Bab II Pembahasan. 2) Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi oleh perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
EKUITAS PEMEGANG SAHAM Mata Kuliah Akuntansi Keuangan 2

Pengertian Modal Saham

Perseroan : Organisasi dan Operasi

PERTEMUAN KE TIGABELAS MODAL SAHAM (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan

CAPITAL. Pengertian & Karakteristik Modal

PERTEMUAN 14 MODAL SAHAM (2) DAN LABA DITAHAN

MODAL SAHAM DAN LABA DITAHAN

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity)

BAB 11 EKUITAS. Terdapat 3 bentuk utama badan organisasi bisnis, yaitu : 1. Perusahaan perorangan 2. Persekutuan. 3. Perseroan terbatas

AKUNTANSI TERHADAP MODAL SAHAM

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG. ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB

HAK-HAK PEMEGANG SAHAM

Laba bersih. perubahan tertentu pada prinsip akuntansi.

Corporation: Organization and Capital Stock Transactions

SAHAM. Oleh: Ani Hidayati

Modal pemilik = Aset Kewajiban

JAWABAN SOAL LATIHAN PRAKTIKA AKUNTANSI KEUANGAN II CHAPTER 16 : EKUITAS PEMEGANG SAHAM_LABA DITAHAN

Pertemuan: MODAL SAHAM-DEVIDEN

MODAL SAHAM DAN LABA DITAHAN

EKUITAS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 3. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad & Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

INVESTASI JANGKA PANJANG. Rini Handayani, SE.,M.Si STIE Atma Bhakti Surakarta

S A H A M. Pertemuan 3

BAGIAN X EKUITAS X.1. PENDAHULUAN

MODAL SAHAM. Caecilia Widi Pratiwi

Equity Financing. Hak Pemilikan (Rights of Ownership)

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

KEWAJIBAN & MODAL. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan 5 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Baridwan (2004) earning per share adalah jumlah pendapatan yang

Ekuitas 1. Definisi dan klasifikasi ekuitas 2. Pengakuan dan pengukuran ekuitas 3. Penyajian (pelaporan)

AUDIT SIKLUS AKUISISI MODAL DAN PEMBAYARAN KEMBALI MODAL

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi

Modul ke: AUDIT II AUDIT TERHADAP SIKLUS INVESTASI DAN MODAL. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Yessie, SE, Msi. Program Studi AKUNTANSI

PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG JANGKA PANJANG DAN EKUITAS

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

BAB 22 AUDIT SIKLUS AKUISISI MODAL DAN PEMBAYARAN KEMBALI

MODAL LABA PER SAHAM

MAKALAH TEORI AKUNTANSI : EKUITAS Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Teori Akuntansi

JAWABAN SOAL LATIHAN PRAKTIKA AKUNTANSI KEUANGAN II CHAPTER 13 : CURRENT LIABILITIES & CONTINGENCIES

KUIS & SOAL EKUITAS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 3. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang sangat efektif untuk

SEKURITAS DILUTIF & LABA PER SAHAM ( DILUTIVE SECURITIES & EARNINGS PER SHARE )

MAKALAH TENTANG EKUITAS

NERACA KONSOLIDASI PERUBAHAN KEPEMILIKAN

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

Bagian I: Organisasi dan Transaksi Modal

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

PERTEMUAN 7 & 8. Metode Harga Perolehan (Cost Method)

A. HUTANG OBLIGASI perjanjian obligasi Obligasi berjamin dan tanpa jaminan

MODUL I PENGGABUNGAN BADAN USAHA

menyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.

PENGANTAR BISNIS CHAPTER 19 PASAR MODAL (SECURITIES MARKET)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

A. MODAL INTI ( FIRST TIER CAPITAL

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/22/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

Armini Ningsih Politeknik Negeri Samarinda 2017

SEKURITAS DILUTIF. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) laporan keuangan

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

STOCKHOLDER S EQUITY: RETAINED EARNING

Materi 3 PENILAIAN SEKURITAS 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji,

BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTANSI INVESTASI JANGKA PANJANG LONG-TERM INVESTMENT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

PEMBAHASAN 1. TRANSAKSI OBLIGASI ANTARPERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CONTOH SOAL EKUITAS (Paid in Capital)

BAB II URAIAN TEORITIS

Catatan 31 Maret Maret 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB II LANDASAN TEORI

Perseroan membeli kembali saham yang beredar tetapi tidak bermaksud menghentikan saham tersebut. Pembelian kembali dilakukan karena berbagai tujuan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suad Husnan, (2005:3) mendefinisikan bahwa pasar modal sebagai pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan

BAB XX AKUNTANSI HUTANG JANGKA PANJANG

.hastoni.co.ccuntansi Keuangan Lanjutan Soal Jawab Soal pilihan berganda Akuntansi Keuangan Lanjutan

DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) / Fax (022)

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas. untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 LANDASAN TEORI. tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Definisi ini mengandung dua pengertian, yakni:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

SEKURITAS DILUTIF. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 4. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Laporan Keuangan Konsolidasi : Dengan Metode Ekuitas

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Putusan Pengadilan Pajak : Put-41148/PP/M.XIII/15/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

Transkripsi:

