PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

PEMBERIAN STIMULUS TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3 5 TAHUN GIVING STIMULUS OF CHILDREN DEVELOPMENT AGES 3-5 YEARS OLD ABSTRAK

ABSTRAK. Kata kunci: Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak, perkembangan anak usia prasekolah

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

HUBUNGAN STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER DI TEMAN SEJATI SARIHUSADA KOTABARU YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

ABSTRAK. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Halus Daftar Pustaka: ( )

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

52 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

GAMBARAN HASIL PELAKSANAAN KPSP, TDL, TDD ANAK USIA 4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN TAHAP PENCAPAIAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 4-5 TAHUN DI KELURAHAN MEDONO KOTA PEKALONGAN

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN

KARAKTERISTIK IBU BALITA KAITANNYA DENGAN PELAKSANAAN STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PENGARUH STIMULASI ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI BOYOLALI

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA DI DESA KALIGONO. Pratiwi Dyah Kusumanti, Elvy Nurika Zulaicha

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

BAB I PENDAHULUAN. bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif. bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertantrum,

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-24 BULAN DI DESA TRIGUNO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN


76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA 1

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SCHOOL REFUSAL PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK DAMHIL KOTA GORONTA. Aswinda Miolo

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

Laili Rahmawati 1 Lilik Hanifah 2. Kata Kunci: Pengetahuan, Pola Bermain, Perkembangan 1) Peneliti I 2) Peneliti II

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK USIA DI KOTA PADANG

Jesicca Omega Tarabit Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: VIVI ERLITA ANGGRAINI

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

Oleh : Suyanti ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu mencapai tugas perkembangannya. Menerangkan gambar dan tulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan anak saat ini. Akan tetapi pelaksanaan untuk meningkatkan

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERMAINAN EDUKATIF DENGAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK PADA IBU-IBU DESA PEPE KELURAHAN LANGENHARJO

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

ISSN Vol 5, November 2014

GAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan

Lilis Suryani 1), Carudin 2) Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Singaperbangsa Karawang emal:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NURJANNAH NIM

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

Transkripsi:

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo Oleh Nurnaningsih Ayuba NIM : 8414 11 071

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo Disusun dan diajukan oleh Nurnaningsih Ayuba NIM : 8414 11 071

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER DI DESA HUTABOHU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO Nurnaningsih Ayuba NIM. 841411071 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Nurnaningsih Ayuba. 2015. Hubungan Peran Ibu Dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Vivien Novarina A. Kasim, M.Kes dan Pembimbing II Ns. Wirda Y. Dulahu, S.Kep.,M.Kep. Usia toddler merupakan usia dimana anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena tingkat plastisitas otak sangat tinggi sehingga lebih terbuka dalam proses pembelajaran dan bimbingan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak adalah peran ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran ibu dalam stimulasi dini dengan perkembangan anak usia toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini merupakan survey analitik dengan rancangan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian berjumlah 166 responden dan sampel berjumlah 95 responden dengan teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui metode angket dan observasi menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan peran ibu dalam stimulasi dini dengan perkembangan anak usia toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo dengan nilai p = 0,000 dengan taraf signifikasi 0,05. Diharapkan bagi orang tua terutama ibu agar dapat memberikan stimulasi dini yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dan dapat mengenali gangguan perkembangan pada anak sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan sedini mungkin. Kata Kunci : Peran Ibu, Perkembangan, Usia Toddler. Daftar Pustaka : 38 (2003-2015)

