BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini.

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. UCAPAN TERIMAKASIH...

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. mengenai rekapitulasi untuk total semua jenis kendaraan, volume lalulintas harian

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

III. METODE PENELITIAN. Dalam studi ini, ruas Jalan Hayam Wuruk, Raya, Jalan Cokroaminoto, Jalan

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB III METODOLOGI Lokasi Studi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu Penelitian yaitu pada jam-jam sibuk sekitar jam 06:00 sampai jam

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

BAB V PEMBAHASAN. merupakan jalur utama perekonomian Jawa Bali Nusa Tenggara. Seiring

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian terletak di Kotamadya Denpasar yaitu ruas jalan

ABSTRAK. : Biaya Perjalanan, Tundaan.

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN MENURUT MKJI 1997 ( Studi Kasus : Jalan Sulawesi Denpasar, Bali ) Oleh : Ngakan Putu Ari Kurniadhi NPM.

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM:

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

JURNAL ANALISIS KINERJA RUAS JALAN STUDI KASUS : JALAN WATURENGGONG DI KOTA DENPASAR

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

PENGANTAR TRANSPORTASI

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi ABSTRAK

IV. DATA PENELITIAN. Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi kondisi

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PINGGIR JALAN (ON STREET PARKING) DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA JALAN (STUDI KASUS: JALAN LEGIAN)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

UCAPAN TERIMA KASIH. Bukit Jimbaran, Maret Penulis

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kawasan Jalan Teuku Umar Kota

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Spektran Vol.4, No.1, Januari 2016

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

Kata Kunci : Parkir di Pinggir Jalan, Kinerja Ruas Jalan, dan BOK.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA

BAB III LANDASAN TEORI. manajemen sampai pengoperasian jalan (Sukirman 1994).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

EVALUASI KINERJA JALAN PADA PENERAPAN SISTEM SATU ARAH DI KOTA BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFEKTIVITAS ZONA SELAMAT SEKOLAH DAN KINERJA RUAS JALAN

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang sangat

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

STUDI VOLUME, KECEPATAN, KERAPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN TERUSAN PASIRKOJA, BANDUNG

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KELAYAKAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN LAYANG (FLY OVER) JATINGALEH

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISIS KINERJA JALAN KOTA METRO BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN JALAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

STUDI VOLUME, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN ABDULRACHMAN SALEH, BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

STUDI PARAMETER LALU LINTAS DAN KINERJA JALAN TOL RUAS MOHAMMAD TOHA BUAH BATU

BAB III LANDASAN TEORI. Pengolongan jenis kendaraan sebagai berikut : Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA

Irvan Banuya NRP : Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

DAFTAR ISTILAH. lingkungan). Rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas. (1) Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu lintas. lewat.

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL DAN RUAS JALAN DI KOTA DENPASAR

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG

STUDI PERBANDINGAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA RUAS JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN AKIBAT BANGKITAN PERGERAKAN SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SANUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah 1.4 Tujuan

Transkripsi:

BAB IV DESKRIPSI DATA 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl. Gatot Subroto Timur melewati ruas-ruas jalan dengan volume lalu lintas yang bervariasi. Dengan adanya pembangunan underpass pada simpang Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani di Kota Denpasar mengakibatkan terjadinya perubahan sirkulasi lalu lintas. Tabel 4.1 menampilkan pola sirkulasi lalu lintas dan jarak tempuh perjalanan pada kondisi eksisting. Tabel 4.1 Ruas-Ruas Jalan Eksisting Nama Ruas/ Segmen Panjang (km) 1 Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani 0,2 2 Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman- Jl. Mataram 0,4 3 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram ke Sp.Jl.Gatsu- Jl.A.Yani 0,2 4 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti 1,1 5 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto 0,3 6 Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto 0,6 7 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani 0,3 8 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo 0,5 9 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo ke Sp.Jl.Gatsu- Jl.Cokroaminoto 0,5 10 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti 0,6 11 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman- Jl.Mataram 0,2 12 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman 0,2 13 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram ke Sp.Jl.A.Yani- Jl.Mulawarman 0,4 Sumber : Hasil Survei, 2014 91

