V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37' - 104 52' Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata delapan meter dari permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin b) Batas Selatan : Kabupaten Ogan Komering Ilir c) Batas Timur : Kabupaten Banyuasin d) Batas Barat : Kabupaten Banyuasin Luas wilayah Kota Palembang adalah 400,61 km 2 dengan jumlah penduduk yaitu 1.455.284 jiwa, terdiri dari 16 kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Gandus (68,78 km 2 ), sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Ilir Barat II (6,22 km 2 ). Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Ilir Timur I (10677,85 jiwa/ km 2 ), sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu Kecamatan Sematang Borang (625,88 jiwa/km 2 ). Palembang memiliki 107 jumlah kelurahan dengan 946 rukun warga (RW) dan 4.018 unit organisasi rukun tetangga (RT). Lokasi penelitian berada di tiga kecamatan yaitu di Kecamatan Seberang Ulu I, Kecamatan Gandus dan Kecamatan Ilir Timur II (Lampiran 4). Pada Tabel 4 ditunjukkan luas daerah dan pembagian wilayah administrasi menurut kecamatan di kota Palembang. 44
Tabel 4. Luas Daerah dan Pembagian Wilayah Administrasi Menurut Kecamatan di Kota Palembang Tahun 2010 No Kecamatan Luas (km 2 ) Persentase terhadap Luas Jumlah Kelurahan Jumlah RW Jumlah RT Palembang (%) 1 Ilir Barat II 6,220 1,55 7 52 208 2 Gandus 68,780 17,17 5 35 163 3 Seberang Ulu I 17,440 4,35 10 96 450 4 Kertapati 42,560 10,62 6 51 265 5 Seberang Ulu II 10,690 2,67 7 67 254 6 Plaju 15,170 3,79 7 66 218 7 Ilir Barat I 19,770 4,93 6 65 297 8 Bukit Kecil 9,920 2,48 6 39 196 9 Ilir Timur I 6,500 1,62 11 72 264 10 Kemuning 9,000 2,25 6 51 201 11 Ilir Timur II 25,580 6,39 12 94 364 12 Kalidoni 27,920 6,97 5 41 226 13 Sako 18,040 4,50 4 77 249 14 Sematang Borang 36,980 9,23 4 23 108 15 Sukarami 51,459 12,85 7 68 347 16 Alang-alang Lebar 34,581 8,63 4 49 208 Jumlah/Total 400,61 100,0 107 946 4.018 Sumber : BPS Kota Palembang, 2011 Letak Kota Palembang cukup strategis sebagai jalur transportasi karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatera yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatera, dan terdapat Sungai Musi yang dilintasi Jembatan Ampera yang juga berfungsi sebagai sarana transportasi air dan perdagangan antar wilayah. 5.1.1 Kondisi Sungai Musi Dari segi kondisi hidrologi, Kota Palembang terbelah oleh Sungai Musi menjadi dua bagian besar disebut Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Studi ini dilakukan di dua wilayah tersebut karena diduga pencemaran Sungai Musi terjadi di sepanjang Sungai, mulai dari hulu hingga hilir. Sungai Musi merupakan sungai terbesar di Sumatera dengan panjang mencapai 750 km dengan kedalaman mencapai 25 meter yang dapat dilalui kapal-kapal besar. Air sungai Musi mengalir dari anak-anak sungai besar mulai dari Jambi dan Bengkulu sehingga dijuluki sebagai Venice from the East. Sungai Musi disebut juga Batanghari 45
Sembilan yang berarti sembilan sungai besar, yaitu Sungai Musi beserta delapan sungai besar yang bermuara di sungai Musi. Adapun delapan sungai tersebut yaitu : 1. Sungai Komering 5. Sungai Kelingi 2. Sungai Rawas 6. Sungai Lematang 3. Sungai Leko 7. Sungai Semangus 4. Sungai Lakitan 8. Sungai Ogan. Kota Palembang mempunyai 108 anak sungai dan terdapat empat sungai besar yang melintasinya. Sungai Musi adalah sungai terbesar dengan lebar ratarata 504 meter (lebar terpanjang 1.350 meter berada disekitar Pulau Kemaro, dan lebar terpendek 250 meter berlokasi di sekitar Jembatan Musi