Pengaruh Kepemimpinan Keselamatan Pada Kepala Proyek Terhadap Angka Kecelakaan Kerja PT. X Dan PT. Y Di Kota Solo Jawa Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

Masih dari hasil penelitian Al-Ababneh (2010), tidak ada gaya kepemimpinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008,

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. semaksimal mungkin sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup nya, untuk itu ada

Project Manager pada Proyek Wisma Atlet Banyuwangi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pada Manajemen K3

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah, padahal tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA MANAJEMEN K3

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Lia Irawati 1) Dr.Ir. Hendrik Sulistio., MT 2) Megawaty, ST., MT 3)

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #5 Ganjil 2015/2016

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MK3 PERTEMUAN #5 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. serta tertulis dalam lembar judul di awal, maka dapat diketahui bahwa

STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PT MDM DASAR DASAR K3

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Teknik Identifikasi Hazard (Survey Jalan Lintas, Job Safety Analysis, Job Safety Observation)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. wadah tersebut adalah organisasi. Dengan adanya organisasi, perangkat yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK KELANGSUNGAN USAHA

Lampiran 2 FORMAT RENCANA K3 KONTRAK (RK3K)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI SUPERVISOR PROYEK TERHADAP BIAYA, MUTU DAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan organisasi. Kualitas kinerja yang baik tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dengan melihat hasil analisis dan pembahasan di bab sebelumnya mengenai

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #3 Ganjil 2016/2017. Sistem Manajemen K3

USULAN ELEMEN SMK3 UI BERDASARKAN PERMENAKER No 5 Tahun 1996 dan OHSAS 18001

Transkripsi:

Pengaruh Kepemimpinan Keselamatan Pada Kepala Proyek Terhadap Angka Kecelakaan Kerja PT. X Dan PT. Y Di Kota Solo Jawa Tengah *) **) Marina Kartikawati *), Baju Widjasena **), Ida Wahyuni **) Mahasiswa Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Staf Pengajar Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRAK Pada tahun 2003 terdapat 60.000 (enam puluh ribu) orang yang mengalami kecelakaan di lokasi kerja di sektor konstruksi. Satu per sepuluh (1/10) diantaranya mengalami kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian atau kecacatan. Keselamatan kerja sangat erat kaitannya dengan kecelakaan kerja. Middle manager adalah orang yang memiliki kekuasaan penuh dalam keberlangsungan pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Keputusan yang diambil merupakan hasil pemikiran dengan mempertimbangkan situasi problematis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tipe kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap angka kecelakaan di PT. X dan PT. Y. Desain penelitian kualitatif dibuat agar dapat mendeskripsikan tipe kepemimpinan dan angka kecelakaan yang dihitung dengan menggunakan rumus. Subyek utama penelitian adalah pimpinan proyek yang terlibat dan terjun langsung ke lapangan yaitu Kepala Proyek,sedangkan untuk subyek triangulasi adalah staf K3 dan pekerja di proyek. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan data bahwa kepemimpinan yang buruk memiliki pengaruh buruk terhadap tingginya angka kecelakaan di suatu lokasi kerja. Kata Kunci : Kepemimpinan, Angka Kecelakaan, Konstruksi 309

