desa Cileungsi yang bernama Kang Harun memiliki bangunan tempat berkumpul yang bersebelahan lxxxiv

dengan lahan ternak yang ia miliki. Di tempat inilah hampir 24 jam tanpa henti radio diputar dengan volume yang tinggi karena ia menganggap bahwa informasi yang diberikan melalui RPC sangat bermanfaat bagi perkembangan pertanian petani, seperti yang diungkapkan Kang Harun berikut ini: Disini radio menyala selama 24 jam, tidak pagi, siang ataupun malam. Jadi setiap yang dating ke tempat ini bias mendengar RPC. Apalagi kalau kebetulan ada topik yang menarik, bisa dijadikan bahan diskusi. 5.1.2 Frekuensi Mendengarkan Radio Pada Tabel 32 terlihat bahwa kebanyakan petani mendengarkan radio 4-6 hari per minggu atau tergolong sedang yakni sebesar 45 persen. Ini berarti petani di kedua desa cukup sering mendengarkan radio. Salah satu alasannya adalah berkaitan dengan acara favorit petani yaitu program acara Karedok yang diputar lima kali dalam seminggu pada pukul 16.00 sampai dengan 17.30 WIB. Tabel 32. Sebaran Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Frekuensi Cibedug Cileungsi Total Mendengarkan Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) Radio (orang) (%) (orang) (%) Rendah 10 33,3 6 20,0 26,7 Sedang 11 36,7 16 53,3 45,0 Tinggi 9 30,0 8 26,7 28,3 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Program acara Karedok mengulas hal-hal yang berkaitan dengan inovasi dan teknologi pertanian serta menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya. Petani juga dapat ikut berinteraktif langsung dengan narasumber melalui telepon. Petani di Desa Cileungsi lebih banyak yang mendengarkan radio 4-6 hari per minggu dibandingkan dengan petani di Desa Cibedug. lxxxv

Petani memiliki jam kerja yang berbeda. Sebagian besar petani bekerja di sawah mulai dari pagi pukul 06.00 s.d. 11.00 WIB dan dilanjutkan pukul 13.00 s.d. 16.00 sebesar 60 persen. Jadwal kerja ini diselingi dengan waktu istirahat sekitar pukul 11.00 s.d. 13.00 WIB. Petani di Desa Cileungsi lebih banyak yang bekerja dari pagi hingga sore hari dibandingkan dengan petani di Desa Cibedug. Petani yang bekerja sore hari biasanya bekerja mengambil rumput untuk pakan ternak, menyiapkan pupuk kandang untuk keesokan hari. Tabel 33. Sebaran Responden Menurut Jam Kerja Responden di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Jam Kerja Responden Cibedug Cileungsi Total Jumlah Persentas Jumlah Persentas (%) (orang) e (%) (orang) e (%) Pagi (06.00-11.00) 12 40,0 11 26,6 33,3 Siang (13.00-16.00) 2 6,7 2 6,7 6,7 Pagi (06.00-11.00) 16 53,3 17 66,7 60,0 dan Sore (13.00-16.00) Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Sebagian besar petani memiliki waktu luang pada sore hari yaitu pukul 16.00-18.00 WIB yakni sebesar 51,7 persen. Petani di Desa Cibedug lebih banyak memiliki waktu luang pada pukul 16.00-18.00 dibandingkan dengan petani di Desa Cileungsi. Biasanya petani beristirahat sepulang kerja sambil mendengarkan radio. Tabel 34. Sebaran Responden Menurut Waktu Luang Responden di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Waktu Luang Cibedug Cileungsi Total Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Pagi (05.00-06.00) 3 2 10,0 6,7 8,3 Siang (11.00-13.00) 11 13 36,7 43,3 40,0 Sore (16.00-18.00) 16 15 53,3 50,0 51,7 Total 30 30 100,0 100,0 100,0 lxxxvi

Sebanyak 64,9 persen petani memilih Karedok sebagai acara yang paling sering di dengar. Alasan yang petani utarakan adalah karena acara ini berisi tentang informasi pertanian yang bersifat teknis, mendatangkan narasumber, dan terdapat sesi tanya jawab sehingga pendengar dapat berinteraksi secara langsung melalui telepon. Acara Teropong Desa menampilkan sosok seseorang, baik yang berasal dari masyarakat pertanian, pengusaha maupun masyarakat umum lainnya yang berprestasi sehingga dapat dijadikan motivasi. Selain itu acara Pojok Dangdut, Teropong Desa, Cahaya Pagi juga merupakan acara yang paling sering di dengar. Acara-acara tersebut menandakan bahwa RPC tidak hanya memenuhi kebutuhan informasi pertanian tetapi juga hiburan dan rohani. Tabel 35. Sebaran Responden Menurut Program Acara RPC yang Paling Sering di Dengar di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Program Acara Cibedug Cileungsi Total RPC yang Paling Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) Sering di dengar (orang) (%) (orang) (%) Karedok 20 66,6 19 63,3 64,9 Pojok Dangdut 2 6,7 3 10,0 8,3 Teropong Desa 3 10,0 4 13,3 11,7 Cahaya Pagi 3 10,0 2 6,7 8,4 Kitra 2 6,7 2 6,7 6,7 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 5.1.3 Tempat Mendengarkan Sebagian besar petani tidak pernah mendengarkan radio di tempat bekerja yakni sebesar 62,7 persen dengan alasan faktor ketidakberadaan saluran listrik sehingga mustahil menyalakan radio listrik, sementara radio dengan menggunakan baterai tidak petani miliki. Kebanyakan petani mendengarkan radio di rumah lxxxvii