PENDAHULUAN Usia toddler disebut masa golden period, karena berlangsung secara singkat dan pendek. Pada masa ini, tingkat plastisitas otak masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan bimbingan, dimana anak usia toddler termasuk dalam periode balita (Achmed, 2012). 1 Aspek-aspek dalam perkembangan balita meliputi: perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan bicara serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes RI, 2009). 2 Pada tahun 2007, sekitar 35,4% balita di Indonesia menderita penyimpangan perkembangan seperti, penyimpangan dalam motorik kasar, motorik halus, serta penyimpangan mental emosional. Selanjutnya, pada tahun 2008 turun menjadi 23,1%. Hal ini disebabkan karena Indonesia mengalami kemajuan dalam program edukasi (Soedjatmiko, 2008). 3 Namun demikian, hal ini tetap merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena dalam perkembangannya, anak usia toddler mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan tidak hanya secara fisik tetapi secara sosial dan emosional, anak mulai mengenal dunia secara lebih mendalam dan menyerap apa saja yang ada disekitarnya (Soedjatmiko, 2008). 4 Perkembangan anak usia toddler dipengaruhi oleh faktor hereditas dan lingkungan. Faktor lingkungan, seperti lingkungan keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya dan media masa. Lingkungan keluarga dipandang sebagai faktor penentu bagi perkembangan anak, dimana faktor penentu utama di lingkungan keluarga adalah orang tua (Yusuf, 2011). 5 Menurut Hurlock (dalam Achmed, 2012) 6, peran orang tua terutama ibu sangat penting bagi perkembangan anak karena orang tua dapat segera mengenali kelainan perkembangan anak sedini mungkin dan memberikan stimulus yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental dan sosial. Penelitian Sunarsih (2010) 7 yang dilakukan di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman Yogyakarta, mengenai hubungan antara pemberian stimulasi dini oleh ibu dengan perkembangan balita, didapatkan bahwa dari 25 anak, terdapat 4 anak mengalami keterlambatan perkembangan. Hal ini disebabkan karena 1 Achmed. 2012. Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Perkembangan Motorik dengan Pencapaian Motorik Kasar pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) di Desa Sarimulyo, Kecamatan Cluring. Skripsi. Jawa Timur. 2 Depkes RI. 2009. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 3 Soedjatmiko. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. 4 Soedjatmiko. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. 5 Yusuf, S. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 6 Achmed. 2012. Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Perkembangan Motorik dengan Pencapaian Motorik Kasar pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) di Desa Sarimulyo, Kecamatan Cluring. Skripsi. Jawa Timur. 7 Sunarsih, T. 2010. Hubungan antara Pemberian Stimulasi Dini oleh Ibu dengan Perkembangam Balita di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman. Skripsi. Yogyakarta.

kurangnya pemahaman orang tua atau keluarga dalam menstimulus perkembangan anak. Menurut data dari Puskesmas Limboto Barat tahun 2015 8, jumlah total anak usia toddler yaitu 826 anak, dan yang terbanyak terdapat di Desa Hutabohu yaitu berjumlah 166 anak. Dari hasil observasi yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo pada 5 Maret 2015, diperoleh dari 5 anak yang diberikan KPSP teridentifikasi 3 anak dengan perkembangan meragukan dan 2 lainnya sudah mempunyai perkembangan normal. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi karakteristik ibu yang mempunyai anak usia toddler, mengetahui peran ibu dalam stimulasi dini, mengetahui perkembangan anak usia toddler dan mengetahui hubungan peran ibu dalam stimulasi dini dengan perkembangan anak usia toddler di Desa Hutabohu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Hutabohu, Kecamatan Limboto barat, Kabupaten Gorontalo pada tanggal 11 sampai 24 Mei 2015, dengan menggunakan rancangan cross sectional. Variabel penelitian yaitu variabel independen (peran ibu dalam stimulasi dini) dan variabel dependen (perkembangan anak usia toddler). Populasi dalam penelitian berjumlah 166 orang dengan teknik purposive sampling diperoleh sampel 95 orang. Teknik analisa data dibagi menjadi 2 yaitu analisa univariat berisi karakteristik responden dan variabel yang diteliti, disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan. Sedangkan analisa bivariat untuk melihat hubungan antara variabel yang diteliti dengan menggunakan uji statistik Chi Square non parametrik. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden berdasarkan Usia, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan. Tabel 3.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan dan Pekerjaan di Desa Hutabohu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Karakteristik Jumlah (n) Presentase (%) Berdasarkan Usia < 20 tahun 20-35 tahun >35 tahun 3 85 7 3,1 89,5 7,4 Total 95 100 Berdasarkan Pendidikan Terkahir SD 47 49,5 SMP 26 27,4 SMA 19 20,0 PT 3 3,2 8 Puskesmas Limboto Barat. 2015. Data tentang jumlah anak usia toddler. Gorontalo: Puskemas Limboto Barat.

