BAB II POLA DAN TIPE KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.2

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG

Bagaimana kondisi cuaca di pantai? Cuaca di pantai sangat dingin di siang hari. Cuaca di pantai mendung di malam hari.

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 3. Teks EksposisiLatihan Soal 3.1. Ayah pergi ke bandung,paman datang dari medan, Ibu menyambutnya dengan ramah.

Kegiatan Sehari-hari

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.3

dengan penuh hormat. rumah. mata.

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

Negeri Peri Di Tengah Hutan

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

Oleh Ratna Novita Punggeti

Jalan ke Taman Safari Pantai yang Indah

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

kegiatan sehari hari pelajaran 2

PERANCANGAN FILM KARTUN

Latihan Materi LOGIKA MATEMATIKA. 1. Tentukan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut ini.

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM)

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anita Dahlan, 2015

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN

YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jalan Merdeka No. 24, Bandung KALIMAT MAJEMUK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION. Indonesian Beginners. (Section I Listening) Transcript

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.7

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

Oleh Septia Sugiarsih

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

LOGIKA MATEMATIKA. Tabel kebenarannya sbb : p ~ p B S S B

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS

BATANG BERMANFAAT. Farhan Abdul Aziz M. Kau berjalan diatas kertas Kau menari-nari diatas kertas Kau berjasa bagi kita Kau adalah pahlawanku

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.6

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.9

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 9. KEBAHASAANLATIHAN SOAL BAB 9. Karena kemarin hujan, hari ini banyak siswa tidak berbaju seragam.

KOMPLEKSITAS KALIMAT DALAM KARANGAN ANAK DIDIK KELAS X MADRASAH ALIYAH MIFTAHUL HUDA PANUNGGALAN, GROBOGAN DENGAN MADRASAH ALIYAH PPMI ASSALAAM

PAGI itu Tahir dengan terburu-buru menuju

Ulat Si Pencemburu Ulung

STMIK CIC CIREBON Nurul Bahiyah, M. Kom.

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

Perempuan dan Seekor Penyu dalam Senja

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 9. MENYUNTING EJAAN DAN TANDA BACALATIHAN SOAL BAB 9

TUGAS UJIAN PERANCANGAN FILM KARTUN NASKAH FILM. Disusun Oleh :

pelajaran 1 keluarga setiap anak pasti punya ayah ibu kakek nenek dan saudara semua itu disebut keluarga tahukah kamu anggota keluargamu keluarga 1

MODUL BAHASA INDONESIA PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

Bintang Pembuka. Kepada orang-orang yang tidak pernah naik keatas atap rumahnya untuk sekedar melihat betapa indahnya bintang-bintang.

Seorang pria menyelinap keluar dari balik pohon, dan Endra mengenalinya sebagai pemandunya, Lole.

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

Belajar Memahami Drama

BAB II LANDASAN TEORI

Rina meminta pada ayah ibunya untuk merayakan ulangtahunnya yang ke 12 di restoran mewah bersama teman-teman sekelas, karena sebentar lagi akan lulus

Seru sekali lomba lari itu! Siapa yang lebih dulu tiba di lapangan, dialah yang menjadi pemenang...

HANDOUT Bahasa INDONESIA

PIPIN, KAKEK, DAN KERETA API. El Johan Kristama

ULANGAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Felicia N. Utorodewo

BAHASA INDONESIA SET 9 SINTAKSIS MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

Liburan 63. Bab 6. Liburan

Mengajarkan Budi Pekerti

SILABUS TEMATIK KELAS II : Keselamatan di Rumah dan di Perjalanan : Aturan Keselamatan di Rumah Alokasi Sumber.

Setiap siswa harap menyiapkan: pensil 2B, penghapus, da. E. Kunci Jawaban : D. Pembahasan Teks : Pembahasan Video :

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA

2. Gadis yang Dijodohkan

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 KARTASURA, SUKOHARJO SKRIPSI

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Ratu Ester yang Cantik

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha untuk

LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS

PERISTIWA PENTING DALAM KELUARGA

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Ratu Ester yang Cantik

KONJUNGSI. Karina Jayanti

Indonesian Continuers

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

Agar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa di hadapan manusia..