92 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani ke Sp. Jl. Cokroaminoto-Jl. Maruti memiliki jarak terpanjang sedangkan Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani, Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani, Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram dan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani ke Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman memiliki jarak terpendek. Tabel 4.2 Ruas-Ruas Jalan Akibat Pembangunan Underpass Nama Ruas/ Segmen Panjang (km) 1 Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani 0,3 2 Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman- Jl.Mataram 0,3 3 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram ke Sp.Jl.Gatsu- Jl.A.Yani 0,2 4 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti 1,1 5 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto 1,7 6 Sp.Jl.Cokroaminoto- Jl.Maruti ke Sp.Jl.Gatsu- Jl.Cokroaminoto 0,6 7 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani 1,3 8 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Pidada- Jl.Bung Tomo 2,2 9 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo ke Sp.Jl.Gatsu- Jl.Cokroaminoto 1,0 10 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Cokroaminoto- Jl.Maruti 2,4 11 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman- Jl.Mataram 0,2 12 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman 0,6 13 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram ke Sp.Jl.A.Yani- Jl.Mulawarman 0,2 Sumber : Hasil Survei, 2014 Peta pola sirkulasi lalu lintas setelah pembangunan underpass ditunjukkan pada Gambar A.2 di Lampiran A. Perubahan sirkulasi lalu lintas dan jarak

93 tempuh akibat adanya underpass dapat dilihat pada Tabel 4.2. Perubahan sirkulasi lalu lintas mengakibatkan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Cokroaminoto ke Sp. Jl. Cokroaminoto-Jl. Maruti memiliki jarak terpanjang sedangkan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani, Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram dan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram ke Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman memiliki jarak terpendek. Data penampang melintang jalan meliputi: tipe jalan, jumlah lajur, lebar pekerasan, lebar bahu, lebar trotoar, keadaaan drainase dan tipe alinyemen dapat dilihat pada Lampiran B.7. 4.2 Data Lalu Lintas Jalan Eksisting 4.2.1 Lalu lintas harian rata-rata dan komposisi lalu-lintas jalan eksisting LHR dan komposisi lalu lintas jalan eksisting didapat dari hasil studi terdahulu. Arus lalu lintas yang melewati ruas-ruas jalan pada kondisi eksisting dibagi dalam empat kelompok, yaitu: sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV) dan kendaraan tidak bermotor (Un-Motorcycle/UM). Tabel 4.3 LHR di Ruas Jl. Gatot Subroto Timur Tahun 2008-2013 Nama Ruas/ Lalu Lintas Harian Rata-Rata (smp/hari) Segmen 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Sp.Cokroaminoto- Sp.Tohpati 60.547 89.293 73.139 137.347 125.830 70.445 (Jl.Gatsu Timur) Sumber : Dinas PU Provinsi Bali, 2014

94 Tabel 4.3 merupakan data LHRT ruas Jalan Gatot Subroto Timur. Nilai LHRT untuk ruas Sp. Cokroaminoto-Sp. Tohpati dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 memiliki nilai yang bervariasi, dari 60.547 smp/hari (tahun 2008) sampai dengan 137.347 smp/hari (tahun 2011). Tabel 4.4 Pertumbuhan LHR di Ruas Jl. Gatot Subroto Timur Tahun 2008-2013 Nama Ruas/ Segmen Tahun Pertumbuhan (%) 1 Sp.Cokroaminoto- 2008-2009 47,48 Sp.Tohpati 2009-2010 -18,09 (Jl. Gatsu Timur) 2010-2011 87,89 2011-2012 -8,39 2012-2013 -44,02 Sumber : Hasil Analisis, 2014 Rata-Rata (%) 12,95 Tabel 4.4 menampilkan nilai rata-rata pertumbuhan LHR per tahun pada ruas jalan Gatot Subroto Timur. Berdasarkan data nilai rata-rata pertumbuhan LHR per tahun tersebut, nilai pertumbuhan LHR rata-rata di ruas jalan Gatot Subroto Timur sebesar 12,95% per tahun. Rata-rata pertumbuhan LHR terbesar terjadi pada tahun 2010-2011, yaitu sebesar 87,89% sedangkan pada tahun 2012-2013 terjadi penurunan rata-rata pertumbuhan LHR, yaitu sebesar -44,02%. 4.2.2 Volume jam puncak VJP untuk keperluan analisis kinerja jalan didapat dari hasil penelitian terdahulu agar dapat mewakili kondisi saat ini maka dilakukan pendataan ulang. Tabel 4.5 menunjukkan VJP ruas-ruas jalan pada kondisi saat ini. VJP terbesar terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Cokroaminoto (Pendekat B), yaitu 3.818,40

