BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. bab ini penulis akan membahas penerapan pembiayaan istishna pada PT.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI ISTISHNA. Materi: 9. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

III.2. ISTISHNA. B. Dasar Pengaturan 01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. 02. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna.

Akuntansi Istishna' ED PSAK 104 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta.

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 104 AKUNTANSI ISTISHNA'

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI ISTISHNA' IKATAN AKUNTAN INDONESIA

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB II LANDASAN TEORI

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI ISTISHNA DAN ISTISHNA PARAREL (FINANCING)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO. SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat. Modul ke: Fakultas FEB

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BNI SYARIAH CABANG BEKASI. Ita Isnaini EB17

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH

AKUNTANSI MUSYARKAH (psak 106)

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB 1V PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah pada Bank Muamalat. 1. Perhitungan Akuntansi Pembiayaan Ijarah

Materi: 11 AKUNTANSI MUSYARAKAH (Partnership)

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Koperasi

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

TUGAS Pembahasan Soal-Soal Akuntansi Istishna

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI MUSYARAKAH TERHADAP PSAK 106 PADA BANK SYARIAH X

Perbankan Syariah. Transaksi Musyarakah. Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANKAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL LABORATORIUM AKUNTANSI BANK SYARIAH. Oleh: Iman Pirman Hidayat

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUSYARAKAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

MODUL PRACTICES AKUTANSI SYARIAH (Sample, Question, and Discussion) Penulis : Dr (c) Budiandru.,SE.,ME.Sy.,Ak.,CA.,CPI.,CPA,.

BAB II LANDASAN TEORI

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah)

C.3 Kas Lainnya dan Setara Kas Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas per tanggal 30 Juni 2015 dan 2014 masingmasing

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/13/PBI/2005 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 106 AKUNTANSI MUSYARAKAH

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 28 Februari 2018

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A Dwi Kartini Wardaningsi A

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan pembiayaan istishna pada PT. Bank Muamalat Indonesia. A. Penerapan Pembiayaan Istishna pada PT. Bank Muamalat Indonesia Berikut ini merupakan yang menjadi ketemuan pelaksanaan dari pembiayaan yang terdapat pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk adalah : Kasus 1 : 1) Perhitungan pembiayaan Istishna Pencatatan akuntansi pembiayaan istishna pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dilakukan seperti dibawah ini, pencatatan didasarkan pada bank sebagai penjual (shani ) : Bpk. Abdullah memiliki yayasan pendidikan Islam Al-Ijtihad dari mulai tingkat TK hingga SMP. Sehubungan dengan meningkatnya peminat sekolah tersebut YPI Al-Ijtihad mengajukan permohonan untuk melakukan penambahn beberapa kelas dan disepakati oleh Bank Muamalat. Kemudian Bank Muamalat melakukan akad kedua (Istishna paralel) dengan PT. Cemerlang yang berfokus pada pembangunan khususnya perumahan, bangunan sekolah dan perkantoran. Pada kasus ini PT. Cemerlang telah

menyepakati akad istishna paralel dengan Bank Muamalat Indonesia dengan data-data speksifikasinya sebagai berikut : Tabel 4.1 Data nasabah dan spesifikasi proyek / usaha / barang / jasa (Mashmi ) Nama Nasabah : Bpk. Abdullah Jenis Pembiayaan : Jual beli Istishna untuk ruang kelas Nama Barang : Lokal kelas Kegunaan : Ruang kelas Jumlah : 10 kelas (2 lt\) Luas Bangunan : 400m 2 Spesifikasi : 6 x 9 m, dinding bata merah, atap genteng, kerangka kayu meranti super Plafond : Rp 390.000.000 Jangka Waktu : 20 bulan Margin : 20% p.a Biaya Administrasi : Rp 8.000.000,- (Rp 800.000.000 x 1 %) Penagihan : Tanggal 5 setiap bulan

Pembayara : Tanggal 16 setiap bulan Pengikat : Notaris Sumber : Bank Muamalat Pembayaran : dilakukan setelah serah terima kelas dan diangsur selama jangka waktu 2 tahun. 2) Pencatatan dan Penjumlahan Akuntansi Pembiayaan Istishna Dari transaksi diatas, maka pencatatannya adalah sebagai berikut : a. Pada saat pengeluaran biaya sebelum akad. Beban Istishna Kas Rp8.000.000 Rp8.000.000 b. Penandatanganan kontrak pembiayaan istishna antara pihak bank dan nasabah dikenakan biaya sebesar Rp 8.000.000, Biaya Istishna Rp8.000.000 Beban Istishna yang ditangguhkan Rp8.000.000 c. Saat Bank Syariah menerima tagihan dari kontraktor Aktiva Istishna dalam penyelesaian Hutang Istishna Rp800.000.000 Rp800.000.000 d. Sesuai dari informasi diatas, pada tahap pertama PT. Cemerlang mengeluarkan biaya sebesar Rp 200.000.000,- pada tahap pertama, Rp 400.000.000,- pada tahap kedua, dan Rp 200.000.000,- pada tahap ketiga. Berdasarkan informasi tersebut maka perhitungan pendapatan berdasarkan metode penyelesaian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Perhitungan Pendapatan Istishna Tahap pertama Tahap kedua Tahap ketiga Persentase Penyelesaian 200/800 x 10% = 2,5 % 400/800 x 50% = 25 % 200/800 x 75% = 18,7 % Pencatatan Penerimaan Harga ke Pembeli Akhir Pendapatan istishna yang Diakui (Margin / Keuntungan Istishna ) 390jt x 2,5% = Rp9.750.000 160jt x 2,5% = Rp4.000.000 390jt x 25% = Rp97.500.000 160jt x 25% = Rp40.000.000 390jt x 18,7% = Rp72.930.000 160jt x 18,7% = Rp29.920.000 Sumber : Data yang telah diolah penulis Atas perhitungan pendapatan istishna yang diakui selama transaksi istishna, maka jurnal yang dibuat oleh PT. Cemerlang adalah sebagai berikut : e. Jurnal Pendapatan yang diakui oleh Bank Muamalat Indonesia. Tabel 4.3 Jurnal Pendapatan Istishna Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Db. Biaya Perolehan Istishna (Harga Pokok Istishna ) Rp 200.000.000 Rp 400.000.000 Rp 200.000.000

Db. Aktiva Istishna dalam Penyelesaian Kr. Pendapatan Istishna (Nilai Kontrak Istishna ) Rp 4.000.000 Rp 40.000.000 Rp 29.920.000 Rp 204.000.000 Rp 440.000.000 Rp 229.920.000 Data yang telah diolah peneliti f. Pada saat bank syariah memberikan tagihan kepada pembeli. Tabel 4.4 Jurnal Piutang Istishna Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Db. Istishna Piutang Rp 204.000.000 Rp 440.000.000 Rp 229.920.000 Kr. Istishna Termin Rp 204.000.000 Rp 440.000.000 Rp 229.920.000 Sumber : Data yang telah diolah penulis g. Termin Istishna sebagai contra account dari asset istishna dalam penyelesaian. Tabel 4.5 Jurnal Termin Istishna Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Db. Istishna Termin Rp 204.000.000 Rp 440.000.000 Rp 229.920.000 Kr. Istishna Asset dalam Rp 204.000.000 Rp 440.000.000 Rp 229.920.000