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

Transkripsi:

BAB II POLA DAN TIPE KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR Analisis terhadap data kalimat kompleks karangan siswa kelas VII SMP Dwijendra Denpasar ditemukan berbagai pola dan tipe kalimat. Pola dan tipe kalimat tersebut dijelaskan sebagai berikut. 2.1 Pola Kalimat Majemuk dalam Karangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP Dwijendra Denpasar 2.1.1 Pola kalimat kompleks subjek-predikat, subjek-predikat (SP+SP) Pola kalimat (SP+SP) merupakan pola yang dapat menjadi kalimat kompleks apabila disisipi konjungsi dan. Misalnya: (2-1) nenek tersenyum, saya tertawa Kalimat (2-1) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang mengandung unsur dan, yaitu berpola SP+SP. Konstruksi pertama dan kedua dalam kalimat tersebut memperlihatkan kedudukan yang sama, yaitu sebagai induk kalimat karena tidak satu pun dari kedua klausa tersebut ditandai oleh konjungsi; sebagai salah satu pemerluas yang berfungsi menandai sebuah konstruksi sebagai 30

anak kalimat. Akan tetapi, dengan adanya tanda koma (,), maka dapat ditandai bahwa kontruksi setelah kalimat nenek tersenyum merupakan anak kalimat. (2-1) nenek tersenyum dan saya tertawa IK AK Konstruksi saya tertawa menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi saya tertawa terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut. 2.1 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang berpola SP+SP (2-1) Nenek tersenyum dan saya tertawa (Anak Kalimat) Konjungsi Kalimat Dasar Nenek tersenyum dan saya tertawa 31

Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-1) itu terdiri atas unsur subjek: nenek, predikat: tersenyum, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi dan (menyatakan penggabungan) dan subjek saya, serta predikat tertawa. Dengan demikian, anak kalimat dan saya tertawa mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk kalimat nenek tersenyum. Jadi, Pola kalimat kompleks nenek tersenyum dan saya tertawa yang mengandung konjungsi dan adalah subjek-predikat, subjek-predikat (SP+SP). Dua konstruksi kalimat berikut adalah konstruksi kalimat kompleks yang dapat disisipi konjungsi sehingga, (2-2) Tack dan Burs ketakutan sehingga mereka berlari. Konstruksi mereka berlari setelah didahului konjungsi sehingga berfungsi sebagai keterangan yang memberi penjelasan pada kalimat dasar yang mendahuluinya. Kalau di dalam kalimat majemuk setara (tanpa kata sehingga) kedua unsur itu masingmasing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, dalam kalimat kompleks (dengan kata sehingga) kalimat dasar kedua telah turun derajatnya menjadi satu unsur kalimat dasar pertama, yaitu sebagai keterangan akibat. Unsur kalimat Tack dan Burs ketakutan disebut induk kalimat (IK) dan unsur kalimat mereka berlari.disebut anak kalimat (AK). (2-2) Tack dan Burs ketakutan sehingga mereka berlari. IK AK 32

Konstruksi mereka berlari menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi mereka berlari terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut. 2.2 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SP+SP (2-2) Tack dan Burs ketakutan sehingga mereka berlari (Anak Kalimat) Konjungsi Kalimat Dasar Tack dan Burs ketakutan sehingga mereka berlari 33

Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-2) itu terdiri atas unsur subjek: Tack dan Brus, predikat: ketakutan, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi sehingga (menyatakan akibat) dan subjek: mereka, serta predikat: berlari. Dengan demikian, anak kalimat sehingga mereka berlari mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk kalimat tack dan burs ketakutan. Jadi, Pola kalimat kompleks tack dan burs ketakutan sehingga mereka berlari yang mengandung konjungsi sehingga adalah subjek-predikat, subjek-predikat (SP+SP). Selain penjelasan di atas, ada enam contoh pola kalimat kompleks (SP+SP) sebagai berikut. (2-3) Ia berusaha berdiri tetapi ia tidak berhasil bangun. S P S P (2-4) Keluarga itu hidup sederhana tetapi mereka tetap bahagia. S P S P (2-5) Kami berangkat sebab kami takut terlambat. S P S P (2-6) Kakaku sudah dewasa dan dia memang cantik. S P S P (2-7) Ayah berkebun sebelum matahari terbenam. S P S P 34

