II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI 2.2 PENGGILINGAN PADI

dokumen-dokumen yang mirip
III. TINJAUAN PUSTAKA

STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PENGGILINGAN PADI SKALA BESAR DAN KECIL SKRIPSI MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR F

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PEMBUATAN BISKUIT

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN

BAB II LANDASAN TEORI

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T.

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse

PETA PETA KERJA. Nurjannah

STUDY 07/01/2013 MOTION STUDY DAPAT DILAKUKAN DG: SEJARAH MUNCULNYA MOTION DEFINISI : 2. MEMOMOTION STUDY LANGKAH-LANGKAH MICROMOTION

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

GAMBARAN KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN SISTEM KERJA. PPMJ Diploma IPB

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA

MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY)

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

STUDI GERAK DAN WAKTU

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perbaikan Metode Kerja Untuk Meminimasi Waktu Proses Menggunakan Maynard Operation Sequence Technique (MOST) (Studi Kasus PT Pan Panel, Palembang)

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA. Oleh : Tim Dosen Analisis Dan Pengukuran Kerja Program Studi Teknik Industri

BAB II LANDASAN TEORI

USULAN PERBAIKAN STASIUN KERJA DI BAGIAN PACKING DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI ( Studi Kasus di PT. Nikkatsu Electric Work)

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ER E G R O G N O O N M O I

PENGUKURAN WAKTU TIDAK LANGSUNG DATA WAKTU GERAKAN

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK

Perancangan Sistem Kerja

practicum apk industrial engineering 2012

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. KEMBANG BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1

PENGANTAR ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA. Dosen Pengampu : Amalia, S.T., M.T.

BAB I PENDAHULUAN. karena produksi padi Indonesia yang masih rendah dan ditambah dengan. diperbaiki dengan manajemen pascapanen yang benar.

BAB II LANDASAN TEORI

Menganggur Independent Kerja Kombinasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Pertanian Subsektor Tanaman Pangan 1. Peranan dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB

4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2)

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB)

LOGO EKONOMI GERAKAN

Sejarah ilmu managemen, chapter 2. Gilbreth dan Studi Waktu

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Masalah...

TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

Tabel 1. Standar Mutu Beras Berdasarkan SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Rancang Bangun Mesin Perontok Padi (Paddy Thresher) dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Produksi Beras Pasca Panen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERANCANGAN ALAT PEMINTAL BENANG ERGONOMIS KERAJINAN TENUN IKAT

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

ANALISIS STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PRODUKSI MINUMAN LIDAH BUAYA DI UMKM (STUDI KASUS: PT. DRIYAMA PURWANA, BOGOR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perbaikan Metode Kerja Menggunakan Peta Kerja pada Proses Produksi Trafo