PENDAHULUAN Berdasarkan data ILO (International Labour Organization) terdapat setidaknya 60.000 (enam puluh ribu) orang yang mengalami kecelakaan di lokasi kerja di sektor konstruksi. Satu per sepuluh (1/10) diantaranya mengalami kecelakaan berat dan berakibat kematian atau kecacatan. 1 Angka kecelakaan kerja di Indonesia termasuk yang paling tinggi di kawasan ASEAN. Hampir 32% kasus kecelakaan kerja yang ada di Indonesia terjadi di sektor konstruksi yang meliputi semua jenis pekerjaan. 2 Aspek penting yang merupakan pilar penerapan budaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu organisasi kerja di dalam Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah komitmen dari manajer puncak sebagai penentu kebijakan perusahaan. Kepemimpinan transformasional diperlukan untuk membentuk budaya K3 di dalam sebuah perusahaan. Kepemimpinan dengan tipe ini mengubah perilaku pengikutnya/bawahannya menjadi seseorang yang merasa mampu dan bermotivasi tinggi dan berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi dan bermutu. 3 Semakin maraknya investasi di bidang property di kota Solo menjadikan perusahaanperusahaan penyedia jasa konstruksi berlombalomba untuk memenangkan tender pembangunan dari para investor. Dari beberapa perusahaan tersebut terdapat 2 perusahaan yaitu PT. X dan PT. Y yang ikut bersaing dalam pemenangan tender tersebut. PT. X adalah Badan Usaha Milik Negara, sedangkan PT. Y adalah perusahaan swasta. Kedua perusahaan tersebut memiliki middle manager yang terlibat langsung dalam penyelesaian sebuah proyek yang biasa disebut dengan Project Production Manager atau Site Manager di dalam perusahaan. Target yang ditetapkan oleh owner memiliki waktu yang singkat, sehingga kemungkinan terjadi pemimpin lebih menerapkan cost and time effectiveness daripada keselamatan pekerjanya. Keselamatan kerja sangat erat kaitannya dengan kecelakaan kerja. Situasi problematis dalam pembangunan sebuah bangunan salah satunya adalah tentang pemenuhan target. Banyak hal yang bisa menghalangi terpenuhinya target tersebut, salah satunya adalah pemenuhan target keselamatan kerja. Keselamatan kerja erat kaitannya dengan kecelakaan. Bagaimana seorang Project Production Manager mengambil keputusan berkaitan dengan situasi problematis tersebut menjadi suatu hal yang menarik. METODE PENELITIAN Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Penelitian ini mengambil subyek sebagai berikut : 1. Subyek utama penelitian adalah pimpinan proyek yang terlibat dan terjun langsung ke lapangan di PT. X dan PT. Y dalam hal ini adalah 1 (satu) orang Kepala Proyek dari masing-masing perusahaan. 2. Subyek triangulasi adalah masing-masing 1 (satu) staf K3 dan 1 (satu) pekerja dari tiap perusahaan sebagai orang yang merasakan dampak kepemimpinan dari Kepala Proyek. Jumlah total subyek penelitian ini adalah 6 (enam) orang. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan Maret 2014. Pada tahapan persiapan, peneliti menyiapkan dokumen terkait dengan penelitian berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan perizinan untuk kemudian masuk ke dalam tahap pelaksanaan yaitu melakukan wawancara dan observasi dengan subyek. Hasil dari wawancara dan observasi kemudian dianalisis dan dibuat laporan. HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Kepemimpinan PPM PT.X maupun pekerja tidak tertarik dengan keselamatan dan kesehatan kerja walaupun mereka sudah mengalami beberapa kali kecelakaan, kebanyakan mencari cara untuk selamat dalam bekerja dengan cara mereka 310

