JARINGAN STASIUN HUJAN DITINJAU DARI TOPOGRAFI PADA DAS WIDAS KABUPATEN NGANJUK - JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

REGRESI DAN KORELASI

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

Bab III Metoda Taguchi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat dalam sebuah penelitian ditentukan guna menjawab

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN METODE EMPIRIS UNTUK MENGHITUNG DEBIT BANJIR SUNGAI NEGARA DI RUAS KECAMATAN SUNGAI PANDAN (ALABIO)

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa

Kuliah : Rekayasa Hidrologi II TA : Genap 2015/2016 Dosen : 1. Novrianti.,MT. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II 1

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Kerangka acuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

ANALISIS INTENSITAS HUJAN DI STASIUN KALIBAWANG KABUPATEN KULONPROGO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and

Ukuran Pemusatan. Pertemuan 3. Median. Quartil. 17-Mar-17. Modus

Bab 3 Metode Interpolasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,

Perbandingan Power of Test dari Uji Normalitas Metode Bayesian, Uji Shapiro-Wilk, Uji Cramer-von Mises, dan Uji Anderson-Darling

kesimpulan yang didapat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 20 Bandar Lampung, dengan populasi

BAB II TINJAUAN TEORITIS

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Dalam merencanakan bangunan air, analisis awal yang perlu ditinjau adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011

II. LANDASAN TEORI. dihitung. Nilai setiap statistik sampel akan bervariasi antar sampel.

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA

METODOLOGI PENELITIAN. penggunaan metode penelitian. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Madiun, untuk mendapatkan gambaran kondisi tempat penelitian secara umum,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

BAB IV. METODE PENELITlAN. Rancangan atau desain dalam penelitian ini adalah analisis komparasi, dua

Pertemuan Ke-11. Teknik Analisis Komparasi (t-test)_m. Jainuri, M.Pd

BAB V METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi,

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

BAB III METODE PENELITIAN. pre test post test with control group. Penelitian ini berupaya untuk

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA

BAB V UKURAN GEJALA PUSAT (TENDENSI CENTRAL)

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

III. MATERI DAN METODE. a. Penelitian ini menggunakan 68 ekor kambing peranakan etawa ( PE) (31. ukur, tongkat ukur dan timbangan.

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Potensi Ekowisata Hutan Mangrove ini dilakukan di Desa

REKAYASA HIDROLOGI I PERENCANAAN BANJIR RANCANGAN

KONTRIBUSI WADUK PEUDADA TERHADAP KEBUTUHAN AIR KABUPATEN BIREUEN

LEVELLING 1. Cara pengukuran PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR (PPD) Poliban Teknik Sipil 2010LEVELLING 1

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di halaman Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Bandar Lampung pada bulan Agustus 2011.

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII (delapan) semester ganjil di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA FREKUENSI CURAH HUJAN TERHADAP KEMAMPUAN DRAINASE PEMUKIMAN DI KECAMATAN KANDIS

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

II. LANDASAN TEORI. Sampling adalah proses pengambilan atau memilih n buah elemen dari populasi yang

ANALISIS KURVA IDF (INTENSITY-DURATION-FREQUENCY) DAS GAJAHWONG YOGYAKARTA

Transkripsi:

JARINGAN STASIUN HUJAN DITINJAU DARI TOPOGRAFI PADA DAS WIDAS KABUPATEN NGANJUK - JAWA TIMUR Eri Prawati Jurusa Tekik Sipil Uiversitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewatara 15 A Metro, Lampug. Email : eri.prawati@yahoo.co.id ABSTRAK Iformasi keadaa huja pada suatu Daerah Alira Sugai (DAS) dapat diperoleh dega memasag alat-alat peakar huja yag membetuk suatu jariga pegamata huja pada DAS. Hal ii berkaita dega berapa besar sebara da kerapata stasiu huja dalam DAS, dapat memberika data yag mewakili DAS yag bersagkuta. Serta berapa besar sebara da kerapataya berpegaruh terhadap tigkat kesalaha ilai rerata dataya. Permasalahaya adalah apakah jumlah pos-pos yag tersedia yag ada saat ii dalam suatu daerah alira sugai sudah memadai, apakah jumlah da lokasiya dapat mematau karakteristik hidrologi daerah tersebut. Da apakah peempata stasiu huja memperhatika dari segi topografis. Dalam peelitia ii megaalisis kerapata jariga stasiu huja megguaka metode Kaga-Rodda pada DAS Widas Kabupate Ngajuk Jawa-Timur. DAS Widas memiliki luas kurag lebih 1502 km 2 da memiliki 12 stasiu huja yag tersebar di dalam DAS. Pada DAS Widas belum perah dikaji pola peyebara da kerapata huja ditijau dari topografiya. Kata kuci : Jariga, Peakar huja, Topografi da Kaga-Rodda PENDAHULUAN Iformasi keadaa huja pada suatu Daerah Alira Sugai (DAS) dapat diperoleh dega memasag alat-alat peakar huja yag membetuk suatu jariga pegamata huja pada DAS yag bersagkuta. Jariga tersebut diharapka dapat memberika data yag meggambarka keadaa huja di DAS tersebut. Hal ii berkaita dega berapa besar sebara da kerapata stasiu huja dalam suatu DAS, dapat memberika data yag mewakili DAS yag bersagkuta, serta berapa besar sebara da kerapataya berpegaruh terhadap tigkat kesalaha ilai rerata dataya. Permasalaha jumlah da sebara stasiu huja dalam DAS di Idoesia sampai saat ii masih kurag medapat perhatia. Hal ii terbukti masih belum adaya petujuk baku tetag metode yag tepat tetag pola peempata da peyebara stasiu peakar huja. Kualitas dari data dasar yag aka diguaka utuk suatu aalisa sugai tergatug dari seberapa jauh pos hidrologi yag ada, dapat mematau karakteristik hidrologi dalam suatu daerah alira sugai tersebut. Berapa jumlah pos hidrologi yag perlu ditempatka dalam suatu DAS utuk mematau karakteristik hidrologi secara akurat da bear. Permasalahaya adalah apakah jumlah pos-pos yag tersedia yag ada saat ii dalam suatu daerah alira sugai sudah memadai, apakah jumlah da lokasiya dapat mematau karakteristik hidrologi daerah tersebut. Adalah tidak mugki da diperluka suatu biaya yag sagat mahal jika jumlah pos hidrologi sagat bayak. Dalam kodisi dimaa jumlah pos terlalu bayak maka utuk melakuka aalisa hidrologi kadagkadag timbul masalah, pos maa yag aka diguaka apakah seluruhya atau sebagia saja. 86 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016