Penyelesaian Sumber : Data yang telah diolah penulis h. Pada saat bank syariah mencatat keuntungan karena pembayaran angsuran yang dilakukan pembeli akhir Tabel 4.6 Jurnal Keuntungan Istishna Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Db. Piutang Istishna Rp 4.000.000 Rp 40.000.000 Rp 29.920.000 Kr. Istishna Pendapatan Rp 4.000.000 Rp 40.000.000 Rp 29.920.000 Sumber : Data yang telah diolah penulis i. Pada saat Bank Muamalat membayar tagihan dari Kontraktor. Jurnal membayar hutang Istishna Persediaan Kas Rp800.000.000 Rp800.000.000 j. Pada saat Bank Muamalat menerima aktiva istishna dari Kontraktor. Jurnal Penerimaan Aktiva Istishna Persediaan Kas Rp800.000.000 Rp800.000.000

k. Saat bank syariah menerima pembayaran dari pembeli akhir. Tabel 4.7 Jurnal Penerimaan Piutang Istishna Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Db. Kas Rp 204.000.000 Rp 440.000.000 Rp 229.920.000 Kr. Istishna Piutang Rp 204.000.000 Rp 440.000.000 Rp 229.920.000 Sumber : Data yang telah diolah penulis l. Pencatatan oleh bank pada saat penerimaan keuntungan karena pembayaran yang dillakukan secara angsuran oleh pembeli akhir. Tabel 4.8 Jurnal Penerimaan Keuntungan Istishna Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Db. Pendapatan Istishna Tangguh Rp 4.000.000 Rp 40.000.000 Rp 29.920.000 Kr. Istishna Pendapatan Rp 4.000.000 Rp 40.000.000 Rp 29.920.000 Sumber : Data yang telah diolah penulis Pada pencatatan akuntansi diatas, PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk mengakui pembiayaan istishna sebesar Rp 390.000.000 sebagaimana diatur dalam PSAK No. 104. Bahwa dalam kasus tersebut PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk telah mengakui pendapatan pembiayaan istishna sebesar total harga komoditas yang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli akhir termasuk didalamnya margin keuntungan, pencatatan akuntansi diatas sesuai dengan PSAK No 104 yang menyebutkan pendapatan istishna adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli akhir, termasuk

margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan istishna dan harga pokok istishna. Pendapatan istishna dalam kasus diatas diakui dengan menggunakan metode persentasi penyelesaian seperti yang diperbolehkan pada PSAK 104. B. Kesesuaian Penerapan Akuntansi Pembiayaan Istishna dengan PSAK No. 104 Setelah memperhatikan bagaimana penerapan mengenai transaksi istishna yang ada di Bank Muamalat Indonesia melalui contoh kasus diatas, penulis akan mencoba menganalisa apakah penerapan pembiayaan istishna yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia tentang pembiayaan istishna telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu PSAK No. 104 mengenai penerapan akuntansi untuk istishna tersebut. Analisa tersebut disesuaikan dengan contoh kasus diatas, berikut ini analisa yang dapat diambil oleh penulis, yaitu : 1) Pencatatan Pengakuan dan Pengukuran a. Pencatatan pada Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa biaya praakad sebagai biaya istishna (disebelah debet) dan mencatat kas sebagai pos lawannya (disebelah kredit) pada saat terjadinya akad istishna. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat terjadinya akad istishna telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 26 pada tahun 2007 yang berisikan tentang biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad disepakati.

b. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa tagihan dari kontraktor dicatat sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian (disebelah debet) dan diakui sebagai hutang kepada kontraktor (disebelah kredit). Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat menerima tagihan dari kontraktor telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 30 pada tahun 2007 yang berisikan tentang biaya perolehan istishna parallel diakui sebagai asset istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan. c. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia melakukan perhitungan margin keuntungan pembuatan barang pesanan sesuai dengan menggunakan metode persentase penyelesaian dan mengakui pendapatan istishna sesuai dengan persentase penyelesaian pada perhitungan metode penyelesaian tersebut. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat melakukan perhitungan persentase penyelesaian dan mengakui pendapatan istishna disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 20 pada tahun 2007 yang berisikan tentang jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu (a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila

istishna dilakukan secara tunai, diakui sesuai persentase penyelesaian. d. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah disediakan dalam periode yang berjalan diakui sebagai pendapatan istishna (disebelah kredit), bagian margin keuntungan istishna diakui dan ditambahkan kepada asset istishna dalam penyelesaian (disebelah debet), pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan pada periode berjalan dan dicatat disebelah debet oleh Bank Muamalat Indonesia. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat mengakui adanya pendapatan istishna, margin keuntungan dan pencatatan harga perolehan, sudah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 18 pada tahun 2007 yang berisikan tentang jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka : (a) bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan; (b) bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada asset istishna dalam penyelesaian; (c) pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.

e. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa jurnal yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat jatuh tempo pembayaran cicilan istishna yaitu diakui sebesar jumlah cicilan yang belum diterima dan diakui sebagai piutang istishna (disebelah debet) dan termin istishna /istishna billing (disebelah kredit) oleh Bank Muamalat Indonesia. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat mengakui piutang istishna yang telah jatuh tempo dan disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 23 pada tahun 2007 yang berisikan tentang tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna dan termin istishna (istishna billing) pada pos lawannya. f. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara proposional seseuai dengan jumlah pembayaran dan diakui sebagai pendapatan istishna (disebelah kredit) oleh Bank Muamalat Indonesia. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat mengakui selisih antara nilai tunai dan nilai akad telah disesuaikan dengan PSAK 104 paragraf 20 pada tahun 2007 yang berisikan tentang jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu (b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada

saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran. 2) Penyajian Kebijakan akuntansi yang ada di Bank Muamalat Indonesia juga mengungkapkan piutang istishna berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir. Dan termin istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir. Penyajian yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam pengungkapan kebijakan akuntansi yang ada di Bank telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 43 pada tahun 2007 yang berisikan tentang penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal hal sebagai berikut : (a) piutang istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir; (b) asset istishna dalam penyelesaian sebesar persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna parallel dan kapitalisasi biaya perolehan. 3) Pengungkapan Kebijakan akuntansi yang ada di Bank Muamalat Indonesia juga diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, yaitu kebijakan bank dalam pengakuan pendapatan menggunakan margin istishna yang ditangguhkan. Pengungkapan yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia dalam hal pengungkapan kebijakan yang ada di bank telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 45 tahun 2007 yang

berisikan tentang penjual mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada : (a) metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna ; (b) metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang berjalan. Kasus 2 : Proses pengadaan perumahan untuk korban gempa di Yogyakarta 27 Mei 2006 yang lalu. Yaitu Dompet Dhuafa Republika (DDR) yang berencana membangun beberapa rumah warga korban gempa di wilayah Kabupaten Bantul. DD Republik memilih Bank Muamalat Indonesia. Rencananya akan dibangun sejumlah 500 rumah dengan tipe 21 dengan harga yang disepakati Rp. 20.000.000.00.- per unit. Adapun persyaratan sebagai berikut : Jangka waktu : 10 bln Total Kontrak : Rp. 10.000.000.000 (Sepuluh Milyar Rupiah) Pada tanggal 10 januari 2008 dilakukan kesepakatan dan penandatanganan akad Istishna antara Dompet Dhuafa Republika dan Bank Muamalat Indonesia. Pada tanggal tersebut DD Republika