2.1.2 Pola kalimat kompleks subjek-predikat, subjek-predikat-keterangan (SP+SPK) Pola kalimat (SP+SPK) merupakan pola yang dapat menjadi kalimat kompleks apabila disisipi konjungsi karena. Misalnya: (2-1) Aku bersyukur, aku diberikan rumah sederhana. Kalimat (2-1) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang mengandung unsur dan,, yaitu berpola SP+SPK. Konstruksi pertama dan kedua dalam kalimat tersebut memperlihatkan kedudukan yang sama, yaitu sebagai induk kalimat karena tidak satu pun dari kedua klausa tersebut ditandai oleh konjungsi; sebagai salah satu pemerluas yang berfungsi menandai sebuah konstruksi sebagai anak kalimat. Akan tetapi, dengan adanya tanda koma (,), maka dapat ditandai bahwa konstruksi setelah kalimat aku diberikan rumah sederhana merupakan anak kalimat. (2-1) Aku bersyukur karena aku diberikan rumah sederhana. IK AK Konstruksi aku diberikan rumah sederhana menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi aku diberikan rumah sederhana terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut. 35

2.1 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SP+SPK (2-1) Aku bersyukur karena aku diberikan rumah sederhana (Anak Kalimat) Konjungsi Kalimat Dasar Aku bersyukur karena aku diberikan rumah sederhana Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-1) itu terdiri atas unsur subjek: aku, predikat: bersyukur, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi karena (menyatakan akibat) dan subjek:aku, predikat: diberikan, serta keterangan: rumah sederhana. Dengan demikian, anak kalimat karena aku diberikan rumah sederhana mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk aku bersyukur. Jadi, Pola kalimat kompleks aku bersyukur karena aku diberikan rumah sederhana 36

yang mengandung konjungsi karena adalah subjek-predikat, subjek-predikatketerangan (SP+SPK). Dua konstruksi kalimat berikut adalah konstruksi kalimat kompleks yang dapat disisipi konjungsi sehingga, (2-2) Dia sangat terkenal sehingga dia ditakuti di hutan itu. Konstruksi dia ditakuti di hutan itu setelah didahului konjungsi sehingga berfungsi sebagai keterangan yang memberi penjelasan pada kalimat dasar yang mendahuluinya. Kalau di dalam kalimat majemuk setara (tanpa kata sehingga) kedua unsur itu masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, dalam kalimat kompleks (dengan kata sehingga) kalimat dasar kedua telah turun derajatnya menjadi satu unsur kalimat dasar pertama, yaitu sebagai keterangan akibat. Unsur kalimat dia sangat terkenal disebut induk kalimat (IK) dan unsur kalimat dia ditakuti di hutan itu disebut anak kalimat (AK). (2-2b) Dia sangat terkenal sehingga dia ditakuti di hutan itu. IK AK. Konstruksi dia ditakuti di hutan itu menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi dia ditakuti di hutan itu terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut. 37

2.2 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SP+SPK (2-2) Dia terkenal sehingga dia ditakuti di hutan itu (Anak Kalimat) Konjungsi Kalimat Dasar Dia terkenal sehingga dia ditakuti di hutan itu Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-2) itu terdiri atas unsur subjek:dia, predikat: sangat terkenal, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi sehingga (menyatakan akibat) dan subjek: dia, predikat:ditakuti, serta keterangan: di hutan itu. Dengan demikian, anak kalimat sehingga dia ditakuti di hutan itu mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk dia sangat terkenal. Jadi, 38

Pola kalimat kompleks dia sangat terkenal sehingga dia ditakuti di hutan itu yang mengandung konjungsi sehingga adalah subjek predikat, subjek predikat keterangan (SP+SPK). Selain penjelasan di atas, ada tiga contoh pola kalimat kompleks (SP+SPK) sebagai berikut. (2-3 ) Aku senang sekali karena aku berlibur di rumah nenek S P S P K (2-4) Ibu merasa bahagia jika anakku menemui sukses di kemudian hari K S P S P O K K (2-5) Tia terharu ketika dia menerima penghargaan malam itu K S P S P O K 2.1.3 Pola kalimat kompleks subjek-predikat-objek, subjek-predikat-objek (SPO+SPO) Pola kalimat (SPO+SPO) merupakan pola yang dapat menjadi kalimat kompleks apabila disisipi konjungsi sehingga. Misalnya: (2-1) Ia lupa belajar bahasa Indonesia, ia bertanya pada temannya. Kalimat (2-1) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang mengandung unsur dan,, yaitu berpola SPO+SPO. Konstruksi pertama dan kedua dalam kalimat tersebut memperlihatkan kedudukan yang sama, yaitu sebagai induk kalimat karena tidak satu pun dari kedua klausa 39