sambil beristirahat. Tidak ada petani yang mendengarkan radio di Balai Desa karena tidak ada radio juga tidak ada petani yang mendengarkan radio di warung, sebab petani ke warung hanya untuk membeli keperluan sehari-hari dan tidak berlama-lama berada di warung. Tabel 36. Sebaran Responden Menurut Tempat Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Kategori Tempat Respnonden Mendengarkan Radio Total Cibedug Cileungsi (%) TB (%) RMH (%) RTM (%) TB (%) RMH (%) RTM (%) Selalu 6,7 20,0 10,0 6,7 16,7 6,7 5,1 Sering 20,0 56,7 23,3 10,0 63,3 23,3 16,1 Kadangkadang 20,0 10,0 50,0 16,7 10,0 53,3 13,3 Jarang 3,3 3,3 10,0 6,7 0,0 10,0 2,7 Tidak pernah 50,0 10,0 6,7 60,0 10,0 6,7 62,7 Total 100,0 100,0 100,0 100,00 100,00 100,00 100,00 Keterangan: TB: Tempat Bekerja; RMH: Rumah; RTM: Rumah Teman 5.1.4 Tingkat Pengetahuan Petani Pada Tabel 37 terlihat bahwa tingkat pengetahuan petani berada pada kategori tinggi. Petani di Desa Cileungsi lebih banyak yang memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi dibandingkan dengan petani di Desa Cibedug. Tabel 37. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Petani di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Tingkat Cibedug Cileungsi Total Pengetahuan Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) Petani (orang) (%) (orang) (%) Sedang 9 30,0 7 23,3 26,7 Tinggi 21 70,0 23 76,7 73,3 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Tingkat pengetahuan yang tinggi ini disebabkan petani memahami isi pesan iklan PTT seperti PTT menggunakan pupuk organik, menggunakan benih lxxxviii

bersertifikat, memakai sistem legowo, serta menggunakan bibit bersertifikat. Petani umumnya memiliki pengetahuan mengenai PTT baik yang didapat melalui radio, majalah, tetangga ataupun dari penyuluh. 5.1.5 Sikap Petani Pada Tabel 38 terlihat bahwa sebagian besar petani memiliki sikap yang tinggi terhadap iklan PTT yakni sebesar 86,7 persen. Sikap petani di Desa Cibedug lebih tinggi dibandingkan dengan petani di Desa Cileungsi. Tabel 38. Sebaran Responden Menurut Sikap Petani di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Sikap petani Cibedug Persentase (%) Total Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (orang) (%) (orang) (%) Sedang 3 10,0 5 16,7 13,3 Tinggi 27 90,0 25 83,3 86,7 Total 30 100,0 30 100,0 100,0 Sikap petani yang tergolong tinggi terkait dengan kecenderungan petani yang menyadari bahwa PTT merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil pertanian padi, PTT melestarikan sumberdaya lahan, meminimalkan penggunaan input pertanian dan bermanfaat dalam pengelolaan usahatani petani. lxxxix

5.2 Hubungan Karakteristik Individu, Faktor Materi Siaran, Faktor Media Massa Radio, dan Faktor Lingkungan dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio 5.2.1 Hubungan antara Jenis Kelamin, Mata Pencaharian Lain dan Kepemilikan Media Radio dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio Keterdedahan oleh siaran radio dapat dilihat dari seberapa lama petani mendengarkan radio dalam sehari, dan frekuensi mendengarkan radio dalam seminggu. Hasil analisis uji korelasi untuk melihat hubungan antara jenis kelamin dengan keterdedahan oleh siaran radio dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin dan Lama Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Jenis Kelamin Lama Mendengarkan Radio Rendah Sedang Tinggi Laki-laki 48 7 2 Perempuan 3 0 0 Total 51 7 2 Keterangan : Probability Berdasarkan Uji Chi Square 0,757 (tidak nyata) Pada Tabel 39 terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara lakilaki dan perempuan terhadap lama mendengarkan radio. Hal ini disebabkan lakilaki dan perempuan sama-sama lebih banyak menggunakan waktunya untuk bekerja di sawah. Petani laki-laki tidak lebih lama mendengarkan radio dibandingkan dengan petani perempuan, demikian pula sebaliknya. Tabel 40. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Jenis Kelamin Lama Mendengarkan Radio Rendah Sedang Tinggi Laki-laki 16 24 17 Perempuan 0 3 0 Total 16 27 17 xc