menyerahkan dana tunai sejumlah Rp 10.000.000.000.- (Sepuluh milyar Rupiah) kepada Bank Muamalat Indonesia sebagai bentuk komitmen dan kepercayaan DD Republika. Oleh karena itu Bank Muamalat Indonesia tidak memiliki divisi kontraktor, maka segera melakukan kerja sama dengan salah satu kontraktor besar di Kabupaten Bantul yaitu CV. Griya Estetika. Harapannya adalah CV. Griya Estetika akan menggunakan sumber daya lokal sebagai tenaga kerja dalam proses pembangunan tersebut. Pada tanggal 10 Februari 2008 dilakukan kesepakatan antara Bank Muamalat Indonesia dengan CV. Griya Estetika untuk pembagunan 500 rumah tersebut dengan nilai kontrak 9.500.000.000 (Sembilan Milyar Lima Ratus Juta Rupiah). Dalam kesepakatan tersebut dijelaskan bahwa penyerahan rumah-rumah tersebut akan dilakukan dalam dua tahab yaitu : a. Tahap pertama pada tanggal 1 November 2008 sebanyak 300 unit rumah. Kemudian Bank Muamalat Indonesia akan menyerahkan kepada DD Republika pada tanggal 11 November 2008. Menurut rencana DD Republika akan menyerahkan kepada 300 keluarga korban gempa pada tanggal 20 november 2008. b. Tahap kedua pada tanggal 1 Desember 2008 sebanyak 200 unit rumah. Kemudian Bank Muamalat Indonesia akan menyerahkan kepada DD Republika pada tanggal 11 Desember 2008. Menurut DD Republika

akan menyerahkan 200 keluarga korban gempa pada tanggal 21 Desember 2008. Berdasarkan ilustrasi di atas, maka Bank Muamalat Indonesia kan membuat perlakuan akuntansi (jurnal) sesuai dengan alur transaksi Istishna parallel sebagai berikut: 1. Pada tanggal 10 Januari 2008 BPRS Rizki Ilahi menerima dana dari DD Republika sebesar Rp. 10.000.000.000- sebagai pembayaran keseluruhan pesanan 500 unit rumah di wilayah Kabupaten Bantul. Jurnal yang dibuat untuk transaksi tersebut adalah: Kas/Bank Indonesia Rp. 10.000.000.000.- Hutang Istishna Rp. 10.000.000.000-2. Pada tanggal 10 Februari 2008 Bank Muamalat Indonesia menyerahkan dana kepada CV. Griya Estetika sebesar Rp. 9.500.000.000.- dalam rangka pemesanan 500 unit rumah atas dasar pesanan DD Republika. Jurnal yang dibuat untuk transaksi tersebut adalah : Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 9.500.000.000.- Kas/Bank Indonesia Rp. 9.500.000.000.- 3. Pada tanggal 1 November 2008 Bank Muamalat Indonesia menerima 300 unit rumah yang dipesan dari CV. Griya Estetika sehingga nilai persediaan yang diterima adalah Rp. 5.700.000.000.- (Lima Milyar

Tujuh Ratus Juta Rupiah). Diperoleh dari perhitungan 300xRp. 19.000.000.- per unit. Jurnal yang dibuat : Persediaan Istishna Rp. 5.700.000.000.- Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 5.700.000.000.- 4. Pada tanggal 11 November 2008 Bank Muamalat Indonesia menyerahkan 300 unit rumah kepada DD Republika sehingga nilai jual yang diserahkan adalah Rp. 6.000.000.000.- (Enam Milyar Rupiah). Diperoleh dari perhitungan 300xRp. 20.000.000.- per unit. Jurnal yang dibuat: Hutang Istishna Rp. 6.000.000.000.- Persediaan Rp. 5.700.000.000.- Pendapatan Bersih Istishna Rp. 300.000.000.- Atas penyerahan sebagian barang Istishna tersebut Bank Muamalat Indonesia diperkenankan untuk mengikuti pendapatan atau keuntungan Istishna, karena telah memenuhi syarat pengakuan pendapatan sebagaimana ditetapkan dalam PSAK 23 tentang pendapatan yaitu adanya penyerahan barang. Keuntungan Istishna merupakan unsure dari perhitungan distribusi hasil usaha (profit distribution) karena pada transaksi tersebut telah terjadi aliran kas masuk, yaitu dengan harga barang dibayar dimuka.

5. Pada tanggal 1 Desember 2008 Bank Muamalat Indonesia menerima 200 unit rumah yang dipesan dari CV. Griya Estetika sehingga nilai persediaan yang diterima adalah Rp. 3.800.000.000.- (Tiga Milyar Delapan Ratus Juta Rupiah). Diperoleh dari perhitungan 200xRp. 19.000.000.- per unit. Jurnal yang dibuat: Persediaan Istishna Rp. 3.800.000.000.- Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 3.800.000.000.- 1. Pada tanggal 21 Desember 2008 Bank Muamalat Indonesia enyerahkan 200 unit rumah kepada DD Republika sehingga nilai jual yang diserahkan adalah rp. 4.000.000.000.- (empat Milyar Rupiah). Diperoleh dari perhitungan 200xRp. 20.000.000.- per unit. Jurnal yang dibuat : Hutang Istishna Rp. 4.000.000.000.- Persediaan Rp. 3.800.000.000.- Pendapatan Bersih Istishna Rp. 200.000.000.- 7. Jika DD Republik menolak menerima rumah-rumah yang dipesan karena tidak sesuai spesifikasi yang disepakati, maka rumah sebagari barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dari harga pokok Istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. Misalnya penurunan nilai (nilai perolehan < nilai wajar) disebabkan kesalahan spesifikasi sebesar Rp. 500.000.000.- (Lima Ratus Juta Rupiah).

Kerugian Aktiva Istishna Rp. 500.000.000.- Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 500.000.000.- 8. Apabila aktiva Istishna yang dipesan Bank Muamalat Indonesia kepada sub-kontraktor Cv. Griya Estetika tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan (Bank Muamalat telah menerima aktiva) oleh pemesan dan Bank Muamalat harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memenuhi spesifikasi. a. Pada saat pengeluaran biaya pemenuhan spesifikasi (misal Rp. 100.000.000.-) Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 100.000.000.- Kas Rp. 100.000.000.- b. Pada saat penyelesaian proses pemenuhan spesifikasi Persediaan Istishna Rp. 100.000.000- Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 100.000.000.- 9. Berdasarkan prinsip kehati-hatian yang dilakukan oleh, Bank Muamalat Indonesia maka CV. Griya Estetika diminta memberikan garansi senilai Rp. 250.000.000.- catatan akuntansi yang dibuat oleh Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut : a. Pada saat Bank Muamalat Indonesia menerima garansi penyelesaian proyek dari CV. Griya Estetika.