Total 95 100 Berdasarkan Pekerjaan IRT 83 87,4 Pegawai Negeri 3 3,2 Wiraswasta 7 7,4 Pegawai Swasta 2 2,1 Total 95 100 Sumber Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 3.1 diatas distribusi responden berdasarkan usia, sebagian besar yaitu pada usia 20-35 tahun yaitu berjumlah 85 orang (89,5%), tingkat pendidikan terakhir sebagian besar SD yaitu berjumlah 47 orang (49,5%) dan pekerjaan sebagian besar IRT yaitu berjumlah 83 orang (87,4%). Peran Ibu dalam Stimulasi Dini Tabel 3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Peran dalam Stimulasi Dini di Desa Hutabohu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Kategori Jumlah (n) Presentase (%) Baik 68 71,6 Cukup 27 28,4 Total 95 100 Sumber Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 3.2 diatas distribusi responden berdasarkan peran ibu dalam stmulasi dini didapatkan sebagian besar responden memiliki peran dalam kategori baik yaitu berjumlah 68 orang (71,6%). Perkembangan Anak Usia Toddler Tabel 3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo Kategori Jumlah (n) Presentase (%) Normal 61 64,2 Meragukan 34 35,8 Total 95 100 Sumber Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 3.3 diatas distribusi responden berdasarkan perkembangan anak usia toddler didapatkan sebagian besar anak dalam kategori perkembangan normal yaitu berjumlah 61 orang (64,2%). Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler Tabel 3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Sumber Data Primer 2015

Dari tabel 3.4 diatas menunjukkan hasil analisis hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, dimana didapatkan bahwa peran ibu dalam kategori baik perkembangan anak normal (57,9%) dan perkembangan anak meragukan (13,7%). Sedangkan peran ibu dalam kategori cukup perkembangan anak normal (6,3%) dan perkembangan anak meragukan (22,1%). Berdasarkan uji statitik Chi Square non parametrik didapatkan signifikasi (P value) sebesar 0.000, dimana P value α (0.05) artinya terdapat hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. PEMBAHASAN Usia Pada tabel 3.1 menunjukkan bahwa golongan usia responden sebagian besar adalah pada usia 20-35 tahun (89,5%). Berdasarkan asumsi peneliti, ibu yang berada pada usia ini, sudah memiliki kematangan dalam menjalankan peran sebagai orang tua yaitu mampu memenuhi kebutuhan dasar anak, salah satunya stimulasi. Penelitian yang dilakukan Oktafiani (2013) 9, mengenai pengaruh usia dan konsep diri terhadap pencapaian peran ibu saat bayi usia 0-6 bulan di Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga, menunjukkan bahwa dari 24 responden berusia 20-35 tahun, sebagian besar memiliki pencapaian peran ibu yang baik yaitu 20 responden (83,3%). Hal ini sejalan dengan teori Supartini (2004) 10, dimana pada usia 20-35 tahun sangat baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Apabila usia terlalu muda atau terlalu tua kemungkinan tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikologis. Psikologi ibu usia muda (<20 tahun) sebenarnya belum siap untuk menjadi ibu dalam arti keterampilan dalam mengasuh anaknya masih kurang, karena ibu muda ini lebih menonjolkan sifat keremajaannya daripada sifat keibuannya. Sedangkan pada usia >35 tahun lebih banyak memiliki resiko gangguan emosional, karena ibu memiliki komitmen lebih terhadap peran keibuan yang dialaminya, jika apa yang ibu harapkan tidak sesuai dengan yang dialami memungkinkan ibu untuk mengalami banyak konflik. Pendidikan Pada tabel 3.1 menunjukkan hampir sebagian responden memiliki pendidikan terakhir SD (49,5%). Dari hasil wawancara didapatkan responden memperoleh informasi mengenai stimulasi dari menonton televisi, bertanya pada 9 Oktafiani, S., D. Fajarsari, dan Siti. M. 2014. Pengaruh usia dan konsep diri terhadap pencapaian Peran ibu saat bayi usia 0-6 bulan di desa bojongsari, Kecamatan bojongsari, kabupaten purbalingga. Skripsi. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto. 10 Supartini, Y. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.