USULAN PERBAIKAN METODE KERJA BERDASARKAN MICROMOTION STUDY DAN PENERAPAN METODE 5S UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI Penanganan pascapanen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan tercapainya mutu gabah/ beras sesuai persyaratan mutu. Dalam penanganan pasca panen padi, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah/beras. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang didasarkan pada prinsipprinsip Good Handling Practices (GHP) agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil gabah/ beras. 2.2 PENGGILINGAN PADI Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Dalam kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan atau tidak enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan yang disebut dengan beras sosoh (beras putih). Badan pusat Statistik dalam surveynya terhadap alat dan mesin pertanian antara lain memberikan batasan definisi terhadap beberapa mesin pertanian dintaranya sbb: 1) Penggilingan Padi Kecil (PPK) adalah penggilingan padi yang terdiri dari dua unit mesin yang dipasang terpisah, yaitu pemecah kulit padi (husker) dan pemutih beras (polisher). Umumnya proses pemindahan bahan dari satu alat ke alat lain menggunakan tenaga manusia, dengan kapasitas produksi riil antara 0.3 s/d 0.7 ton beras per jam. 2) Penggilingan Padi Besar (PPB) adalah penggilingan padi yang memiliki unit lengkap terdiri dari mesin pembersih gabah, pemecah kulit padi (husker), padi separator, pemutih beras (polisher), shifter, grader dan lainnya. Pemindahan bahan dari satu mesin kemesin lainnya menggunakan elevator dan kapasitas produksi riil lebih besar dari 0.7 ton beras per jam. 3) Rice milling unit (RMU) adalah pengglingan padi yang merupakan satu unit yang kompak dimana antara pemecah kulit padi (husker) dan pemutih beras menjadi satu bagian yang tak terpisahkan. Kapasitas produksi riil antara 0.3 s/d 0.7 ton beras per jam (Sugondo,2000). Suismono dan Damardjati (2000) menyatakan bahwa pengusahaan penggilingan padi dapat dibedakan berdasarkan teknik penggilingan yang digunakan dalam proses produksi, antara lain: 1. Sistem penggilingan padi diskontinyu adalah sistem penggilingan padi yang menggunakan mesin pemecah kulit dan penyosohan yang manual, yang masih digerakkan oleh tenaga manusia. 2. Sistem penggilingan padi sistem modifikasi kontinyu adalah sistem penggilingan padi dengan proses pemecahan kulit berasnya secara kontinyu, tetapi proses penyosohannya dilakukan secara manual. 3. Sistem penggilingan konitinyu adalah sistem penggilingan padi yang terdiri dari satu unit mesin penggilingan padi yang secara kontinyu (langsung atau ban berjalan) kapasitas 1000 kilogram per 3

jam yang dilengkapi mesin-mesin pembersih gabah, pemecah kulit, pengayak beras pecah kulit, penyosoh beras, dan ayakan beras. Sistem penggilingan kontinyu maupun modifikasi kontinyu dapat meningkatkan efisiensi kerja, kapasitas produksi dan mutu beras (penampakkan beras lebih jernih). Usaha untuk menigkatkan mutu penampakkan beras dapat dilakukan dengan cara pemolesan beras giling. Proses pemolesan adalah proses penyosohan beras disertai pengkabut uap agar penampakkan beras lebih mengkilap. Beras yang diolah sampai pada proses ini disebut beras Kristal (Suismono dan Damardjati, 2000). Widowati (2001) membagi pengusahaan penggilingan padi berdasarkan kapasitas mesin yang dimiliki, antara lain: 1. Penggilingan Padi Besar (PPB) PPB menggunakan tenaga penggerak lebih dari 60 HP (Horse Power) dan kapasitas produksi lebih dari 1.000 kg/jam, baik menggunakan sistem kontinyu maupun diskontinyu. PPB sistem kontinyu terdiri dari satu unit penggiling padi lengkap, semua mesin pecah kulit, ayakan, dan penyosoh berjalan secara kontinyu, dengan kata lain masuk gabah keluar beras giling. PPB diskontinyu minimal terdiri dari empat unit mesin pemecah kulit dan empat unit mesin penyosoh yang dioperasikan tidak sinambung atau masih menggunakan tenaga manusia Penggilingan kapasitas besar biasanya dilengkapi grader sehingga menir langsung dipisahkan dari beras kepala. 2. Penggilingan Padi Sedang/Menengah (PPS) PPS menggunakan tenaga penggerak 40-60 HP, dengan kapasitas produksi 700-1.000 kg/jam. Umumnya PPS terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh. PPS ini menggunakan sistem semi kontinyu, yaitu mesin pecah kulitnya kontinyu, sedangkan mesin sosohnya masih manual. Proses pemindahan bahan dari satu alat ke alat yang lain ada yang menggunakan elevator dan sebagian besar lainnya menggunkan tenaga manusia. 3. Penggilingan Padi Kecil (PPK) PPK menggunakan tenaga penggerak 20-40 HP, dengan kapasitas produksi 300-700 kg/jam. Penggilingan padi manual yang terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh ini sering disebut Rice Milling Unit (RMU). Di pedesaan masih terdapat Huller, yaitu penggilingan padi yang menggunakan tenaga penggerak kurang dari 20 HP dan kapasitasnya kurang dari 300 kg/jam. Huller terdiri dari satu unit mesin pemecah kulit dan satu unit penyosoh. Beras yang dihasilkan mutu gilingnya kurang baik, umumnya untuk dikonsumsi sendiri di perdesaan. Bulog (2007) membagi penggilingan padi atas empat kelompok berdasarkan sarana yang dimiliki dan kemampuan produksi beras, sebagai berikut: 1. Penggilingan Padi Terpadu (PPT) PPT merupakan gabungan dari beberapa mesin yang menjadi satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras, dengan kapasitas lebih besar dari PPB serta terintegrasi dengan mesin pengering dan silo penyimpanan oleh elevator dan conveyor. 2. Penggilingan Padi Besar (PPB) PPB memiliki unit peralatan teknik yang merupakan gabungan dari dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan dengan kapasitas antara tiga sampai sepuluh ton GKG per jam atau setara dengan 20 sampai 60 ton beras per hari. Sistem pengolahan PPB minimum harus melalui empat proses utama, yaitu proses pembersihan gabah, proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah kulit, dan proses pemutihan beras pecah kulit secara berulang dua sampai empat kali. 3. Penggilingan Padi Kecil (PPK) PPK memiliki unit peralatan teknik gabungan dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan utuh dengan kapasitas lebih kecil dari satu sampai tiga ton GKG per jam atau sekitar lima sampai 4