Kas Rp. 250.000.000.- Titipan uang garansi Rp. 250.000.000- b. Pada saat pengembalian uang garansi penyelesaian proyek. Titipan uang garansi Rp. 250.000.000.- Kas Rp. 250.000.000.- 10. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan CV. Griya Estetika sebagi penjual dan mengakibatkan kerugian bagi, Bank Muamalat Indonesia maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jetuh tempo kepada sub-kontraktor. Jika CV. Griya Estetika terlambat menyelesaikan rumah pesanan sehingga menyebabkan bank mengalami kerugian, maka uang garansi (Rp. 250.000.000.-) sama dengan kerugian (Rp. 250.000.000.-) Titipan uang garansi Rp. 250.000.000.- Pendapatan ganti rugi Istishna Rp. 250.000.000.- Jika uang garansi Rp. 150.000.000.- lebih kecil dari kerugian 250.000.000.- Titipan uang garansi Rp. 150.000.000.- Piutang kepada kontraktor Rp. 100.000.000.-

Pendapatan ganti rugi Istishna Rp. 250.000.000.- Jika uang garansi 250.000.000.- lebih besar dari kerugian 150.000.000.- Titipan uang garansi Rp. 250.000.000.- Hutang kepada kontraktor Rp. 100.000.000.- Pendapatan ganti rugi Istishna Rp. 150.000.000.- 2. Perlakuan Akuntansi Pembeli (Bank Muamalat Indonesia Sebagai Pembeli) Sebagai contoh, Pt Mitra Sarana Sejahtera (MSS) merupakan kontraktor perumahan terbesar di kota Magelang. PT. MSS berencana membangun perumahan bagi PNS dan Guru di wilayah kota Magelang. PNS dan Guru yang telah mendaftar sebagai calon pembeli rumah sebanyak 500 orang. Mereka tidak memiliki dana tunai untuk membeli rumah dengan tipe 45 sehingga memerlukan jasa Bank Muamalat Indonesia untuk memfasilitasi pembiayaan kepada PNS dan Guru tersebut. Adapun persyaratannya juga sebagai berikut: Harga per unit : Rp. 156.000.000.- Jumlah Rumah : 500 unit Jangka waktu penyerahan : 24 bulan (target Desember 2009)

Pembayaran Nasabah : secara cicilan dengan pemotongan gaji selama 60 bulan Rincian angsuran meliputi : pokok Rp. 2.000.000.- Margin Istishna Rp. 600.000 Harga Jual Rp. 2.600.000 Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, Bank Muamalat Indonesia melakukan pemesanan kepada PT. MSS sebagai kontraktor untuk melaksanakan pembangunan perumahan di komplek AKMIL CAWANG sejumlah 500 unit dengan beberapa kesepakatan antara lain: Spesifikasi rumah : sesuai pesanan pembeli akhir (PNS dan Guru) Jumlah rumah : 500 unit Harga per unit : Rp. 120.000.000.- Total Nilai Kontrak :Rp. 60.000.000.000 (Enam Puluh Milyar Rupiah) 2009) Jangka waktu penyerahan : 18 bulan (Bulan Januari 2008 s/d Juni Pembayaran : Termin I sebesar Rp. 30.000.000.000.- Termin II sebesar Rp. 20.000.000.000.- Termin III sebesar Rp. 10.000.000.000.-

Informasi tambahan : A. Pada bulan ke-12 (Desember 2008), PT MSS berhasil menyelesaikan 350 unit rumah yang dipesan Bank Muamalat Indonesia dan segera diserahkan kepada. Bank Muamalat Indonesia 150 rumah berikutnya direncanakan akan diserahkan pada bulan ke-18 (Juni 2008). B. Pada waktu yang sama rumah tersebut segera diserahkan kepada para pembeli akhir (PNS dan Guru) dengan nomor urutan antrian pembelian rumah 1-350 1. Tanggal 2 Januari 2008 telah ditandatangani kesepakatan transaksi Istishna antara Bank Muamalat Indonesia dengan PT. Mitra Sarana Sejahtera sebanyak 500 unit rumah untuk PNS dan Guru di wilayah Komplek Akmil Cawang kota Magelang. Atas kesepakan tersebut, pada tan Bank Muamalat Indonesia tanggal 10 Januari 10 Januari 2008 PT MSS mengirimkan tagihan kepada dan dilakukan pembayaran untuk termin I sebesar Rp. 30.000.000.000.- Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 30.000.000.000.- Rekening PT. MMS Rp. 30.000.000.000.- 2. Tanggal 30 Juni 2008 Bank Muamalat Indonesia menerima tagihan dan dilakukan pembayaran termin II kepada PT. MSS sebesar Rp. 20.000.000.000.- Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 20.000.000.000.-

Rekening Pt. MSS Rp. 20.000.000.000.- 3. Tanggal 21 Desember 2008 PT MSS menyerahkan 350 unit rumah yang sudah sipa pakai kepada Bank Muamalat Indonesia dengan nilai persediaan (350xRp.120.000.000.- = Rp. 42.000.000.000.-) Aktiva Istishna Rp. 42.000.000.000- Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 42.000.000.000.- 1. Tanggal 28 Desember 2008 Bank Muamalat Indonesia menyerahkan 350 unit rumah kepada PNS dan Guru dengan nomor antrian 1-350. Piutang Istishna Rp. 54. 600.000.000.- Aktiva Istishna Rp. 42.000.000.000.- Margin Istishna tangguhan Rp. 12.600.000.000.- 5. Tanggal 22 Pebruari 2009 Bank Muamalat Indonesia menerima tagihan dan dilakukan pembayaran termin III kepada PT. MSS sebesar Rp. 10.000.000.000.- Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 10.000.000.000.- Rekening PT MSS Rp. 10.000.000.000.- 6. Tanggal 18 Juni 2009 MSS menyerahkan 150 unit rumah yang sudah siap pakai kepada Bank Muamalat Indonesia dengan nilai persediaan (150xRp.120.000.000.-= Rp. 18.000.000.000.-). Aktiva Istishna Rp. 18.000.000.000.-

Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 18.000.000.000.- 2. Tanggal 25 Juni 2009 Bank Muamalat Indonesia menyerahkan 150 unit rumah kepada PNS dan guru dengan nomor antrian 351-500 Piutang Istishna Rp. 23.400.000.000.- Aktiva Istishna Rp. 18.000.000.000.- Margin Istishna Tanguhan Rp. 5.400.000.000.- 8. Pembayaran angsuran sama dengan jurnal pembayaran angsuran dalam merabahah sebagai berikut: a. Penerimaan scara kas/tunai pembayaran angsuran oleh nasabah sebesar rp. 2.600.000.- perbulan (pokok Rp. 2.000.000.- dan keuntungan Rp. 600.000.-) Rekening Nasabah Rp. 2.600.000.- Piutang Istishna Rp. 2.600.000.- Margin Istishna Tangguhan Rp. 600.000.- Pendapatan Istishna Rp. 600.000.- b. Pengakuan pendapatan atas angsuran yang tidak diterima (menunggak) yang dilakukan pada akhir bulan. Piutang Istishna Jatuh Tempo Rp. 2.600.000.- Piutang Istishna Rp. 2.600.000.-