TINJAUAN PUSTAKA Peetapa jariga stasiu huja tidak haya terbatas pada peetua jumlah stasiu yag dibutuhka dalam suatu DAS, amu juga tempat da pola peyebaraya. Petujuk yag bersifat kualitatif diberika oleh Rodda (1972), yaitu dega memafaatka koefisie korelasi huja (Harto,1993:29). Dalam pegembaga pola sebara huja di masig-masig egara tidak aka perah sama. Karea kriteria yag mejadi dasar diguaka tidak sama. Sampai saat ii belum dijumpai kriteria yag jelas da berlaku umum utuk meetapka kerapata jariga pegamata suatu daerah. Terlebih pemakaiaya di Idoesia memerluka kecermata karea masih bayak masalah yag belum dapat dijelaska. Hal ii terutama sekali karea kodisi hidrologis di Idoesia sagat jauh berbeda dega kodisi dimaa teori sebelumya dikembagka. WMO (1967) telah megeluarka petujuk tetag kerapata jariga miimum utuk berbagai keadaa di duia, aka tetapi petujuk tersebut belum dapat diguaka sebagai ketetua yag jelas. Meurut WMO setiap pos huja mewakili areal seluas 600 900 km 2 utuk daerah tropis seperti Idoesia (Lisley, 1986 : 67). Ii berarti dalam radius 14 17 km besara curah huja dapat diaggap hampir sama. Kepadata jariga pos huja di Idoesia tidak megikuti kriteria tertetu, sebaraya terjadi karea berbagai pihak mempuyai kepetiga yag berbeda. Hal ii meyebabka kepadata jariga pos huja tidak merata da akibatya aalisis curah huja yag bergerak dalam tataa spasial serig meemui hambata atau kesulita berbagai pihak mempuyai kepetiga yag berbeda. Kaga-Rodda (1972), melakuka peelitia peetapa jariga stasiu huja tidak haya terbatas pada peetua jumlah stasiu huja yag dibutuhka dalam suatu DAS, amu juga tempat da pola peyebaraya. Pada saat ii pola sebara da kerapata stasiu huja berpegaruh besar terhadap ketelitia perkiraa huja DAS, aka tetapi belum diperoleh kesepakata tetag atura peetapa stasiu huja yag palig megutugka. Hal ii sagat terasa terutama daerah tropik seperti di Idoesia. Dega perkataa lai, masalah praktis yag belum terselesaika adalah pemiliha jumlah da lokasi stasiu huja dalam sebuah DAS utuk kepetiga aalisis yag dapat memberika hasil dega ketelitia setiggi mugki (Sri Harto, 1987). Kosep utama kekuata da kelemaha pola da peyebara stasiu huja yag sudah ditemuka oleh peeliti terdahulu secara rigkas disajika pada Tabel 1.1. Dari tabel 1.1. dari kekuata da kelemaha pola da peyebara stasiu huja maka peelitia ii megguaka metode Kaga-Rodda merupaka metode yag relatif sederhaa dalam pemakaia baik dalam pegertia data yag dibutuhka maupu prosedur hitugaya. Kebutuha data yag dapat disesuaika dega keadaa jariga stasiu huja yag telah ada dapat terpeuhi. Dapat memberika petujuk da gambar tetag pola peyebara huja utuk tigkat kesalaha tertetu. Sri Harto da Vermeule (1987) dalam (Harto 1993;28) meyataka bahwa bila dapat diadaika persamaa-persamaa Kaga-Rodda berlaku di Jawa, maka kerapata jariga seperti yag disaraka oleh Sugawara membawa kesalaha sekitar 25% utuk huja haria da sekitar 5% utuk huja bulaa. Dalam peelitia ii aka memodifikasi metode Kaga-Rodda yag diharapka kuatitas da kualitas data pada pos yag domia dapat dijaga da kualitas peralata dapat ditigkatka serta melakuka relokasi da peambaha pospos sesuai kebutuha berdasarka hasil aalisa. Selai itu diharapka agar dapat mejaga kelayaka fugsi dari pos-pos hidrologi, kualitas da kuatitas data serta kesiambuga dataya. Pada peelitia yag telah dilakuka oleh Kaga (1972), utuk daerah ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 87