Keterangan : Probability Berdasarkan Uji Chi Square 0,145 (tidak nyata) Pada Tabel 40 terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara lakilaki dengan frekuensi mendengarkan radio. Hal ini disebabkan laki-laki dan perempuan sama-sama bekerja di sawah dari pagi hingga sore hari sehingga petani laki-laki tidak lebih lama mendengarkan radio dibandingkan dengan petani perempuan. Tabel 41. Sebaran Responden Menurut Mata Pencaharian Lain dan Lama Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Mata Pencaharian Lain Lama Mendengarkan Radio Rendah Tinggi Pertanian 23 0 Non Pertanian 35 2 Total 58 2 Keterangan : Probability Berdasarkan Uji Chi Square 0,257 (tidak nyata) Pada Tabel 41 terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara petani yang mempunyai mata pencaharian lain di bidang pertanian dengan petani yang mempunyai mata pencaharian lain di bidang non pertanian terhadap lama mendengarkan. Hal ini disebabkan petani yang mempunyai rmata pencaharian lain di bidang pertanian dan petani yang mempunyai mata pencaharian lain di bidang non pertanian sama-sama menyukai mendengarkan radio dan mendengarkan program acara Karedok yang berhubungan dengan pertanian untuk meningkatkan hasil pertanian petani. Tabel 42. Sebaran Responden Menurut Mata Pencaharian Lain dan Frekuensi Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Mata Pencaharian Frekuensi Mendengarkan Radio Lain Rendah Sedang Tinggi Pertanian 9 12 2 Non Pertanian 7 15 15 Total 16 27 17 xci

Keterangan : Probability Berdasarkan Uji Chi Square 0,022 (nyata) Pada Tabel 42 terlihat bahwa terdapat perbedaan nyata antara petani dengan mata pencaharian lain di bidang pertanian dengan petani yang bermata pencaharian di bidang non pertanian terhadap frekuensi mendengarkan. Petani dengan mata pencaharian lain di bidang non pertanian lebih sering mendengarkan radio dibandingkan dengan petani dengan mata pencaharian lain di bidang pertanian. Hal ini disebabkan petani dengan mata pencaharian lain di bidang pertanian selain mendengarkan acara radio yang berhubungan dengan informasi pertanian juga mendengarkan hiburan seperti dangdut baik dari RPC maupun dari stasiun radio lain. Biasanya petani dengan mata pencaharian lain di bidang pertanian mendengarkan program acara seperti Karedok dari hari Senin hingga Jumat yang berkaitan dengan pertanian saja yang dapat meningkatkan hasil pertanian petani, sedangkan petani dengan mata pencaharian lain di bidang non pertanian lebih sering mendengarkan radio untuk mencari hiburan dari hari Senin hingga Sabtu. Tabel 43. Sebaran Responden Menurut Kepemilikan Media Radio dan Lama Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Kepemilikan Media Lama Mendengarkan Radio Radio Rendah Sedang Tinggi Sendiri 46 7 2 Orang lain 5 0 0 Total 51 7 2 Keterangan : Probability Berdasarkan Uji Chi Square 0,618 (tidak nyata) Pada Tabel 43 terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara petani yang memiliki radio dengan yang tidak memiliki radio terhadap lama xcii

mendengarkan. Hal ini disebabkan petani tetap mendengarkan RPC untuk memperoleh informasi mengenai pertanian. Tabel 44. Sebaran Responden Menurut Kepemilikan Media Radio dan Frekuensi Mendengarkan Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Kepemilikan Media Radio Frekuensi Mendengarkan Radio Rendah Sedang Tinggi Sendiri 14 24 17 Orang lain 2 3 0 Total 16 27 17 Keterangan : Probability Berdasarkan Uji Chi Square 0,618 (tidak nyata) Pada Tabel 44 terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara petani yang memiliki radio dengan yang tidak memiliki radio terhadap lama mendengarkan. Hal ini disebabkan petani tetap mendengarkan RPC untuk memperoleh informasi mengenai pertanian. 5.2.2 Hubungan antara Umur, Luas Lahan, Tingkat Pendapatan Usahatani, Tingkat Pendidikan, dan Motif Mendengarkan Radio dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio Terdapat hubungan nyata antara umur dengan keterdedahan oleh siaran radio. Hasil uji Rank Spearman untuk hubungan ini dapat dilihat pada Tabel 45. xciii

Tabel 45. Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Umur, Luas Lahan, Tingkat Pendapatan Usahatani, Tingkat Pendidikan dan Motif Mendengarkan Radio dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Karakteristik Responden Keterdedahan oleh Siaran Radio Lama Mendengarkan Radio Frekuensi Mendengarkan Radio Umur -0,399** -0,376** Luas Lahan -0,149 0,023 Tingkat Pendapatan 0,021 0,078 Usahatani Tingkat Pendidikan -0,238 0,243 Motif Mendengarkan Radio 0,303* 0,464** Keterangan : * Berhubungan nyata pada taraf 0,05 ** Berhubungan nyata pada taraf 0,01 Pada Tabel 45 terlihat bahwa faktor umur dan motif mendengarkan radio yang menunjukkan hubungan nyata dengan lama mendengarkan radio dan frekuensi mendengarkan radio. Hal ini mengindikasikan bahwa umur dan motif mendengarkan radio menentukan seberapa lama petani mendengarkan radio dan seberapa sering petani mendengarkan radio. Nilai koefisien korelasi yang negatif antara umur dengan lama mendengarkan radio menunjukkan arah hubungan yang berlawanan. Semakin muda umur petani ternyata semakin lama dan semakin sering petani mendengarkan radio, dan semakin tua umur petani ternyata semakin sebentar dan jarang mendengarkan radio. Hal ini disebabkan petani yang berusia muda (<25 tahun) lebih lama dan lebih sering mendengarkan radio karena dapat memperoleh hiburan selain mendapatkan informasi, sedangkan golongan tua (>49 tahun) lebih banyak menggunakan waktunya untuk beristirahat dan mendengarkan radio pada saat-saat tertentu saja yaitu pada sore hari sehabis pulang bekerja dan selanjutnya pada malam hari adalah waktu berkumpul bersama keluarga. Berdasarkan keterangan dari salah satu petani yang merangkap peternak bahwa xciv