tersebut ditandai oleh konjungsi; sebagai salah satu pemerluas yang berfungsi menandai sebuah konstruksi sebagai anak kalimat. Akan tetapi, dengan adanya tanda koma (,), maka dapat ditandai bahwa konstruksi setelah kalimat Ia lupa belajar bahasa Indonesia merupakan anak kalimat. (2-1) Ia lupa belajar bahasa Indonesia sehingga ia bertanya pada temannya. IK AK Konstruksi ia bertanya pada temannya menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi ia bertanya pada temannya terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut. 40

2.1 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPO+SPO (2-1) Ia lupa belajar bahasa Indonesia sehingga ia bertanya pada temannya Pelengkap (Anak Kalimat) Konjungsi Kalimat Dasar Pelengkap Ia lupa belajar Bhs. Indonesia sehingga Ia bertanya pada temannya Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-1) itu terdiri atas unsur subjek: ia, predikat: lupa belajar, objek: bahasa Indonesia dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi sehingga (menyatakan akibat) dan subjek: ia, predikat: bertanya, serta objek: pada temannya. Dengan demikian, anak kalimat sehingga ia bertanya pada temannya mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk ia lupa belajar 41

bahasa Indonesia. Jadi, Pola kalimat kompleks ia lupa belajar bahasa Indonesia sehingga ia bertanya pada temannya yang mengandung konjungsi sehingga adalah subjek-predikat-objek, subjek-predikat-objek (SPO+SPO). Dua konstruksi kalimat berikut adalah konstruksi kalimat kompleks yang dapat disisipi konjungsi tetapi, (2-2) saya geli pada belut tetapi saya tidak ingin mengecewakan kakek. Konstruksi saya tidak ingin mengecewakan kakek setelah didahului konjungsi tetapi berfungsi sebagai keterangan yang memberi penjelasan pada kalimat dasar yang mendahuluinya. Kalau di dalam kalimat majemuk setara (tanpa kata tetapi) kedua unsur itu masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, dalam kalimat kompleks (dengan kata tetapi) kalimat dasar kedua telah turun derajatnya menjadi satu unsur kalimat dasar pertama, yaitu sebagai keterangan koordinatif. Unsur kalimat saya geli pada belut disebut induk kalimat (IK) dan unsur kalimat saya tidak ingin mengecewakan kakek disebut anak kalimat (AK). (2-2) saya geli pada belut tetapi saya tidak ingin mengecewakan kakek. IK AK Konstruksi saya tidak ingin mengecewakan kakek menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah 42

memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi saya tidak ingin mengecewakan kakek terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut. 2.2 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPO+SPO (2-2) Saya geli pada belut tetapi saya tidak ingin mengecewakan kakek (Anak Kalimat) Konjungsi Kalimat Dasar Pelengkap Objek Saya geli pada belut tetapi saya tidak ingin mengecewakan kakek Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-2) itu terdiri atas unsur subjek: saya, predikat: geli, objek: pada belut dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi tetapi (menyatakan koordinatif) dan subjek:saya, predikat: tidak ingin, serta objek: mengecewakan kakek. 43

Dengan demikian, anak kalimat tetapi saya tidak ingin mengecewakan kakek mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk saya geli pada belut. Jadi, Pola kalimat kompleks saya geli pada belut tetapi saya tidak ingin mengecewakan kakek yang mengandung konjungsi tetapi adalah subjek-predikatobjek, subjek-predikat-objek (SPO+SPO). Selain penjelasan di atas, ada tiga contoh pola kalimat kompleks (SPO+SPO) sebagai berikut. (2-3) Diksa mendapatkan ikan besar namun saya mendapat ikan kecil K S P O S P O (2-4) Kami membeli sayuran dan kami juga membeli buah buahan K S P O S P O (2-5) Mereka sangat berterima kasih kepada Sang Pencipta, S P O karena mereka diberikan anak yang cantik K S P O Pel. 44