95 smp/jam sedangkan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Pendekat S) memiliki VJP terkecil, yaitu 390,60 smp/jam. Tabel 4.5 Volume Jam Puncak Jalan Eksisting Nama Ruas/ Segmen VJP (smp/jam) 1 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo (Pendekat U) 501,80 2 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo (Pendekat S) 673,60 3 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo (Pendekat T) 3.797,50 4 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo (Pendekat B) 3.725,90 5 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pendekat U) 2.775,90 6 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pendekat S) 3.508,50 7 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pendekat T) 3.728,90 8 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pendekat B) 3.818,40 9 Sp. Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti (Pendekat U) 3.191,20 10 Sp. Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti (Pendekat S) 2.952,70 11 Sp. Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti (Pendekat T) 893,40 12 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pendekat U) 1.428,40 13 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pendekat S) 1.604,20 14 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pendekat T) 3.122,90 15 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pendekat B) 3.705,60 16 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pendekat U) 1.258,70 17 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pendekat S) 390,60 18 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pendekat T) 3.912 19 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pendekat B) 3.062,40 20 Sp. Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman (Pendekat U) 2.771,30 21 Sp. Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman (Pendekat S) 1.434,90 22 Sp. Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman (Pendekat T) 1.702 Sumber : Ariyasa, 2013; Mahendra, 2013; Sandiguna, 2013 dan Hasil Analisis, 2014 4.2.3 Kapasitas dan kinerja jalan eksisting Kapasitas jalan eksisting dihitung menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (Departemen PU, 1997) dengan Persamaan 2.17. Kapasitas jalan memberi gambaran mengenai tingkat pelayanan dari suatu ruas jalan terhadap arus lalu lintas yang melewatinya pada satuan waktu tertentu. Data geometrik jalan dapat dilihat pada Lampiran B.7, sementara hasil analisis kapasitas jalan

96 eksisting pada Lampiran B.8. Kinerja suatu ruas jalan diketahui dari nilai derajat kejenuhan ruas jalan tersebut yang dihitung dengan Persamaan 2.18 dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 adalah kinerja jalan eksisting tahun 2014. Dari hasil analisis didapatkan bahwa arus jam puncak terbesar terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Cokroaminoto (Jl. Gatot Subroto Barat (Pendekat B)), yaitu 3.818,40 smp/jam sedangkan arus jam puncak terkecil terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Jl. Mataram (Pendekat S)), yaitu 390,60 smp/jam. Kapasitas jalan terbesar terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Pidada-Jl. Bung Tomo (Jl. Gatot Subroto Barat (Pendekat B) dan Jl. Gatot Subroto Barat (Pendekat T)), yaitu 5.625,9 smp/jam sedangkan kapasitas jalan terkecil terjadi pada Sp. Jl. Ahmad Yani Utara-Jl. Mulawarman (Jl. Ahmad Yani Selatan (Pendekat S)), yaitu 2.285,93 smp/jam. Untuk kinerja ruas jalan berdasarkan derajat kejenuhan ruas jalan, Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman (Jl. Ahmad Yani Utara (Pendekat U)) memiliki nilai terbesar yaitu 1,05 sedangkan derajat kejenuhan terkecil terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Jl. Mataram (Pendekat S)), yaitu 0,14. Untuk kondisi lalu lintas yang dilihat dari tingkat pelayanan jalan, jalan dengan tingkat pelayanan terbaik terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Pidada-Jl. Bung Tomo (Jl. Pidada (Pendekat U) dan Jl. Bung Tomo (Pendekat S)) dan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Jl. Mataram (Pendekat S)), dengan nilai A. Untuk jalan dengan tingkat pelayanan terburuk terjadi pada Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman (Jl. Ahmad Yani Utara (Pendekat U) dengan nilai F.

97 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 Nama Ruas/ Segmen Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo Jalan Pidada (Pendekat Utara) Jalan Bung Tomo (Pendekat Selatan) Jalan Gatot Subroto Barat (Pendekat Barat) Jalan Gatot Subroto Barat (Pendekat Timur) Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Cokroaminoto Jalan Gatot Subroto Barat (Pendekat Barat) Jalan Gatot Subroto Barat (Pendekat Timur) Jalan Cokroaminoto (Pendekat Utara) Jalan Cokroaminoto (Pendekat Selatan) Sp.Jl.Cokroaminoto- Jl.Maruti Jalan Cokroaminoto (Pendekat Utara) Jalan Cokroaminoto (Pendekat Selatan) Jalan Maruti (Pendekat Timur) Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Ahmad Yani Jalan Gatot Subroto Barat (Pendekat Barat) Jalan Gatot Subroto Barat (Pendekat Timur) Jalan Ahmad Yani (Pendekat Utara) Jalan Ahmad Yani (Pendekat Selatan) Tabel 4.6 Kinerja Jalan Eksisting Tahun 2014 Arus Jam Puncak (smp/jam) Kapasitas (C) (smp/jam) Derajat Kejenuhan (DS) Tingkat Pelayanan Jalan 501,80 2.434,32 0,21 A 673,60 2.434,32 0,28 A 3.725,90 5.625,90 0,66 C 3.797,50 5.625,90 0,68 C 3.818,40 5.348,41 0,71 C 3.728,90 5.348,41 0,70 C 2.775,90 4.612,39 0,60 C 3.508,50 5.027,51 0,70 C 3.191,20 4.331,23 0,74 C 2.952,70 4.398,21 0,67 C 893,40 2.543,64 0,35 B 3.705,60 4.264,25 0,87 E 3.122,90 4.465,19 0,70 C 1.428,40 2.458,85 0,58 C 1.604,20 2.747,13 0,58 C