sendiri. Berbeda dengan di PT. Y, SM dan para karyawan lebih memiliki komitmen dalam keselamatan dan kesehatan kerja, para karyawan dan manajer menunjukkan komitmen terus menerus untuk memastikan bahwa inti dari sistem manajemen kesehatan dan keselamatan terus berjalan, menanggapi kekhawatiran pekerja tentang keselamatan kerja dan menggunakan berbagai cara untuk berkonsultasi dengan pekerja. Para pekerja PT. Y memberikan informasi (feed back) kepada para pimpinannya untuk kemudian para pemimpin memberikan keputusan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Berbeda dengan PT. X yang tidak memperhatikan keselamatan kerja dan hanya memberikan instruksi yang harus dilakukan oleh para pekerja. Namun kesamaan dimiliki oleh kedua manajer perusahaan tersebut dimana target masih menjadi yang utama. Pemenuhan K3 di proyek PT. Y dipenuhi sebagai cara untuk memenuhi prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, sedangkan di PT. X pemenuhan standar K3 tidak dilakukan, tidak ada kepedulian atau ingin mempedulikan K3, hanya lingkungan yang mendapatkan perhatian khusus. PT. X maupun PT. Y melakukan pengukuran untuk K3. Walaupun di PT. X sudah dilakukan pengukuran baik untuk keselamatan maupun kesehatan, tetapi tidak dilakukan pengukuran untuk tindakan proaktif seperti inspeksi dan near miss. Setelah dilakukan pengukuran, di PT. X tidak ada tindak lanjut untuk perbaikan kondisi tersebut. Berbeda dengan PT. Y yang melakukan penilaian lebih lanjut dan dibandingkan dengan kondisi proyekproyek PT. Y yang lain. Aspek perilaku menjadi kunci dalam kepemimpinan karena hal ini yang bisa dilihat dan ditiru oleh para pengikutnya. Di PT. X maupun PT. Y memiliki visi terkait dengan K3 namun perhatian khusus lebih pada PT.Y yang memulai keselamatan dari diri sendiri. Komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin PT. Y lebih variatif sehingga dapat menarik minat dari para pekerja untuk bertindak selamat dalam bekerja. Ketegasan seorang pemimpin juga nampak dalam adanya punishment yang diberikan oleh pemimpin PT. Y yaitu berupa denda pemotongan opnam mandor bagi para mandor yang membandel dalam upaya keselamatan kerja. Tidak hanya hukuman, namun juga diimbangi dengan adanya pemberian reward bagi mereka yang bertindak selamat dan aware terhadap orang lain. Tipe kepemimpinan para pemimpin perusahaan ini merupakan tipe kepemimpinan transaksional, namun perbedaannya PT. X memiliki PPM dengan tipe Contingent Reward dimana pekerja melakukan pekerjaan untuk kepentingan perusahaan, yang menguntungkan perusahaan, maka kepada mereka dijanjikan imbalan yang setimpal yang dapat dilihat dari opnam mandor yang lebih mengejar progress daripada K3 dan adanya pembiaran ketika tidak memakai APD. Sedangkan PT.Y memiliki SM dengan tipe Management by Exception-Active dimana manajer secara aktif dan ketat memantau pelaksanaan tugas pekerjaan bawahannya agar mereka tidak membuat kesalahan atau agar mereka tidak gagal dalam melakukan pekerjaan, agar kesalahan dan kegagalan bawahan secepatnya dapat diketahui dan diperbaiki. Walaupun sama-sama memiliki pemimpin dengan corak interaksi transaksional, namun terdapat perbedaan derajat kepercayaan dari atasan/pemimpin terhadap bawahannya. Pada Contingent Reward pemimpin belum mempercayai kemampuan bawahannya dan memberikan kesempatan kepadanya untuk memperlihatkan kemampuannya. Motivasi kerja ditimbulkan melalui reward yang setimpal dengan prestasi kerjanya. Pada Management by Exception-Active sudah digambarkan adanya kepercayaan terhadap bawahan, namun belum banyak sehingga memerlukan pengawasan. 4 311