2.1.4 Pola kalimat kompleks subjek-predikat-keterangan, subjek-predikat-keterangan (SPK+SPK) Pola kalimat (SPK+SPK) merupakan pola yang dapat menjadi kalimat kompleks apabila disisipi konjungsi karena, (2-1) Mereka tampak senang sore itu, mereka mendapat kayu bakar di hutan. Kalimat (2-1) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang mengandung unsur,, dan,, yaitu berpola SPK+SPK. Konstruksi pertama dan kedua dalam kalimat tersebut memperlihatkan kedudukan yang sama, yaitu sebagai induk kalimat karena tidak satu pun dari kedua klausa tersebut ditandai oleh konjungsi; sebagai salah satu pemerluas yang berfungsi menandai sebuah konstruksi sebagai anak kalimat. Akan tetapi, dengan adanya tanda koma (,), maka dapat ditandai bahwa konstruksi setelah Mereka tampak senang sore itu merupakan anak kalimat. (2-1) Mereka tampak senang sore itu karena mereka mendapat kayu bakar di hutan. IK AK Konstruksi mereka mendapat kayu bakar di hutan menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi mereka mendapat kayu bakar di hutan terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut. 45

2.1 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPK+SPOK (2-1) Mereka senang sore itu karena mereka mendapat kayu bakar di hutan. (Anak Kalimat) Konjungsi Kalimat Dasar Objek Mereka senang sore itu karena mereka mendapat kayu bakar di hutan Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-1) itu terdiri atas unsur subjek: Mereka, predikat: tampak senang, keterangan: sore itu dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi karena (menyatakan sebab) dan subjek: mereka, predikat: mendapat kayu bakar, serta keterangan: di hutan. 46

Dengan demikian, anak kalimat karena mereka mendapat kayu bakar di hutan mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk mereka tampak senang sore itu. Jadi, Pola kalimat kompleks mereka tampak senang sore itu karena mereka mendapat kayu bakar di hutan yang mengandung konjungsi karena adalah subjek predikat-keterangan, subjek-predikat-keterangan (SPK+SPK). Dua konstruksi kalimat berikut adalah konstruksi kalimat kompleks yang dapat disisipi konjungsi agar, (2-2) Saya tidur lebih awal agar saya terbangun besok pagi Konstruksi saya terbangun besok pagi setelah didahului konjungsi agar berfungsi sebagai keterangan yang memberi penjelasan pada kalimat dasar yang mendahuluinya. Kalau di dalam kalimat majemuk setara (tanpa kata agar) kedua unsur itu masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, dalam kalimat kompleks (dengan kata agar) kalimat dasar kedua telah turun derajatnya menjadi satu unsur kalimat dasar pertama, yaitu sebagai keterangan tujuan. Unsur kalimat saya tidur lebih awal disebut induk kalimat (IK) dan unsur kalimat saya terbangun besok pagi disebut anak kalimat (AK). (2-2) Saya tidur lebih awal agar saya terbangun besok pagi IK AK 47

Konstruksi saya terbangun besok pagi menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan saya terbangun besok pagi terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut. 2.2 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPK+SPK (2-2) Saya tidur lebih awal agar saya terbangun besok pagi (Anak Kalimat) Konjungsi Kalimat Dasar Saya tidur lebih awal agar saya terbangun besok pagi Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-2) itu terdiri atas unsur subjek: saya, predikat: tidur, keterangan: lebih awal dan keterangan yang berupa anak kalimat yang 48

terdiri atas konjungsi agar (menyatakan tujuan) dan subjek:saya, predikat: terbangun, serta keterangan: besok pagi. Dengan demikian, anak kalimat agar saya terbangun besok pagi mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk Saya tidur lebih awal. Jadi, Pola kalimat kompleks saya tidur lebih awal agar saya terbangun besok pagi yang mengandung konjungsi agar adalah subjek-predikat-keterangan, subjek-predikatketerangan(spk+spk). Selain penjelasan di atas, ada tiga contoh pola kalimat kompleks (SPK+SPK) sebagai berikut. (2-3) Saya lupa sarapan tadi pagi sehingga saya sakit perut di sekolah S P K S P Pel. K K (2-4) Aku melihat kemerlapan lampu di kota dan aku melihat keindahan kota S P K S P Pel. (2-5) Tono datang sore itu ketika ibu sedang memasak di dapur S P K S P K 49