98 Nama Ruas/ Segmen Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Mulawarman- Jl.Mataram Jalan Gatot Subroto 1 (Pendekat Barat) Jalan Gatot Subroto 2 (Pendekat Timur) Jalan Mulawarman 3 (Pendekat Utara) Jalan Mataram 4 (Pendekat Selatan) Sp.Jl.Ahmad Yani- Jl.Mulawarman Jalan Ahmad Yani 1 Utara (Pendekat Utara) Jalan Ahmad Yani 2 Selatan (Pendekat Selatan) Jalan Mulawarman 3 (Pendekat Timur) Sumber : Hasil Analisis, 2014 Lanjutan Tabel 4.6 Kinerja Jalan Eksisting Tahun 2014 Arus Jam Puncak (smp/jam) Kapasitas (C) (smp/jam) Derajat Kejenuhan (DS) Tingkat Pelayanan Jalan 3.062,40 4.398,21 0,70 C 3.912 4.398,21 0,89 E 1.258,70 2.794,15 0,45 C 390,60 2.794,15 0,14 2.771,30 2.637,61 1,05 F 1.434,90 2.285,93 0,63 C 1.702 2.356,63 0,72 C A 4.2.4 Kecepatan perjalanan dan waktu tempuh Kecepatan perjalanan dan waktu tempuh kendaraan pada ruas-ruas jalan saat kondisi eksisting diperoleh dari data hasil survei perjalanan yang telah dilakukan (journey speed). Tabel 4.7 menunjukkan nilai kecepatan perjalanan dan waktu tempuh kendaraan pada ruas-ruas jalan saat kondisi eksisting di tahun 2014.

99 Tabel 4.7 Kecepatan Perjalanan dan Waktu Tempuh Kendaraan Eksisting Tahun 2014 Nama Ruas/ Segmen Sp.Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman 1 (Pend.U) ke Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Ahmad Yani (Pend.S) Sp.Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman 2 (Pend.U) ke Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pend.B) Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman- 3 Jl.Mataram (Pend.U) ke Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Ahmad Yani (Pend.B) Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani 4 (Pend.U) ke Sp.Jl.Cokroaminoto- Jl.Maruti (Pend.S) Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani 5 (Pend.U) ke Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Cokroaminoto (Pend.B) Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti (Pend.T) 6 ke Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pend.U) Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto 7 (Pend.B) ke Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Ahmad Yani (Pend.T) Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto 8 (Pend.T) ke Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo (Pend.B) Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung 9 Tomo (Pend.B) ke Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Cokroaminoto (Pend.T) Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto 10 (Pend.B) ke Sp.Jl.Cokroaminoto- Jl.Maruti (Pend.S) Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani 11 (Pend.B) ke Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Mulawaram-Jl.Mataram (Pend.T) Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani 12 (Pend.T) ke Sp.Jl.Ahmad Yani- Jl.Mulawarman (Pend.U) Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman- 13 Jl.Mataram (Pend.T) ke Sp.Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman (Pend.U) Sumber : Hasil Analisis, 2014 Panjang Jalan (km) Kecepatan (km/jam) Waktu Tempuh (menit) 0,2 4,35 2,76 0,4 29,19 0,82 0,2 4,73 2,54 1,1 15,14 4,36 0,3 3,70 4,86 0,6 10,43 3,45 0,3 3,98 4,53 0,5 6,81 4,40 0,5 6,59 4,55 0,6 8,06 4, 47 0,2 5,68 2,11 0,2 4,95 2,42 0,4 25,47 0,94