20 ton beras per hari. Sistem PPK dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tipe sederhana dan tipe lengkap. 4. Penggilingan Padi Sederhana (PPS) PPS merupakan unit peralatan teknik baik merupakan satu unit tersendiri maupun merupakan gabungan dari beberapa mesin, dimana proses satu sama lain dihubungkan dengan tenaga manusia dengan kapasitas 0,5 sampai satu ton GKG per jam atau kurang dari lima ton beras per hari. Penggilingan dikatakan sederhana karena teknologi yang digunakan sudah dikenal sejak mulai menggunakan mesin penggilingan padi sampai saat ini secara turun temurun tanpa perubahan berarti. Beberapa jenis penggilingan sederhana, antara lain mesin tipe engelberg dan kombinasi dari beberapa mesin khususnya husker, separator, dan polisher. 2.3 ERGONOMI Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aspek aspek manusia dalam lingkungan kerjanya, yang dapat ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan perancangan (Nurmianto, 2004). Di dalam ergonomi, diperlukan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Metode pendekatannya dengan menganalisa hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerjanya. Menurut Oborne (1995), ergonomi adalah cara memandang dunia, berpikir tentang manusia, dan bagaimana interaksinya dengan seluruh aspek dalam lingkungannya, perlengkapannya, dan situasi kerjanya. Menurut Bridger (1995), ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia, mesin dan lingkungan yang bertujuan untuk menyesuaikan pekerjaan dengan manusia. Ergonomi menurut American Industrial Hygene Association adalah multidisiplin ilmu yang mengaplikasikan prinsip-prinsip fisika dan psikologi terhadap kapabilitas manusia untuk menciptakan atau memodifikasi pekerjaan, peralatan, produk, dan tempat kerja (Nardi, 1997), sedangkan International Ergonomi Association mendefinisikan ergonomi sebagai disiplin ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara manusia, dan elemen lainnya dalam sistem yang berhubungan dengan perancangan, pekerjaan, produk dan lingkungannya untuk mendapatkan kesesuaian antara kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia. Menurut Bridger (1995) terdapat perbedaan antara ergonomi dengan human factors, yaitu ergonomi lebih menenkankan kepada faktor manusia sebagai sistem biologis, sedangkan human factors lebih menekankan kepada aspek psikologis (psikologi eksperimental dan psikologi teknik) dan menekankan kepada integrasi pertimbangan faktor manusia di dalam total desain. Walaupun demikian, human factors dan ergonomi mempunyai banyak persamaan dan tetap diasumsikan sama. Pada dasarnya, ergonomika memiliki tujuan penting. Tujuan pertama adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta aktifitas lain yang dilakukan, termasuk meningkatkan kemampuan pengguna, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan produktivitas. Tujuan kedua adalah meningkatkan keinginan tertentu; seperti keselamatan, kenyamanan, penerimaan pengguna, kepuasan kerja dan kualitas kehidupan, sama halnya dengan mengurangi kelelahan dan stress (Fitriani, 2003). Maka, manfaat dan tujuan penerapan ilmu ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan saat bekerja. Dengan demikian ergonomi berguna sebagai media pencegah terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum berakibat fatal dan kronis. 5

