PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBANTU PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI (Studi di SMK Negeri 4 Padang) Oleh: Cici Fitri Rahayu* Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research was caused by existence of students of exceptional needs who have problem in having socialization. Focus and purpose of this research are how the role of conselor in helping the achievement of development function of students who have exceptional needs in having socialization at school environment with peer friend and having socialization appropriate with gender s role. This research was done by using qualitative research with descriptive. The informant of this research was counselor, uncommon counselor, students vice of headmaster and the students with exceptional needs. The instrumentation that is used in this research was interview and study of documentation. The researcher used reduction data, presenting data and making conclusion as the technique of processing data. The result of this research showed that the roles of counselor in helping the achievement of development function of students who have exceptional needs in having socialization at school environment with peer friend were giving service about social skill, grouping the students in self development activity which is appropriate with their specialty, guiding the students to understand the concept life of democratic. The roles of counselor in helping the achievement of development function of students who have exceptional needs in having socialization appropriate with gender s role were giving service about gender s role, doing the activity which support guidance and counselling like appearance of literature, inviting the students to observe social life that involve social role between man and woman in society. Key Words: Role of conselor, social development function, students with exceptional needs Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wadah yang berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia, serta upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam pencapaian kesejahteraan umum dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mendukung penyelenggaraan sistem pendidikan untuk semua (pendidikan inklusi) termasuk anak-anak berkebutuhan khusus. Perkembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan pada bab IV Pasal 5 Ayat 2 bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan sosial berhak mendapatkan pendidikan khusus. Melalui pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak normal untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Namun, masih adanya penyelenggaraan pendidikan dengan cara memisahkan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal pada sistem sekolah khusus dan sekolah reguler, kebijakan ini dipandang sebagai salah satu sifat deskriminatif yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan hak azasi manusia. Untuk menyelenggarakan pendidikan bagi semua warga negara tanpa perbedaan dalam rangka memenuhi hak belajar setiap warga Negara, pada tahun 2009 jurusan PLB UNP bekerja sama dengan SMK Negeri 4
Padang untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus pada tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada tahun 2014 jumlah anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 4 Padang berjumlah 17 orang. SMK Negeri 4 Padang merupakan salah satu sekolah penyelenggara pendidikan inklusi yang cukup dikenal di kota Padang. Selama proses pembelajaran di SMK Negeri 4 Padang, pengelompokan peserta didik dilakukan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang mereka miliki, begitu juga dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Peserta didik berkebutuhan khusus diberikan kebebasan untuk bersosialisasi dengan siapa saja, baik itu teman sebaya, guru, ataupun staf pengajar lainnya yang ada di lingkungan sekolah. Membimbing dan mendidik tidak lepas dari tugas dan tanggung jawab guru BK, karena tenaga pendidik yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik adalah guru BK. Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu peserta didik dalam upaya menemukan jati dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya sehingga, dapat berkembang secara optimal. Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah inklusi juga merupakan kegiatan untuk membantu peserta didik berkebutuhan khusus dalam upaya menemukan konsep diri, memfasilitasi penyesuaian diri terhadap hambatannya, mengkoordinasikan dengan ahli lain, melakukan konseling terhadap keluarganya, membantu perkembangan anak berkebutuhan khusus agar berkembang efektif, memiliki keterampilan hidup mandiri, dan mengembangkan hobi, serta mengembangkan keterampilan sosial dan personal. Ridwan (2008: 134) menyatakan bahwa tugas-tugas perkembangan peserta didik adalah serangkaian tugas yang perlu dipenuhi oleh peserta didik remaja, yang jika berhasil dipenuhi membawa rasa sejahtera dan bahagia, dan jika gagal akan mengalami kesulitan pada pemenuhan tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pencapaian tugastugas perkembangan bagi peserta didik berkebutuhan khusus sangat penting demi kelanjutan tugas perkembangan berikutnya. Salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai oleh peserta didik berkebutuhan khusus adalah tugas perkembangan sosial, dimana peserta didik berkebutuhan khusus harus dapat bersosialisasi dengan baik sesuai dengan tuntutan tugas perkembangan sosial remaja. Pada dasarnya pencapaian tugas perkembangan sosial tidak hanya pada peserta didik yang berkebutuhan khusus atau berkemampuan rendah saja, tetapi juga harus dicapai oleh peserta didik yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rata-rata (peserta didik normal). Namun peneliti lebih memfokuskan penelitian kepada pencapaian tugas perkembangan sosial peserta didik yang abnormal atau anak yang berkebutuhan khusus. Guru BK diharapkan dapat berperan maksimal dalam membantu peserta didik berkebutuhan khusus agar pencapaian tugas perkembangan sosial mereka dapat dipenuhi dengan baik. Guru BK juga diharapkan dapat memberikan pelayanan yang telah disesuaikan agar peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengenal dirinya sendiri dengan baik, menemukan kebutuhannya yang spesifik sesuai dengan hambatannya. Kebutuhan ini muncul menyertai hambatanhambatan yang mereka hadapi terhadap kondisi yang mereka miliki. Pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan berkenaan dengan bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karirnya. Sehingga membangkitkan motivasi peserta bersosialisasi dan bergaul. Untuk mencapai perkembangan yang optimal, diperlukan guru BK dalam membantu pengentasan hambatan terhadap tugas perkembangan sosial yang harus dicapai peserta didik berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap peserta didik berkebutuhan khusus di SMK Negeri 4 Padang pada tanggal 10 Februari 2014 terlihat bahwa: peserta didik berkebutuhan khusus kesulitan dalam bersosialisasi dengan warga sekolah, karena pada dasarnya peserta didik berkebutuhan khusus mempunyai perbedaan dan keterbatasan yang sangat jauh dibandingkan dengan remaja normal.