Bab II Pembahasan 1. PENGERTIAN MODAL SAHAM Perseroan terbatas (PT) merupakan suatu kesatuan usaha yang dari segi hukum dipisahkan dari pemiliknya. Karena terpisah dari pemiliknya maka kewajiban pemilik terhadap perusahhannya terbatas sampai jumlah modal yang disetornya. Selain itu, bentuk perseroan memungkinkan untuk mendapatkan modal dari banyak orang, setiap orang yang menyetor menjadi pemilik dari perseroan tadi. Karena pemiliknya terdiri dari jumlah yang cukup banyak, maka pengelolaan perseroan akan diserahkan kepada pihakpihak lain yang diangkat menjadi pemimpin PT tersebut. Dengan kata lain, yang menjalankan PT adalah orang-orang yang diangkat oleh pemiliknya. Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai bukti setoran dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang diserahkan kepada pihak-pihak yang menyetor modal. pemiliknya PT merupakan kumpulan pihak-pihak yang,mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham. saham yang dikeluarkan oleh PT dapat dicantumkan nama pemiliknya, disebut saham atas nama, dapat juga tidak dicantumkan nama pemiliknya. Saham yang merupakan bukti pemiliknya PT mempunyai beberapa hak sebagai berikut: 1) Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan, yaitu melalui hak suara dalam rapat pemegang saham. 2) Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi oleh perusahaan 3) Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi pemilikan saham masing-masing pemegang saham dapat tidak berubah 4) Hak untuk menerima pembagaian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan dalam hal perusahaan dilikuidasi Apabila perusahaan itu mengeluarkan satu jenis saham maka seluruh pemegang saham mempunyai hak yang sama, tetapi bila saham yang dikeluarkan itu lebih dari satu jenis maka yang diberkian kepada masing-masing jenis berbeda, tergantung pada kontrak pengeluaran saham yang disetujui. Dalam akta pendirian perusahaan disebutkan jumlah lembar saham yang akan dikeluarkan, jumlah yang sudah disetor dan nilai nominalnya. Nilai nominal saham adalah nilai yang tercantum dalam tiap-tiap lembar saham, yaitu nilai yang ditetapkan untuk masing-masing lembar. JENIS-JENIS SAHAM Apabila perusahaan mengeluarkan satu macam saham maka saham-saham itu disebut saham biasa (common stock). Apabila saham yang dikeluarkan itu 2 macam, yang satu adalah saham biasa dan yang lain adalah saham prioritas (preferred stock). Berikut ini duraikan mengenai masing-masing jenis saham

1) Saham Biasa (common stock) Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam urutan yang paling akhir dalam perusahaan dilikuidasi, sehingga risikonya adalah yang paling besar. Karena risikonya besar, biasanya jika usaha perusahaan berjalan dengan baik maka dividen saham biasa akan lebih besar dari pada saham prioritas. Hak yang diberikan kepada pemegang saham biasa adalah seperti yang sudah diuraikan dimuka. Dibandingkan dengan saham prioritas, saham biasa tidak mempunyai preferensi, karena saham prioritas juga mempunyai hak yang sama dengan saham biasa seperti yang telah disebutkan dimuka. Kadang-kadang hak suara dalam rapat pemegang saham hanya diberikan pada saham biasa, tetapi sering juga saham prioritas mempunyai hak suara. Jika saham perusahaan yang dikeluarkan Cuma satu macam maka saham itu selalu saham biasa. 2) Sertifikat Saham Sertifikat saham ini dikeluarkan oleh PT Danareksa, yaitu suatu PT yang didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk membeli saham perusahaanperusahaan yang go public melalui pasar modal dan menjualnya kembali kepada masyarakat umum dalam bentuk sertifikat saham. Karena sahamnya dimiliki oleh PT Danareksa, maka hak suara atas saham tersebut juga berada pada PT Danareksa. Pemilik sertifikat saham tidak memiliki hak suara dalam PT. 3) Saham Prioritas Saham prioritas merupakan saham yang mempunyai beberapa kelebihan, biasanya kelebihan ini dihubungkan dengan pembagian deviden atau pembagian aktiva pada saat likuidasi. Kelebihan dalam hal pembagian deviden adalah bahwa deviden yang dibagi pertama kali harus dibagikan untuk saham prioritas, kalau ada kelebihan, baru dibagikan kepada pemegang saham biasa. Dividen saham prioritas tidak terutang atas dasar waktu, tetapi baru terutang jika sudah diumumkan oleh perusahaan. Dalam hal pimpinan perusahaan tidak mengumumkan pembagian dividen dalam satu periode maka dividen tadi hilang. Biasanya saham prioritas mempunyai nilai nominal dan dividennya dinyatakan dalam persentase dari nilai nominal. Apabila saham prioritas itu tidak mempunyai nilai nominal maka dividennya dinyatakan dalam bentuk rupiah dan bukan dalam bentuk persentase. Suatu perusahaan dapat mengeluarkan lebih dari satu macam saham prioritas yang disebut saham prioritas kesatu, saham prioritas kedua dan seterusnya, dimana saham prioritas kesatu mempunyai klaim yang pertama terhadap laba dan saham prioritas kedua mempunyai klaim kedua dan seterusnya. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki saham prioritas yaitu : a) Saham prioritas kumulatif dan tidak kumulatif Saham prioritas kumulatif adalah saham prioritas yang dividennya setiap tahun harus dibayarkan kepada pemegang saham. Apabila dalam suatu tahun dividen tidak dapat dibayarkan, maka pada tahun-tahun berikutnya dividen yang belum dibayar tadi harus dilunasi dulu sehingga dapat mengadakan pembagian dividen untuk saham biasa. Kumulatif ini tidak berlaku pada saat perusahaan dilikuidasi jika tidak terdapat saldo laba

tidak dibagi. Jika saham prioritas itu tidak kumulatif, dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun-tahun berikutnya. Jadi jika akan membagi dividen untuk saham biasa,kewajiban yang ada hanyalah membayar dividen saham priritas untuk tahun tersebut. b) Saham prioritas partisipasi dan tidak berpartisipasi Saham prioritas mungkin berpartisipasi penuh atau sebagian. Yang dimaksud dengan partisipasi penuh adalah jika saham prioritas berhak atas deviden dengan jumlah yang sama besar dengan saham biasa sesudah saham biasa mendapat dividen sebesar persentase dividen saham prioritas. Partisipasi sebagian berarti saham prioritas akan mendapat dividen sampai jumlah tertentu yang ditetapkan sesudah saham biasa mendapat dividen dengan tarif yang sama dengan saham prioritas. Jumlah tertentu yang akan diterima oleh saham prioritas biasanya dinyatakan dalam persentase. Misalnya PT Risa fadila mempunyai saham yang beredar sebagai berikut : saham prioritas, nominal Rp. 1000000,00, 10% berpartisipasi penuh, saham biasa, nominal Rp. 2000000,00. Pada akhir tahun 2005, dibagi dividen sebesar Rp.540000,00. Dividen ini dibagikan kepada saham prioritas dan biasa dengan perhitungan sebagai berikut : Prioritas Biasa Untuk saham prioritas = 10% x Rp. 1000000,00 Rp. 100000,00 Untuk saham biasa 10% x Rp. 2000000,00 = Rp. 200000,00 Untuk saham prioritas dan biasa = Rp. 240000,00 = 8% 80000,00 160000,00 Rp. 3000000,00 Rp. 180000,00 Rp. 360000,00 Dengan cara perhitungan diatas, masing-masing saham memperoleh dividen dengan tarif yang sama besar (18%) yaitu : Saham prioritas = Rp. 180000,00 x 100% = 18% Rp. 1000000,00 Saham biasa = Rp. 360000,00 x 100% = 18%