tropis yag hujaya bersifat setempat dega luas peyebaraya yag sagat terbatas mempuyai variasi ruag utuk huja dega periode tertetu adalah sagat tidak meetu meskipu sebearya meujukka suatu hubuga sampai tigkat tertetu. Evaluasi jariga stasiu huja yag telah dilakuka masih perlu terus diuji keadalaya. Terutama jika diguaka didaerah tropik seperti di Idoesia (Harto,1987:22). Utuk pegguaa metode Kaga- Rodda di Idoesia harus dilakuka dega hati-hati karea jika diguaka data huja haria maupu bulaa aka memberika hasil yag diperoleh mejadi sagat besar. Juga dasar adala yag diguaka dalam metode ii adalah sifat huja yag homoge da isotropi. Hal ii sagat kecil kemugkiaya terjadi di Idoesia. Meskipu belum dilakuka pegujia secara khusus, amu cara Kaga-Rodda telah bayak diguaka utuk meetapka jariga stasiu huja pada beberapa DAS di pulau jawa. Kelemaha metode Kaga- Rodda adalah 1. Dalam peetua rumus dalam Kaga-Rodda megguaka rumus L = 1,07 A dalam peelitia ii dicoba dega DAS di Idoesia maka rumus aka mejadi L = f ( A, ) 2. Pada Kaga-Rodda haya megaggap DAS ya datar, dalam peelitia ii aka dicoba DAS dalam kodisi yag sebearya di lapaga. Huja merupaka masuka yag palig petig dalam proses hidrologi, karea besarya huja (raifall depth) ii yag dialihragamka mejadi alira di sugai, baik melalui limpasa permukaa (surface ruoff), alira atara (iterflow, sub surface flow) maupu sebagai alira air taah (groudwater flow). Meurut Asdak (2002:4), Daerah alira sugai adalah suatu wilayah darata yag secara topografik dibatasi oleh puggug-puggug guug yag meampug da meyimpa air huja utuk kemudia meyalurkaya ke laut melalui sugai utama. Wilayah darata tersebut diamaka daerah tagkapa air (DTA atau catchmet area) yag merupaka suatu ekosistem dega usur utamaya terdiri atas sumber daya alam (taah, air, da vegetasi) da sumber daya mausia sebagai pemafaat sumber daya alam. Utuk meetapka jumlah huja yag jatuh didalam suatu DAS (Daerah Alira Sugai), diperluka sejumlah stasiu huja yag dipasag sedemikia rupa sehigga diperoleh data yag mewakili besara huja pada DAS yag bersagkuta. Data huja sebagai masuka model aalisis harus merupaka data yag dikumpulka secara teratur da teramati sehigga memberika iformasi yag cermat (Harto, 1989). Jariga stasiu huja sebagai satu sistem yag terorgaisir utuk megumpulka data huja secara optimal utuk berbagai keperlua. Dalam hal ii kepetiga yag dimaksud adalah peroleha data yag maksimal da kerapata jariga yag optimum. Jariga stasiu peagkar huja mempuyai fugsi yag sagat petig, yaitu utuk meguragi variabilitas besara kejadia atau meguragi ketidakpastia da meigkatka pemahama terhadap besara yag terukur maupu teriterpolasi (Made, 1987 dalam Harto, 1993 :22). Setiap stasiu huja memiliki luasa pegaruh (sphare of ifluece) yag merupaka daerah dimaa kejadia-kejadia didalamya meujukka keterikata atau koreksi dega salah satu kejadia yag diamati stasiu laiya didalam daerah tersebut. Jariga stasiu peakar huja (raifall etwork) harus mecakup kerapata jariga serta kemugkia pertukara dataya. Salah satu cara utuk megatasi hal ii adalah dega peetapa jariga stasiu primer da sekuder. Jariga primer dimaksudka utuk dipasag dalam jagka waktu yag lama da diamati secara teratur ditempat yag telah dipilih secara seksama. Sedagka 88 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016