II). Ketiga sungai besar lainnya adalah Sungai Komering dengan lebar rata-rata 236 meter, Sungai Ogan dengan lebar rata-rata 211 meter, dan Sungai Keramasan dengan lebar ratarata 103 meter. Disamping sungai-sungai besar tersebut terdapat sungai-sungai kecil lainnya terletak di Seberang Ilir yang berfungsi sebagai drainase perkotaan (terdapat ± 68 anak sungai aktif). Sungai-sungai kecil tersebut memiliki lebar berkisar antara 3-20 meter. Pada aliran sungai-sungai tersebut ada yang dibangun kolam retensi, sehingga menjadi bagian dari sempadan sungai. Permukaan air Sungai Musi sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada musim kemarau terjadi penurunan debit sungai, sehingga permukaan air Sungai Musi mencapai ketinggian yang minimum. 3 Kota Palembang juga dikenal sebagai kota industri dan kota perdagangan. Dari data Badan Lingkungan Hidup Daerah Palembang, 2011 terdapat sekitar 24 industri yang berada di pinggiran Sungai Musi (Lampiran 5). Industri tersebut 3 Keadaan Geografis. http://www.palembang.go.id. Diakses pada tanggal 19 maret 2012 46
bervariasi mulai dari industri crumb rubber, industri semen, penampungan batubara, pengilangan minyak, latex, industri kecap, pengalengan udang,industri gas oksigen dan nitrogen, depot penampungan BBM, pembangkit listrik dan stasiun kereta api. Tabel 5 menunjukkan jumlah industri besar menurut kecamatan di Kota Palembang. Tabel 5. Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Tenaga Kerja Menurut Kecamatan di Kota Palembang Tahun 2010 No Kecamatan Industri Logam, Mesin, Kimia dan Aneka Industri Industri Hasil Pertanian dan Perikanan Industri Hasil Pertanian dan Perikanan Unit Usaha Tenaga Kerja Unit Usaha Tenaga Kerja Unit Usaha Tenaga Kerja 1 Ilir Barat II - - - - - - 2 Gandus 2 80 - - 7 1 946 3 Seberang Ulu I - - - - - - 4 Kertapati 2 737 1 26 3 972 5 Seberang Ulu II 1 92 - - - - 6 Plaju 1 30 - - 1 429 7 Ilir Barat I 2 23 1 12 - - 8 Bukit Kecil - - - - - - 9 Ilir Timur I 1 88 - - - - 10 Kemuning 1 7 - - - - 11 Ilir Timur II 1 89 1 463 3 487 12 Kalidoni 3 3 229 - - - - 13 Sako 4 687 - - - - 14 Sematang - - - - - - Borang 15 Sukarami 6 369 2 2455 1 28 16 Alang-alang Lebar 1 12 - - - - Jumlah/Total 25 5 443 5 2 956 15 3 862 Sumber : BPS Kota Palembang, 2011 5.2 Karakteristik Responden Karakteristik umum responden dari daerah hulu dan hilir didasarkan pada hasil survei yang telah dilakukan terhadap 70 RT. Variabel yang menjadi perhatian dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan, lama tinggal, jarak tempat tinggal dari 47
industri terdekat, biaya kesehatan, biaya pengeluaran untuk memperoleh air bersih dan jenis penyakit yang sering dialami responden. 5.2.1 Jenis Kelamin Perbandingan jumlah responden laki-laki dan perempuan yaitu suami atau istri dalam sebuah rumah tangga pada penelitian ini jumlahnya tidak berbeda jauh. Jumlah responden laki-laki yaitu 36 orang, sedangkan responden perempuan sebanyak 34 orang. Persentase jumlah responden laki-laki berbanding perempuan adalah 51 persen berbanding 49 persen. Sebaran jenis kelamin responden dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin 5.2.2 Usia Tingkat usia responden bervariasi, dengan usia paling muda yaitu 20 tahun dan yang paling tua yaitu 74 tahun. Persentase tertinggi yaitu pada kelompok usia 43-55 tahun dengan persentase 34 persen. Responden dengan usia 17-29 tahun berjumlah 17 persen, usia 30-42 tahun berjumlah 30 persen, sedangkan usia 56-68 tahun berjumlah 17 persen dan usia 69-74 tahun berjumlah dua persen. Responden pada penelitian ini seluruhnya telah berstatus menikah dan memiliki tanggungan. Gambar 5 menjelaskan distribusi perbandingan usia responden. 48