orang tua, tetangga, pengalaman sebelumnya maupun teman yang dianggap pengalaman dalam pengasuhan anak. Hal ini didukung oleh teori Soekanto (2003) 11, dengan banyaknya informasi yang diperoleh seseorang, maka semakin bertambah pula pengetahuan seseorang. Sedangkan informasi itu tidak harus diperoleh dari bangku sekolah atau kuliah saja, tetapi juga dapat diperoleh melalui kenyataan (dari mendengar atau melihat sendiri), serta melalui surat kabar, radio dan televisi. Penelitian yang dilakukan Satino (2012) 12, mengenai karakteristik ibu balita kaitannya dengan pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak balita, menunjukkan sebagian besar ibu mampu melakukan kegiatan stimulasi, dimana mayoritas ibu hanya berpendidikan terakhir SD (65,7%). Pekerjaan Pada tabel 3.1 menunjukkan pekerjaan responden sebagian besar yaitu IRT (87,4%). Menurut asumsi peneliti, ibu rumah tangga memiliki kualitas waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu pekerja, sehingga pemberian stimulasi pun dapat dilakukan dengan lebih optimal. Hasil penelitian yang dilakukan Kholifah (2014) 13, mengenai pengaruh tindakan stimulasi ibu terhadap perkembangan motorik kasar bayi di Kelurahan Kemayoran Surabaya, menunjukkan bahwa 70% ibu memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan menunjukkan tindakan stimulasi ibu dalam kategori baik (97%). Teori Nursalam (2003) 14, menjelaskan bahwa bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu. Ibu yang tidak bekerja dapat memberikan stimulasi dengan baik karena ibu mempunyai banyak waktu untuk merawat anaknya termasuk memberikan stimulasi dengan frekuensi yang lebih intensif. Peran Ibu dalam Stimulasi Dini Pada tabel 3.2 menujukkan bahwa sebagian besar responden memiliki peran yang baik (71,6%). Menurut asumsi peneliti, peran ibu yang baik ini dipengaruhi oleh pekerjaan dimana sebagian besar ibu adalah IRT sehingga memiliki waktu yang lebih banyak bersama anak. Selain itu, usia ibu yang tergolong usia dimana ibu memiliki kekuatan fisik serta psikologis yang baik. 11 Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 12 Satino., S. Rahayu, dan I.S. Budi. 2012. Karakteristik Ibu Balita Kaitannya dengan Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita. Skripsi. Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta. Surakarta. 13 Kholifah, S.N., N. Fadillah., H. As ari, dan T. Hidayat. 2014. Perkembangan Motorik Kasar Bayi Melalui Stimulasi Ibu di Kelurahan Kemayoran Surabaya. Skripsi. Program Studi D III Keperawatan Kampus Sutopo Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Surabaya. 14 Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thabita (2012) 15, mengenai peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak terhadap perkembangan anak usia prasekolah di TK Baptis Setia Bakti Kediri, dimana menunjukkan sebagian besar responden mempunyai peran baik, ditunjukkan dengan memenuhi kebutuhan dasar anak baik secara fisik, psikis serta memberikan rangsangan pada anak seperti melatih untuk makan sendiri, mengenalkan dengan benda-benda disekitar, dan lain- lain. Sementara itu, terdapat 28,4% ibu dengan peran cukup. Berdasarkan jawaban responden menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan yang tidak dilakukan stimulasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan motorik dan kemandirian anak seperti melatih anak untuk duduk sendiri tanpa bantuan, melatih anak mengangkat badan ke posisi berdiri tanpa bantuan, melatih anak berdiri tanpa berpegangan, meminta anak mengambil mainan di lantai kemudian berdiri kembali tanpa berpegangan, melatih anak memegang cangkir dan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah, membiarkan anak meniru ketika ibu melakukan pekerjaan rumah, melatih anak berjalan mundur tanpa kehilangan keseimbangan, melatih anak menaiki tangga sendiri, dan mengajarkan anak untuk makan sendiri. Selain itu, ada beberapa kegiatan yang menggunakan media seperti menyusun kubus, melempar bola, menendang bola, menyebut gambar, membuat garis lurus, dan membawa sepeda roda tiga. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa ibu tidak menyediakan media tersebut di rumah, sehingga tidak dilakukan stimulasi. Teori Hardjadinata (2009) 16, menjelaskan dalam pemberian stimulasi sangat penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan yang stimulatif yaitu memberikan stimulasi yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak seperti menyediakan media bermain. Perkembangan Anak Usia Toddler Pada tabel 3.3 menunjukkan sebagian besar anak memiliki perkembangan normal (64,2%). Berdasarkan hasil observasi peneliti pada anak yang memiliki perkembangan normal pada saat diberikan stimulus oleh ibu rata-rata anak sudah menunjukkan perkembangan yang baik dalam kemampuan motorik, sosial dan kemandirian serta kemampuan bahasa dan bicara. Berdasarkan keterangan responden, sebagian besar anak menghabiskan waktu bermain bersama teman sebayanya. Selain itu, ibu mengajarkan anak berinteraksi dengan orang lain, melatih anak berbicara, duduk, berdiri dan berjalan tanpa jatuh, memungut mainan, sehingga ketika stimulasi diberikan, anak sudah memiliki kamampuan yang baik. 15 Thabita, A., A. Werdiningsih, dan K. Astarani. 2012. Peran Ibu Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Setia Bakti Kediri. Skripsi. STIKES RS Baptis Kediri. 16 Hardjadinata, Y.I. 2009. Keajaiban Kemampuan Sensoris Bayi dan Cara Stimulasi. Jakarta: Dian Rakyat.

Penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih (2010) 17, tentang hubungan antara pemberian stimulasi dini dengan perkembangam balita di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman Yogyakarta, menjelaskan sebagian besar anak memiliki perkembangan yang normal yaitu sebanyak 27 responden (87,1%). Hal ini disebabkan sebagian besar waktu anak-anak digunakan di Taman Balita, anak tersebut bisa bermain dengan teman-temannya sehingga dapat merangsang perkembangannya baik motorik halus, motorik kasar, bahasa dan interaksi sosial. Teori Soetjiningsih (2005) 18, menjelaskan stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat berperan dalam mendukung perkembangan anak, karena anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Namun, masih ada beberapa anak yang menunjukkan perkembangan dalam kategori meragukan (35,8%). Dari hasil observasi peneliti didapatkan sebagian besar anak menunjukkan ketidakmampuan dalam keterampilan motorik dan kemandirian. Keterampilan motorik seperti, mengambil benda kecil seperti kacang atau kismis dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, duduk, menyusun kubus tanpa menjatuhkan, berdiri, membungkuk untuk mengambil mainan di lantai kemudian berdiri kembali, melempar bola, membuat garis lurus, berjalan mundur tanpa kehilangan keseimbangan, berjalan manaiki tangga, melompat dengan mengangkat kedua kaki secara bersamaan dan mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter. Sementara itu, ketidakmampuan dalam kemandirian seperti, memegang cangkir dan minum sendiri tanpa tumpah, meniru ketika ibu melakukan pekerjaan rumah, makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah, menendang bola kecil tanpa berpegangan, dan menyebut gambar tanpa bantuan. Dari hasil wawancara kepada ibu, didapatkan bahwa kurangnya ketersediaan media bermain di rumah juga merupakan salah satu penyebab tidak diberikan stimulus dan juga ada beberapa ibu yang belum bisa membiarkan anak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kemandirian anak karena merasa khawatir dengan kemampuan anak. Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk menggerakkan semua anggota tubuh, rangsangan dan dorongan maka akan mempercepat tercapainya kemampuan motorik. Perkembangan motorik yang kurang atau gagal meskipun ibunya mempunyai tingkat pengetahuan baik kemungkinan disebabkan karena kurangnya kesempatan untuk berlatih menggunakan anggota tubuhnya, serta adanya perlindungan yang berlebihan dimana akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan anak (Hurlock, 2004). 19 Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler 17 Sunarsih, T. 2010. Hubungan antara Pemberian Stimulasi Dini oleh Ibu dengan Perkembangam Balita di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman. Skripsi. Yogyakarta. 18 Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. 19 Hurlock, E. B. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Surabaya: Erlangga.