Saya sudah tidak lagi mementingkan hiburan, usia saya kan sudah tua jadi tidak mengerti lagu-lagu. Sekarang yang penting bagaimana hasil pertanian saya meningkat agar keluarga saya bisa makan. (Sol, 55 tahun) Nilai koefisien korelasi yang positif antara motif mendengarkan radio dengan lama mendengarkan radio dan frekuensi mendengarkan radio menunjukkan arah hubungan yang searah. Artinya, Semakin besar motif petani mendengarkan radio untuk memperoleh informasi dan hiburan maka petani akan semakin lama dan semakin sering mendengarkan radio. Biasanya petani selain ingin mendengarkan program acara yang bertemakan pertanian juga ingin mendengarkan hiburan. Persentase program acara hiburan dan pendidikan yang diputar RPC masing-masing adalah 30 persen dan 45 persen, hal ini yang membuat petani semakin lama dan semakin sering mendengarkan RPC. Hubungan antara luas lahan, tingkat pendapatan usahatani, tingkat pendidikan, dengan lama mendengarkan dan frekuensi mendengarkan radio tidak menunjukkan hubungan nyata. Petani yang mempunyai luas lahan diatas rata-rata atau dibawah rata-rata tidak menganggap bahwa lama mendengarkan radio dan frekuensi mendengarkan itu penting. Hal ini disebabkan petani lebih mementingkan bagaimana hasil dari pertanian meningkat sehingga bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Petani lebih berpengalaman dalam mengolah usahatani dan lebih mengetahui keadaan usahataninya, sehingga jika terjadi sesuatu pada lahan pertaniannya petani akan berusaha untuk mengatasinya sendiri berdasarkan pengalaman bertani daripada mendengarkan informasi pertanian melalui radio. Tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan tidak berkorelasi dengan lama mendengarkan dan frekuensi mendengarkan. Hal ini dikarenakan petani yang xcv

berpendapatan tinggi ataupun yang berpendidikan tinggi lebih mementingkan cara memaksimalkan hasil pertanian dengan efisiensi penggunaan input. 5.2.3 Hubungan antara Faktor Materi Siaran dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio Aspek materi siaran secara umum kurang memiliki hubungan nyata dengan keterdedahan oleh siaran radio. Hubungan antara faktor materi siaran dengan keterdedahan oleh siaran radio dapat dilihat pada Tabel 46. Tabel 46. Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Faktor Materi Siaran dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Faktor Materi Siaran Keterdedahan oleh Siaran Radio Lama Mendengarkan Radio Frekuensi Mendengarkan Radio KesesuaianDurasi Siaran -0,101-0,129 Sifat Materi Siaran 0,189 0,048 Keterangan : * Berhubungan nyata pada taraf 0,05 ** Berhubungan nyata pada taraf 0,01 Tidak terdapat hubungan nyata antara kesesuaian durasi siaran dan sifat materi siaran dengan lama mendengarkan Hal ini mengindikasikan bahwa kesesuaian durasi siaran dan sifat materi siaran tidak mempengaruhi lama seseorang mendengarkan radio. Hal ini disebabkan petani mendengarkan radio pada waktu luang, misalnya saat istirahat makan siang atau sore hari saat pulang kerja. Pada saat waktu luang, petani lebih lama mendengarkan radio. Tidak terdapat hubungan nyata antara kesesuaian durasi siaran dengan frekuensi mendengarkan radio. Hal ini disebabkan iklan PTT yang berdurasi kurang lebih lima menit sudah merangkum secara jelas dan lengkap komponen- xcvi