jariga sekuder dimaksudka utuk lebih medapatka variasi ruag hujaya. Jariga ii dapat ditetuka pada beberapa tempat yag dipilih, selajutya apabila telah ditetapka hubugaya dega jariga primer, stasiu ii dapat dipidah ke lokasi lai. Dalam merecaaka jariga stasiu peakar huja, terdapat dua hal petig yag perlu dipertimbagka yaitu (Harto,1993 : 23) : 1. Berapa jumlah stasiu yag diperluka 2. Dimaa stasiu-stasiu tersebut aka dipasag Hal ii sagat diperluka, karea dalam jariga stasiu peakar huja perbedaa jumlah da pola peyebara stasiu yag diguaka dalam memperkiraka besar huja yag terjadi dalam suatu DAS aka memberika perbedaa dalam besara huja yag didapatka da mempegaruhi ketelitia hituga huja rata-rata DAS. Selai hal-hal tersebut diatas, maka juga harus mempertimbagka beberapa faktor berikut ii (Sri Harto, 1993 : 23) : 1. Recaa pegembaga sumber daya air 2. Tujua pemakaiaya di kemudia hari, baik utuk tujua operasioal maupu perecaaa. 3. Kebijaka pegembaga yag aka datag 4. Peelitia-peelitia medatag yag aka dilaksaaka. Dalam keyataa, semua faktor yag mempegaruhi recaa pegembaga jariga tersebut selalu berubah sebagai fugsi waktu, baik keterikata, variabilitas data, ilai sosioekoomi da ketelitia yag dikehedaki oleh pemakai data. Oleh sebab itu, prosedur pegembaga jariga dapat diaggap merupaka pegembaga yag berkesiambuga. Apabila dalam DAS yag ditijau belum tersedia jariga stasiu huja sama sekali, maka sampai saat ii belum tersedia cara sederhaa yag dapat diguaka utuk meetapka jariga tersebut. Utuk itu disaraka meempuh dua cara, yaitu (Harto, 1993:28) : 1. Cara pertama dega meetapka jariga awal (Pilot Network) yag kemudia dievaluasi setelah jagka waktu tertetu utuk meetapka jariga yag sebearya, atau yag dibutuhka. 2. Cara kedua yag dapat ditempuh adalah dega memeuhi DAS yag bersagkuta dega stasiu huja, kemudia setelah berjala beberapa waktu dievaluasi utuk dapat meguragi stasiu-stasiu yag diaggap kurag bermafaat. Tetapi cara kedua diatas tidak dapat diajurka utuk diguaka, karea biaya yag dibutuhka sagat besar. Hal ii perlu diperhatika, karea biaya yag diperluka buka haya biaya utuk membeli alat saja tetapi juga biaya yag harus disediaka selama alat tersebut diperguaka. Oleh karea itu perecaaa jariga perlu dilakuka dega upaya maksimal agar diperoleh keseimbaga atara data atau iformasi yag diperoleh dega biaya pegadaa tapa megabaika faktorfaktor yag berpera sagat petig seperti diatas. Data huja yag diperoleh dari stasiu peakar huja merupaka data huja lokal yag haya mewakili pegukura huja utuk luas daerah tertetu. Sehigga utuk meetuka besarya curah huja suatu DAS diperluka beberapa stasiu peakar huja yag tersebar didalam DAS yag bersagkuta dega kerapata da pola peyebara yag memadai. Dalam pemiliha jumlah lokasi stasiu peakar huja pada suatu DAS utuk kepetiga aalisis hidrologi yag dapat memberika hasil dega ketelitia semaksimal mugki sesuai dega yag dikehedaki, terdapat dua pedapat yg berbeda, yaitu (Harto,1986:12) : 1. Peempata stasiu huja yag terbagi merata dega pola tertetu aka meghasilka perkiraa huja yag ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 89

lebih baik dibadigka dega peempata stasiu huja secara rambag. 2. Stasiu huja dapat ditempatka sedemikia rupa, sehigga dibagia daerah dega variasi huja tiggi mempuyai kerapata yag lebih tiggi dibadigka dega daerah lai yag variasi hujaya redah. Metode Kaga-Rodda Peetapa jariga stasiu huja tidak haya terbatas pada peetua jumlah stasiu yag dibutuhka dalam suatu DAS, amu juga tempat da pola peyebaraya. Dari beberapa cara yag disebutka diatas, belum dibahas tetag peyebara stasiu huja didalam DAS yag bersagkuta. Dalam hal ii tidak ada petujuk sama sekali. Petujuk yag bersifat kualitatif diberika oleh Rodda (1970), yaitu dega memafaatka koefisie korelasi huja (Harto,1993:29). Hal ii masih harus dikaitka dega keadaa sekitarya yag meyagkut masalah ketersediaa teaga pegamat da pola peyebaraya. Pada peelitia yag telah dilakuka oleh Kaga (1972), utuk daerah tropis yag hujaya bersifat setempat dega luas peyebaraya yag sagat terbatas mempuyai variasi ruag utuk huja dega periode tertetu adalah sagat tidak meetu meskipu sebearya meujukka suatu hubuga sampai tigkat tertetu (Harto,1986:22). Meskipu belum dilakuka pegujia secara khusus, amu cara Kaga-Rodda telah bayak diguaka utuk meetapka jariga stasiu huja pada beberapa DAS di pulau jawa. Pemiliha cara ii didasarka pada sifat Kaga-Rodda sebagai berikut : 1. Sederhaa dalam prosedur da perhituga 2. Kebutuha data yag dapat disediaka dega keadaa jariga stasiu huja yag telah ada dapat dipeuhi 3. Dapat memberika petujuk da gambara tetag pola peyebara stasiu huja, utuk tigkat kesalaha tertetu. Pada dasarya cara ii memperguaka aalisis statistik yag megaitka kerapata jariga stasiu huja dega kesalaha iterpolasi da kesalaha perataa (Iterpolatio error ad averagig error). Persamaa-persamaa yag diperguaka utuk aalisis jariga Kaga-Rodda adalah sebagai berikut (Harto, 1993;31) : r(d) = r(o). e ( d do ) Z1 = Cv. 1 r(0)+ ( 0,23 A d(0) Z2 = Cv. 1 3 (1 r(0) + 0,52.r(0). A d(0) L = 1,07 A Dega : r(od) = koefisie korelasi utuk jarak stasiu sejauh d r(o) = koefisie korelasi utuk jarak stasiu yag sagat dekat Cv = koefisie variasi d = jarak atar stasiu ( km ) d(o) = radius korelasi, yaitu jarak atar stasiu dimaa korelasi berkurag dega faktor e. A = luas DAS ( km 2 ) = jumlah stasiu Z1 = kesalaha perataa ( % ) Z2 = kesalaha iterpolasi ( % ) L = jarak atar stasiu ( km ) Hubuga seperti yag disajika dalam persamaa L = 1,07 A dapat diperoleh dega meggambarka hubuga atara jarak stasiu huja dega 90 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016