Margin Istishna Tangguhan Rp. 600.000.- Piutang Istishna Rp. 600.000.- c. Penerimaan secara kas pembayaran angsuran yang menunggak. Rekening Nasabah Rp. 2.600.000.- Piutang Istishna Jatuh Tempo Rp. 2.600.000.- Penyelesaian Awal Sebagai contoh penyelesaian pembayaran angsuransi Istishna lebih awal dari waktu jatuh tempo maka kasus berikut akan menggambarkan transaksi tersebut. Misalnya dalam catatan administrasi pembiayaan Bank Muamalat Indonesia tercatat bahwa piutang Istishna dari nasabah saudara Ayman adalah sebesar Rp. 900.000.000.- yang jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2008. Piutang Istishna tersebut terdiri dari harga pokok barang pesanan Rp. 650.000.000.- dan margin Istishna yang belum direalisasikan sebesar Rp. 250.000.000. pada tanggal 21 Juni 2008 saudara Ayman melunasi seluruh pembiayaan Istishna nya kepada Bank Muamalat Indonesia lebih cepat 9 hari dari tanggal jatuh tempo). Tas perhitungan terhadap saldo pembiayaan dan kondisi internal Bank Muamalat Indonesia, maka saudara Ayman diberikan potongan pembayaran sebesar Rp. 100.000.000.- berdasarkan informasi tersebut maka : Jika pada saat penyelesaian. Bank Muamalat Indonesia mengurangi piutang dan margin/ pendapatan Istishna. Kas Rp. 800.000.000.-

Margin Istishna tangguhan Rp. 250.000.000.- Pendapatan Istishna Rp. 150.000.000.- Piutang Istishna Rp. 900.000.000.- Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan Sebagai contoh Ibu Dece memesan rumah melalui Bnak Muamalat dengan akad Istishna senilai Rp. 500.000.000.- Pada akhir masa akad ternyata terdapat perubahan harga material sehingga mengakibatkan nilai kontrak berubah dan hal tersebut sudah disepakati dalam akad. Nilai rumah yang dipesan oleh Ibu Dece menjadi 600.000.000.- Sebagai akibat penyusuaian harga-harga material yang meningkat. Maka Bank Muamalat akan mancatat Klaim tambahan seseuai kesepakatan dengan Jurnal: Biaya Istishna Rp. 100.000.000.- (Klaim tambahan Material) Pendapatan Istishna Rp. 100.000.000.- Dalam kasus ini Bank Muamalat Indonesia tidak memperhitungkan Tambahan margin sehubungan dengan kenaikan harga material walaupun harga pokok barang berubah. Hal ini sesuai dengan kesepakatan antara tuan pairu dan bank Syariah Metro dimana perubahan harga-harga material diakomodasi namun tidak mempegaruhi margin Istishna yang diterima oleh Bank Muamalat Indonesia. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas tentang konsep dan bagaimana aplikasi di atas telah jelas bagaimana penerapan akuntansi Istishna pada bank syari ah mulai dari pemesanan barang kepada pihak bank/penasok sampai kepada pembayarang yang dapat dilakukan dalam beberapa kali pembayaran. Kasus 3 : Dr. Ursila memesan barang bangunan yang telah disepakati oleh Bank Muamalat yang akan dibayar selama 3 tahun. Dalam pembayaran tangguh tersebut telah disepakati nilai pembayaran secara agsuran selama 3 tahun sebesar Rp190.000.000. Berikut adalah informasi transaksi pembayaran tangguh : Biaya perolehan bangunan : Rp130.000.000 Margin keuntungan : Rp 20.000.000 Nilai tunai saat barang diserahkan : Rp150.000.000 Nilai akad untuk pembayaran secara angsuran selama 3 tahun : Rp190.000.000 Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama 3 tahun : Rp 40.000.000 1. Jurnal saat pengakuan pngeluaran untuk memperoleh Istishna Aset Istishna dalam penyelesaian Kas Rp130.000.000 Rp130.000.000 2. Jurnal saat pengakuan pendapatan Aset Istishna dalam penyelesaian Rp 20.000.000 Harga pokok Istishna Rp130.000.000 Pendapatan Istishna Rp150.000.000

3. Jurnal saat penagihan dan penyerahan Piutang Istishna Termin Istishna Rp150.000.000 Rp150.000.000 Piutang Istishna Rp 40.000.000 Pendapatan Istishna yang ditagguhkan Rp 40.000.000 Termin Istishna Rp150.000.000 Aset Istishna dalam penyelesaian Rp150.000.000 4. Jurnal saat pembayaran oleh pembeli Pembayaran di lakukan selama 3 tahun (36 bulan) maka pembayaran untuk setiap 1 bulannya adalah : Rp190.000.000 Pembayaran per bulan = 36 bulan Pembayaran per bulan = Rp 5.277.778 Pada saat yang sama, pendapatan Istishna yang ditangguhkan beruah menjadi pedapattan Istishna sebesar : Rp40.000.000 Pendapatan per bulan = 36 bulan Pendapatan per bulan = Rp 1.111.111 Kas/rekening nasabah Piutang Istishna Rp5.277.778 Rp5.277.778 Pendapatan Istishna yang ditangguhkan Rp 1.111.111 Pendapatan Istishna Rp 1.111.111 5. Jurnal pemberian potongan jika pembeli melunasi dari awal Nasabah telah melunasinya lebih awal pada akhir tahun kedua disaat sisa pembayarannyasebesar Rp63.333.333. Atas pelunasannya lebih awal tersebut maka bank muamalat memberikan potongan sebesar Rp10.000.000

Kas Rp53.333.333 Potongan Rp10.000.000 Piutang Istisha Rp63.000.000 Penyajian Berdasarkan PSAK 104, penyajian rekening yang terkait pada transaksi Istishna dan Istishna paralel antara lain : a. Piutang Istishna, yang timbul karena pemberian modal usaha Istsihna oleh Bank Muamalat. b. Piutang, yag timbul karen penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam transaksi Istishna Rekening ini disajikan terpisah dari piutang Istishna c. Utang Istishna, timbul karena bank menjadi penjual barang Istishna yang dipesan oleh nasabah pembeli. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan tentag transaksi Istishna dan Istishna paralel antara lain : 1. Rincian piutang Istishna dan utang Istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta, kualitas piutang dan pennyisihan kerugian piutang Istishna 2. Piutang Istishna dan utag Istishna kepada penjual (pemasok) yang memiliki hubungan istimewa.