Berdasarkan hasil uji statitik Chi Square non parametrik didapatkan bahwa signifikasi (p value) sebesar 0.000, dimana p value α (0.05) artinya terdapat hubungan antara peran ibu dalam stimulasi dini dengan perkembangan anak usia toddler di Desa Hutabohu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki peran baik dan perkembangan anak dalam kategori normal (57,9%). Hal ini dapat dilihat pada jawaban kuesioner ibu pada anak usia 24 bulan. Ibu yang aktif memberikan stimulasi kepada anak menunjukkan perkembangan anak juga normal. Contoh latihan yang diberikan oleh ibu yaitu melatih anak melepaskan pakaiannya sendiri, melatih anak menaiki tangga, mengajarkan anak menyebutkan anggota badannya dengan benar, mengajarkan anak untuk makan nasi sendiri, mengajarkan anak memungut mainannya atau membantu mengangkat piring, dan melatih anak menendang bola tanpa berpegangan. Dari beberapa latihan stimulasi yang diberikan oleh ibu tersebut, dapat dilihat juga perkembangan anaknya menunjukkan perkembangan yang sesuai pada jenis stimulasi yang dilatih tersebut. Peneliti kemudian melakukan wawancara kepada ibu, didapatkan bahwa ibu selalu memberikan stimulus kepada anak dan melatih anak dengan berbagai latihan seperti yang ada pada lembar observasi. Ibu juga mengatakan bahwa anak selalu diajarkan untuk mengenal dan berinteraksi dengan lingkungannya, membiarkan anak bermain dengan teman sebaya dengan pengawasan ibu, serta berusaha memenuhi kebutuhan stimulasi anak lainnya sehingga keterampilan anak terus terasah. Hal ini sejalan dengan teori Kania (2006) 20, menjelaskan bahwa kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan umurnya. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Namun, ada juga ibu yang memiliki peran baik, namun menunjukkan perkembangan anak yang meragukan (13,7%). Beberapa kegiatan yang tidak dapat dilakukan oleh anak, antara lain mengambil benda kecil seperti kacang atau kismis menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, menyusun kubus, mengangkat badan ke posisi berdiri tanpa bantuan, memungut mainan kemudian berdiri kembali, berdiri sendiri tanpa berpegangan, melempar bola, memegang cangkir, meniru ketika ibu melakukan pekerjaan rumah, berjalan mundur tanpa kehilangan keseimbangan, makan nasi sendiri, menendang bola, membuat garis lurus, melompat dengan mengangkat kedua kaki dan mengayuh sepeda sejauh sedikitnya 3 meter. Berdasarkan keterangan dari responden, didapatkan bahwa ada beberapa kegiatan yang membutuhkan latihan berulang agar anak mampu melakukannya. Selain itu, ada beberapa kegiatan yang menggunakan media bermain yang tidak dapat dilakukan anak disebabkan karena tidak tersedianya media tersebut di 20 Kania, N. 2006. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak untuk Mencapai Tumbuh Kembang yang Optimal. (Diakses pada tanggal 5 Februari 2015 dari Pustaka.unpad.ac.id/wp.../stimulasi_tumbuh_kembang_anak_ optimal).