100 Berdasarkan pada Tabel 4.7, kecepatan perjalanan pada Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman (Pend.U) ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Pend.B) merupakan kecepatan perjalanan tercepat sedangkan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani (Pend.U) ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Cokroaminoto (Pend.B) merupakan kecepatan perjalanan terlambat. Untuk waktu tempuh perjalanan tercepat terjadi pada Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman (Pend.U) ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Pend.B) dengan waktu tempuh sebesar 0,82 menit sedangkan waktu tempuh terlama terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani (Pend.U) ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Cokroaminoto (Pend.B) dengan waktu tempuh, yaitu 4,86 menit. 4.3 Prediksi Volume Lalu Lintas Pertumbuhan lalu-lintas kendaraan pada suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi, pertumbuhan LHR dan pertumbuhan tata guna lahan. Prediksi volume lalu-lintas yang akan melewati ruas jalan Underpass sampai dengan umur proyek (20 tahun) dilakukan menurut pertumbuhan lalu-lintas normal (Normal Growth). Data faktor pertumbuhan lalulintas normal (Normal Growth Factor) yang digunakan yaitu: data pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi, pertumbuhan LHR, pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan inflasi. Pertumbuhan LHR ruas Jalan Gatot Subroto Timur pada kondisi eksisting dapat dilihat dari Tabel 4.3, dimana ratarata pertumbuhan LHR sebesar 12,95%. Sementara pertumbuhan ekonomi di

101 Provinsi Bali diwakili oleh pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi, pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan inflasi Kota Denpasar merupakan data yang diperoleh dari BPS Provinsi Bali dalam lima tahun terakhir (tahun 2008-2012). PDRB adalah nilai produksi dari suatu wilayah yang terbagi dalam beberapa golongan usaha yakni: kelompok usaha pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi serta lain-lainnya. Nilai-nilai tersebut dapat secara langsung mencerminkan kondisi ekonomi pada suatu daerah. Pada Provinsi Bali perkembangan PDRB baik itu Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mempunyai kecenderungan yang makin meningkat. Nilai-nilai tersebut terdistribusi dalam beberapa lapangan usaha yang dapat dilihat penyebarannya pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Distribusi Prosentase PDRB Bali Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 Lapangan Usaha Laju PDRB (%) 2008 2009 2010 2011 2012 1 Pertanian 19,04 18,79 18,01 17,21 16,84 2 Pertambangan dan Penggalian 0,66 0,64 0,7 0,74 0,79 3 Industri Pengolahan 9,52 9,27 9,16 8,92 8,9 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,04 1,93 1,88 1,93 2,03 5 Bangunan dan Konstruksi 4,93 4,58 4,52 4,65 5,18 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 28,5 29,64 30,06 30,66 30,23 7 Pengangkutan dan Komunikasi 12,71 13,59 14,41 14,44 14,65 Keuangan,Persewaan dan Jasa 8 Perusahaan 7,5 7,02 6,87 6,79 6,75 9 Jasa-jasa lain 15,1 14,54 14,4 14,67 14,63 PDRB 100 100 100 100 100 Sumber : BPS Provinsi Bali, 2013

102 Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sektor pariwisata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian di Provinsi Bali. Perkembangan pariwisata di Provinsi Bali yang pesat mempengaruhi sektor-sektor yang memiliki hubungan keterkaitan secara langsung dengan sektor pariwisata seperti: sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam memberikan kontribusi pada PDRB. Tingkat pertumbuhan PDRB, jumlah kendaraan bermotor dan pertumbuhan penduduk dapat diketahui masing-masing besarnya dari Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. Sementara untuk nilai laju inflasi Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir ditunjukkan pada Tabel 4.12. Tabel 4.9 Laju Pertumbuhan PDRB Bali Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 Lapangan Usaha Laju PDRB (%) 2008 2009 2010 2011 2012 1 Pertanian 2,36 5,68 1,77 2,22 3,37 2 Pertambangan dan Penggalian 6,88 5,27 19,43 10,51 15,25 3 Industri Pengolahan 7,09 5,43 6,08 3,12 6,04 4 Listrik, Gas dan Air bersih 6,36 4,71 6,88 7,35 9,08 5 Bangunan dan Konstruksi 11,78 0,91 7,37 7,88 18,67 6 Perdagangan, Hotel dan Restauran 8,3 6,24 6,39 8,69 5,65 7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,83 5,09 5,77 5,97 7,56 8 Keuangan, Persewaan, Jasa persh. 3,23 2,63 7,47 6,22 9,18 9 Jasa-jasa lain 3,84 5,64 8,64 9,94 7,78 PDRB 5,97 5,33 5,83 6,49 6,65 Rata-rata (% per tahun) 6,05 Sumber : BPS Provinsi Bali, 2013 Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata PDRB Bali dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 sebesar 6,05%. Pertumbuhan PDRB ini dilihat dari beberapa lapangan usaha di Bali, yang terdiri dari: pertanian;