koefisie korelasi huja yag bersagkuta. Hal tersebut dilakuka dega hati-hati, da dipilih haya hari-hari (atau bula) yag bear-bear terjadi huja, dega meiggalka hari-hari (atau bula) tapa huja. Meskipu hal ii aka memperkecil ilai koefisie korelasi (Stol, 1981), aka tetapi dipadag lebih realistik dibadigka dega peyertaa hari (bula) tapa huja. Perlu pula diperhatika kemugkia adaya pola variasi huja tertetu sebagai akibat pegambila jarak atar-stasiu dega orietasi arah tertetu. Dalam persamaa Z2 = Cv. 1 3 (1 r(0) + 0,52.r(0). A d(0) da L = 1,07 A terdapat hubuga atara jumlah stasiu huja dega besar kesalaha yag terjadi. Hal ii dapat ditafsirka dega dua pegertia yaitu : 1. Ketelitia hituga (besar kesalaha) dapat diketahui apabila jumlah stasiu huja diketahui 2. Jumlah stasiu huja yag diperluka dalam aalisis dapat ditetapka apabila ketelitia yag dikehedaki dapat ditetapka dari aalisis laiya. Selajutya apabila jumlah stasiu huja telah diketahui, maka stasiu-stasiu tersebut ditempatka dega pola peempata tertetu, yag masig-masig mempuyai jarak sama yag merupaka simpul-simpul jariga segitiga sama sisi. Aalisa Jariga Kaga-Rodda Koefisie Variasi Koefisie variasi merupaka variasi relatif dari suatu variabel terhadap ilai rata-rata aljabarya, yag dapat dihitug dega lagkah-lagkah sebagai berikut (Garg, 1979:53) : 1. Hitug ilai rata-rata huja daerah dega cara aljabar X = i=1 X1 2. Hitug stadar deviasi S = i=1 (X1 X)2 1 3. Hitug koefisie variasi dega rumus sebagai berikut : Cv = [ S X ] Dega : Cv = koefisie variasi S = stadar deviasi X = ilai rata-rata Koefisie variasi yag dihitug berdasarka huja bulaa biasaya redah ( < 0,6 ) tetapi utuk huja haria pada umumya sagat tiggi ( > 0,6 ), hal ii mudah dipahami karea sifat huja didaerah tropik seperti Idoesia yag sagat bervariasi da tidak merata ( Harto, 1993:34 ). Dasar aalisis yag diguaka dalam jariga Kaga-Rodda adalah sifat huja yag merata dega variasi redah ( 0,3 0,6 ). Koefisie Korelasi Cara Kaga-Rodda megguaka hubuga atara kerapata jariga (jarak atar stasiu) dega sifat statistik huja pada masig-masig stasiu. Secara umum dapat ditetuka hubuga atara jarak atar stasiu dega korelasi yag diperluka dapat ditetapka, maka jarak atar stasiu yag dibutuhka dalam suatu jariga yag dapat ditetuka. Ukura yag diguaka utuk meyataka berapa kuat hubuga atara dua variabel (terutama data kuatitatif) diamaka koefisie korelasi ( r ), yag dapat pula dirumuska dega persamaa sebagai berikut : r =. X1 Y1 i=1 i=1 X1. i=1 Y1 [. X1 2 ( i=1 X1) 2. Y1 2 ( i=1 i=1 i=1 Y1)^2] dimaa : r = koefisie korelasi = jumlah data X1 = data huja pada stasiu X Y1 = data huja pada stasiu Y ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 91

Pada umumya ilai r bervariasi dari -1 melalui 0 higga +1. Bila r = 0 atau medekati 0, maka hubuga atara kedua variabel sagat lemah atau tidak ada hubuga sama sekali. Bila r = +1 atau medekati +1, maka korelasi atara kedua variabel dikataka positif da sagat kuat. Bila r = -1 atau medekati -1, maka korelasi atara kedua variabel dikataka kuat da egatif. Tada positif (+) da egatif (-) pada koefisie korelasi sebearya memiliki arti yag khas. Bila r (+), maka korelasi atara kedua variabel bersifat searah. Dega kata lai keaika / peurua ilai variabel yag lai (Y). Bila r (-), maka keaika ilai salah satu variabel (X) terjadi dega peurua ilai variabel yag lai (Y) da sebalikya. Utuk meujukka sejauh maa validitas ilai koefisie korelasi dapat dilihat pada tabel berikut ii : Tabel 1. Tiggi redahya validitas derajat assosiasi Koefisie Korelasi (r) Validitas 0,00-0,20 Hampir tidak ada 0,21-0,40 Redah 0,41-0,60 Sedag 0,61-0,80 Tiggi 0,81-1,00 Sempura Koefisie korelasi utuk huja haria di Jawa (Idoesia) pada umumya sagat redah 0,06-0,59, sedagka koefisie korelasi utuk huja bulaa berkisar atara 0,67-0,94 (Harto,1993:34). Utuk ilai koefisie korelasi yag redah, berarti meujukka bahwa atara huja di satu stasiu tidak ada hubugaya dega huja di stasiu lai. Sebalikya utuk ilai koefisie korelasi yag tiggi, berarti huja di satu stasiu memiliki korelasi atau hubuga dega huja di stasiu yag lai da membetuk suatu fugsi baik itu dalam betuk persamaa matematis atau persamaa garis. Dalam aalisis Kaga-Rodda dibutuhka data huja yag memiliki korelasi diatara satu stasiu yag lai ( r > 0,6 ). METODOLOGI Sesuai dega tujua peelitia yaitu utuk medapatka metode baru pola peyebara da kerapata stasiu huja yag sesuai dega kodisi di Provisi Jawa-Timur. Maka daerah peelitia dipilih berdasarka pertimbaga daerah dega variasi topografi peguuga da datara gua membedaka jumlah stasiu peakar huja yag optimum utuk masig-masig daerah tersebut. Gambar 1. Peta Batua Wilayah Sugai Propisi Jawa Timur Data data yag dibutuhka Dalam peelitia ii ditekaka pada pola peyebara stasiu huja, maka data yag diperluka dalam megaalisis peelitia ii adalah data yag diperoleh dari hasil pegukura, pecatata, peelitia. Data yag diguaka meliputi data : 1. Data Topografi skala 1 : 25.0000 dari Bakosurtaal 2. Peta Daerah Alira Sugai dari Balai Besar Wilayah Sugai Jawa Timur. 3. Data Stasiu Huja meliputi data lokasi admiistratif stasiu huja da koordiat stasiu huja. Adapu data didapatka dari BMKG Karagploso Malag 4. Data curah huja haria pada DAS selama 20 tahu dari tahu 1992 sampai dega tahu 2011 yag di dapatka dari Dias Pegaira Provisi Jawa Timur. 92 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016