komponen teknologi PTT. Jadi, petani tidak perlu sering-sering mendengarkan radio hanya untuk mendengarkan iklan PTT. Tidak terdapat hubungan nyata antara sifat materi siaran dengan frekuensi mendengarkan radio. Sifat materi siaran yang aktual, lengkap dan terperinci, disampaikan secara berulang, menggunakan kata sederhana ternyata tidak mempengaruhi petani untuk sering mendengarkan radio. Petani hanya membutuhkan tiga kali mendengarkan iklan PTT sampai petani mengerti isi pesan yang berkaitan dengan komponen teknologi PTT, selebihnya petani sering mendengarkan radio karena petani ingin mendengarkan program favorit seperti program acara Karedok dan hiburan seperti dangdut, lagu pop atau lagu daerah. 5.2.7 Hubungan antara Faktor Media Massa Radio dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio Hubungan antara faktor media massa radio dengan keterdedahan oleh siaran radio dapat dilihat pada Tabel 47. Tabel 47. Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Faktor Media Massa Radio dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Faktor Media Massa radio Keterdedahan oleh Siaran Radio Lama Mendengarkan Frekuensi Mendengarkan Daya Tangkap Siaran 0,041-0,212 Format Radio 0,122 0,097 Hambatan Penyiaran 0,067 0,033 Keterangan : * Berhubungan pada taraf nyata 0,05 ** Berhubungan pada taraf nyata 0,01 Pada Tabel 47 terlihat bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara daya tangkap siaran dengan lama mendengarkan radio. Sejernih apapun siaran yang xcvii

ditangkap belum tentu membuat petani lebih lama mendengarkan radio. Lama atau tidaknya petani mendengarkan radio dipengaruhi oleh ketersediaan waktu luang petani dan program acara yang disukai petani. Contohnya, petani menyukai program acara Karedok yang disiarkan RPC pada jam 16.00-17.00 setiap hari Senin sampai dengan Jumat, karena sesuai dengan waktu petani pulang dari bekerja di sawah. Tidak terdapat hubungan nyata antara format radio dan hambatan penyiaran dengan lama mendengarkan. Hal ini disebabkan petani mendengarkan radio karena ingin mendengarkan isi dari iklan PTT walau PTT merupakan istilah yang baru didengar petani dan dikemas dalam bentuk dialog antara petani dengan penyuluh. Hubungan antara daya tangkap siaran, format radio, dan hambatan penyiaran dengan frekuensi mendengarkan radio tidak menunjukkan hubungan nyata. Hal ini disebabkan petani mendengarkan radio disesuaikan dengan waktu luang petani. Format dialog antara petani dengan penyuluh dan istilah PTT yang baru didengar petani tidak menentukan seberapa sering petani mendengarkan radio karena petani mendengarkan iklan PTT sampai petani mengerti dan ketika sudah mengerti petani tidak mendengarkan iklan PTT lagi. 5.2.8 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio Tidak terdapat hubungan nyata antara saran keluarga, saran tetangga, dan sumber informasi lain PTT dengan lama mendengarkan radio. Lama petani xcviii

mendengarkan radio didasarkan pada waktu luang petani. Hubungan antara faktor lingkungan dengan keterdedahan oleh siaran radio dapat dilihat pada Tabel 48. Tabel 48. Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik Lingkungan dengan Keterdedahan oleh Siaran Radio di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Faktor Lingkungan Keterdedahan oleh Siaran Radio Lama Mendengarkan Frekuensi Mendengarkan Saran Keluarga -0,070-0,142 Saran Tetangga -0,216 0,254* Sumber Informasi Lain PTT -0,026 0,365** Keterangan : * Berhubungan nyata pada taraf 0,05 ** Berhubungan nyata pada taraf 0,01 Di sisi lain, terdapat dua aspek yang berhubungan nyata dengan frekuensi mendengarkan radio. Pertama, terdapat hubungan nyata antara dukungan tetangga dengan frekuensi mendengarkan radio. Hal ini menjelaskan saran tetangga mempengaruhi frekuensi petani mendengarkan radio. Nilai koefisien korelasi yang positif menunjukkan arah hubungan yang searah, artinya semakin besar saran tetangga maka semakin sering petani mendengarkan radio. Contohnya, petani yang tidak memiliki pesawat radio dan mendengar radio melalui radio tetangga yang senang mendengarkan siaran RPC kemudian tetangga menyarankan untuk mendengarkan iklan PTT maka petani akan semakin sering mendengarkan radio. Seperti yang diungkapkan oleh petani yang merangkap pedagang berikut ini Hampir setiap hari tetangga saya mendengar RPC, dan karena rumah kami bersebelahan saya jadi sering kedengaran suara radionya, saya pernah mendengar iklan tentang PTT dan tetangga saya menyarankan untuk mendengar iklan itu baik-baik karena katanya bisa meningkatkan hasil pertanian padi. Jadi saya mulai sering dengerin radio juga deh. (Sub, 35) xcix

Kedua, terdapat hubungan nyata antara sumber informasi lain PTT dengan frekuensi mendengarkan yang menjelaskan bahwa semakin besar saran dari sumber infomasi lain PTT seperti dari penyuluh, majalah penyuluhan serta media televisi, maka semakin sering petani mendengarkan radio. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan peran penyuluh begitu penting dalam menginformasikan PTT, penyuluh menyarankan petani mendengarkan radio lebih sering agar petani dapat mengerti dengan jelas apa isi pesan iklan PTT. Penyuluh pun akan memberikan petunjuk secara langsung bagaimana menerapkan PTT pada lahan pertanian. 5.3 Hubungan Keterdedahan oleh Siaran Radio dengan Keefektifan Program Iklan Layanan Masyarakat PTT Program iklan layanan masyarakat PTT sudah efektif dalam mengembangkan tingkat pengetahuan dan sikap petani. Keefektifan program iklan layanan masyarakat PTT pada siaran RPC dilihat dari tingkat pengetahuan petani dan sikap petani terhadap siaran iklan PTT. Jika penguasaan petani mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan iklan layanan masyarakat PTT tinggi serta perasaan atau pikiran dan kecenderungan petani yang berhubungan dengan informasi yang disampaikan melalui iklan layanan masyarakat PTT tinggi, maka program iklan layanan masyarakat PTT akan efektif. Sebaliknya jika penguasaan petani mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan iklan layanan masyarakat PTT rendah serta perasaan atau pikiran dan kecenderungan seseorang yang berhubungan dengan informasi yang disampaikan melalui iklan layanan c