103 pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Tabel 4.10 adalah pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Bali dari tahun 2008-2012. Setiap tahunnya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Bali selalu mengalami peningkatan yang bervariasi, dari 7,02% (tahun 2009) sampai dengan 45,39% (tahun 2011). Dari data pertumbuhan jumlah kendaraan tersebut didapatkan rata-rata pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Bali tahun 2008-2012 sebesar 18,37%. Tabel 4.10 Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor di Bali Tahun 2008-2012 Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Bermotor 2008 2009 2010 2011 2012 1 Sepeda Motor 1.227.617 1.317.026 1.449.279 2.154.568 2.374.604 2 Mobil Penumpang 158.743 168.863 196.911 245.462 267.068 3 Bus 3.480 3.516 3.731 5.605 5.983 4 Truk 56.305 58.240 65.754 88.808 101.509 Jumlah 1.446.145 1.547.645 1.715.675 2.494.443 2.749.164 Pertumbuhan (%) 7,02 10,86 45,39 10,21 Pertumbuhan Rata-rata (%) 18,37 Sumber : BPS Provinsi Bali, 2013 Pertumbuhan penduduk Provinsi Bali dari tahun 2008-2012 juga mengalami persentase pertumbuhan yang bervariasi setiap tahunnya, dengan persentase pertumbuhan penduduk sebesar 1,97%. Pertumbuhan penduduk terbesar terjadi pada tahun 2012 sebesar 3,18% dengan jumlah penduduk

104 3.686.605 jiwa sedangkan pada tahun 2011 merupakan pertumbuhan penduduk terkecil, yaitu 1,43%. 1 Tabel 4.11 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Provinsi Bali Tahun 2008-2012 Variabel Jml. Penduduk (jiwa) Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 3.409.845 3.471.952 3.522.375 3.572.831 3.686.605 Pertumbuhan (%) Pertumbuhan Rata-rata (%) Sumber : BPS Provinsi Bali, 2013-1,82 1,45 1,43 3,18 1,97 Laju inflasi Kota Denpasar tahun 2008 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.12. Pertumbuhan rata-rata laju inflasi Kota Denpasar tahun 2008 2012 sebesar 6,11% dengan laju inflasi yang bervariasi setiap tahunnya. Laju inflasi terbesar terjadi pada tahun 2007-2008 dengan laju inflasi 9,62%, sedangkan pada tahun 2011-2012 merupakan tahun dengan laju inflasi terkecil, yaitu 3,75%. Tabel 4.12 Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2008-2012 Variabel Tahun 2007-2008 2008-2009 2010-2011 2011-2012 2012-2013 1 Laju Inflasi (%) 9,62 4,37 8,1 3,75 4,71 Pertumbuhan Rata-rata (%) Sumber : BPS Provinsi Bali, 2013 6,11 Dari beberapa variabel yang telah dihitung maka diketahui bahwa tingkat pertumbuhan penduduk berada pada posisi terendah dengan nilai sebesar

105 1,97% kemudian disusul oleh pertumbuhan pertumbuhan PDRB sebesar 6,05%, pertumbuhan inflasi sebesar 6,11%, pertumbuhan LHR sebesar 12,95% dan pada posisi tertinggi adalah pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang besarnya mencapai 18,37%. Rekapitulasi tingkat pertumbuhan ditunjukkan pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Rekapitulasi Prediksi Tingkat Pertumbuhan Variabel Tingkat Pertumbuhan (i) (% per tahun) 1 Pertumbuhan Jumlah Penduduk 1,97 2 Pertumbuhan LHR 12,95 3 Pertumbuhan PDRB 6,05 4 Pertumbuhan Jml Kend Bermotor 18,37 5 Pertumbuhan Inflasi 6,11 Sumber : Hasil Analisis, 2014 4.4 Perhitungan Nilai Waktu Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan nilai waktu pada studi ini adalah pendapatan per kapita dari PDRB Provinsi Bali. Data pendapatan per kapita Provinsi Bali serta tingkat pertumbuhannya sejak tahun 2008 hingga tahun 2012 ditunjukkan pada Tabel 4.13 diatas, dimana rata-rata tingkat pertumbuhannya sebesar 6,05% per tahun. Prediksi PDRB per kapita untuk tahun 2014 (berdasarkan pertumbuhan sebesar 6,05%) sebesar: = Rp 8.106.540,00 ( 1 + 6,05% ) 2 = Rp 9.117.103,30 Asumsi jam kerja setahun adalah 8 jam x 25 x 12 = 2.400 jam Diperoleh PDRB per kapita tahun 2014 sebesar Rp 3.798,79 per jam.