Gambar 5. Sebaran Responden Menurut Umur 5.2.3 Pendidikan Formal Tingkat pendidikan diklasifikasikan berdasarkan lama tahun menempuh pendidikan formal dimulai dari jenjang tidak sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu 46 persen. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) berjumlah 23 persen dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) berjumlah 17 persen. Sulit ditemui responden dengan pendidikan yang tinggi yaitu perguruan tinggi, sementara responden yang tidak pernah menempuh pendidikan formal sebesar 14 persen. Perbandingan persentase tingkat pendidikan responden dapat disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Sebaran Responden Menurut Pendidikan 49
5.2.4 Pekerjaan Jenis pekerjaan responden bervariasi mulai dari pegawai swasta, wiraswasta, nelayan dan buruh harian. Berdasarkan hasil survei, mata pencaharian responden terbanyak adalah sebagai wiraswasta dengan persentase sebesar 49 persen, diikuti oleh jenis pekerjaan buruh (43 %), pegawai swasta dan nelayan dengan persentase masing-masing empat persen. Sebaran jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Sebaran responden menurut jenis pekerjaan 5.2.5 Tingkat Pendapatan Sebagian besar responden mayoritas bekerjaan sebagai wiraswasta dan buruh. Hal ini berhubungan dengan tingkat pendapatan responden, dimana persentase kelompok pendapatan terbesar yaitu Rp 500.000,00 - Rp 1.500.000,00 sebesar 76 persen. Sebanyak 19 persen responden memiliki pendapatan Rp 1.500.001,00 - Rp 2.500.000,00. Sebanyak tiga persen responden memiliki pendapatan Rp 2.500.001,00 - Rp 3.500.000,00. sedangkan untuk pendapat kurang dari Rp 500.000,00 yaitu sebanyak satu persen, dan hanya satu persen saja responden yang memiliki pendapatan lebih besar dari Rp 3.500.000,00. Perbandingan distribusi tingkat pendapatan responden setiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 8. 50
Gambar 8. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan 5.2.6 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan yang dimaksud adalah tanggungan yang mencakup keluarga inti serta tanggungan yang bukan keluarga inti yang tinggal di rumah responden. Sebagian besar responden adalah rumah tangga dengan jumlah tanggungan sebanyak kurang dari sama dengan dua orang dengan persentase 60 persen. Sebanyak 14 persen responden dengan jumlah tanggungan empat orang, responden dengan jumlah tanggungan tiga orang sebanyak 13 persen. Jumlah tanggungan keluarga responden dengan jumlah lima orang memiliki persentase sembilan persen dan jumlah tanggungan keluarga lebih dari sama dengan enam orang dengan persentase empat persen. Perbandingan jumlah tanggungan responden dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga 51
5.2.7 Lama Tinggal Rata-rata lama tinggal responden di sekitar industri yaitu 20,5 tahun, hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk adalah penduduk asli Kota Palembang yang sejak lahir sudah tinggal di sepanjang Sungai Musi. Responden dengan lama tinggal antara 16-25 tahun dengan persentase terbesar yaitu 24 persen, sementara responden dengan lama tinggal kurang dari sama dengan lima tahun sebanyak 23 persen. Responden dengan lama tinggal antara 6-15 tahun yaitu sebanyak 21 persen. Responden dengan lama tinggal antara 26-35 tahun yaitu sebanyak 16 persen sedangkan untuk responden dengan lama tinggal lebih dari sama dengan 36 tahun juga sebanyak 16 persen. Sebaran jenis