Perbedaan inilah yang membuat peserta didik berkebutuhan khusus maupun anak normal sulit untuk saling mengerti dan menerima kekurangan dan kelebihan mereka. Banyak hal yang membuat pesera didik berkebutuhan khusus mengalami kesulitan dalam bersosialisasi di lingkungan sekolah, seperti kurangnya pemahaman warga sekolah terhadap kondisi dan keterbatasan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus. Wawancara yang dilakukan dengan guru BK pada tanggal 10 Februari 2014 di SMK Negeri 4 Padang diperoleh informasi bahwa keterbatasan yang dimiliki oleh yang tergolong dalam tuna daksa membuat mereka lambat dalam beraktifitas sosial, yang menjadikan salah satu hambatan mereka dalam berinteraksi sosial dengan teman sebaya di lingkungan sekolah. Peserta didik berkebutuhan khusus juga mengalami kesulitan dalam pengontrolan sikap dan emosi/ mengontrol diri yang membuat teman sebaya maupun guru merasa cemas ataupun takut jika berdekatan baik saat belajar maupun bermain. Peserta didik berkebutuhan khusus juga sering dijadikan sebagai bahan olokan dan ejekan oleh teman sebaya, sehingga membuat peserta didik berkebutuhan khusus merasa minder, tidak diperhitungkan saat belajar ataupun bermain oleh teman sebaya, tidak dihargai dan memilih untuk menyendiri saat jam istirahat sekolah yang mengakibatkan peserta didik berkebutuhan khusus tidak memiliki teman dekat ataupun sahabat untuk berbagi suka dan duka selama berada di sekolah. Kondisi ini juga membuat peserta didik berkebutuhan khusus berfikir pesimis terhadap teman lawan jenis yang bersedia menerima kekurangan mereka. Peserta didik berkebutuhan khusus juga bermasalah dalam menempatkan peran sosial mereka sebagai pria ataupun wanita. Berdasarkan wawancara dengan pada tanggal 11 Februari 2014 mengenai bagaimana peran guru BK selama ini dalam membantu pencapaian tugas perkembangan sosial mereka, diperoleh informasi bahwa selama ini guru BK telah memberikan pelayanan menyangkut bidang pengembangan sosial terhadap semua peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus. Peserta didik berkebutuhan khusus juga mengatakan bahwa, masih ada ABK yang belum mendapat pelayanan dan bimbingan yang optimal berdasarkan kebutuhan dan permasalahan mereka. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus mengalami kesulitan dalam bergaul dengan teman sebaya. 2. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus dijadikan bahan olokan/ ejekan oleh teman-temannya. 3. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus lebih memilih menyendiri ketika jam istirahat di sekolah. 4. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus merasa minder dengan keterbatasan yang mereka miliki. 5. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus mengalami kesulitan dalam menjalin emosional yang baik saat bergaul dengan teman sebaya. 6. Adanya peserta didik berkebutuhan khusus yang berfikir pesimis terhadap teman lawan jenis yang dapat menerima kekurang mereka. 7. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus yang merasa tidak dihargai oleh teman sebaya. 8. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus yang belum dapat menempatkan dirinya sebagai pria ataupun wanita. 9. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus yang tidak diperhitungkan saat belajar ataupun bermain oleh teman sebaya. 10. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus yang belum mampu mengontrol diri dalam bergaul. 11. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus yang lambat dalam beraktifitas dibandingkan dengan anak normal lainnya.
12. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus yang belum maksimal mendapatkan pelayanan BK. Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka fokus penelitian ini sebagai berikut: dengan teman sebaya. didik berkebutuhan khusus gender. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran guru bimbingan dan konseling dalam membantu pencapaian tugas perkembangan sosial pada pendidikan inklsi?. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: dengan teman sebaya. didik berkebutuhan khusus gender. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Guru BK, untuk tolak ukur pelaksanaan tugas sebagai pembimbing peserta perkembangan sosial. 2. Peserta didik, sebagai pemahanam ketercapaian dari tugas-tugas perkembangan sosial remaja. 3. Kepala sekolah, sebagai pertimbangan untuk meningkatkan pengawasan terhadap kinerja guru BK dalam membimbing peserta didik berkebutuhan khusus di SMK Negeri 4 Padang. 4. Pimpinan Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat, sebagai pertimbangan pengembangan ilmu BK pada sekolah inklusi, untuk penerapan di dalam perkuliahan. 5. Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program Strata Satu (S1) di Prodi. BK STKIP PGRI Sumatera Barat. Serta peneliti dapat mengetahui upaya yang harus dilakukan dalam membantu pencapaian tugas perkembangan sosial peserta didik berkebutuhan khusus. 6. Peneliti selanjutnya, sebagai pedoman dan pengembangan penelitian dalam pencapaian tugas-tugas perkembangan sesuai dengan perkembangan sistem pendidikan inklusi. Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Menurut Moleong (2010:6): Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Padang, mengenai peran guru BK dalam membantu pencapaian tugas perkembangan sosial pada pendidikan inklusi. Informan Penelitian Menurut Bungin (2011:76) informan penelitian adalah subjek yang memahami objek penelitian. Informan penelitian ini ditentukan setelah peneliti menentukan informan kunci (key informants) dan selanjutnya dari informan kunci ditetapkan informan berikutnya. Informan kunci dalam penelitian ini ada tiga orang guru BK yang telah berperan dalam membantu pencapaian tugas perkembangan sosial peserta didik
berkebutuhan khusus pada pendidikan inklusi. Informan tambahan ditetapkan berdasarkan tujuan dan pertimbanganpertimbangan terlebih dahulu. Penentuan informan tambahan diperoleh dari saran informan kunci. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah: wakil kesiswaan, guru pembimbing khusus dan tiga orang peserta didik berkebutuha khusus. Teknik Pengumpulan Data Agar memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa alat pengumpulan data berupa wawancara dan studi dokumentasi. Untuk menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan cara sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2011:311), yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), dapat dipercaya (depenability). Untuk menjamin keabsahan data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisis, Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:337) menjelaskan dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu: reduksi data (data reduction), penyajian data (display data), penarikan kesimpulan (verifikasi). Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang peran guru BK dalam membantu pencapaian tugas perkembangan sosial peserta didik berkebutuhan khusus pada pendidikan inklusi (studi di SMK Negeri 4 Padang), sebagai berikut: pencapaian tugas perkembangan dalam bersosialisasi di lingkungan sekolah dengan teman sebaya adalah: Memberikan layanan bimbingan dan konseling yang disesuaikan dengan kemampuan, bakat dan minat, serta jenis ketunaan atau kekhususan yang di miliki oleh peserta didik berkebutuhan khusus, serta mengelompokkan peserta didik berkebutuhan khusus dalam kegiatan kelompok dan pengembangan diri yang telah disesuaikan dengan ketunaan dan kekhususan melalui layanan penempatan dan penyaluran. Guru BK juga memotivasi peserta didik berkebutuhan khusus untuk terus aktif dalam kegiatan kelompok dan pengembangan diri, agar mereka memiliki kepercayaan diri yang bagus dan tidak merasa minder jika bergabung dengan teman-teman sebayanya yang normal. Selain itu, peran guru BK dalam membantu pencapaian tugas perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus dalam dengan teman sebaya dirasa kurang maksimal. Hal ini dikarenakan masih adanya peserta didik berkebutuhan khusus yang mengalami permasalahan seperti yang tergambarkan pada identifikasi masalah. pencapaian tugas perkembangan gender adalah: Memberikan layanan informasi yang terkait dengan peran gender telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Mengajak untuk mau mengamati peran sosial pria dan wanita yang ada dalam masyarakat dan mendiskusikannya melalui layanan bimbingan kelompok dengan topik tugas. Guru BK juga melakukan kegiatan pendukung BK dengan memberikan literatur yang bermanfaat menyangkut peran sosial pria dan wanita dalam masyarakat. Dalam hal di atas, peran guru BK dalam membantu pencapaian tugas perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus bersosialisasi sesuai dengan peran gender terlihat kurang maksimal. Hal ini dikarenakan masih adanya peserta didik berkebutuhan khusus yang mengalami permasalahan terkait dengan sosialisasi dengan lawan jenis. Dimana masih adanya peserta didik berkebutuhan khusus yang merasa minder dengan kondisi mereka jika berhadapan dengan teman lawan jenisnya.