Rp. 1000000,00 Perhitungan diatas dapat juga dilakuakn sekaligus, yaitu sebgai berikut : Persentase dividen untuk kedua jenis saham = Rp. 540000,00 x 100% = 18% Rp. 3000000,00 Pembagian dividen untuk : Saham prioritas = 18% x Rp. 1000000,00 = Rp. 180000,00 Saham biasa = 18% x Rp. 2000000,00 = 360000,00 Jumlah dividen = Rp. 540000,00 Apabila saham prioritas tidak berpartisipasi penuh, tetapi hanya sampai 15 %, maka perhitungannya sebagai berikut : Prioritas Biasa Untuk saham prioritas 10% x Rp. 1000000,00 = Rp. 100000,00 Untuk saham biasa 10% x Rp. 2000000,00 = Rp. 200000,00 Untuk saham prioritas 5% x Rp. 1000000,00 = 50000,00 Untuk biasa 160000,00 Rp. 150000,00 Rp. 390000,00 Persentase penerimaan dividen sebgai berikut : Saham prioritas = Rp.150000,00 x 100% = 15%

Rp. 1000000,00 Saham biasa = Rp. 390000,00 x 100% = 19,5% Rp. 2000000,00 Apabila saham prioritas itu tidak berpartisipasi maka dividen yang diterima setiap tahunnya terbatas sebesar tarif dividennya. Dalam contoh diatas dividen saham prioritas setiap tahunnya sebesar 10%. c) Saham prioritas atas Aktiva dan dividen pada saat likuidasi Saham dengan preferensi seperti ini pada saat likuidasi akan tetap menerima dividen yang belum dibayar, walaupun saldo laba tidak dibagi tidak mencukupi. Sesudah pelunasan dividennya, saham prioritas ini dilunasi. Jika saldo laba tidak dibagi tidak mencukupi maka pelunasan dividen dan nominal saham prioritas dilakukan dari modal yang disetor dari saham biasa. Saham biasa yang pelunasannya jatuh pada urutan terakhir akan menerima jumlah pengembalian sebesar sisa modal disetor yang masih ada. Dapat terjadi sisanya nol sehingga saham biasa tidak memperoleh pengembalian. d) Saham prioritas yang dapat ditukar dengan saham biasa Kadang-kadang saham prioritas mempunyai preferensi dapat ditukar dengan saham biasa. Pemegang, saham prioritas jenis ini akan menukarkan sahamnya dengan saham biasa dalam keadaan dividen yang dibagi untuk saham biasa tiap tahunnya lebih besar daripada dividen untuk saham prioritas. Apabila keadaan seperti yang disebutkan diatas diperkirakan akan berlangsung terus maka lebih menguntungkan memiliki saham biasa daripada saham prioritas karena saham biasa mempunyai kalim yang tidak terbatas atas laba. 4) Pencatatan modal saham Untuk dapat melakukan pencatatan modal saham dengan baik, perlu diketahui istilah-istilah berikut ini : Modal saham statuter atau modal saham yang diotoritasi, yaitu jumlah saham yangdapat dikeluarkan sesuai dengan akta pendirian perusahaan. Modal saham beredar, yaitu jumlah saham yang sudah dijual beredar Modal saham belum beredar,yaitu jumlah saham yang sudah diotoritasi tetapi belum dijual Treasury stock, yaitumodal saham yang sudah dijual dan sekarang di beli kembali oleh perusahaan Modal saham dipesan, yaitu jumlah saham yang disishkan karena sudah dipesan untuk dibeli. Modal saham yang dipesan ini baru dikeluarkan bila harga jualnya sudah dilunasi

PSAK no 21 peragraf 15 menyatakan bahwa modal saham yang dijual dicatat dalam rekening modal saham sebesar nilai nominalnya yaitu nilai yang tercantum dalam lembaran saham. Jika harga jualnya tidak sama dengan nilai nominal, selisihnya dicatat dalam rekening agio saham atau disagio saham. Rekening agio saham menunjukan selisih di atas nilai nominal dan rekening disagio saham menunjukan selisih di bawah nominal. 5) Penjualan secara tunai Saham yang dijual secara tunai akan dicatat dengan mendebit akun (rekening) kas dan mengkredit rekening (akun) modal saham. Selisih harga jual saham dengan nilai nominalnya akan dicatat dengan mengkredit rekening agio saham atau mendebet rekening, disagio saham. jurnal untuk mencatat penjualan saham perdana adalah : Rp.xxx Disagio saham xxx Modal saham Rp. Xxx Atau Rp. Xxx Modal saham Rp. xxx Agi saham xxx 2. AKUNTANSI UNTUK PENERBITAN SAHAM Masalah akuntansi yang ada pada penerbitan modal saham akan dibahas dalam topik berikut: Akuntansi untuk saham dengan nilai pari Akuntansi untuk saham tanpa nilai pari Akuntansi untuk penerbitan saham yang digabungkan dengan sekuritas lainnya (penjualan lump sum) Akuntansi untuk saham yang diterbitkan dalam transaksi nonkas Akuntansi untuk biaya penerbitan saham 1. Saham dengan Nilai Pari Ada beberapa alternatif dalam penerbitan saham dengan nilai pari antara lain yaitu : Saham diterbitkan sama dengan nilai pari Saham diterbitkan diatas nilai pari