2.4 STUDI WAKTU Waktu merupakan salah satu sumber input seperti halnya dengan dengan material, energi, dan sebagainya. Waktu adalah sumber yang tidak dapat digantikan, sekali terlewat maka tidak bisa diulang kembali. Penggunaan waktu yang efektif akan memberi dampak langsung terhadap produktivitas. Aktifitas pengaturan dalam hal ini harus dirancang untuk menangani lebih banyak pekerjaan. Studi waktu biasa digunakan untuk pengukuran kerja. Hal ini meliputi teknik untuk menjalankan standar waktu yang diperkenankan untuk dilakukan, berdasarkan pengukuran elemen kerja dari pekerjaan yang telah ditentukan, tanpa adanya kelelahan bagi pelaksananya ataupun keterlambatan yang tidak terhindarkan. Analisa studi waktu menggunakan beberapa teknik untuk membuat standar : studi waktu menggunakan stopwatch, pengumpulan data dengan komputer, data standar, data gerakan dasar, pengambilan contoh kerja, dan melakukan estimasi berdasarkan data yang telah ada. Aktifitas pengukuran waktu kerja diperkenalkan pertama kali untuk penyelesaian kerja. Dengan adanya waktu ini maka sistem pengaturan upah atau insentif akan dapat dibuat berdasarkan a fair day s pay for a fair day s work. Begitu pula dengan mengetahui waktu ini maka estimasi akan keluaran kerja yang dihasilkan serta jadwal perencanaan kerja dapat dibuat secara lebih akurat. 2.5 STUDI GERAK Studi gerak adalah analisis terhadap beberapa bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh penghematan waktu kerja. Sehingga dengan adanya penghematan waktu kerja maka kelelahan dari pekerja dapat diminimalisasi. Studi gerakan visual atau micromotion study sama-sama digunakan untuk menganalisis metode yang ada untuk mengembangkan pekerjaan kearah yang lebih efisien. Studi gerak merupakan analisis yang lebih sensitif mengenai berbagai macam gerakan operartor dalam melakukan pekerjaannya. Studi ini bertujuan untuk mengeliminasi atau mengurangi gerakan yang tidak efisien, dan untuk memfasilitasi dan mempercepat gerakan yang benar-benar efektif. Melalui studi gerakan, pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan jumlah output akan meningkat. Frank B. Gilbreth dan istrinya merupakan pelopor studi gerakan secara manual. Mereka juga membuat teknik gambar-gerakan yang membuat detail dari studi gerakan ini yang dikenal dengan micromotion studies (studi gerakan mikro), yang telah teruji sangat berharga dalam mempelajari operasi manual yang berulang. Studi gerakan visual dapat diaplikasikan dengan sangat luas karena kegiatan dari studi ini sangat ekonomis. Jenis dari studi ini melibatkan observasi yang teliti dari operasi dan gambaran mengenai proses pekerjaan operator dan gambaran analisis berdasarkan hukum dari ekonomi gerakan. Bagian dasar untuk menyempurnakan konsep ini, dikembangkan oleh Frank B. Gilbreth pada awal penelitiannya, dapat diaplikasikan pada semua kegiatan produksi yang dilakukan oleh operator. Gilbreth dan istrinya menguraikan gerakan-gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar THERBLIG (dieja dari nama Gilbreth secara terbalik). Sebagian besar dari elemen-elemen dasar Therblig merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi apabiala suatu pekerjaan terjadi, terlebih bila bersifat manual. Suatu pekerjaan dapat diuraikan menjadi beberapa elemen gerakan untuk dilakukan studi guna mendapatkan rangkaian gerakan yang lebih efisien. Suatu pekerjaan yang akan mempunyai uraian berbeda bila dibandingkan dengan pekerjaan yang lain tergantung pada pekerjaan tersebut. 17 elemen kerja dalam therblig ditampilkan dalam Tabel 1 dan telah dibedakan gerakan efektif dan tidak efektif dalam tabel tersebut. 6