rumah, sehingga menyebabkan perkembangan anak pada kegiatan-kegiatan tersebut menjadi tidak terlatih. Menurut teori Sukesi 21, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pemberian stimulasi. Rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya dengan penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan mempengaruhi anak dalam mencapai perkembangan yang optimal. Sementara itu, ibu yang memilki peran cukup menunjukkan perkembangan anak dalam kategori normal (6,3%). Hal ini dapat dilihat pada kuesioner peran ibu pada anak usia 36 bulan, dimana dari 12 responden terdapat 6 responden yang memiliki peran cukup. Sedangkan pada kuesioner perkembangan anak menunjukkan dari 12 responden terdapat 7 responden yang memiliki perkembangan dalam kategori normal. Sedangkan, ibu yang memiliki peran cukup dan perkembangan anak meragukan (22,1%) dapat ditunjukkan pada kuesioner anak usia 21 bulan. Dari 19 responden terdapat 5 responden yang memiliki peran cukup dan perkembangan anak dalam kategori meragukan. Beberapa latihan stimulasi yang tidak dilakukan ibu yaitu membiarkan anak meniru ketika melakukan pekerjaan rumah, menyusun kubus dan berjalan mundur tanpa kehilangan keseimbangan. Pada kuesioner perkembangan anak juga menunjukkan anak tidak mampu melakukan jenis latihan tersebut. Menurut asumsi peneliti, ada beberapa kegiatan yang belum pernah dilakukan ibu sehingga anak menunjukkan ketidakmampuan pada jenis kegiatan tersebut. Namun, ada juga orang tua yang sudah memberikan stimulus tetapi kemampuan anak yang menunjukkan keterbatasan. Hal ini dapat disebabkan salah satunya karena kurangnya fokus anak ketika pemberian stimulasi berlangsung. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih (2010) 22 mengenai hubungan antara pemberian stimulasi dini oleh ibu dengan perkembangam balita yang dilakukan di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman Yogyakarta, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat anak yang mengalami penyimpangan walaupun sudah diberikan stimulasi oleh orang tuanya. Hal tersebut dikarenakan adanya gangguan pemusatan perhatian yang merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai hiperaktivitas. Simpulan 1. Karakteristik responden berdasarkan usia sebagian besar berada pada golongan usia 20-35 tahun (89,5%), pendidikan terakhir sebagian besar pendidikan SD (49,5%) dan pekerjaan sebagian besar memiliki pekerjaan IRT (87,4%). 21 Sukesi, N., M. KW, dan Wahyuningsih. Upaya Peningkatann Pengetahuan dan Ketrampilan dalam Mendeteksi dan Stimulasi Dini Tumbuh Kembang Anak bagi Kader Posyandu di Puskesmas Manyaran Semarang. Skripsi. Akademik keperawatan Widya Husada Semarang. Semarang. 22 Sunarsih, T. 2010. Hubungan antara Pemberian Stimulasi Dini oleh Ibu dengan Perkembangam Balita di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman. Skripsi. Yogyakarta.