masyarakat PTT rendah, maka program iklan layanan masyarakat PTT tidak efektif. Hasil uji statistik untuk melihat hubungan antara faktor-faktor keterdedahan oleh siaran radio dengan keefektifan program iklan layanan masyarakat PTT dapat dilihat pada Tabel 49. Tabel 49. Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Keterdedahan oleh Siaran Radio dengan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Petani di Desa Cibedug dan Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, 2008 Keterdedahan oleh Siaran Keefektifan Program Iklan PTT Radio Tingkat Pengetahuan Sikap Petani petani Lama Mendengarkan Radio 0,256* 0,032 Frekuensi Mendengarkan 0,168 0,141 Radio Keterangan : * Berhubungan nyata pada taraf 0,05 ** Berhubungan nyata pada taraf 0,01 Pada Tabel 49 terlihat bahwa hanya faktor lama mendengarkan yang menunjukkan hubungan nyata dengan tingkat pengetahuan petani. Nilai koefeisien korelasi yang positif menunjukkan arah hubungan yang searah. Semakin lama petani mendengarkan radio ternyata semakin tinggi tingkat pengetahuan petani. Hal ini menjelaskan bahwa petani yang lebih lama mendengarkan radio cenderung mendapat informasi mengenai dunia pertanian lebih banyak sehingga tingkat pengetahuan petani pun lebih tinggi. Namun, tingginya tingkat pengetahuan petani juga tidak terlepas dari pengaruh teman, tetangga, majalah pertanian, televisi dan penyuluh. Pengetahuan mengenai bidang pertanian bisa di dapat petani dari pengalaman teman, anjuran penyuluh, majalah pertanian dan lain-lain. Iklan layanan masyarakat PTT diputar kurang lebih lima kali dalam sehari sehingga petani yang belum mendengarkan secara jelas iklan layanan masyarakat ci

PTT menambah waktu untuk mendengarkan radio. Petani yang menambah waktunya untuk mendengarkan radio menjadi lebih mengetahui dan memahami iklan layanan masyarakat secara jelas. Hubungan antara lama mendengarkan dengan sikap pendengar terhadap iklan layanan masyarakat PTT tidak menunjukkan hubungan nyata. Hal ini terjadi karena petani yang lebih lama mendengarkan radio tidak menjamin sikap terhadap iklan layanan masyarakat PTT menjadi lebih baik, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan petani tetap menggunakan pengalaman bertani yang dimilikinya dan melihat kemampuan diri sendiri untuk dapat menerapkan sistem PTT pada lahan pertaniannya, sehingga lama mendengarkan radio tidak berpengaruh terhadap sikap petani. Salah satu contohnya adalah dalam penerapan teknologi PTT, petani harus menanam bibit 1-3 per lubang tanam sedangkan biasanya petani menanam 5 bibit per lubang. Petani merasa hal ini akan mengurangi hasil produksi padi. Petani butuh acuan dari petani yang sukses dalam menerapkan sistem PTT agar terlihat hasil pertaniannya meningkat atau tidak. Hubungan antara frekuensi mendengarkan dengan tingkat pengetahuan dan sikap petani tidak menunjukkan hubungan nyata. Ternyata frekuensi mendengarkan radio tidak selalu meningkatkan pengetahuan dan sikap petani. Hal ini disebabkan petani yang kurang peduli iklan yang diputar secara terus menerus karena petani cukup mendengarkan iklan PTT kurang lebih tiga kali untuk mengetahui secara jelas pesan yang ingin disampaikan melalui iklan PTT. Selanjutnya, petani kurang peduli terhadap iklan PTT karena sudah mengerti apa yang ingin disampaikan melalui iklan tersebut. cii