3. Besarya modal utang Istishna, baik yang dibiayai sendiri oelh bank maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan bank atau pihak lain. 4. Jenis dan kuantitas barang pesanan. C. Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi Pembiayaan Musyarakah di Bank Muamalat Indonesia Pengakuan dan pengukuran pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut : 1. Pengakuan pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aktiva non-kas kepada mitra. 2. Pembayaran musyarakah yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap pembayaran atau penyerahan. 3. Pengukuran pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut : (a) Aktiva non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aseet non-kas, maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian asset musyarakah dalam ekuitas. Selisih penilaian asset musyarakah tersebut diamortisasi selama akad musyarakah. (b) Biaya yang terjadi tidak dapat diakui sebagai bagian dari pembiayaan musyarakah, kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah. (c) Setiap pembayaran oleh mitra mengurangi saldo pembiayaan musyarakah. D. Penerapan pembiayaan Musyarakah pada PT. Bank Muamalat Indonesia

Kasus 1: Pembiayaan musyarakah anatara Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Universitas X bergerak dibidang pendidkan dengan modal yang diperlukan sebesar Rp50.000.000. Dalam hal ini modal yang dimiliki Universitas X sebesar Rp20.000.000 dengan demikian porsi Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Universitas X sebesar Rp30.000.000 dan Universitas X asumsi : pembiayaan dilakukan dalam jangka waktu 12 tahun yaitu terhitung 1 April 1998-1 April 2010. Porsi pembagian pendapatan bagi hasil yang disepakati adalah 30% untuk Bank Muamalat Indonesia (BMI) 70% untuk Universitas X. Pembagian bagi hasil atas keuntungan adalah setiap tanggal 31 Juli yang diperoleh dari pendapatan penerimaan gedung yang diterima Universitas X dari para mahasiswa. Dimana dalam 6 tahun diproyeksikan besarnya pendapatan uang gedung yang diterima Universitas X adalah sebagai berikut : I Juni 2004 Rp 6.000.000.000,- II Juni 2005 Rp 7.000.000.000,- III Juni 2006 Rp 6.500.000.000,- IV Juni 2007 Rp 6.000.000.000,- V Juni 2008 Rp 5.000.000.000,- VI Juni 2009 Rp 7.500.000.000,-

Dimana pelaksanaan awal pembiayaan musyarakah, Universitas X dikenakan biaya administrasi sbesar Rp5.000.000,- dan pembiayaan notaries untuk pengesahan usaha pembiayaan musyarakah sebesar Rp5.000.000,- Penyelesaian perhitungan bagi hasil dan pengakuan pendapatan dalam pembiayaan musyarakah konstan (permanent) dengan tabel perhitungan sebagai berikut : Dalam bentuk Ribuan Rupiah Tabel 4.9 Pembiayaan Musyarakah permanent PT. Bank Muamalat Indonesia dan Universitas X Tahun Kontribusi Modal (Rp) Sub Total Penerima an Uang Kontribusi Nasabah (0%) BMI Univ.X Gedung BMI Univ.X 1/3/04 30.000.000 20.000.000 50.000.000-30 70 30/6/04 6.000.000 1.800.000 4.200.000 30/6/05 7.000.000 2.100.000 4.900.000 30/6/06 6.500.000 1.950.000 4.550.000 30/6/07 6.000.000 1.800.000 4.200.000 30/6/08 5.000.000 1.500.000 3.500.000 30/6/09 (30.000.000) 7.500.000 2.250.000 5.250.000 50.000.000 38.000.000 11.400.000 26.600.000 Sumber : Data yang telah diolah penulis Ilustrasi Jurnal Musyarakah menurut Bank Muamalat 1 April 2004 : Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad Rekening giro nasabah Rp10.000.000 Pendapatan administrasi Rekening notaris Rp5.000.0000 Rp5.000.0000 1 Maret 2004 :Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah

Pembiayaan yang diberikan musyarakah Rekening giro nasabah Rp30.000.000 Rp30.000.000 30 Juni 2004 : Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil 31 Juli 2005 pembagian hasil pada tanggal 30 Juni 2005 Kas Rp1.800.000.000 Pendapatan nisbah Rp1.800.000.000 30 Juni 2009 : Pencatatan atas pelunasan pembiayaan Musyarakah Kas Rp30.000.000 Pembiayaan yang diberikan Rp30.000.000 Apabila pada tanggal 1 Mei 2009 pendapatan atas bagi hasil yang belum diterima oleh bank, maka akan mencatat bagi hasil tersebut sebagai piutang mitra kepada bank : 30 Juni 2009 : Pencatatan atas bank yang belum diterima setelah akad musyarakah berakhir : Piutang Rp2.250.000.000 Pendapatan musyarakah Rp2.250.000.000 30 Juni 2009 : Pencatatan atas pelunasan piutang oleh mitra bank pada tanggal 31 Juli 2009 : Kas Rp2.250.000.000 Piutang musyarakah Rp2.250.000.000

Ilustrasi Jurnal Musyarakah menurut PSAK No. 106 1 April 1998 : Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad Rekening giro nasabah Rp10.000.0000 Pendapatan administrasi Rekening notaris Rp5.000.000 Rp5.000.000 1 Maret 2004: Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepda nasabah Pembiayaan yang diberikan musyarakah Kas Rp30.000.000 Rp30.000.000 30 Juni 2004 : Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil 31 Juli 2005 pembagian hasil pada tanggal 30 Juni 2005 Kas Rp1.800.000.000 Pendapatan bagi hasil Rp1.800.000.000 30 Juni 2009 : Pencatatan atas pelunasan pembiayaan Musyarakah Kas Rp30.000.000 Pembiayaan yang diberikan Rp30.000.000 Apabila pada tanggal 1 Mei 2009, pendapatan atas bagi hasil yang belum diterima oleh bank, maka akan mencatat bagi hasil tersebut sebagai piutang mitra kepada bank :

30 Juni 2009 : Pencatatan atas bagian bank yang belun diterima setelah akad musyarakah berakhir Piutang Rp2.250.000.000 Pendapatan musyarakah Rp2.250.000.000 30 Juni 2009 : Pencatatan atas pelunasan piutang oleh mitra bank pada tanggal 31 Juli 2009 : Kas Rp2.250.000.000 Piutang musyarakah Rp2.250.000.000 Dalam pembiayaan musyarakah menurun tidak jauh berbeda dalam pencatatan akuntansinya dengan musyarakah konstan (permanent), hanya saja pendapatan bagi hasil dan porsi modal bank semakin menurun dari tahun ketahun hingga porsi modal musyarakah bank menjadi nol. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah kasus yag berkaitan dengan pembiayaan musyarakah menurun yang pernah diterapkan oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI). Sebagai contoh penyertaan modal pada saat akad dan penerimaan uang gedung yang diterima oleh Univ. X (mitra Musyarakah) diasumsikan sama dengan nilai yang ada pada kasus musyarakah constant (permanent) sebelumnya. Namun untuk porsi modal musyarakah dari tahun ke tahun yang telah disepakati bersama antara Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Univ. X adalah sebagai berikut : Tabel 4.10 Porsi modal Musyarakah

Tahun BANK MUAMALAT UNIV.X INDONESIA I Rp30.000.000.000 Rp20.000.000.000 II Rp29.000.000.000 Rp21.000.000.000 III Rp27.000.000.000 Rp23.000.000.000 IV Rp25.000.000.000 Rp25.000.000.000 V Rp23.000.000.000 Rp27.000.000.000 VI 0 Rp50.000.000.000 Sumber : Bank Muamalat Dalam Ribuan Rupiah Tabel 4.11 Tabel Pembiayaan Musyarakah Menurun (Nisbah berdasarkan porsi modal) PT. Bank Muamalat Indonesia dan Univ. X Kontribusi Modal (Rp) Total Penerimaan Uang Kontribusi Nisbah (0%) BMI Univ.X Gedung BMI Univ.X 30.000.000 20.000.000 50.000.000 6.000.000 25 1.500.000 75 4.500.000 29.000.000 21.000.000 50.000.000 7.000.000 20 1.400.000 80 5.600.000 27.000.000 23.000.000 50.000.000 6.500.000 15 975.000 85 5.525.000 25.000.000 25.000.000 50.000.000 6.000.000 10 600.000 90 5.400.000 23.000.000 27.000.000 50.000.000 5.000.000 5 250.000 95 4.725.000 0 50.000.000 50.000.000 7.500.000 0 100 7.500.000 38.000.000 4.725.000 33.275.000 Sumber : Data yang telah diolah penulis Adapun penjelasan dari tabel pembiayaan musyarakah menurun PT.Bank Muamalat Indonesia dan Univ.X adalah sebagai berikut : Perhitungan kontribusi modal : 1. Rp30.000.000+Rp20.000.000 = Rp50.000.000 2. Rp29.000.000+Rp21.000.000 = Rp50.000.000 3. Rp27.000.000+Rp23.000.000 = Rp50.000.000 4. Rp25.000.000+Rp25.000.000 = Rp50.000.000