106 4.5 Data Harga Komponen BOK Data harga kendaraan serta komponen BOK menurut jenis kendaraan yang digunakan untuk mewakili moda transportasi yang melintasi ruas-ruas jalan pada kondisi sebelum dan sesudah pembangunan underpass pada simpang Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Harga Komponen BOK Komponen BOK Satuan Harga Satuan (Rp.) 1 Harga Kendaraan Sedan unit 237.000.000,00 Utiliti unit 206.500.000,00 Bus Kecil unit 261.500.000,00 Bus Besar unit 950.000.000,00 Truk Ringan unit 234.500.000,00 Truk Sedang unit 486.000.000,00 Truk Besar unit 820.000.000,00 2 Harga Ban Ban untuk Sedan buah 888.000,00 Ban untuk Utiliti buah 888.000,00 Ban untuk Bus Kecil buah 1.250.000,00 Ban untuk Bus Besar buah 1.780.000,00 Ban untuk Truk Ringan buah 1.250.000,00 Ban untuk Truk Sedang buah 1.780.000,00 Ban untuk Truk Besar buah 3.150.000,00 3 Premium liter 6.500,00 4 Solar liter 5.500,00 5 Oli (untuk mesin bensin) liter 80.000,00 6 Oli (untuk mesin solar) liter 60.000,00 7 Upah mekanik jam 35.000,00 8 Asuransi tahun 3,8 % 9 Biaya Overhead 10% Sumber : Hasil Survei, 2014

107 4.6 Data Biaya Proyek Biaya rencana pembangunan underpass pada simpang Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani dalam studi ini meliputi: perakiraan biaya pembebasan lahan, konstruksi jalan dan biaya pengelolaan yang terdiri atas: biaya operasional dan pemeliharaan rutin. 4.6.1 Biaya pembebasan lahan Besar biaya pembebasan lahan mengacu pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) per wilayah di lokasi pembangunan underpass. NJOP yang dipergunakan dalam studi ini diperoleh dari data sekunder dan dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16. Berdasarkan data tersebut biaya pembebasan tanah dan bangunan memiliki biaya yang bervariasi. Biaya pembebasan tanah terbesar adalah pabrik, perkantoran swasta dan ruko/apotik/pasar serta tanah kavling sebesar Rp. 3.745.000,00/m 2, sedangkan biaya terendah adalah gedung pemerintahan, yaitu Rp. 2.013.000,00/m 2. Untuk biaya pembebasan bangunan, ruko/apotik/pasar merupakan adalah biaya yang paling besar, yaitu Rp. 2.526.000,00/m 2 sedangkan gedung pemerintahan merupakan biaya pembebasan bangunan terkecil, yaitu Rp. 225.000,00/m 2. Tabel 4.15 Harga Tanah atau Bangunan pada Daerah Studi Berdasarkan NJOP Harga Tanah/Bangunan Tanah (Rp/m 2 ) Bangunan (Rp/m 2 ) 1 Gedung Pemerintah 2.013.000,00 225.000,00 2 Perumahan 2.508.000,00 968.000,00 3 Pabrik 3.745.000,00 1.833.000,00 4 Perkantoran Swasta 3.745.000,00 1.516.000,00 5 Ruko/Apotik/Pasar 3.745.000,00 2.526.000,00 6 Tanah kavling 3.745.000,00 - Sumber : Dinas PU Provinsi Bali, 2014

108 Tabel 4.16 Harga Tanah atau Bangunan pada Daerah Studi Berdasarkan Harga Pasar Harga Tanah/Bangunan Tanah (Rp/m 2 ) Bangunan (Rp/m 2 ) 1 Gatot Subroto 10.000.000,00 3.600.000,00 2 Cokroaminoto 15.000.000,00 3.600.000,00 3 Ahmad Yani 7.250.000,00 3.600.000,00 4 Pidada 10.000.000,00 3.600.000,00 5 Bung Tomo 7.000.000,00 3.600.000,00 6 Simpang 9.850.000,00 - Sumber : Dinas PU Provinsi Bali, 2014 Biaya pembebasan lahan telah termasuk biaya ganti rugi bangunan, tanaman dan relokasi utilitas yang ada sepanjang trase rencana proyek. Besar biaya pembebasan lahan ditunjukkan pada Tabel 4.17. Dimana beberapa lahan yang mengalami pelebaran merupakan milik pemerintah Kota Denpasar sehingga tidak termasuk dalam perhitungan biaya pembebasan lahan jalan. Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa biaya terbesar dalam pembebasan lahan jalan terjadi pada wilayah Terminal Ubung sebesar Rp. 3.536.400.000,00 dengan pelebaran tujuh meter, panjang 200 meter, luas 1.400 m 2 dan pembebasan tanah/bangunan adalah Rp. 2.526.000,00 per m 2. Sementara biaya pembebasan lahan jalan terendah terjadi pada wilayah Maruti sebesar Rp. 193.600.000,00 dengan pelebaran dua meter, panjang 100 meter, luas 200 m 2 dan pembebasan tanah/bangunan adalah Rp. 968.000,00 per m 2. Dari hasil analisis maka total biaya pembebasan lahan jalan untuk pembangunan underpass pada simpang Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani di Kota Denpasar sebesar Rp. 16.556.093.840,00.