5. Data AWLR yag didapatka dari Dias Pegaira Provisi Jawa Timur Lagkah-lagkah Pelaksaaa Peelitia Lagkah-lagkah Aalisis Data Huja Kodisi Eksistig Dalam peelitia ii lagkahlagkah peyelesaia dalam kodisi eksistig adalah sebagai berikut : 1. Pegumpula da persiapa data curah huja, data stasiu huja da peta. Data huja meliputi : data huja haria, data huja bulaa da data huja tahua. Data huja haria di ambil dari tahu 1992 2011. Data stasiu huja meliputi : luas daerah pegaruh, jarak atar stasiu huja. 2. Meghitug curah huja rata-rata haria maksimum sehigga diperoleh huja maksimum bulaa da tahua. Hasil tersebut diguaka utuk perhituga selajutya. 3. Meghitug huja rata-rata daerah megguaka metode Poligo Thiesse a. Stasiu peakar huja yag berpegaruh letakya digambar pada peta DAS yag ditijau b. Tiap-tiap stasiu peakar huja dihubugka dega megguaka garis lurus c. Meggambarka garis tegak lurus pada garis peghubug atar stasiu sehigga membetuk polygo d. Dicari masig-masig luas polygo e. Berdasarka data curah huja haria maksimum yag didapat dari stasiu peakar huja, dapat dihitug curah huja rata-rata utuk seluruh luas daerah pegalira. 4. Megaalisa distribusi frekuesi dega metode Log Pearso Tipe III, kemudia meguji kesesuaia distribusi dega Uji Smirov Kolmogorof da Uji Chi Square. a. Data rerata huja maksimum tahua sebayak buah diubah dalam betuk logaritma (Log Xi). b. Dihitug harga logaritma rata-rata (Log X) c. Dihitug harga simpaga baku (Sd) d. Dihitug koefisie kemecega/skewess (Cs). e. Dihitug logaritma curah-huja racaga dega kala ulag tertetu (Log Xi) f. Curah huja racaga dega kala ulag tertetu didapat dega meghitug atilog dari log Xi 5. Meguji kesesuaia distribusi data (testig of goodess of fit) dilakuka dega dua cara yaitu uji Smirov- Kolmogorov da uji Chi-Square. Lagkah-lagkah Aalisis Data Huja dega Metode Kaga Rodda Lagkah-lagkah perhituga yag dilakuka dalam perecaaa jariga Kaga-Rodda adalah sebagai berikut (Harto,1993:32) : 1. Dari hasil perhituga curah huja ratarata maksimum daerah, dapat dihitug ilai koefisie variasi (Cv) utuk huja haria. 2. Koefisie korelasi huja haria dega megguaka persamaa : 3. Dari hasil diatas dapat digambarka hubuga atar stasiu dega koefisie korelasi dalam sebuah grafik legkug ekspoesial. Dari persamaa regresi ekspoesial yag telah diperoleh da berdasar gambar grafik hubuga jarak stasiu dega koefisie korelasi da grafik hubuga atara jumlah stasiu huja dega Z1 da Z2. Dapat diketahui ilai koefisie variasi (Cv) utuk huja haria da ilai korelasiya. Hal ii sesuai dega adaia yag diguaka yaitu sifat huja yag merata dega variasi yag redah. Sehigga perecaaa jariga Kaga-Rodda pada jariga ii berdasarka pada huja haria. ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 93