Saham diterbitkan dibawah nilai pari Misalkan PT. JLIANI menjual 1000 lembar saham biasa yang memiliki nilai pari Rp.1.000,- per lembar, dengan harga sama dengan nilai parinya. Jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut :..Rp. 1.000.000,- Saham Biasa Rp. 1.000.000,- Asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp. 2.500,- per lembar. Jurnal yang harus dibuat adalah : (1000 x Rp. 2.500).. Rp. 2.500.000,- Saham Biasa (1000 x Rp. 1.000,-). Rp. 1.000.000,- Tambahan Modal Disetor..... 1.500.000,- Dan asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp. 950,- per lembar,* maka jurnal penerbitan saham adalah sebagai berikut : (Rp. 950 x 1000) Rp. 950.000,- Tambahan Modal Disetor (50 x 1000) 50.000,- Saham Biasa (Rp. 1.000 x 1000).. Rp. 1.000.000,- Catatan : * perusahaan jarang sekali, atau tidak pernah menerbitkan saham dengan nilai di bawah harga pari. Jika menerbitkan saham di bawah harga pari, perusahaan mencatat disagio itu sebagai debit pada Tambahan Modal Disetor. 2. Saham tanpa Nilai Pari Jika saham tanpa nilai pari diterbitkan, maka berapa pun harga jualnya, jurnalnya akan terlihat sebagai berikut :.. Rp. xxx,- Saham Biasa Tanpa Nilai Pari Rp. xxx,- Ada kalanya saham tanpa nilai pari memiliki nilai yang ditetapkan (stated value) maksudnya saham tersebut tidak boleh dijual dibawah nilai yang ditetapkan. Dengan kata

lain harga jual minimum saham tersebut harus sama dengan nilai yang ditetapkan. Untuk penerbitan saham dengan nilai yang ditetapkan ada dua alternatif yaitu : Jika saham dijual dengan harga diatas state value. Jika saham dijual dengan harga sama dengan stated value. Misalkan 1000 lembar saham biasa dengan nilai yang ditetapkan Rp. 1.500,- per lembar diterbitkan dengan harga Rp. 2.000,- maka jurnal penerbitannya adalah sebagai berikut : (2000 x 1000) Rp. 2.000.000,- Saham Biasa (1500 x 1000)... Rp. 1.500.000,- Modal Disetor Melebihi Nilai Ditetapkan (500 x 1000).. 500.000,- Asumsikan dalam soal diatas saham dengan nilai ditetapkan dijual / diterbitkan dengan harga Rp. 1.500,- per lembar, maka jurnalnya adalah sebagai berikut : (1500 x 1000).. Rp. 1.500.000,- Saham Biasa (1500 x 1000). Rp. 1.500.000,- 3. Saham yang Diterbitkan dengan Sekuritas Lainnya (Lumpsum Sales) Yang menjadi masalah pada Lumpsum Sales adalah dalam hal menentukan harga jual masing-masing jenis surat berharga. Untuk itu ada dua metode yang dapat digunakan yaitu metode proportional dan metode incremental. Metode Proporsional. Jika nilai pasar atau dasar lainnya yang baik untuk menentukan nilai relatif setiap kelompok sekuritas tersedia, maka nilai lump sum yang diterima dialokasikan di antara kelompok-kelompok sekuritas atas dasar proporsional. Sebagai contoh, asumsikan bahwa sebuah perusahaan menerbitkan 1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan $10 yang memiliki harga pasar $20 per saham, dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari $10 yang memiliki harga pasar $12 per saham diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar $30.000. Nilai pasar wajar saham biasa (1.000 x $20) = $20.000 Nilai pasar wajar saham preferen (1.000 x $12) = 12.000

Nilai pasar wajar agregat $ 32.000 Dialokasikan ke saham biasa : $20.000 x $30.000 = $18.750 $32.000 Dialokasikan ke saham preferen : $12.000 x $30.000 = $11.250 $32.000 Saham Biasa Saham Preferen Nilai jual $ 18.750 $11.250 Nilai nominal $ 10.000 $10.000 Tambahan Modal Disetor $ 8.750 $ 1.250 Jurnal dari Lummp-sum Sales diatas adalah sebagai berikut :. $30.000 Saham Biasa $10.000 Agio Saham Biasa $ 8.750 Saham Preferen.. $ 10.000 Agio Saham Preferen.. $ 1.250 Metode Inkremental. Jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak dapat ditentukan, maka metode incremental dapat dipergunakan. Nilai pasar sekuritas itu digunakan sebagai dasar untuk kelompok-kelompok yang telah diketahui dan sisa dari nilai lump sum dialokasi ke kelompok di mana nilai pasar tidak diketahui. Sebagai contoh, jika 1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan $10 memiliki nilai pasar $20 dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari $10 yang tidak memiliki nilai pasar ditetapkan dan diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar $30.000, maka alokasi adalah sebagai berikut : Penerimaan lump sum $30.000 Dialokasi ke saham biasa (1.000 x $20) 20.000 Saldo yang dialokasikan ke saham preferen $10.000

Saham Biasa Saham Preferen Nilai jual $ 20.000 $10.000 Nilai nominal $ 10.000 $10.000 Tambahan Modal Disetor $ 10.000 $ 0 Jurnal dari Lummp-sum Sales diatas adalah sebagai berikut :. $30.000 Saham Biasa $10.000 Agio Saham Biasa $10.000 Saham Preferen.. $ 10.000 4. Saham Diterbitkan Untuk Aktiva Selain Adakalanya suatu perusahaan menerbitkan sahamnya untuk aktiva selain kas, hal ini biasa terjadi pada perusahaan yang baru dalam rangka membuat cash-flow yang baik, untuk membayar biaya promosi dan untuk membayar land, equipment dan non-cashassets lainnya. Walaupun tidak ada penerimaan kas namun transaksi tersebut harus dicatat sebesar nilai pasar wajarnya. Sebagai contoh, serangkaian transaksi menggambarkan prosedur pencatatan penerbitan 10.000 lembar saham biasa dengan nilai pari $10 yang ditukar dengan paten pada PT.XYZ, dalam berbagai keadaan. 1. Nilai pasar wajar paten belum dapat ditentukan PT.XYZ, tetapi nilai pasar wajar saham diketahui sebesar $140.000 Paten $140.000 Saham Biasa $100.000 Agio Saham Biasa 40.000 2. Nilai pasar wajar saham belum dapat ditentukan oleh PT.XYZ, tetapi nilai pasar wajar paten ditetapkan sebesar $150.000 Paten $150.000