109 Wilayah Tabel 4.17 Biaya Pembebasan Lahan Jalan Pelebaran (m) Panjang (m) Luas (m 2 ) Harga Tanah Bangunan (Rp./m 2 ) Harga (Rp.) 1 A.Yani Selatan 1,00 400 400 968.000,00 387.200.000,00 2 Maruti 2,00 100 200 968.000,00 193.600.000,00 1,10 259 284,9 2.526.000,00 719.657.400,00 3 Bung Tomo 0,50 200 100 2.526.000,00 252.600.000,00 0,50 459 229,5 968.000,00 222.156.000,00 4 Pidada 3,00 200 600 2.526.000,00 1.515.600.000,00 5 Terminal Ubung 7,00 200 1400 2.526.000,00 3.536.400.000,00 6 Cokro Utara 0,30 400 120 2.526.000,00 303.120.000,00 7 Cokro Selatan 2,80 100 280 2.526.000,00 707.280.000,00 8 Gatsu-A.Yani 0,80 360 288 2.526.000,00 727.488.000,00 9 Gatsu- Mulawarman 2,30 171 393,3 - - 10 Gatsu Timur- Mulawarman 6,80 170 1156 - - 11 A.Yani Utara 0,30 435 130,5 2,526,000,00 329,643,000,00 12 Mataram 9,60 200 1920 - - 13 Perbaikan radius simpang 625 9,850,000,00 6,156,250,000,00 Jumlah Biaya 15,050,994,400,00 PPN 10% 1,505,099,440,00 Total Jumlah Biaya 16,556,093,840,00 Sumber : Dinas PU Provinsi Bali, 2013 4.6.2 Biaya konstruksi jalan Biaya konstruksi underpass meliputi biaya umum, pekerjaan saluran drainase, tanah, pelebaran perkerasan jalan, pekerasan berbutir, pekerasan aspal, struktur, pengembalian kondisi dan pekerjaan minor termasuk biaya studi, Detail Engineering Design (DED) hingga pengawasan ditunjukkan pada Tabel 4.18. Biaya konstruksi underpass menghabiskan dana sebesar Rp. 190.866.008.119,00, dengan pembiayaan terbesar terjadi pada struktur jalan sebesar Rp.

110 66.418.737.018,00, sedangkan pembiayaan terkecil adalah pekerjaan harian dengan biaya sebesar Rp. 508.873.849,00. Tabel 4.18 Biaya Konstruksi Underpass Uraian Pekerjaan Biaya (Rp.) 1 Umum 18.123.351.288,00 2 Drainase 42.651.907.382,00 3 Pekerjaan Tanah 8.634.890.922,00 4 Pelebaran Pekerasan Jalan 3.390.970.820,00 5 Pekerasan Berbutir 7.189.201.604,00 6 Pekerasan Aspal 11.507.740.421,00 7 Struktur 66.418.737.018,00 8 Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor 14.532.610.727,00 9 Pekerjaan Harian 508.873.849,00 10 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin 556.268.804,00 Jumlah Harga Pekerjaan 173.514.552.835,00 PPN 10 % 17.351.455.284,00 Jumlah Total Harga Pekerjaan 190.866.008.119,00 Sumber : Dinas PU Provinsi Bali, 2012 dan Hasil Analisis, 2014 4.6.3 Biaya operasional dan pemeliharaan Biaya operasional dan pemeliharaan untuk underpass meliputi: 1. Biaya operasional dan pemeliharaan jalan rutin yang dilakukan tiap tahun selama masa analisis (20 tahun). Pemeliharaan rutin tersebut meliputi: perawatan marka jalan, perawatan pekerasan jalan, perawatan saluran drainase dan perawatan taman jalan. Biaya ini diambil sebesar 5% dari biaya konstruksi. 2. Biaya pemeliharaan jalan periodik yang dilakukan tiap lima tahun selama masa analisis (20 tahun). Pemeliharaan periodik ini meliputi: overlay jalan. Besar biaya tersebut diambil sebesar 15% dari biaya konstruksi.