2.1.5 Pola kalimat kompleks subjek-predikat-keterangan, subjek-predikat (SPK+SP) Pola kalimat (SPK+SP) merupakan pola yang dapat menjadi kalimat kompleks apabila disisipi konjungsi namun, (2-1) Sintya menyenangkan pagi itu, dia tampak sedih. Kalimat (2-1) adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang mengandung unsur,, dan, yaitu berpola SPK+SP. Konstruksi pertama dan kedua dalam kalimat tersebut memperlihatkan kedudukan yang sama, yaitu sebagai induk kalimat karena tidak satu pun dari kedua klausa tersebut ditandai oleh konjungsi; sebagai salah satu pemerluas yang berfungsi menandai sebuah konstruksi sebagai anak kalimat. Akan tetapi, dengan adanya tanda koma (,), maka dapat ditandai bahwa konstruksi setelah kalimat Sintya menyenangkan pagi itu merupakan anak kalimat. (2-1) Sintya menyenangkan pagi itu namun dia tampak sedih. IK AK Konstruksi dia tampak sedih menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi dia tampak sedih terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut. 50

2.1 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPK+SP (2-1) Sintya menyenangkan pagi itu namun dia tampak sedih (Anak Kalimat) Konjungsi Kalimat Dasar Sintya menyenangkan pagi itu namun dia tampak sedih Konstruksi dalam kalimat kompleks (2-1) itu terdiri atas unsur subjek: Sintya, predikat: menyenangkan, keterangan: pagi itu, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi namun (menyatakan pertentangan) dan subjek: dia serta predikat: tampak sedih. Dengan demikian, anak kalimat namun dia tampak sedih mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk Sintya menyenangkan pagi itu. Jadi, 51

Pola kalimat kompleks sintya menyenangkan pagi itu namun dia tampak sedih yang mengandung konjungsi namun adalah subjek-predikat-keterangan, subjek-predikat (SPK+SP). Dua konstruksi kalimat berikut adalah konstruksi kalimat kompleks yang dapat disisipi konjungsi dan, (2-2) Kami bermain layangan di lapangan dan kami berkejar kejaran Konstruksi kami berkejar-kejaran setelah didahului konjungsi dan berfungsi sebagai keterangan yang memberi penjelasan pada kalimat dasar yang mendahuluinya. Kalau di dalam kalimat majemuk setara (tanpa kata dan) kedua unsur itu masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, dalam kalimat kompleks (dengan kata dan) kalimat dasar kedua telah turun derajatnya menjadi satu unsur kalimat dasar pertama, yaitu sebagai keterangan penggabungan). Unsur kalimat kami bermain layangan di lapangan disebut induk kalimat (IK) dan unsur kalimat kami berkejarkejaran disebut anak kalimat (AK). (2-2) Kami bermain layangan di lapangan dan kami berkejar-kejaran IK AK Konstruksi kami berkejar-kejaran menjadi anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jika digambarkan dalam diagram pohon setelah memperoleh konjungsi, kedudukan konstruksi kami berkejar-kejaran terhadap konstruksi sebelumnya adalah sebagai berikut. 52

2.2 Diagram Pohon Kalimat Kompleks yang Berpola SPK+SP (2-2) Kami bermain layangan dilapangan dan kami berkejar kejaran Pelengkap (Anak Kalimat) Konjungsi Kalimat Dasar Kami bermain layangan Di lapangan dan kami berkejar - kejaran Kalimat kompleks (2-2) itu terdiri atas unsur subjek:kami, predikat: bermain layangan, keterangan: dilapangan, dan keterangan yang berupa anak kalimat yang terdiri atas konjungsi dan (menyatakan penggabungan) dan subjek: kami serta predikat: berkejar-kejaaran. 53

Dengan demikian, anak kalimat dan kami berkejar-kejaran mempunyai kedudukan yang lebih rendah (bawahan) daripada induk kalimat Kami bermain layangan dilapangan. Jadi, Pola kalimat kompleks kami bermain layangan dilapangan dan kami berkejar-kejaran yang mengandung konjungsi dan adalah subjek-predikat-keterangan, subjek-predikat (SPK+SP). Selain penjelasan di atas, ada tiga contoh pola kalimat kompleks (SPK+SP) sebagai berikut. (2-3) Adik menjerit kesakitan tadi malam ketika saya sedang belajar K S P K S P (2-4) Maria tidak dapat melihat pemandangan yang indah S P K karena ia tertidur K S P (2-5 ) Dia pindah rumah ke Singaraja sehingga kami merasa kangen K S P K S P Pel. 54

