Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

Bab II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Bell (1991:13) terdapat tiga 3 makna kata terjemahan. Yang pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

Penerjemahan Metafora

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah dari penelitian, identifikasi masalah dari latar belakang yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. variasi di dalamnya, yaitu memperhatikan konteks saja (tanpa strategi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan

BAB I PENDAHULUAN. proses bersosialisasi tersebut. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk dari bahasa tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu bahasa

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan memerlukan energi dari alam. Makhluk hidup memiliki karakteristik

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. Komik dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut Scott McCloud dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. media seperti buku, radio, televisi dan sebagainya. buku atau referensi dalam bahasa asing. Hal ini mengisyaratkan bahwa bangsa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. sasaran. Hatim dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah satu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. novel Eomma-reul Buthakhae (2008). Terdapat enam kalimat bermajas metonimia

BAB I PENDAHULUAN. kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

BAB I PENDAHULUAN. Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kitab di dalam Alkitab. Lukas menulis Injil kepada orang-orang bukan

BAB II PUISI, PENERJEMAHAN PUISI DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

Bab 5. Ringkasan. negeri sakura, Jepang. Dewasa ini, manga tidak hanya dikenal di Jepang. Saat ini manga

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

TERJEMAHAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA JERMAN

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

Transkripsi:

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu bahasa ke dalam bahasa lain. Namun, dibanding genre yang lain, penerjemahan karya sastra merupakan kerja yang paling sulit bagi para penerjemah, khususnya puisi yang memiliki nilai-nilai estetika dan ekspresif. Pantun termasuk dalam karya sastra lisan yang penerjemahannya ke dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, berkembang sangat lambat. Bahkan ada yang berpendapat bahwa pantun mustahil dapat diterjemahkan. Namun, diantara pro dan kontra tentang penerjemahan pantun, sejak abad ke-19, penerjemahan pantun ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi penerjemahan. Penerjemahan pantun ke dalam bahasa Inggris merupakan jembatan yang menghubungkan pembaca bahasa target (BT) yang tidak menguasai bahasa sumber (BS), namun dapat menikmati pantun dalam BT. Nababan (1997:39) mengungkapkan bahwa ada empat kendala utama yang dihadapi oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks, kendala itu adalah: 1. Sistem BS dan BT berbeda. Jika semua bahasa di dunia mempunyai sistem yang sama, menerjemahkan bukan

lagi menjadi tugas yang sulit untuk dilakukan. Pembahasan mengenai konsep kesepadanan akan menjadi persoalan yang sepele. Kenyataannya, setiap bahasa mempunyai sistem yang berbeda-beda. 2. Kompleksitas semantik dan stilistik. Bidang semantik merupakan bidang yang sangat luas cakupannya dan cenderung bersifat subjektif, karena kesubjektifannya hubungan makna suatu kata sangat erat kaitannya dengan budaya pemakai bahasa tersebut. Selama suatu kata BS menyangkut sesuatu yang juga terdapat dalam budaya BT, kesulitan dalam pencarian padanan sedikit banyak bisa dikurangi. Kenyataan menunjukkan bahwa ada kata dalam BS yang tidak terdapat dalam konteks BT. Disamping kompleksitas semantik, kompleksitas stilistik juga merupakan salah satu faktor penyebab sulitnya penerjemahan dilakukan. Teks sastra seperti pantun diungkapkan dengan gaya yang berbeda dari gaya teks ilmiah. Karena budaya BS dan budaya BT berbeda, maka gaya bahasa yang digunakan oleh kedua bahasa tersebut juga berbeda. 3. Tingkat kemampuan penerjemah Jika tingkat kesukaran sebuah teks dikaitkan dengan tingkat kemampuan penerjemah, sebuah teks dianggap mudah untuk diterjemahkan apabila tingkat kemampuan penerjemahnya sudah sangat baik. Namun, apabila kemampuan penerjemah rendah dalam memahami bahasa teks yang diterjemahkan, maka teks dianggap sukar. Penerjemah adalah pelaku utama dalam proses penerjemahan,