4. Dega persamaa dapat ditetuka jumlah stasiu huja yag dibutuhka utuk tigkat kesalaha perataa Z 1, da dega persamaa dapat dihitug kesalaha iterpolasi Z 2. Hubuga atara jumlah stasiu peakar huja dega kesalaha perataa da kesalaha iterpolasi dapat dilihat dari grafik hubugaya. 5. Dega persamaa dapat dihitug pajag sisi jarig segitiga utuk masig-masig jumlah stasiu huja yag direcaaka. 6. Dega pajag sisi jarig sama dega L, maka dapat digambarka jariga Kaga-Rodda, selajutya gambar jariga diplotka diatas peta DAS yag ditijau da dilakuka peggesera sedemikia rupa sehigga jumlah simpul segitiga dalam DAS sama dega jumlah stasiu yag dihitug, da simpul-simpul tersebut merupaka lokasi stasiu. 7. Meghitug huja rata-rata haria maksimum dega metode Poligo Thiesse dega disesuaika pada kodisi ormal stadar WMO. 8. Aalisa distribusi frekwesi curah huja racaga dega megguaka distribusi Log Pearso Type III. Kemudia di uji kesesuaia distribusi dega megguaka Uji Smirov- Kolmogorov da Uji Chi-Square 9. Kesalaha Relatif dibadigka atara curah huja racaga da curah huja rerata haria maksimum eksistig dega hasil Kaga-Rodda dega kesalaha relatif maksimal 5%. Lagkah-lagkah Aalisis Data Huja dega Metode Prawati-UB 1. Parameter-parameter yag berpegaruh terhadap kerapata stasiu huja (L) adalah luas DAS (A) da jumlah stasiu huja (). Aka dicari persamaa L = f (A, ) dari semua DAS yag diteliti sehigga aka didapatka persamaa baru sesuai daerah peelitia. Utuk medapatka persamaa ii aka diguaka pedekata dega melakuka aalisa regresi sehigga aka didapatka apakah persamaa itu bersifat liier, berpagkat, ekspoesial, Pemiliha model berdasarka kriteria sebagai berikut (Soewaro, 1995) : a. Atara variabel tetap da variabel bebas mempuyai hubuga korelasi yag cukup kuat, dimaa koefisie korelasi (r = 0,60 1,00) da koefisie determiasi (R 2 ) terbesar. b. Nilai perkiraa kesalaha (SEY) terkecil. c. Terdapat pegaruh yata atara variabel tetap dega variabel bebas dalam regresi megguaka uji F. 2. Pada peelitia-peelitia sebelumya megamsumsika permukaa ketiggia DAS adalah rata. Sehigga ii yag medasari peeliti utuk melakuka peelitia dega megaggap permukaa ketiggia DAS tidak rata atau sesuai dega ketiggia rata-rata suatu DAS dari hilir sampai hulu. Sehigga ada faktor kemiriga DAS didalam meetuka kerapata stasiu huja (L). Utuk lebih jelasya dapat dilihat pada Gambar 3.1. HASIL Peelitia ii megguaka data huja di sebagia wilayah Provisi Jawatimur. Data huja yag diguaka merupaka hasil pecatata selama kuru waktu 20 tahu, dari tahu 1992 sampai 94 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016

dega tahu 2011. Mulai dari data curah huja haria maksimum, curah huja bulaa maksimum da curah huja tahua. Tabel 2. Distribusi stasiu huja eksistig pada DAS Widas Tabel 2. Jarak atara stasiu huja pada DAS Widas (km) Baara Glatik Kedugpigit Kedugmaro Legkog Milir Ngajuk Ngrambek Prambo Sawaha Sumbersoo Tempura Baara 0 16,965 16,381 15,752 20,028 7,424 8,613 12,811 11,939 19,959 22,722 22,491 Glatik 16,965 0 5,073 4,393 26,672 13,798 9,708 14,072 28,563 20,687 28,140 17,640 Kedugpigit 16,381 5,073 0 4,832 19,213 16,820 8,769 7,341 26,880 22,890 19,532 9,017 Kedugmaro 15,752 4,393 4,832 0 22,680 14,281 7,785 10,290 27,092 24,885 24,150 13,442 Legkog 20,028 26,672 19,213 22,680 0 25,515 19,758 12,936 21,934 38,220 3,774 15,750 Milir 7,424 13,798 16,820 14,281 25,515 0 8,886 15,542 17,968 13,096 28,560 24,782 Ngajuk 8,613 9,708 8,769 7,785 19,758 8,886 0 8,770 19,530 20,372 21,525 15,960 Ngrambek 12,811 14,072 7,341 10,290 12,936 15,542 8,770 0 21,260 27,825 14,280 10,500 Prambo 11,939 28,563 26,880 27,092 21,934 17,968 19,530 21,260 0 27,520 26,880 30,660 Sawaha 19,959 20,687 22,890 24,885 38,220 13,096 20,372 27,825 27,520 0 41,160 35,700 Sumbersoo 22,722 28,140 19,532 24,150 3,774 28,560 21,525 14,280 26,880 41,160 0 15,543 Tempura 22,491 17,640 9,017 13,442 15,750 24,782 15,960 10,500 30,660 35,700 15,543 0 14,590 15,476 13,062 14,132 18,873 15,556 12,473 12,969 21,686 24,360 20,522 17,624 Tabel 3. Jarak rata-rata atara stasiu huja da koefisie korelasi masig-masig stasiu Baara Glatik Kedugpigit Kedugmaro Legkog Milir Ngajuk Ngrambek Prambo Sawaha Sumbersoo Tempura Jarak rata-rata atara stasiu yag satu dega yag lai r (day) r (moth) 15,917 0,577 0,063 16,883 0,241 0,639 13,062 0,118 0,427 14,132 0,164 0,032 18,873 0,766 0,122 15,556 0,671 0,063 12,473 0,336 0,032 12,969 0,207 0,152 21,686 0,531 0,274 26,574 0,585 0,138 20,522 0,118 0,427 17,624 0,164 0,032 13,026 0,610 0,686 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 95

Gambar 2. Grafik korelasi atara stasiu huja pada DAS Widas Grafik korelasi atara stasiu huja pada DAS Widas : d(o) = 17,189 km r(o) bulaa = 0,3732 r(o) haria = 0,200 96 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016