5. Rp23.000.000+Rp27.000.000 = Rp50.000.000 6. 0 +Rp50.000.000 = Rp50.000.000 Perhitungan Kontribusi Nisbah (0%) untuk BMI : 1. 25% x Rp6.000.000 = Rp1.500.000 2. 20% x Rp7.000.000 = Rp1.400.000 3. 15% x Rp6.500.000 = Rp 975.000 4. 10% x Rp6.000.000 = Rp 600.000 5. 5% x Rp5.000.000 = Rp 250.000 6. 0% x Rp7.500.000 = Rp 0 Total = Rp 4.725.000 Perhitungan Kontribusi Nisbah (0%) untuk Univ.X : 1. 75% x Rp6.000.000 = Rp4.500.000 2. 80% x Rp7.000.000 = Rp5.600.000 3. 85% x Rp6.500.000 = Rp5.525.000 4. 90% x Rp6.000.000 = Rp5.400.000 5. 95% x Rp5.000.000 = Rp4.725.000 6. 100% x Rp7.500.000 = Rp7.500.000 Total = Rp33.275.000 Pencatatan akuntansi untuk transaksi diatas dan pengakuan pendapatan yang diterima bank akan menurun dikarenakan nisbah bagi hasil untuk bank menurun

setiap tahunnya hingga akhir dan porsi modal mitra menjadi 100%. Dengan kata lain, proyek tersebut menjadi milik Univ.X Ilustrasi Jurnal Musyarakah Menurun Bank Muamalat Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad awal : Rekening giro nasabah Rp10.000.000 Pendapatan administrasi Rekening notaris Rp5.000.000 Rp5.000.000 Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah : Pembiayaan yang diberikan musyarakah Piutang musyarakah Rp30.000.0000 Rp30.000.000 Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Juli 2005 atas pembagian keuntungan tanggal 31 Juli 2005 beserta modal pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama Kas Rp24.500.000.000 Pendapatan nisbah Pembiayaan yang diberikan musyarakah Rp1.500.000.000 Rp23.000.000.000 Ilustrasi Jurnal Musyarakah Menurun PSAK No. 106 Rekening giro nasabah Pendapatan administrasi Rekening notaris Rp10.000.000 Rp5.000.000 Rp5.000.000

Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah : Pembiayaan yang diberikan musyarakah Kas Rp30.000.000 Rp30.000.000 Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Juli 2005 atas pembagian keuntungan tanggal 31 Juli 2005 beserta modal pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama : Kas Rp24.500.000.000 Pendapatan bagi hasil musyarakah Rp 1.500.000.000 Pembiayaan yang diberikan musyarakah Rp23.000.000.000 Dalam ribuan rupiah Tabel 4.12 Pembiayaan Musyarakah Menurun NIsbah berdasarkan Kesepakatan Bersama PT.Bank Muanamalat Inodonesia dan Universitas X Tahu Kontribusi Modal Total Penerima Kontribusi Nisbah (0%) n (Rp) an Uang BMI Univ.X Gedung BMI Univ.X 30 70 I 30.000.000 20.000.000 50.000.000 6.000.000 1.800.000 4.200.000 25 75 II 29.000.000 21.000.000 50.000.000 7.000.000 1.750.000 5.250.000 20 80 III 27.000.000 23.000.000 50.000.000 6.500.000 1.300.000 5.200.000 15 85 IV 25.000.000 25.000.000 50.000.000 6.000.000 900.000 5.100.000 10 90 V 23.000.000 27.000.000 50.000.000 5.000.000 500.000 4.500.000-100 VI 50.000.000 50.000.000 7.500.000-7.500.000 38.000.000 6.250.000 31.750.000 Sumber : Data yang diolah oleh penulis Ilustrasi Jurnal Musyarakah Menurun Bank Muamalat

Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad awal : Rekening giro nasabah Rp10.000.000 Pendapatan administrasi Rekening notaris Rp5.000.000 Rp5.000.000 Pencataan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah : Pembiayaan musyarakah yang diberikan Rekening giro nasabah Rp30.000.000 Rp30.000.000 Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Juli 2005 atas pembagian keuntungan tanggal 30 Juni 2005 beserta modal pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama : Kas Rp24.800.000.000 Pendapatan nisbah musyarakah Rp 1.800.000.000 Pembiayaan yang diberikan musyarakah Rp23.000.000.000 Ilustrasi Jurnal Musyarakah Menurut PSAK No. 106 Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad awal : Rekening giro nasabah Pendapatan administrasi Rekening notaris Rp10.000.000 Rp5.000.000 Rp5.000.000 Pencatatan atas penerimaan penadapatan bagi hasil pada tanggal 31 Juli 2005 atas pembagian keuntungan tanggal 30 Juni 2005 beserta modal pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama :

Kas Rp24.800.000.000 Pendapatan bagi hasil musyarakah Rp 1.800.000.000 Pendapatan yang diberikan musyarakah Rp23.000.000.000 Perbedaan pencatatan jurnal Pembiayaan Musyarakah yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dengan jurnal Pembiayaan berdasarkan PSAK No.106 tahun 2007 adalah nama akun saja seperti Pendapatan Nisbah Musyarakah (berdasarkan jurnal menurut BMI) Pembagian Bagi Hasil Musyarakah (berdasarkan jurnal pembiayaan musyarakah menurut PSAK No.106 th 2007), Pendapatan Nisbah (berdasarkan jurnal pembiayaan musyarakah menurut) Pendapatan Bagi Hasil (berdasarkan jurnal pembiayaan musyarakah menurut PSAK No. 106 tahun 2007) Prinsip pendapatan bagi hasil musyarakah yang diakui oleh Bank Muamalat Indonesia adalah revenue sharing, maka untuk beban yang terjadi dalam pembiayaan musyarakah tidak diakui oleh bank sebagai pengarang bagi hasil yang akan diterima Bank Muamalat Indonesia pada periode berjalan, kecuali biaya-biaya yang akan terjadi di awal akad pembiayaan. Untuk kerugian yang terjadi pada pembiayaan musyarakah biasanya tidak mengalami nilai yang besar karena yang terjadi pada setiap kasus di Bank Muamlat Indonesia adalah nenurunnya porsi bagi hasil bagi hasil yang diterima bank Bank Muamalat Indonesia. Untuk penyisihan kerugian disesuaikan dengan kualitas pembiayaan berdasarkan penelahaan atas masing-masing saldo pembiayaan, namun untuk kerugian yang terjadi dalam pembiayaan musyarakah telah