oleh karenanya tingkat kemampuan penerjemah menjadi salah satu faktor penentu dalam proses penerjemahan. 4. Tingkat kualitas teks BS. Rendahnya kualitas teks BS menyebabkan pesan yang sebenarnya terkandung dalam BS sulit ditangkap atau dipahami. Sehingga akan muncul kesulitan dalam proses penerjemahannya. Dengan kata lain, jika konteks yang diterjemahkan merujuk ke sesuatu yang tidak dikenal dalam budaya BT, maka tugas penerjemah menjadi lebih berat karena harus menemukan padanan dalam BT (Nababan, 60: 1997). Masalah kesepadanan merupakan bagian inti dari teori dan praktek penerjemahan karena proses penerjemahan selalu melibatkan pencarian padanan. (Barnstone, 1993 dalam Nababan, 62:1997). Analisis kesepadanan terjemahan merupakan suatu analisis yang menggiring kepada konteks keterjemahan dan ketakterjemahan. Konteks keterjemahan pada umumnya tidak menimbulkan masalah dalam penerjemahan, sebaliknya konteks ketakterjemahan menimbulkan permasalahan karena penerjemah harus menemukan padanan yang sesuai dalam BT (Nababan, 62:1997). Menurut Baker (1992: 21), kesulitan yang timbul dalam menemukan padanan disebabkan oleh 2 hal yakni : 1. Konsep khusus budaya Kata BS diterjemahkan ke dalam konsep yang sama sekali tidak dikenal dalam budaya BT. Konsep ini dapat berkaitan dengan teks keagamaan, kesusasteraan, adat istiadat atau makanan. Misalnya kata turun tanah adalah sebuah konsep

yang erat kaitannya dengan adat istiadat di Melayu tetapi tidak dikenal dalam budaya Inggris. 2. Kata BS yang tidak tersedia dalam BT Kata BS diterjemahkan ke dalam suatu konsep yang dikenal dalam BT tetapi BT tidak mempunyai padanan satu-satu untuk mengungkapkannya. Misalnya kata hamburger dalam bahasa Inggris yang sudah dikenal dalam masyarakat Indonesia, tetapi bahasa Indonesia tidak mempunyai padanan satu-satu untuk mengungkapkan konsep yang dikandung oleh jenis makanan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan strategi-strategi tertentu yang harus digunakan penerjemah untuk menemukan efek padan dalam suatu hasil terjemahan. Strategi penerjemahan merupakan bagian dari proses penerjemahan yang diterapkan pada saat proses penerjemahan berlangsung, baik pada tahap analisis teks BS maupun pada tahap pengalihan pesan (Silalahi, 2009: 29). Suryawinata dan Hariyanto (2003:67) mengklasifikasikan strategi penerjemahan menjadi dua jenis yaitu strategi struktural dan strategi semantis. Strategi struktural mengacu kepada bentuk atau struktur bahasa, sedangkan strategi semantis mengacu pada makna atau pesan bahasa. Berlatar dari hal tersebut, penelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan strategi yang digunakan seorang penerjemah asal Inggris Katharine Sim, yang telah menerjemahkan pantun dari bahasa Melayu ke dalam bahasa Inggris. Menurut Shunmugam (2007: 23), pada akhir abad ke-20 telah terdapat beberapa kajian yang menyentuh terjemahan puisi termasuk pantun, seperti yang dilakukan oleh: Eugene Nida (1969), Rolf Kloepfer (1967 dalam Dagut 1976),

Katharina Reiss (1971 dalam Dagut 1976), Menachem Dagut (1976) dan Jean-Vina serta Jean Paul Darblenet (1995). Dagut memberikan sumbangan terbesar dalam kegiatan ini. Dari kajian-kajian tersebut terdapat tiga pandangan utama yang muncul, yaitu: 1). metafora tidak mungkin diterjemahkan 2). metafora dapat diterjemahkan secara harfiah dan 3). ada metafora yang bisa diterjemahkan dan ada pula yang tidak dapat diterjemahkan. Pendapat yang ketiga adalah pandangan yang paling mendekati kenyataan. Bukan hanya Dagut, pendapat ini juga didukung oleh ahli bahasa seperti Ian Mason, Peter Newmark dan Raymond van den Broeck. Di dalam analisis pantun, permasalahan strategi yang digunakan penerjemah tidak sesederhana atau terbatas hanya dalam menerjemahkan pantun secara umum, tetapi juga strategi dalam menerjemahkan pola rima pantun dan menerjemahkan pola metris pantun, hal ini amat penting dilakukan mengingat pantun merupakan warisan khasanah budaya yang memiliki karakteristik visual tertentu yaitu bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a dan terdiri dari 8/10-12 suku kata tiap barisnya (Kristantohadi, 2010:15). Pantun Melayu mulai dikenal oleh masyarakat non-melayu melalui terjemahan yang dilakukan (terutama ke dalam bahasa Inggris) sejak akhir abad ke-19 oleh non-penutur asli bahasa Melayu. Diantara karya-karya tersebut Katharine Sim merupakan penerjemah pantun yang terkenal. Dalam buku kumpulan pantunnya Flowers Of The Sun (1957) terdapat 150 pantun Melayu yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa perlu untuk menganalisis karya Katharine Sim untuk mendeskripsikan bagaimana strategi yang digunakannya dalam menerjemahkan pantun Melayu ke dalam bahasa Inggris. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini akan mengkaji strategi yang digunakan Katharine Sim dalam menerjemahkan pantun ke dalam bahasa Inggris. Secara spesifik rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan pantun ke dalam bahasa Inggris? 2. Bagaimana strategi yang digunakan penerjemah dalam memindahkan pola rima pantun ke dalam bahasa Inggris? 3. Bagaimana strategi yang digunakan penerjemah dalam memindahkan pola metris pantun ke dalam bahasa Inggris? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan strategi yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan pantun ke dalam bahasa Inggris. 2. Mendeskripsikan strategi yang digunakan penerjemah dalam memindahkan pola rima pantun ke dalam bahasa Inggris. 3. Mendeskripsikan strategi yang digunakan penerjemah dalam memindahkan pola metris pantun ke dalam bahasa Inggris.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi para penerjemah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu terjemahan karya sastra. 2. Bagi para peneliti di bidang terjemahan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam menentukan arah penelitian selanjutnya, khususnya penelitian mengenai evaluasi penerjemahan karya sastra dan pantun. 3. Bagi para pembaca (target-readers), hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk lebih memahami hasil terjemahan. 1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini difokuskan pada produk atau hasil karya terjemahan. Objek kajian adalah strategi penerjemahan yang digunakan penerjemah (Katharine Sim), strategi pemindahan pola rima, dan strategi pemindahan pola metris. Satuan terjemahan yang dikaji adalah kata, frase, dan kalimat yang terdapat dalam 10 pantun Melayu dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Dengan demikian, pernyataan tentang strategi penerjemahan yang digunakan penerjemah, strategi pola pemindahan rima dan pola pemindahan metris disimpulkan berdasarkan analisis terhadap produk. 1.6 Klarifikasi Istilah Satu istilah mungkin saja memiliki lebih dari satu pengertian, maka untuk menghindari kekeliruan pada istilah yang digunakan diperlukan klarifikasi. Istilahistilah yang perlu diklarifikasi dalam tulisan ini yaitu: terjemahan, bahasa sumber, bahasa target, kesepadanan, metode penerjemahan, strategi yang digunakan