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang peran guru BK dalam membantu pencapaian tugas perkembangan sosial peserta didik berkebutuhan khusus pada pendidikan inklusi (studi di SMK Negeri 4 Padang), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: dengan teman sebaya adalah: a. Memberikan layanan bimbingan dan konseling yang disesuaikan dengan kemampuan, bakat dan minat, serta jenis ketunaan atau kekhususan yang di miliki oleh. b. Mengelompokkan peserta didik berkebutuhan khusus dalam kegiatan kelompok dan pengembangan diri yang telah disesuaikan dengan ketunaan dan kekhususan melalui layanan penempatan dan penyaluran. c. Memotivasi peserta didik berkebutuhan khusus untuk terus aktif dalam kegiatan kelompok dan pengembangan diri, agar mereka memiliki kepercayaan diri yang bagus dan tidak merasa minder jika bergabung dengan teman-teman sebayannya yang normal. d. Memberikan layanan informasi dan tampilan kepustakaan tentang hidup berdemokrasi dan berteman secara sehat yang telah disesuaikan dengan ketunaan/ kekhususan. e. Berkoordinasi dengan pihak terkait lainya yang lebih paham dengan seperti: orang tua, guru pembimbing khusus, wakil kesiswaan, kepala sekolah, psikolog, PLB-UNP dan dinas pendidikan. didik berkebutuhan khusus gender adalah: a. Memberikan layanan informasi yang terkait dengan peran gender telah disesuaikan dengan kebutuhan. b. Guru BK memberikan layanan informasi dengan metode khusus mengenai peran sosial pria dan wanita dalam masyarakat. c. Mengajak peserta didik berkebutuhan khusus untuk mau mengamati peran sosial pria dan wanita yang ada dalam masyarakat dan mendiskusikannya melalui layanan bimbingan kelompok dengan topik tugas. d. Guru BK juga melakukan kegiatan pendukung BK dengan memberikan literatur yang bermanfaat menyangkut peran sosial pria dan wanita dalam masyarakat. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diajukan beberapa saran kepada berbagai pihak yang terkait, seperti: 1. Guru BK diharapkan lebih memahami dan lebih mengoptimalkan kinerja terhadap peserta didik berkebutuhan khusus. Jika peranan guru BK telah optimal, pastinya tidak ada peserta didik berkebutuhan khusus yang bermasalah dalam bersosialisasi. Untuk itu, peran guru BK sangat penting agar peserta didik berkebutuhan khusus dapat mencapai pengentasan tugas perkembangan sosial mereka dengan baik. Menyikapi hal di atas, disarankan kepada guru BK dalam membimbing membutuhkan kerja keras dan ketulusan agar mereka merasa dekat dengan guru BK, sehingga guru BK dapat lebih mudah dalam pemberian layanan khusus kepada mereka. 2. Institusi penyelenggara program studi BK, seiring dengan perkembangan sistem pendidikan inklusi dan pentingnya peranan guru BK, maka di sarankan kepada institusi penyelenggara program studi BK agar bisa menyiapkan calon guru BK yang mempunyai pengetahuan tentang pendidikan inklusi dan pelayanan BK terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), sehingga
pelayanan BK di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi dapat berjalan dengan baik. 3. Kepala Sekolah, berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada kepala sekolah untuk dapat mendukung dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling terhadap di sekolah. Hal ini dikarenakan masih adanya kendala teknis yang dialami guru BK dalam pemberian layanan kepada peserta didik berkebutuhan khusus. 4. Kepada seluruh peserta didik, disarankan agar lebih memahami dan tidak membedakan mereka dalam berteman, serta diharapkan dapat memberikan kesempatan dan motivasi kepada peserta didik berkebutuhan khusus untuk dapat bergabung dalam kegiatan pengembangan diri tanpa harus takut dan minder dengan ketunaan dan kekhususan yang mereka miliki. 5. Peneliti selanjutnya, bisa melakukan penelitian lanjutan tentang efektifitas layanan BK terhadap perkembangan sosial peserta didik berkebutuhan khusus pada pendidikan inklusi. KEPUSTAKAAN Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. Moleong, J., Lexi. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Undang-undang No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ridwan. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.