Saham Biasa $100.000 Agio Saham Biasa 50.000 3. Nilai pasar wajar saham maupun nilai wajar paten belum diketahui oleh PT.XYZ. Konsultan independen menetapkan nilai paten sebesar $125.000 berdasarkan pada aliran kas diskonto yang diharapkan. Paten $125.000 Saham Biasa (10.000 lembar x $10) $100.000 Agio Saham Biasa 25.000 3. SAHAM PREFEREN Saham preferen (preferred stock) adalah saham dengan kelas khusus yang ditetapkan sebagai preferen (istimewa) karena saham ini memiliki beberapa preferen atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Karakteristik berikut adalah yang paling sering berkaitan dengan penerbitan saham preferen: 1. Preferern atas dividen 2. Preferen atas aktiva pada saat likuidasi 3. Dapat dikonversi menjadi saham biasa. 4. Dapat ditebus pada opsi perseroan. 5. Tidak mempunyai hak suara. Karakteristik yang membedakan saham preferen dengan saham biasa mungkin terletak dari pada sifatnya yang lebih tertutup dan negatif di samping preferensinya; misalnya, saham preferen tidak memiliki hak suara, tidak kumulatif, dan nonpartisipasi. Saham preferen biasanya diterbitkan dengan suatu nilai pari, dan preferensi dividen dinyatakan sebagai suatu persentase dari nilai pari. Jadi pemegang saham preferen 8%, dengan nilai pari Rp900.000 memberikan hak dividen tahunan Rp72.000 per saham. Saham ini biasanya disebut saham preferen 8%. Dalam kasus saham preferen tanpa nilai pari, preferen dividen dinyatakan sebagai jumlah rupiah spesifik (specific rupiah amount) per saham, misalnya Rp63.000 per saham. Saham ini umumnya disebut saham preferen

Rp63.000. preferen untuk dividen tidak memastikan bahwa dividen akan membayar; hal itu hanya merupakan jaminan bahwa tingkat dividen yang ditetapkan atau jumlah yang dapat ditetapkan pada saham preferen harus dibayar sebelum ada dividen yang dibayar untuk saham biasa. Karakteristik Saham Preferen Sebuah perseroan dapat menyertakan preferensi atau batasan pada setiap kombinasi yang diinginkan untuk penerbitan saham preferen sepanjang tidak bertentangan secara spesifik dengan hukum negara, dan perseroan itu dapat menerbitkan lebih dari satu kelompok saham preferen. Karakteristik paling umum yang melekat pada saham preferen akan dibahas berikut ini. 1. Saham Preferen Kumulatif. Dividen yang tidak dibayar dalam suatu tahun harus dibayar dalam tahun berikutnya sebelum laba dapat dibagikan kepada pemegang saham biasa. Jika direktur tidak mengumumkan dividen pada tanggal pembagian dividen yang biasa, maka dividen itu disebut sebagai passed (terlewat). Setiap dividen yang terlewat atas saham preferen kumulatif merupakan dividen tertunggak (dividen in arrears). Karena tidak ada kewajiban yang terjadi sampai dewan direksi mengumumkan dividen, maka dividen tertunggak tidak dicatat sebagai kewajiban tetapi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. (Menurut common law, jika akta perusahaan tidak menyebutkan karakteristik kumulatif, maka saham preferen dipertimbangkan sebagai kumulatif). Saham preferen nonkumulatif jarang diterbitkan karena dividen yang terlewat akan hilang selamanya bagi pemegang saham preferen dan penerbitan saham ini tidak dapat dipasarkan. 2. Saham Preferen Partisipasi. Pemegang saham preferen partisipasi membagi rata dengan pemegang saham biasa setiap pembagian laba di luar tingkat yang ditentukan. Jadi, saham preferen 5%, jika berpartisipasi penuh, akan menerima tidak hanya pengembalian 5%, tetapi juga dividen pada tingkat yang sama seperti yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa jika jumlah yang melebihi 5% dari nilai pari atau nilai ditetapkan dibayarkan kepada pemegang saham biasa. Selain itu, saham preferen partisipasi juga tidak selalu berpartisipasi penuh sebagaimana telah

diuraikan, tetapi berpartisipasi sebagian (parsial). Sebagai contoh, ketentuan dapat diberlakukan bahwa saham preferen 5% akan berpartisipasi sampai maksimum total tingkat 10%, setelah itu saham berhenti berpartisipasi dalam pembagian laba tambahan; atau saham preferen 5% hanya dapat berpartisipasi pada pembagian laba tambahan yang melebihi tingkat dividen 9% atas saham biasa. Meskipun saham preferen partisipasi tidak digunakan secara ekstensif (tidak seperti ketentuan kumulatif), namun contoh perusahaan yang telah menggunakan saham preferen partisipasi adalah LTV Corporation, Southern California Edison, dan Allied Products Corporation. 3. Saham Preferen Konvertibel. Pemegang saham dapat, menurut opsinya, menukar saham preferen menjadi saham biasa pada rasio yang telah ditentukan sebelumnya. Pemegang saham preferen konvertibel tidak hanya menikmati klaim preferen atas dividen tetapi juga memiliki opsi konversi ke pemegang saham biasa dengan partisipasi tak terbatas atas laba. 4. Saham Preferen yang Dapat Ditarik. Perusahaan penerbit saham dapat menarik atau menebus, pada opsinya, saham preferen yang beredar pada tanggal tertentu di masa depan dan pada harga yang ditentukan. Banyak penerbit saham preferen bersifat dapat ditarik. Harga penarikan atau penebusan biasanya ditetapkan sedikit di atas harga penerbitan awal dan biasanya ditentukan pada satuan yang berkaitan dengan nilai pari. Karakteristik dapat ditarik memungkinkan perusahaan menggunakan modal yang diperoleh melalui penerbitan saham semacam itu, sampai kebutuhan telah terpenuhi atau saham tidak menguntungkan lagi. Keberadaan harga penarikan ini cenderung menetapkan plafon nilai pasar saham preferen kecuali jika hal itu bersifat konvertibel untuk saham biasa. Jika saham preferen ditarik untuk ditebus, maka setiap dividen yang tertunggak harus dibayar. 5. Saham Preferen yang Dapat Ditebus. Saham preferen yang dapat ditebus (redeemable preffered stock) mempunyai periode penebusan wajib atau karakter penebusan yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan penerbit saham. Baru-baru ini di FASB melaporkan sebuah standar yang mempengaruhi perlakuan akuntansi untuk