penerjemah, strategi struktural, strategi semantis, pola pemindahan rima, dan pola pemindahan metris. Klarifikasinya sebagai berikut: 1. Terjemahan dalam penelitian ini merupakan suatu produk dari proses penerjemahan dari BS (bahasa Melayu) ke dalam BT (bahasa Inggris). 2. Bahasa sumber (BS) adalah bahasa yang digunakan pada teks asal yang diterjemahkan. Dalam penelitian ini BS adalah bahasa Melayu. 3. Bahasa target (BT) adalah bahasa yang digunakan pada teks hasil yang diterjemahkan. Dalam penelitian ini BT adalah bahasa Inggris. 4. Kesepadanan dalam penelitian ini merupakan suatu padanan yang menunjukkan seberapa dekat teks BS dengan teks BT. Padanan adalah suatu bentuk dalam BT dilihat dari segi semantik sepadan dengan suatu bentuk teks BS (Machali, 2000:106). 5. Metode penerjemahan merupakan cara proses penerjemahan yang dilakukan dalam kaitannya dengan tujuan penerjemah. Metode penerjemahan adalah pilihan global yang mempengaruhi keseluruhan teks (Molina & Albir dalam Silalahi, 2009:11). 6. Strategi yang digunakan penerjemah Strategi yang digunakan penerjemah mengacu kepada cara penerjemah (Katharine Sim) dalam mengatasi masalah ketidaksepadanan, baik yang disebabkan oleh perbedaan sistem gramatikal maupun oleh perbedaan budaya.

7. Strategi struktural Strategi struktural mengacu pada strategi penerjemahan yang berkenaan dengan struktur kalimat. Strategi struktural ini bersifat wajib dilakukan karena jika tidak hasil terjemahannya akan tidak berterima secara struktural di dalam BT (Suryawinata & Hariyanto, 2003:67). 8. Strategi semantis Strategi semantis mengacu pada strategi penerjemahan yang langsung terkait dengan makna kata atau kalimat yang sedang diterjemahkan. Strategi ini dilakukan dengan pertimbangan makna. Strategi ini ada yang diterapkan pada tataran kata, frase maupun kalimat (Suryawinata dan Hariyanto 2003:72). 9. Pola pemindahan rima Pola pemindahan rima mengacu pada strategi penerjemah dalam memindahkan pola rima (sajak) pantun Melayu ke dalam bahasa Inggris yang dilihat dari ciri visualnya, yaitu selayaknya pantun bersajak paralel a-b-a-b (Kristantohadi, 2010:15). 10. Pola pemindahan metris Pola pemindahan metris mengacu pada strategi yang digunakan penerjemah dalam memindahkan pola metris (suku kata) pantun Melayu ke dalam bahasa Inggris dilihat dari ciri visualnya, yaitu selayaknya metris pantun berkisar antara 8/10-12 suku kata dalam setiap baris pantun (Kristantohadi, 2010:15).