Penelitian mengenai metode dan gerakan kerja yang dikembangkan oleh Frank B. Gilbreth dalam Niebel, Benjamin (1988) dilaksanakan dengan mempelajari gerakan-gerakan tubuh manusia yang digunakan untuk melaksanakan operasi kerja. Tujuan pokok dari studi gerak ini adalah untuk memperbaiki pelaksanaan operasi kerja dengan cara menghilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif dan tidak diperlukan, menyederhanakan gerakan kerja, serta menetapkan gerakan dan urutan langkah kerja yang paling efektif guna mencapai tingkat efisiensi kerja yang optimal. Tabel 1. Gerakan Therblig Gerakan Therblig Gerakan Efektif Gerakan Tidak Efektif a. Menjangkau (Reach ) i. Mencari (Search) b. Memegang (Grasp) j. Memilih (Select) c. Membawa (Move) k. Mengarahkan (Position) d. Mengarahkan awal (Preposition) l. Memeriksa (Inspection) e. Memakai (Use) m. Merencanakan (Plan) f. Merakit (Assemble) n. Menahan (Hold) g. Mengurai rakit (Dissamble) o. Avoidable delay h. Melepas (Release) p. Unavoidable delay q. Rest to overcome fatigue Secara garis besar masing-masing Therbligs tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. Mencari (Search) Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek. Yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek sudah ditemukan. 2. Memilih (Select) Memilih merupakan gerakan untuk menemukan suatu objek yang tercampur. Tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih dan berakhir bila objek sudah ditemukan. 3. Memegang (Grasp) Memegang adalah elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan pada objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Elemen Therblig ini biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa. 4. Menjangkau (Reach) Pengertian menjangkau dalam Therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan memegang. 5. Membawa (Move) Elemen gerak membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan membawa biasanya didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan dengan gerakan melepas. Therblig ini mulai dan berakhir pada saat yang sama dengan menjangkau, karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi waktu geraknya pun hampir sama yaitu jarak pindah dan macamnya. 6. Memegang untuk Memakai (Hold) Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa menggerakkan objek yang dipegang tersebut. Perbedaan dengan elemen gerak memegang, tangan memegang objek dan 7

dilanjutkan dengan gerakan membawa, sedangkan elemen gerakan memegang untuk memakai ini terjadi dimana tangan yang satu melakukan gerak kerja memegang dan mengontrol objek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap objek tersebut. 7. Melepas (Release) Elemen gerak melepas terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali objek yang dipegang sebelumnya. Dengan demikian elemen gerak ini diawali sesaat jari-jari tangan membuka lepas dari objek yang dibawa dan berkahir begitu semua jari jelas tidak menyentuh atau memegang objek lagi. 8. Mengarahkan (Position) Mengarahkan adalah elemen gerakan Therblig yang terdiri dari menempatkan objek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan membawa dan diikuti oleh gerakan merakit atau melepas. Gerakan dimulai sejak tangan memegang/mengontrol objek tersebut ke arah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan merakit atau melepas/memakai dimulai. 9. Mengarahkan Sementara (Pre position) Mengarahkan sementara merupakan elemen gerak mengarahkan objek pada suatu tempat sementara. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk memudahkan pemegangan apabila objek tesebut akan dipakai kembali. 10. Pemeriksaan (Inspect) Therblig ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu atau belum. Elemen gerakan ini dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan, mencium, mendengarkan dan kadang-kadang merasa dengan lidah. 11. Perakitan (Assemble) Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu objek dengan objek yang lain menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig melepas. 12. Lepas Rakit (Disassemble) Therblig ini merupakan kebalikan dari Therblig di atas, disini dua bagian objek dipisahkan dari satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan oleh membawa atau bisa juga dilanjutkan oleh melepas. 13. Memakai (Use) Yang dimaksud dengan memakai disini adalah bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk menggunakan alat. 14. Kelambatan yang Tak Terhindarkan (Unavoidable delay) Kelambatan yang dimaksudkan disini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi di luar kemampuan mengendalikan pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan lainnya bekerja. 15. Kelambatan yang dapat Dihindarkan (Avoidable delay) Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjanya sendiri baik disengaja maupun tidak disengaja. 8