instrumen hibrida tertentu dan mengharuskan sekuritas yang bersifat seperti hutang, seperti saham preferen yang dapat ditebus agar dikelompokkan sebagai kewajiban dan diukur dan diperlakukan seperti kewajiban. Akuntansi dan Pelaporan Saham Preferen Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya sama dengan akuntansi saham biasa. Perusahaan mengalokasikan proceeds antara nilai pari saham preferen dan tambahan modal disetor. Misalkan Bishop Co. menerbitkan 10.000 saham preferen dengan nilai pari sebesar $10 seharga $12 per saham. Bishop mencetak penerbitan ini sebagai berikut. 120.000 Saham preferen 100.000 Modal disetor sebagai kelebihan dari nilai pari 20.000 Berkebalikan dengan obligasi konvertibel (dicatat sebagai kewajiban pada tanggal penerbitan), perusahaan memasukkan saham preferen konvertibel sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham. Di samping itu, ketika menerbitkan saham preferen konvertibel, tidak ada justifikasi teoritis untuk mengakui keuntungan atau kerugian. Perusahaan tidak mengakui keuntungan atau kerugian ketika berurusan dengan pemegang saham dalam kapasitas mereka sebagai pemilik perusahaan. Namun, perusahaan memakai metode nilai buku (book value method); mendebit saham Preferen dan Tambahan Modal Disetor yang terkait; menkredit Saham Biasa dan Tambahan Modal Disetor (jika terdapat kelebihan). 4. Saham Treasuri Treasury stock adalah saham perusahaan yang di beli kembali dari peredaran untuk sementara waktu. Perbedaan saham yang belum beredar dengan treasury stock adalah bahwa saham yang belum beredar itu merupakan modal saham yang belum dijual (diedarka) sedangkan treasury stock merupakan saham yang beredar yang dibeli kembali. Pembelian kembali saham beredar sebagai treasury stock bisa terjadi karena : a) Untuk menaikkan harga pasar saham b) Akan dijual kembali pada karyawan perusahaan c) Akan dibagikan sebagai dividen

d) Untuk menukar surat-surat berharga perusahaan lain, dll Treasury stock yang dijual kembali akan dikelompokkan kembali dalam modal saham yang beredar. Kadang-kadang treasury stock diperoleh dari hadiah (sumbangan) atau dari pelunasan utang. 1. PENCATATAN TRANSAKSI TREASURY STOCK Ada beberapa pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam pendekatan transaksi treasury stock, yaitu : a. Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran sebagian saham yang beredar dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode nilai nominal. b. Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen modal yang belum ditentukan penyelesaiannya dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode harga perolehan. A. Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran sebagian saham yang beredar dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode nilai nominal. Dengan pandangan ini dianggap bahwa pembelian treasury stock merupakan pelunasan kembali saham dari pemegang-pemegang saham tertentu sehingga pemegang saham itu tidak lagi menjadi emegang saham perusahaan. Apabila treasury stock itu dijual kembali maka penjualannya dianggap mencari pemegang saham baru. Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dapat dicatat dengan cara : 1. Mendebit rekening modal saham. 2. Mendebit rekening treasury stock san saldonya dilaporkan mengurangi modal saham beredar dalam neraca.

Debit dalam rekening modal saham / treasury stock dilakukan dengan jumlah sebesar nominal saham-saham yang dibeli. Selisih harga beli dengan nominal dicatat dalam rekening agio, disagio atau laba tidak dibagi tergantung dari harga jualnya dulu dan harga beliya sekarang. Berikut contoh transaksi dan urnal mencatat perubahan treasury stock : Transaksi Pada tahun 2005, penjualan 1.000 lembar saham, nominal @Rp. 1.000,00 dengan harga Rp. 1.200,00 per lembar. Modal saham Jurnal Rp.1.200.000,00 Rp.1.000.000,00 Rp.200.000,00 Laba tahun 2005 sebesar Rp. 150.000,00 Pada tahun 2006, pembelian kembali 100 lembar saham dengan harga @1.300,00 Laba rugi Laba tidak dibagi Modal saham Rp.100.000,00 Rp.20.000,00 Laba tidak dibagi Rp.10.000,00 Rp.130.000,00 Pada tahun 2006, penjualan kembali 100 lembar yang dibeli dengan harga jual @Rp.1.500,00 Sesudah penjualan treasury stock modal saham, dalam neraca nampak sebagai berikut : Modal saham Modal saham Laba tidak dibagi Modal Rp.100.000,00 Rp.50.000,00 Rp.1.000.000,00 Rp.230.000,00 Rp.140.000,00 Rp.1.370.000,00

Keterangan : Pada tahun 2006, saham yang beredar dibeli dengan harga Rp.1.300,00. Jika dibandingkan dengan harga jualnya pada tahun 2005 (Rp.1.200,00) maka terdapat selisih sebesar Rp.100,00 per lembar. Selisih ini (Rp.100,00 x 100 lembar) dianggap sebagai pembagian dividend an dibebankan pada rekening laba tidak dibagi. Rekening modal saham didebit sebesar Rp.1000,00 (nominal) x 100 lembar dan rekening agio saham dibatalkan sengan jumlah yang sebanding dengan agio tyang diperoleh pada saat saham tersebut dijual tahun 2005 yaitu sebesar Rp.200,00 per lembar. Penjualan kembali treasury stock pada tahun 2006 dengan harga Rp.1.500,00 per lembar dicatat dengan cara biasa.