2.2 Tipe Kalimat Majemuk dalam Karangan Siswa SMP Dwijendra Denpasar 2.2.1 Kalimat Majemuk Setara Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat, sekurang-kurangnya, dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat majemuk setara (Sugono, 2009:158). Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal menjadi sebuah kalimat yang lebih besar, dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan itu tidak kehilangan unsur-unsurnya (Putrayasa, 2009: 49). Contoh KMS yang ditemukan dalam karangan siswa kelsa VII SMP Dwijendra Denpasar : 1. Anak itu meniup seruling, dan teman-temannya menyanyi bersama. 2. Dia sudah bekerja keras, tetapi dia tetap miskin 3. Ayah membeli semua buah apel di pasar, dan buah apel yang dibeli ayah setengahnya busuk. 4. Sesudahnya saya dan keluarga melihat-lihat hasil karya, kemudian saya menuju ke tempat pembuatan keramik tersebut. 5. Ia pun berlari dan menghampiri Tini, kemudian ia memeluk Tini yang sudah tidak bernyawa. 6. Ani merasa bersalah pada ibunya, lalu ia meminta maaf pada ibunya. 7. Kakek pergi ke sawah, sedangkan saya memancing ikan di sungai. 55

8. Cuaca di rumah sedang mendung, padahal saya ingin berlibur ke bedugul. 2.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat majemuk yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal, tetapi kedudukan kalimat-kalimat tersebut tidak sama derajatnya. Bagian kalimat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi disebut Induk Kalimat, sedangkan yang kedudukannya lebih rendah disebut Anak Kalimat. Klausa yang kedudukkannya lebih rendah, atau yang disebut Anak Kalimat ini biasanya didahului oleh kata penghubung. (Herusantoso, 1988: 51). Chaer (2000) menyebut kalimat majemuk beringkat sebagai kalimat luas bertingkat. Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi satu. Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan sebagainya. Kedudukan kalusa-klausa di dalam kalimat luas bertingkat ini tidak sama derajatnya. Di satu pihak, klausa tersebut mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada klausa lain, atau klausa yang satu mengikat atau tertarik klausa lain. Klausa yang kedudukannya lebih tinggi mempunyai kedudukan yang bebas sehingga tanpa klausa lain tetap dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat. Sementara itu, klausa yang kedudukannya lebih rendah mempunyai kedudukkan yang 56

tidak bebas sehingga tidak mungkin dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat (Putrayasa, 2009: 61). Contoh KMB yang ditemukan dalam karangan siswa kelsa VII SMP Dwijendra. a) Ikan yang dipelihara kakek ikan mas b) *Dan ikan mujair c) Di sepanjang perjalanan menuju rumah kakek saya melihat pemandangan d) *Yang sangat indah Kalimat a) dapat berdiri sendiri, sedangkan kalimat b) tidak bisa berdiri sendiri. 1. Putri kenanga hilang = kalimat tunggal 2. Raja dan ratu tertidur pulas= kalimat tunggal Jadi kalimat (1) dan (2) jika dihubungkan dengan konjungsi ketika kalimat itu akan berubah kedudukan menjadi kalimat majemuk bertingkat. Putri kenanga hilang ketika raja dan ratu tertidur pulas. IK AK 3. Dia makan bakso terlalu banyak = kalimat tunggal 4. Dia sakit perut = kalimat tunggal Jadi kalimat (3) dan (4) jika dihubungkan dengan konjungsi akibatnya kalimat itu akan berubah kedudukan menjadi kalimat majemuk bertingkat. 57

Dia makan bakso terlalu banyak akibatnya dia sakit perut IK AK 5. Saya berkerja keras = kalimat tunggal 6. Ibu yang sakit-sakitan= kalimat tunggal Jadi kalimat (5) dan (6) jika dihubungkan dengan konjungsi demi kalimat itu akan berubah kedudukan menjadi kalimat majemuk bertingkat. Saya bekerja keras demi ibu yang sakit-sakitan IK AK 58