2. Peran ibu dalam stimulasi dini sebagian besar responden menunjukkan peran dalam kategori baik (71,6%) sedangkan peran dalam kategori cukup (28,4%). 3. Perkembangan anak usia todller sebagian besar menunjukkan perkembangan normal 64,2%) sedangkan perkembangan meragukan (35,8%). 4. Ada hubungan peran ibu dalam stimulasi dini dengan perkembangan anak usia toddler di Desa Hutabohu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo dengan signifikasi (P value) sebesar 0.000, dimana P value α (0.05). Saran 1. Keberhasilan pemberian stimulasi pada anak tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu, namun diharapkan ada keterlibatan dari keluarga, masyarakat agar dapat membantu ibu untuk mewujudkan perkembangan yang optimal bagi anak. 2. Bagi profesi keperawatan atau petugas kesehatan khususnya penyelenggara posyandu di setiap Desa diharapkan dapat mengenali perkembangan anak sejak dini sehingga asuhan keperawatan dapat diberikan secara optimal dan membantu ibu untuk melakukan stimulasi yang tepat pada anak. 3. Bagi ibu yang memiliki anak usia toddler diharapkan agar dapat mengetahui bagaimana cara menstimulasi perkembangan anak yang sesuai dengan tahapannya sehingga anak akan menunjukkan perkembangan yang normal (sesuai). 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen mengenai peran ibu dalam stimulasi dini dengan perkembangan anak usia toddler dan juga menambahkan pendapatan (ekonomi) dalam karakteristik ibu. Daftar Pustaka Achmed. 2012. Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Perkembangan Motorik dengan Pencapaian Motorik Kasar pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) di Desa Sarimulyo, Kecamatan Cluring. Skripsi. Jawa Timur. Depkes RI. 2009. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Hardjadinata, Y.I. 2009. Keajaiban Kemampuan Sensoris Bayi dan Cara Stimulasi. Jakarta: Dian Rakyat. Kholifah, S.N., N. Fadillah., H. As ari, dan T. Hidayat. 2014. Perkembangan Motorik Kasar Bayi Melalui Stimulasi Ibu di Kelurahan Kemayoran Surabaya. Skripsi. Program Studi D III Keperawatan Kampus Sutopo Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Surabaya. Hurlock, E. B. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Surabaya: Erlangga. Kania, N. 2006. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak untuk Mencapai Tumbuh Kembang yang Optimal. (Diakses pada tanggal 5 Februari 2015 dari Pustaka.unpad.ac.id/wp.../stimulasi_tumbuh_kembang_anak_ optimal).

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Oktafiani, S., D. Fajarsari, dan Siti. M. 2014. Pengaruh usia dan konsep diri terhadap pencapaian Peran ibu saat bayi usia 0-6 bulan di desa bojongsari, Kecamatan bojongsari, kabupaten purbalingga. Skripsi. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto. Puskesmas Limboto Barat. 2015. Data tentang jumlah anak usia toddler. Gorontalo: Puskemas Limboto Barat. Satino., S. Rahayu, dan I.S. Budi. 2012. Karakteristik Ibu Balita Kaitannya dengan Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita. Skripsi. Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta. Surakarta. Soedjatmiko. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Sunarsih, T. 2010. Hubungan antara Pemberian Stimulasi Dini oleh Ibu dengan Perkembangam Balita di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman. Skripsi. Yogyakarta. Supartini, Y. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC. Sukesi, N., M. KW, dan Wahyuningsih. Upaya Peningkatann Pengetahuan dan Ketrampilan dalam Mendeteksi dan Stimulasi Dini Tumbuh Kembang Anak bagi Kader Posyandu di Puskesmas Manyaran Semarang. Skripsi. Akademik keperawatan Widya Husada Semarang. Semarang. Thabita, A., A. Werdiningsih, dan K. Astarani. 2012. Peran Ibu Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Setia Bakti Kediri. Skripsi. STIKES RS Baptis Kediri. Yusuf, S. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.