Transaksi Pada tahun 2005, penjualan 1.000 lembar saham, nominal @Rp. 1.000,00 dengan harga Rp. 1.200,00 per lembar. Modal saham Jurnal Rp.1.200.000,00 Rp.1.000.000,00 Rp.200.000,00 Laba tahun 2005 sebesar Rp. 150.000,00 Laba rugi Laba tidak dibagi Pada tahun 2006, pembelian kembali 100 lembar saham dengan harga @1.300,00 Treasury Stock Rp.100.000,00 Rp.20.000,00 Laba tidak dibagi Rp.10.000,00 Pada tahun 2006, penjualan kembali 100 lembar yang dibeli dengan harga jual @Rp.1.500,00 Treasury Stock Rp.130.000,00 Rp.100.000,00 Rp.50.000,00 Sesudah penjualan treasury stock modal saham, dalam neraca nampak sebagai berikut : Modal saham Laba tidak dibagi Modal Rp.1.000.000,00 Rp.230.000,00 Rp.140.000,00 Rp.1.370.000,00 (b). Rekening treasury stock didebit dan saldonya dikurangkan pada modal saham Keterangan : Metode b sama dengan metode a hanya saja rekening yang dipakai mencatat pembelian saham sendiri yang berebda. Dalam metode a, saham sendiri yang

dibeli didebitkan ke rekening modal saham, sedangkan metode b yang didebitkan adalah rekening treasury stock. Begitu pula pada saat penjualan treasury stock, dalam metode a yang dikreditkan adalah modal saham sedangkan pada metode b yang dikreditkan adalah rekening treasury stock. B. Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen modal yang belum ditentukan penyelesaiannya dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode harga perolehan. Saldo rekening treasury stock ini dikurangkan pada modal perusahaan (yaitu mengurangi jumlah modal). Metode yang berdasarkan pada anggapan ini dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan hal-hal sebagai beikut : Treasury stock yang dibeli dianggap sebagai elemen modal yang negatif, dan tidak usah diidentifikasi dengan elemen-elemen modal yang ada seperti modal saham atau laba tidak dibagi. Apabila treasury stock tadi dihentikan peredarannya dalam arti tidak dijual lagi maka saldo rekening ini akan dialokasikan ke elemen-elemen modal. Apabila treasury stock ini dijual lagi, maka penjualan ini dianggap sebagai penyelesaian akhir dari saham-saham tersebut. Jadi sesudah diputuskan itu dijual kembali, barulah dapat diketahui akibat dari transaksi treasury stock ini terhadap elemen-elemen modal yang ada. Untuk menjelaskan penggunaan metode ini, dibawah ini diberikan contoh transaksi treasury stock. Transaksi Pada tahun 2005, penjualan 1.000 lembar saham nominal @Rp.1.000,00 dengan harga Rp.1.200,00 per lembar Modal saham Jurnal Rp.1.200.000,00 Rp.1.000.000,00 Rp.200.000,00

Laba ditahan tahun 2005 sebesar Laba rugi Laba tidak dibagi Pada tahun 2006, pembelian kembali 100 lembar saham dengan harga Rp.1.300,00 Treasury stock Rp.130.000,00 Rp.130.000,00 Pada tahun 2006, penjualan kembali 100 lembar saham yang dibeli dengan harga jual @Rp.1.500,00 Treasury stock Rp.130.000,00 Rp.20.000,00 Sesudah penjualan treasury stock modal saham dalam neraca Nampak sebagai berikut : Modal saham Laba tidak dibagi Modal Rp.1.000.000,00 Rp.220.000,00 Rp.1.370.000,00 Keterangan : Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dicatat dalam rekening treasury stock sebesar harga beli/harga perolehannya. Jika sebelumnya ada penjualan treasury stock dibuat dalam neraca, maka treasury stock ini akan mengurangi jumlah. Modal saham Laba tidak dibagi Rp.1.000.000,00 Rp.200.000,00 Rp.1.350.000,00

Treasury stock Rp.130.000,00 Rp.1.220.000,00 Jika treasury stock dijual, ada 2 kemungkinan : a. Harga treasury stock lebih tinggi dari harga perolehannya. Selisihnya dicatat dalam rekening agio saham atau rekening tersendiri yang akan dilaporkan menambah modal yang disetor. b. Harga jual treasury stock lebih rendah daripada harga perolehannya. Selisihnya didebitkan ke rekening laba tidak dibagi. 2. PEMBATALAN LABA TIDAK DIBAGI UNTUK PEMILIKAN TREASURY STOCK Agar modal yang disetor itu tidak menjadi lebih kecil,maka pembelian treasury stock harus dipertimbangkan saldo yang ada dalam rekening laba tidak dibagi. Untuk menjaga supaya laba tidak dibagi tidak diminta oleh pemegang saham (sebagai dividen), maka jika perusahaan membeli sahamnya sebagai treasury stock, laba tidak dibagi akan dibatasi sebesar treasury stock yang dibeli. Pembatasan laba tidak dibagi ini adalah untuk menjaga agar modal yang disetor tidak berkurang, karena modal yang disetor itu merupakan jaminan bagi kreditur. Ada beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk melaporkan pembatasan laba tidak dibagi dalam neraca, seperti contoh berikut ini : Rekening-rekening modal PT. Bangun sebagi berikut : Modal saham biasa (1.000 lembar, nominal Rp.1.000,00) Rp.1.000.000,00 Laba tidak dibagi Rp. 250.000,00 PT. Bangun membeli 100 lembar sahamnya dengan harga @Rp.1.200,00 per lembar. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembatasan laba tidak dibagisebagai berikut : Laba tidak dibagi Rp.120.000,00