5.4 Keefektifan Program Iklan Layanan Masyarakat PTT: Suatu Analisis Program iklan layanan masyarakat PTT mulai disiarkan sejak Bulan November 2007 hingga saat ini. Iklan layanan masyarakat PTT merupakan hasil karya Departemen Pertanian dan disiarkan oleh Radio Pertanian Ciawi sebagai media komunikasi antara pihak pemerintah dengan masyarakat khususnya masyarakat pertanian. Iklan PTT diputar lima kali dalam sehari pada pukul 08.00-10.00; 10.00-12.00; 12.00-14.00; 14.00-16.00 dan pukul 16.00-18.00. Waktu yang cenderung sesuai bagi petani untuk mendengarkan radio adalah pada sore hari yaitu pada pukul 16.00-18.00. Dilihat dari sebaran responden untuk aspek tingkat pengetahuan dan sikap petani dari kedua desa baik Desa Cibedug maupun Desa Cileungsi cenderung menunjukkan tingkat pengetahuan dan sikap yang tinggi, maka program iklan layanan masyarakat PTT telah dikatakan efektif. Hal ini ditandai oleh tingkat pengetahuan yang tinggi, baik pada Desa Cibedug maupun Desa Cileungsi. Petani di kedua desa telah memahami komponen-komponen paket teknologi PTT yang dapat diterapkan pada pengelolaan usahatani petani. Sikap petani di kedua desa tinggi, artinya pendengar di kedua desa telah menyadari atau memandang bahwa paket teknologi PTT dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan hasil pertanian dengan efisiensi penggunaan input tetapi tetap melestarikan sumberdaya lahan pertanian. Keefektifan program iklan layanan masyarakat PTT tidak cukup berhubungan dengan keterdedahan oleh siaran radio, terutama dalam hubungannya dengan frekuensi mendengarkan. Hal ini menjelaskan bahwa petani ciii

di kedua desa tidak menjadikan frekuensi mendengarkan sebagai faktor yang menentukan keefektifan program iklan layanan masyarakat. Berbeda dengan lama mendengarkan, tingkat pengetahuan berhubungan nyata positif dengan lama petani mendengarkan radio. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pengetahuan petani berkaitan dengan lama petani mendengarkan radio. Petani yang semakin lama mendengarkan radio ternyata lebih sering mendengarkan iklan layanan masyarakat PTT karena diputar lima kali dalam sehari dan juga petani yang semakin lama mendengarkan radio akan lebih sering mendengarkan acara-acara yang disuguhkan RPC berkaitan dengan informasi seputar dunia pertanian. Petani Desa Cibedug dan petani Desa Cileungsi menilai iklan PTT sangat membantu petani dalam memberikan pandangan atau alternatif lain kepada petani agar dapat meningkatkan hasil pertaniannya. Penyuluh juga berperan dalam memberikan informasi mengenai PTT. civ

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Karakteristik individu yang berhubungan nyata negatif dengan lama mendengarkan dan frekuensi mendengarkan adalah faktor umur dan faktor motif mendengarkan radio. Petani usia muda ternyata lebih lama mendengarkan radio dibandingkan petani usia tua. Begitu pula dengan frekuensi mendengarkan, Petani usia muda ternyata lebih sering mendengarkan radio. Semakin besar motif petani mendengarkan radio untuk memperoleh informasi dan hiburan ternyata semakin lama petani mendengarkan radio, demikian sebaliknya. Semakin besar motif petani mendengarkan radio untuk memperoleh informasi dan hiburan, ternyata semakin sering petani mendengarkan radio. Selain itu terdapat perbedaan nyata antara petani yang mempunyai mata pencaharian lain di bidang non pertanian dengan petani yang mempunyai mata pencaharian lain di bidang pertanian terhadap frekuensi mendengarkan. Hal ini disebabkan petani yang mempunyai mata pencaharian lain di bidang non pertanian selain mendengarkan infromasi pertanian juga mendengarkan hiburan melalui radio. Faktor lingkungan yang berhubungan nyata positif dengan frekuensi mendengarkan ada dua faktor. Pertama, faktor saran tetangga, semakin besar saran tetangga untuk mendengarkan iklan PTT ternyata semakin sering petani mendengarkan radio. Kedua, faktor sumber cv

informasi lain PTT, semakin besar saran sumber informasi lain PTT ternyata semakin sering petani mendengarkan radio. 2. Faktor keterdedahan oleh siaran radio yang berhubungan nyata positif dengan tingkat pengetahuan petani hanyalah faktor lama mendengarkan radio. Semakin lama petani mendengarkan radio ternyata semakin tinggi tingkat pengetahuan petani. Tingkat pengetahuan petani tidak terlepas dari pengaruh teman, penyuluh atau media lain yang dapat menambah wawasan petani mengenai dunia pertanian. Program iklan layanan masyarakat PTT sudah cukup efektif dilihat dari tingkat pengetahuan yang tinggi dan sikap petani yang tinggi pula. Waktu yang cenderung sesuai bagi petani untuk mendengarkan radio adalah pada sore hari yaitu pada pukul 16.00-18.00. Penguasaan petani terhadap fakta-fakta yang berhubungan dengan iklan layanan masyarakat PTT sudah cukup baik. Petani bisa menyebutkan komponen-komponen teknologi PTT mulai dari menggunakan pupuk organik dan mengembalikan jerami ke dalam tanah, menggunakan benih bersertifikat, menggunakan bibit muda dengan jumlah 1-3 bibit per lubang serta pengaturan tanam menggunakan sistem legowo. Sikap petani terhadap iklan layanan masyarakat PTT juga sudah baik. Petani dapat menyadari bahwa iklan PTT memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi pengelolaan usahatani petani, dapat melestarikan sumberdaya lahan, meminimalkan penggunaan input pertanian dan meningkatkan hasil pertanian. cvi