dapat lama tinggal responden dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Sebaran Responden Menurut Lama Tinggal 5.2.8 Jarak Tempat Tinggal dari Industri Terdekat Di sepanjang Sungai Musi banyak terdapat industri yang menggunakan Sungai Musi sebagai jalur transportasinya, dan tidak dapat dipungkiri bahwa limbah industri tersebut telah mencemari air sungai. Hasil survei pada responden diketahui bahwa 33 responden (47 %) berada didekat industri pupuk, kelapa sawit, dan industri minyak hanya berjarak < 500 m. Tempat tinggal responden dengan jarak 500-1500 m berjumlah 25 orang dengan persentase 36 persen dengan 52
industri terdekat yaitu industri karet, minyak dan pupuk. Sementara responden dengan jarak tempat tinggal antar 1501-2500 m dengan industri sebanyak 12 orang (17 %), dengan industri terdekat yaitu industri pupuk, karet dan minyak. Persentase responden berdasarkan jarak tempat tinggal dengan industri terdekat dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Sebaran Responden Menurut Jarak Tempat Tinggal dari Industri Terdekat 5.2.9 Kenyamanan Tempat Tinggal Meskipun terjadi perubahan lingkungan, namun kebanyakan responden merasa terbiasa dengan kondisi tersebut. Hal itu dapat dilihat dari persentase responden yang merasa biasa saja dengan pencemaran akibat kegiatan industri sebesar 73 persen. Responden yang merasa nyaman sebanyak 19 persen, tidak nyaman sebesar tujuh persen dan sangat tidak nyaman hanya satu persen saja. Hal ini juga dipengaruhi karena sebagian responden biasanya memperoleh sembako dari industri setiap tahunnya, sehingga mereka merasa itu cukup sebagai ganti rugi atas eksternalitas negatif yang mereka terima selama ini dari kegiatan industri. Persentase responden berdasarkan kenyamanan tempat tinggal dapat dilihat pada Gambar 12. 53
Gambar 12. Sebaran Responden Menurut Kenyamanan Tempat Tinggal 5.2.10 Jenis Penyakit yang Sering Dialami Berdasarkan hasil survei di lapangan, jenis penyakit yang paling sering dialami oleh responden adalah penyakit kulit /gatal-gatal sebanyak 26 orang (37 %). Selanjutnya yaitu penyakit influenza sebanyak 21 responden (30 %), penyakit diare dengan jumlah responden 14 orang (20 %). Jenis penyakit kulit/gatal-gatal dan diare diduga karena penggunaan air sungai yang telah tercemar. Hasil survei tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa air sungai yang dimanfaatkan langsung oleh responden telah mengalami penurunan kualitas. Jenis penyakit ISPA sebanyak dua responden (3 %) dan tiga responden (4%) penyakit lainnya, diantaranya pusing-pusing. Jenis penyakit batuk, influenza, dan ISPA diduga disebabkan oleh kondisi udara di sekitar tempat tinggal responden dalam keadaan kurang baik. Distribusi jenis penyakit yang sering dialami responden disajikan pada Gambar 13. 54
Gambar 13. Sebaran Responden Menurut Jenis Penyakit yang Sering Dialami 5.2.11 Biaya Pengeluaran untuk Memperoleh Air Bersih Pencemaran air Sungai Musi mengakibatkan masyarakat yang biasanya memanfaatkan air Sungai Musi secara langsung harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memperoleh air bersih dan layak minum. Dari 70 responden diperoleh nilai rata-rata pengeluaran untuk memperoleh air bersih sebesar Rp. 76.028,00 per bulan per rumahtangga. 5.2.11 Biaya Kesehatan Akibat seringnya masyarakat terpapar oleh pencemaran industri, terutama akibat konsumsi air Sungai Musi membuat kesehatan masyarakat di pinggiran sungai menurun. Rata-rata biaya kesehatan yang dikeluarkan setiap bulannya yaitu Rp. 89.786,00 per bulan per rumahtangga. 55