Tabel Table 54 : The umber statio, flatteig error, Iterpolated error, ad Distace betwee post daily raifall o Widas Watershed Area 1502 N : Number statio r (0) 0,373238369 Z 1 : Flatteig error ρ 0 17,189 Z 3 : Iterpolated error Cv 0,407 L : Distace betwee Post N Z 1 Z 3 L N Z 1 Z 3 L 1 43,509 32,689 41,469 51 4,761 21,133 5,807 2 28,653 29,270 29,323 52 4,713 21,110 5,751 3 22,589 27,621 23,942 53 4,666 21,087 5,696 4 19,134 26,589 20,734 54 4,620 21,065 5,643 5 16,848 25,861 18,545 55 4,576 21,044 5,592 6 15,198 25,310 16,929 56 4,533 21,023 5,541 7 13,938 24,873 15,674 57 4,491 21,003 5,493 8 12,937 24,516 14,661 58 4,450 20,983 5,445 9 12,118 24,216 13,823 59 4,410 20,964 5,399 10 11,432 23,959 13,114 60 4,372 20,945 5,354 11 10,848 23,736 12,503 61 4,334 20,927 5,310 12 10,342 23,540 11,971 62 4,297 20,909 5,267 13 9,898 23,365 11,501 63 4,261 20,891 5,225 14 9,506 23,208 11,083 64 4,226 20,874 5,184 15 9,155 23,067 10,707 65 4,192 20,857 5,144 16 8,840 22,938 10,367 66 4,159 20,841 5,104 17 8,554 22,820 10,058 67 4,126 20,825 5,066 18 8,293 22,711 9,774 68 4,094 20,809 5,029 19 8,054 22,611 9,514 69 4,063 20,794 4,992 20 7,835 22,518 9,273 70 4,033 20,779 4,956 21 7,631 22,431 9,049 71 4,003 20,764 4,921 22 7,443 22,350 8,841 72 3,974 20,750 4,887 23 7,267 22,274 8,647 73 3,945 20,736 4,854 24 7,103 22,203 8,465 74 3,917 20,722 4,821 25 6,949 22,135 8,294 75 3,890 20,708 4,788 26 6,805 22,072 8,133 76 3,863 20,695 4,757 27 6,669 22,012 7,981 77 3,837 20,682 4,726 28 6,541 21,955 7,837 78 3,811 20,669 4,695 29 6,420 21,900 7,701 79 3,786 20,657 4,666 30 6,305 21,849 7,571 80 3,761 20,644 4,636 31 6,195 21,800 7,448 81 3,737 20,632 4,608 32 6,092 21,753 7,331 82 3,713 20,620 4,579 33 5,993 21,708 7,219 83 3,690 20,608 4,552 34 5,899 21,665 7,112 84 3,667 20,597 4,525 35 5,808 21,623 7,009 85 3,644 20,586 4,498 36 5,722 21,584 6,911 86 3,622 20,574 4,472 37 5,640 21,546 6,817 87 3,601 20,564 4,446 38 5,561 21,509 6,727 88 3,579 20,553 4,421 39 5,485 21,474 6,640 89 3,558 20,542 4,396 40 5,412 21,440 6,557 90 3,538 20,532 4,371 41 5,342 21,407 6,476 91 3,517 20,522 4,347 42 5,274 21,376 6,399 92 3,497 20,512 4,323 43 5,209 21,345 6,324 93 3,478 20,502 4,300 44 5,146 21,316 6,252 94 3,459 20,492 4,277 45 5,085 21,287 6,182 95 3,440 20,482 4,255 46 5,027 21,259 6,114 96 3,421 20,473 4,232 47 4,970 21,232 6,049 97 3,403 20,463 4,210 48 4,915 21,206 5,985 98 3,384 20,454 4,189 49 4,862 21,181 5,924 99 3,367 20,445 4,168 50 4,811 21,157 5,865 100 3,349 20,436 4,147 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016 97

Tabel 6. Hasil curah huja megguaka Metode Kaga-Rodda Stadar Tr R average Skewess Probability No Deviasi K Desig Raifall (year) (Log) (log) (Cs) (%) Log mm (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 5 10 20 25 50 100 200 1000 0.421 99 50 20 10 5 4 2 1 0,5 0,1-3,858-0,139 0,706 0,764 0,788 0,784 0,789 0,790 0,791 0,793 0,155 1,721 2,077 2,102 2,112 2,110 2,112 2,113 2,113 2,114 1,428 52,634 119,510 126,336 129,361 128,871 129,459 129,585 129,673 129,924 KESIMPULAN Aalisis stasiu huja megguaka metode Kaga Rodda di dapatka 8 stasiu dari 12 stasiu huja yag tersedia. Aalisa yag didapatka megguaka 5% rata-rata kesalaha. Pajag metode Kaga-Rodda adalah L = 9,692 km da kesalaha = 9,225. Kesalaha iterpolasi = 14,727 DAFTAR PUSTAKA Desig Practise, WMO-No 324, Geeva. Solomo, 1972., Joit Mapig Cassbook o Hydrological Network Desig Practise, WMO-No 324, Geeva. World Meteorological Orgaizatio, 1981., Guide to Hydrological Practices, 4 th editio, WMO o 168, Geewa Switzerlad. Chow, V.T., D.R, Maidmet, L.W., 1988, Applied Hydrology. Mac. Graw- Hill, New York Dawdy D.R., Moss M.E., da Matalas N.C., 1972., Aplicatio of System Aalysis to Network Desig Cassbook o Hydrological Network Desig Practice, WMO- No 324, Geeva. Rodda, J.C., Richard A., Dowig, Frak, M. Law., 1976 System Hdrology. Lodo-Bosto : Newess- Butterworths. Rodda J.C., 1972, Plaig The Apatial Distributio of Hydrometeorogical Statios to Meet a Error Criterio, Cassbook o Hydrological Network 98 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 1 November 2016