6.2 Saran Mengingat adanya hubungan antara karakteristik individu, faktor lingkungan dengan keterdedahan oleh siaran radio yang berpotensi mendukung terciptanya keefektifan program iklan layanan masyarakat PTT pada siaran RPC, maka ada beberapa hal yang harus diperbaiki, diantaranya yakni: 1. Bagi masyarakat setempat agar lebih sering mendengarkan program acara yang disuguhkan oleh RPC, karena informasi-informasi yang disampaikan dapat berguna bagi keberlangsungan pengelolaan usahatani petani. Dengan demikian dapat diharapkan petani di kedua desa tersebut menerapkan sistem PTT karena dapat meningkatkan hasil pertanian dengan efisiensi penggunaan input, meningkatkan pendapatan serta melestarikan sumberdaya lahan. 2. Bagi pihak RPC perlu menyajikan iklan layanan masyarakat lebih banyak lagi, karena pendengar lebih menyukai acara yang berdurasi sebentar dan diputar secara berulang-ulang namun jelas dan padat akan informasi dan bila perlu memberikan slogan agar mudah diingat oleh petani. RPC perlu mengadakan survey tentang sebaran aktivitas petani dan apa yang pendengar butuhkan sehingga acara dapat dikemas sesuai keinginan mereka. Hal ini berkaitan dengan kegiatan pendengar yang lebih banyak digunakan untuk bekerja di sawah sehingga petani menginginkan acara yang dapat disesuaikan dengan waktu luang petani. Waktu penyiaran iklan PTT sebaiknya pukul 16.00-18.00, karena itu waktu yang sesuai untuk petani mendengarkan radio. cvii

Bagi akademisi yang akan meneliti penelitian serupa, hendaknya lebih memperhatikan faktor yang berhubungan dengan waktu siaran yang disesuaikan dengan waktu luang petani dan pengemasan program acara yang sesuai dengan kebutuhan petani. cviii

DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, R. 2004. Respons Sasaran Program Sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat (SIBERMAS). Kasus Proyek Pengemukan Sapi Potong di Desa Sindangwangi Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ardianto, Elvinaro dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama Media: Bandung. Berlo, David. K. 1960. The Process Of Communication: An Introduction to Theory and Practice. Holt, Riehart and Winston Inc. New York. Bittner, B dan W.F Arens. 1992. Dasar-Dasar Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Changara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Effendy, Onong Uchjana. 1986. Kepemimpinan dan Komunikasi. Alumni. Bandung. Bandung.. 1992. Dinamika Komunikasi. Remaja Karya: Habib, Zamris. 1997. Prinsip-Prinsip Komunikasi dalam Mengemas Pesan Pendidikan Melalui Radio. Tesis. Fakultas Ilmu Komunikasi dan Manajemen UI. Jakarta. Jaringan Kebijakan Publik Indonesia. 2004. Membangun Pertanian Membangun Kemakmuran Bersama. Jakarta. Jubido, Bayu Kamajaya. 2007. Persepsi Mahasiswa terhadap Mutu Siaran Radio AGRI FM di Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Marwanti, Suci. 2005. Kepuasan Pendengar terhadap Program Siaran RPC. Tesis. Program Magister Management Universitas Pancasila. Jakarta. Masduki, dkk. 2002. Radioku...Radiomu...Radio Kita Pengantar Radio Komunitas. PT Combineri: Jakarta. McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Edisi 2. Penerjemah Agus Dharma, Aminuddin Ram. Erlangga: Jakarta. cix

Morissan, M.A. 2005. Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Ramdina Prakarsa : Tangerang. Mutaqin, Z. 1998. Efektivitas Komunikasi Program Kukesra di Kabupaten Sukabumi. Tesis. Insitut Pertanian Bogor. Bogor. Notoatmodjo, S. 1990. Pengantar Perilaku Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta. Peigh, Terry D, Martin J. Maloney, Robert C. Higgins, Donald J. Bogue. 1979. The Use Of radio in Social Development. The Community and Family Study Center: The University of Chicago. Prasetyo, Bambang dan Miftahul Lina Jannah. 2006. Metode Penelitian Kuantitaif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Radio Pertanian Ciawi. 2004. Proposal FRB KPI dan Pemerintah. Bogor. Rakmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Robbins, S. P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Prenhallindo. Jakarta. Romli. Asep Syamsul, M. 2004. Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Reporter, dan Script Writer. Penerbit Nuansa: Bandung. Sari. 2004. Dampak Film Televisi terhadap Perilaku Siswa. Jurnal Teknodik No. 4 Juni 2004. Hal 30-49. Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. PT. Pustaka LP3ES: Jakarta. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Pres. Jakarta. Sudjono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Supari, E. 1998. Keefektivan Komunikasi Penyuluh dan Petandu dalam Kegiatan SLPHT di Kabupaten DT II Sukabumi. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Van den Ban, A. W., dan H. S, Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Edisi ke-2. Kanisius. Jakarta. cx

Wiraatmadja, Soekandar. 1977. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. Yasaguna: Jakarta. www.litbang.deptan.go.id/berita/one/516/ cxi

LAMPIRAN cxii

Lampiran 1. Peta wilayah jangkauan dan peta wilayah layanan siaran RPC cxiii