Angka Kecelakaan Tabel 1. Tabel Perbandingan Nilai Indeks Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. X dan PT. Y No Indeks Keselamatan Kesehatan Kerja PT. X PT. Y 1 Tingkat Kekerapan Kecelakaan 21,80 15,39 2 Tingkat Kekerapan Cidera 0 0 3 Tingkat Keparahan Cidera 0 0 4 Rerata Hari Kerja Hilang 0 0 5 Tingkat Insiden 0 0 Cara untuk membandingkan periode kinerja keselamatan kerja satu dengan yang lainnya dan juga untuk mengevaluasi pengaruh program keselamatan kerja tertentu dalam suatu perusahaan ataupun perusahaan lain yang sejenis dapat digunakan indeks keselamatan kerja. PT. X dan PT. Y dalam tabel 1 memiliki perbedaan pada nilai kekerapan kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja pada kedua perusahaan tersebut. Tingkat kekerapan kecelakaan pada PT. X menunjukkan nilai 21,80 yang berarti terjadi 21,80 kecelakaan per juta jam kerja pekerja. Sedangkan pada PT. Y memiliki nilai yang lebih kecil yaitu 15,39 yang berarti ada 15,39 kecelakaan per juta jam kerja pekerja. Pada periode ini dapat dilihat bahwa PT. X memiliki nilai kekerapan kecelakaan yang lebih besar dibandingkan dengan PT. Y pada periode yang sama. Hal tersebut menunjukkan kinerja keselamatan kerja PT. X lebih buruk daripada PT. Y. Pengaruh program keselamatan di PT. Y memiliki pengaruh yang lebih baik daripada di PT. X. 5 Pengaruh Kepemimpinan Keselamatan Terhadap Angka Kecelakaan PT. X merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dalam keseharian pelaksanaan di dalam proyek dipimpin oleh seorang PPM (Project Production Manager) yang memberikan komando baik kepada para supervisor yang berada di bawah pimpinannya. Apabila dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan pada saat wawancara maupun melihat langsung perilaku dari PPM tersebut dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan K3 bersifat reaktif pasif, apabila tidak ada kejadian kecelakaan yang fatal, maka tidak ada kekhawatiran atau tindakan untuk memberikan perhatian kepada keselamatan dan kesehatan kerja. Di PT. X domino kontrol manajemen tidak kuat, hal ini dapat dilihat dari ketiadaan komitmen atau ketertarikan terhadap K3, perjanjian kerja dengan pekerja hanya dikomunikasikan di awal dengan tidak memperhatikan keberlangsungan proses komunikasi tersebut terhadap pekerja, perhatian lebih fokus terhadap target produksi dibandingkan dengan keselamatan pekerja, pemenuhan peraturan K3 dilakukan setelah adanya kecelakaan dan tidak ada usaha untuk melakukan perbaikan berkaitan dengan adanya kecelakaan walaupun K3 diukur bukan hanya dari aspek keselamatan namun juga kesehatan kerja pekerja. Hal tersebut didukung dengan tidak adanya integrasi K3 pada visi misi perusahaan baik pusat maupun site proyek tersebut. Begitu juga dengan proses komunikasi yang dilakukan untuk mengkomunikasikan visi dan misi tersebut. PPM juga tidak memberikan motivasi dan inspirasi untuk bertindak selamat, juga tidak memberikan perhatian khusus terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pekerjanya. Apabila domino tersebut tidak diperbaiki maka akan menimpa domino berikutnya yaitu berkaitan dengan personal dan pekerjaan, pekerjaan yang terlalu berat dan tidak diberikan perhatian khusus terhadap pekerjaan terlihat dari banyaknya sub standart action yang terjadi diantara jarang ada pekerja yang memakai APD dan tidak ada teguran dari PPM tersebut 312