Laba tidak dibagi untuk pembelian treasury stock Rp.120.000,00 Prosedur-prosedur yang dapat digunakan untuk melaporkan pembatasan laba tidak dibagi dalam neraca sebagai berikut ( digunaka metode harga perolehan unutk mencatat treasury stock) a. Pembatasan laba tidak dibagi ditunjukkan terpisah dari laba tidak dibagi yang masih bebas. Modal Modal saham biasa (1.000 lembar @Rp.1.000,00 100 lembar dibeli sebagai treasury stockr Rp.1.000.000,00 Laba tidak dibagi Dibatasi-Pembelian treasury stock Rp.120.000,00 Bebas Rp.130.000,00 Rp.250.000,00 Rp.1.400.000,00 (-) Harga perolehan treasury stock Rp.120.000,00 Rp.1.280.000,00 b. Pembatasan laba tidak dibagi dijelaskan dengan keterangan Dalam cara ini, tidak ada jurnal yang dibuat untuk membatasi laba tidak dibagi seperti diatas. Modal

Modal saham biasa (1.000 lembar @Rp.1.000,00 100 lembar dibeli sebagai treasury stock) Rp.1.000.000,00 Laba tidak dibagi (Rp.120.000,00 dibatasi Untuk pembelian treasury stock) Rp.250.000,00 Rp.1.400.000,00 (-) Harga perolehan treasury stock Rp.120.000,00 Rp.1.280.000,00 c. Pembatasan laba tidak dibagi dijelaskan dengan footnote (catatan kaki) Dalam cara ini tidak ada jurnal yang dibuat untuk membatasi laba tidak dibagi. Modal Modal saham biasa (1.000 lembar @Rp.1.000,00 100 lembar dibeli sebagai treasury stock) Rp.1.000.000,00 Laba tidak dibagi *) Rp.250.000,00 00 Rp.1.400.000,

(-) Harga perolehan treasury stock Rp.120.000,00 Rp.1.280.000,00 *) Laba tidak dibagi dibatasi penggunannya untuk pembelian treasury stock sebesar Rp.120.000,00. Yang tersedia untuk pembagian dividen sebesar Rp.130.000,00 3. TREASURY STOCK DITERIMA SENAGAI SUMBANGAN Pemegang saham bisa menyumbangkan kembali saham kepada perusahaan. Sumbangan ini bisa : a. Untuk menambah modal kerja yang dibutuhkan yaitu dengan cara menjual kembali saham yang disumbangkan tersebut. b. Sebagai hadiah kepada perusahaan c. Menunjukkan pengembalian saham karena adanya penilaianyang terlalu tinggi terhadap aktiva yang diserahkan untuk menukarsaham tersebut. Saham yang diterima sebagai sumbangan ini dikelompokkan sebgai treasury stock. Ada3 metode yang dapat digunakan untuk mencatat penerimaan sumbangan saham ini yaitu 1. Saham yang diterima dicatat dengan catatan memo (jika tidak ada biaya yang terjadi katika menerima sumbangan ini). Catatn memo inimenunjukkan macam saham, jumlah lembar, dan penyumbangnya. Pada saat treasury stovk ini dijual, penerimaan uangnya dicatat dengan jurnal : Rp. xx Modal-sumbangan Rp. xx

2. Treasury stock didebit dengan harga pasar saham pada saat penerimaan dan dikreditkan ke rekening modal-sumbangan. Apabila treasury stock dijual, rekening treasury stock dikredit. Jika harga jualnya berbeda dengan harga pasar saham,maka saham tersebut diterima maka selisihnya dibebankan atau dikreditkan ke rekening modal-sumbangan. Contoh : Tanggal 1 Juli 2006 diterima 100 lembar saham sendiri, harga pasar pada tanggal tersebut Rp.1.100,00 per lembar. Pada tanggal 15 Agustus 2006, saham tersebut dijual @Rp1.050,00. Jurnal yang dibuat : 1 Juli 2006 Treasury stock Rp.110.000,00 Modal-sumbangan Rp.110.000,00 15 Agustus 2006 Rp.105.000,00 Treasury stock Rp.105.000,00 3. Rekening treasury stock didebit dengan jumlah nominal atau nilai yang dinyatakan, agio/disagionya (sejumlah lembar yang diterima) juga dibatalkan dan dikreditnya adalah rekening modal-sumbangan. Jika saham dijual maka selisihharga jual dengan nominal ditambah atau dikurangi dengan agio atau disagio didebitkan atau dikreditkan ke rekening modalsumbangan.

Contoh : Tanggal 1 Juli 2006 diterima 100 lembar saham sendiri nominal Rp.1.000,00. Saham-saham ini dulu dijual dengan harga Rp.1.200,00 per lembar. Pada tanggal 15 Agustus 2006, saham tersebut dijual @Rp1.100,00 per lembar. Jurnal yang dibuat : 1 Juli 2006 Treasury stock Rp.100.000,00 Rp.20.000,00 Modal-sumbangan Rp.120.000,00 15 Agustus 2006 Rp.110.000,00 Treasury stock Modal-sumbangan Rp.100.000,00 Rp.10.000,00 Apabila saham yang disumbangkan ini karena adanya penilaian terlalu tinggi terhadap aktiva yang diterima untuk menukar saham maka sumbangan ini akan dicatat mengurangi ilai buku aktiva. Pada saat diterima saham dibuat catatan memo, dan pada saaat saham itu dijual, kredit adala aktiva. Contoh : Diterima 100 lembar saham biasa sebagai sumbangan, karena pdada waktu pertukaran, aktiva dinilai terlalu tinggi. Saham-saham tersebut kemudian

dijual @Rp.900,00 perlembar. Transaksi-transaksi diatas dicatat sebagai berikut : Memo : Diterima 100 lembar saham biasa dari Tuan X nominal Rp1.000,00. Penjualan saham dengan harga Rp.900,00 per lembar dicatat dengan jurnal sebagai berikut : Rp.90.000,00 Memo Rp.90.000,00