16. Merencana (Plan) Merencana merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. 17. Istirahat untuk Menghilangkan Fatigue (Rest to Overcome Fatigue) Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badannya dari rasa fatigue sebagai akibat kerja berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga oleh individu pekerjanya. Di dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja untuk memperoleh metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Prinsip ekonomi gerakan ini bisa dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah proses kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu proses ke proses kerja yang lainnya. 1) Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pemakaian bagian tubuh : a. Kedua tangan digerakkan pada arah yang simetris secara bersamaan b. Gerakan kedua tangan sedapat mungkin dibuat kecil c. Lebih baik membuat gerakan lengan depan dan tangan daripada gerakan pundak dan lengan atas d. Menghindari perubahan gerakan arah secara tiba-tiba e. Melakukan gerakan bebas yang tidak dibatasi f. Menghindari gerakan naik turunnya badan (membungkuk di mana posisi tubuh tidak tegak) g. Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh kaki atau bagian tubuh lainnya sebaiknya tidak dilakukan dengan tangan 2) Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penempatan dan peralatan : a. Peralatan dan material diletakkan di lokasi yang telah ditentukan b. Peralatan dan material sedapat mungkin diletakkan dekat di depan operator c. Hindari gerakan ke atas atau ke bawah untuk memindahka benda, dan pindahkan barang secara horizontal d. Pergunakanlah gaya berat untuk memindahkannya e. Peralatan dan material diletakkan di tempat dengan kondisi yang terbaik untuk gerakan f. Ketinggian meja proses kerja disesuaikan dengan tinggi operator dan karakter pekerjaan g. Berikan penerangan dan pencahayaan yang cocok dengan kerakteristik pekerjaan 3) Pinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan : a. Hindari gerakan mempertahankan material dan alat dengan tangan b. Jangan gunakan peralatan yang bersifat umum (multi fungsi), tetapi gunakan peralatan khusus c. Dua buah alat atau lebih sebaiknya digabungkan menjadi satu d. Handle yang memerlukan tenaga sebaiknya dirancang agar keseluruhan telapak tangan dapat memegang dengan baik Dalam menganalisa gerakan kerja seringkali dijumpai kesulitan dalam menentukan batas-batas suatu elemen Therblig dengan elemen Therblig lainnya karena waktu gerakan kerja terlalu singkat. Demikian juga sering kali kita jumpai bahwa elemen Therblig itu sendiri dengan singkat pelaksanaanya sehingga sangat sulit untuk diamati secara visual. Analisa gerakan kerja dengan 9

rekaman film (studi gerakan mikro/ micromotion study) dilakukan dengan merekam gerakan-gerakan kerja dengan menggunakan rekaman film dan segala perlengkapannya. Hasil rekaman yang diambil dapat diputar ulang sehingga analisis gerakan kerja bisa dilakukan dengan lebih teliti. Dalam Barnes (1976), American Society of mechanical Engineers telah menetapkan lima standar simbol. Simbol ini telah telah dimodifikasi dengan menyingkat simbol dari Gilbreth yaitu panah digantikan dengan lingkaran kecil dan tambahan simbol baru untuk menandai waktu menunggu. Berikut ini adalah kelima simbol tersebut : Operasi. Operasi terjadi ketika objek dirubah dari sifat atau karakteristik aslinya. Transportasi. Terjadi ketika benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari operasi. Pemeriksaan. Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik segi kualitas atau kuantitas. Menunggu. Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu. Penyimpanan. Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang lama. 10