sesuai dengan PSAK No.106 tahun 2007 yaitu ditanggung berdasarkan porsi modal yang disetorkan pada tahun terjadinya krugian. Apabila kita lihat dari contoh kasus diatas bahwa pendapatan bagi hasil berasal dari penrimaan uang gedung, hal ini dimungkinkan tidak terjadi kerugian, tetapi bila pendapatan bagi hasil adalah laba yang diperoleh Univ. X maka kemungkinanan tersebut akan terjadi. E. Kesesuaian Penerapan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah dengan PSAK No. 106 Aspek pengukuran memegang peran penting sebagai kerangka dasar, karena pengukuran merujuk kepada prinsip yang mengatur kapan dicatatnya transaksi pendapatan (revenue), beban (expenses), laba (margin), dan rugi ( loss). Pada gilirannya konsep pengakuan akan banyak berperan dalam menentukkan aktiva dan pasiva, serta laba dan rugi perusahaan. Peneliti menganalisa kesesuaian perlakuan akuntansi atas transaksi pembiayaan musyarakah dengan PSAK No.106 yang terjadi pada PT. bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Pengakuan Analisa pengakuan atas pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan musyarakah yang disepakati antara pihak bank dengan Universitas X diakui oleh pihak bank pada saat pihak bank menyerahkan uang tunai kepada Universitas X.

b. Dalam rangka akad musyarakah ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk menentukkan kelayakan akad tersebut.. Biaya-biaya yang terjadi berdasarkan kesepakatan bersama dan tidak diakui sebagai bagian dari pembiayaan musyarakah. c. Laba masing-masing pihak ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama. Pada bulan Juli 2005 bank menerima pendapatan dari Universitas X sebesar Rp1.800.000.000 maka bank langsung mengakui laba pada periode tersebut. d. BSM mengakui penyisihan pembiayaan musyarakah setelah realisasi pembiayaan musyarakah dibayarkan. 2. Pengukuran Analisa pengukuran atas pembiayaan musyarakah sebagai berikut : a. Bank mengatur pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas/uang tunai dengan satuan rupiah dan dinilai sebesar uang yang dibayarkan kepada Universitas X. Pihak bank menyerahkan uang tunai sebesar Rp30.000.000.000 b. Biaya yang ditanggung pihak nasabah dalam rangka pemnbiayaan musyarakah diukur sesuai dengan jumlah uang yang dibayarkan kepada pihak lain. c. Laba yang diterima oleh pihak bank pada bulan Julin diukur sejumlah uang yang diberikan oleh Universitas X sebesar Rp1.800.000.000. d. BSM mengukur penyisihan pembiayaan musyarakah. 3. Penyajian

Analisa penyajian pembiayaan musyarakah sebagai berikut: a. Pada saat realisasi pembiayaan musyarakah, pihak bank menyajikan pencatatan dengan mendebet pembiayaan musyarakah sebesar Rp30.000.000.000 dan mengkredit kas/kredit giro nasabah sebesar Rp30.000.000.000. b. Bank tidak mengeluarkan biaya saat akad musyarakah terjadi dan bank melakukan pencatatan dengan mendebat rekening giro sebesar Rp10.000.000 dan mengkredit pendapatan administrasi sebesar Rp5.000.000 serta rekening notaries sebesar Rp5.000.000. c. Pada saat menerima keuntungan dari nasabah, bank langsung melakukan pencatatan dengan mendebet kas dan mengkredit pendapatan/keuntungan musyarakah. Pencatatan dilakukan atas cash basis/dasar kas. 4. Pengungkapan Di dalam laporan keuangannya, pihak bank telah mengungkapkan besarnya jumlah pembiayaan musyarakah. Tabel 4.11 Konsistensi Penerapan PSAK No.106 Atas Transaksi Pembiayaan Musyarakah PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia No PSAK 106 Bank Analisis Sesuai Tidak

Pengakuan 1 Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai atau penyerahan aktiva nonkas mitra usaha 2 Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misal:by.studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai pembiayaan musyarakah kecuali ada persetujuan dari mitra musyarakah Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai kepada mitra musyarakah Tidak diakui sebagai bagian dari Pembiayaan musyarakah diakui Sesuai Sesuai Sesuai 3 Laba diakui dalam periode tterjadinya sesuai dengan nisbah yang disepakati 4 Penyisihan pembiayaan musyarakah diakui setelah realisasi pembiayaan musyarakah di Bayarkan Laba yang diterima diakui bank periode tersebut Bank mengakui penyisihan pembiayaan musyarakah pada saat dibayarkan Sesuai Sesuai Pengukuran 1 Pembiayaan musyarakah dalam Bank mengukur pembiayaan Sesuai bentuk kas di nilai jumlah yang dibayarkan musyarakah dalam bentuk kas & di nilai sebesar jumlah uang yang dibayarkan kepada nasabah 2 Biaya yang terjadi akibat akad Biaya yang terjadi akibat akad Sesuai musyarakah di ukur sesuai yang dibayarkan musyarakah di ukur sesuai yang dibayarkan 3 Laba yang di ukur sebesar jumlah uang yang dibayarkan & sesuai dengan nisbah yang Disepakati Bank mengukur laba sebesar jumlah yang dibayarkan Univ.X sebesar Rp1.800.000.000 & sesuai dengan nisbah yang disepakati Sesuai Penyajian 1 Jurnal pada saat realisasi Jurnal pada saat realisasi Sesuai pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan musyarakah adalah mendebet pembiayaan mendebet pembiayaan musyarakah dan mengkredit kas atau rekening nasabah musyarakah dan mengkredit kas atau rekening nasabah 2 Jurnal pada saat realisasi Jurnal pada saat realisasi Sesuai pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan musyarakah adalah mendebet pembiayaan mendebet pembiayaan

musyarakah dan mengkredit kas atau rekening nasabah musyarakah dan mengkredit kas atau rekening nasabah 3 Jurnal pada saat realisasi Jurnal pada saat realisasi pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan musyarakah adalah mendebet pembiayaan mendebet pembiayaan musyarakah dan mengkredit kas atau rekening nasabah musyarakah dan mengkredit kas atau rekening nasabah Pengungkapan 1 Rincian jumlah pembiayaan Bank mengungkapkan rinciam musyarakah berdasarkan aktiva jumlah pembiayaan musyarakah atau nonkas, modal mitra, jenis berdasarkan aktiva kas, jenis valuta, jenis penggunanaan dan valuta dan sector ekonomi sector ekonomi Sesuai Sesuai 2 Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan penanganan pembiayaan musyarakah bermasalah Sumber: Data yang telah diolah penulis Bank mengungkapkan tentang kebijakan dan metode penyisihan penghapusan pembiayaan musyarkaha Sesuai Kasus 2 : Pembiayaan musyarakah dilakukan untuk membiayai suatu proyek bersama antara nasabah dengan bank. Nasabah dapat mengajukan proposal kepada Bank Muamalat Indonesia untuk mendamai suatu proyek tertentu atau usaha tertentu dan kemudian akan disepakati berapa amodal yang akan disediakan Bank Muamalat Indonesia dan berapa modal dari nasabahserta akan ditentukan bagi hasilnya bagi masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia menggunakan system revenue sharing. Pertimbangan ini atas dasar tingkat bagi hasil yang