dan juga banyaknya sub standart condition yaitu penataan material dan pemisahan material dari akses jalur manusia. Kondisi dan tindakan tidak sesuai dengan standar tersebut apabila ada kontak dengan energi baik itu benturan, listrik dan panas akan menimbulkan kecelakaan dan kerugian. Domino pengetahuan PT. X dan PT. Y sama kuatnya, namun dalam domino kontrol manajemen terdapat perbedaan. SM PT.Y memenuhi K3 karena merasa K3 adalah suatu keharusan di dalam proyek. SM memberikan perhatian khusus terhadap K3 dengan berbagai cara menyampaikan pentingnya K3 baik melalui komunikasi interpersonal, komunikasi massa, dan improvisasi dalam komunikasi K3 melalui lomba dan reward. Pekerja juga berusaha untuk memberikan feed back terhadap keputusan dari perusahaan. Walaupun target masih menjadi prioritas utama dalam proyek, namun pimpinan melakukan berbagai cara untuk pemenuhan K3. Demikian juga K3 dalam proyek juga diukur dalam indikator yang lebih luas untuk kemudian menjadi pembelajaran untuk pengembangan yang berkelanjutan. Hal-hal tersebut menjadikan domino kontrol manajemen PT. Y menjadi lebih kuat. Namun di PT. Y, domino pekerjaan dan personal tidak kuat, hal ini masih terlihat dari beban pekerjaan yang lebih memilih mengejar target dengan sistem progress yang semakin meningkatkan beban pekerjaan dari para pekerja. Sub standart action dan sub standart condition berupa ketidakpatuhan dalam pemakaian APD yang walaupun jarang terjadi kemudan kontak dengan energi sehingga ada insiden insiden kecil dan near miss di proyek tersebut yang menimbulkan kerugian berupa waktu dan uang. Kepemimpinan keselamatan dalam proyek konstruksi PT. X maupun PT. Y memiliki pengaruh yang berbeda. Di PT. X dengan pemimpin bertipe Contingent Reward dimana keuntungan menjadi hal utama di dalam proyek tersebut tanpa memikirkan keselamatan pekerja menjadikan angka kecelakaan terutama kekerapan kecelakaan di PT. X menjadi lebih besar 6,41 poin yang berarti ada lebih banyak 6,41 kecelakaan per juta jam kerja dibandingkan dengan PT. Y yang memiliki pemimpin dengan tipe Management by Exception-Active. Pemimpin PT. Y secara aktif dan ketat melakukan pengawasan terhadap tugas pekerjaan para pekerjanya sehingga apabila ada kesalahan cepat diketahui dan diperbaiki. Demikian apabila kesalahan-kesalahan tidak segera diperbaiki, maka akan banyak terjadi kerusakan dan kecelakaan yang menimbulkan lebih banyak kerugian. Kepemimpinan transformasional belum bisa diwujudkan di kedua perusahaan tersebut, padahal dalam kajian yang dilakukan Yusri, kemajuan dan penerapan safety leadership di setiap industri sangat tergantung dari komitmen pihak top management dalam menumbuhkembangkan budaya keselamatan di oraganisasinya masing-masing, sehingga masih diperlukan perubahan corak interaksi kepemimpinan di kedua perusahaan tersebut apabila ingin mengembangkan budaya keselamatan. 6 KESIMPULAN 1. PT.X yang merupakan perusahaan BUMN memiliki PPM dengan tipe Contingent Reward sedangkan PT.Y memiliki SM dengan tipe Management by Exception- Active. 2. PT. X memiliki nilai kekerapan kecelakaan yang lebih besar dibandingkan dengan PT. Y pada periode yang sama. Hal tersebut menunjukkan kinerja keselamatan kerja PT. X lebih buruk daripada PT. Y dan program keselamatan kerja pada PT. X tidak berpengaruh pada keselamatan kerja di perusahaan tersebut. 3. Salah satu faktor penyebab dari tingginya angka kecelakaan pada suatu pekerjaan adalah tipe kepemimpinan. Saran Umum Pembicaraan tentang target sebaiknya juga diimbangi dengan pembicaraan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. 313

Khusus PT. X 1. Pemimpin sebaiknya secara konsisten menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Tindakan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebaiknya bersifat proaktif daripada reaktif. 3. Apabila mengambil keputusan tentang keselamatan dan kesehatan pekerja sebaiknya meminta pendapat dari pekerja juga karena pekerja merupakan orang yang terdampak dari sebuah keputusan. 4. Para pekerja sebaiknya diberi pengetahuan tentang risiko-risiko dari pekerjaan yang dihadapi dan cara untuk mengurangi risiko tersebut. Khusus PT. Y Para pemimpin sebaiknya secara rutin melakukan pelatihan ataupun sharing informasi untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. DAFTAR PUSTAKA 1. ILO. Safety in Numbers. Geneva : International Labour Organization, 2003. 2. Ridwan, Moh. BPJS Ketenagakerjaan. [Online] 15 Januari 2010. [Dikutip: 25 Januari 2014] 3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Jakarta : s.n. 2012. 4. Bass, B.M. dan B.J., Avolio. Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership. California : Sage Publications, 1994. 5. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press, 2008. 6. Peran "Safety Leadership" dalam Membangun Budaya Keselamatan yang Kuat. Astuti, Yusri Heni Nurwidi. Yogyakarta : STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA, 2010. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal), 314