BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim

Transkripsi

1 27 BAB IV KONDISI UMUM A. Letak Geografis, Iklim Kabupaten Bungo terletak di bagian Barat Provinsi Jambidengan luas wilayah sekitar km 2. Wilayah ini secara geografis terletak pada posisi 101º 27 sampai dengan 102º 30 Bujur Timur dan di antara 1º 08 hingga 1º 55 Lintang Selatan. Suhu rata-rata di Kabupaten Bungo berkisar antara 25,8-26,7 derajat Celcius dengan tingkat kelembaban 56-85%. Sedangkan curah hujan ratarata 3000 mm pertahundengan elevasinya berkisar m dpl. Di Kabupaten Bungo terdapat 5 sungai, yaitu: Batang Bungo, Batang Tebo, Batang Pelepat, Batang Jujuhan dan Batang Senamat. Sedangkan batas-batas wilayah Kabupaten Bungo meliputi : Sebelah Utara : Berbatas dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Dharmasraya (Provinsi Sumatera Barat) Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kabupaten Merangin Sebelah Timur : Berbatas dengan Kabupaten Tebo Sebelah Barat : Berbatas dengankabupaten Dhamasraya (Provinsi Sumatera Barat) dan Kabupaten Kerinci B. Pemerintahan Secara administratif Kabupaten Bungo terdiri dari 17 Kecamatan, dan144 desa/kelurahan dengan rincian seperti pada Tabel 4.1. Kecamatan yang terbanyak jumlah desa adalah Kecamatan Pelepat Ilir (17 desa) dan Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Pelepat dengan luas wilayah sebesar 1.256,42 km 2 atau 17,55 % dari luas Kabupaten Bungo, dan paling sedikit jumlah Desanya adalah Bungo Dani, Rimbo Tengah, dan Bathin II Babeko (4 Desa/Kelurahan ). Pembagian wilayah administrasi pemerintahan di Kabupaten Bungo saat ini cukup besar, dan merupakan jumlah terbesar untuk wilayah Provinsi Jambi. Kondisi ini di satu sisi merupakan langkah stategis dalam rangka meningkatkan jangkauan layanan publik kepada masyarakat, sehingga akses masyarakat terhadap layanan pemerintahan menjadi lebih dekat. Namun di sisi lain, jika tidak

2 28 diikuti dengan upaya efisiensi di segala bidang maka akan menjadi sumber pemborosan dalam pembiayaan pembangunan. Tabel 4.1. Jumlah Desa/ Kelurahan per Kecamatan dikabupaten Bungo Tahun 2008 No Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah 1 Pasar Muara Bungo Rimbo Tengah Bathin II Babeko Bungo Dani Bathin III Pelepat Pelepat Ilir Rantau Pandan Bathin III Ulu Muko Muko Bathin VII Jujuhan Jujuhan ilir Tanah Tumbuh Bathin II Pelayang Limbur Lubuk Mengkuang Tanah Sepenggal Tanah Sepenggal Lintas Jumlah Kabupaten Sumber : BPS Bungo Dalam Angka, 2008 C. Kependudukan 1. Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kabupaten Bungo berdasarkan data BPStahun 2008 sebesar jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa.kabupaten Bungo tahun 2008 dengan luas wilayah km 2 memiliki kepadatan penduduk 36,76 jiwa/km 2. Berdasarkan struktur umur, penduduk Kabupaten Bungo tergolong penduduk usia muda dengan bentuk kurva kependudukan seperti lonceng. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Bungo mayoritas berusia 0-4 tahun, dan terendah berusia tahun. Jumlah penduduk Kabupaten Bungo dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sehingga kepadatan penduduk pun berubah. Hal ini juga disebabkan oleh salah satu faktor bahwa Kabupaten Bungo merupakan salah satu daerah penerima transmigrasi.

3 29 Jumlah/Jiwa Laki - Laki Perempuan Laki - laki + Perempuan Umur Sumber : KantorBPS Kabupaten Bungo Tahun 2008 Gambar 4.1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Bungo Tahun 2008 Penduduk di Kabupaten Bungo tidak menyebar secara merata di setiap kecamatan yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Bungo tahun 2008, tercatat bahwa kecamatan yang memiliki jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pelepat Ilir sebesar 34,844 jiwa, dan paling sedikit adalah Bathin III Ulu sebesar 7, 089, dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 2,52% (Susenas, 2009). Sementara jika dilihat dari kepadatan penduduk, Kecamatan Pasar Muara Bungo memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 492,00 (jiwa/km 2 ), dan terkecil adalah Kecamatn Bathin III Ulu sebesar 11,46 (jiwa/km 2 ) seperti pada Tabel 4.2. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kepadatan dan jumlah penduduk di Kecamatan Bathin III Uluadalah kondisi daerahnya yang relatif masih belum terbangun. Hal ini ditunjukkan oleh belum tersedianya jaringan sarana dan prasarana yang memadai, dan secara demografis letaknya jauh dari pusat pembangunan dan perdagangan. Sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pasar Muara Bungo. Tingginya kepadatan ini salah satunya karena Kecamatan Pasar Muara Bungo merupakan pusat aktivitas pertumbuhan perdagangan, perindustrian, jasa serta aktifitas sosial lainnya.

4 30 Tabel 4.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten BungoMenurut Kecamatan Tahun 2008 Kecamatan Luas Wilayah Km 2 Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) 1. Pasar Muara Bungo 38,88 19, ,00 2. Rimbo Tengah 155,55 15,074 96,91 3. Bathin II Babeko 279,00 8,452 29,59 4. Bungo Dani 77,78 18, ,99 5. Bathin III 166,66 14, ,90 6. Pelepat 1.256,42 34,115 27,15 7. Pelepat Ilir 495,67 34,844 70,38 8. Rantau pandan 505,92 7,880 15,58 9. Bathin III Ulu 618,34 7,089 11,46 10.Muko Muko Bathin VII 437,22 11,530 26,37 11.Jujuhan 682,95 13,325 19,51 12.Jujuhan ilir 455,29 8,563 18,81 13.Tanah Tumbuh 307,60 13,633 44,32 14.Bathin II Pelayang 131,83 8,172 61,99 15.Limbur Lubuk Mengkuang 1101,89 13,432 12,19 Kabupaten Bungo 716,00 263,221 36,72 Sumber : BPS Kabupaten Bungo tahun 2008 C. Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mata Pencaharian penduduk Kabupaten Bungo sebagian besar disektor pertanian atau perkebunan (70,39%), sektor perdagangan (11,81%),sektor jasa (11,07%) dansisanya(6,1%) lain-lain. Hal ini bisa terlihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Kontribusi Sektor terhadap PDRB Kabupaten Bungo No Sektor Tahun Pertanian 40,77 39,94 2 Pertambangan, Penggalian 2,1 2,47 3 Industri pengolahan 6,59 6,41 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,52 0,52 5 Bangunan 4,1 4,12 6 Perdagangan, Hotel, Restoran 17,18 17,42 7 Pengangkutan, Komunikasi 10,88 11,27 8 Keuangan, Persewaan, Jasa, Perumahan 5,86 5,86 9 Jasa-jasa 11,98 11,99 Sumber: PDRB Kabupaten Bungo

5 31 Dari Tabel 4.3. diketahui bahwa sektor pertanian masih dominan terhadap tercapainya pembangunan ekonomi Kabupaten Bungo. Secara lebih spesifik, dapat ditemukan bahwa empat subsektor pertanian yakni, tanaman bahan makanan pangan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan adalah merupakan sektor basis di Kabupaten Bungo. Kontributor utama lainnya terhadap perolehan PDRB Kabupaten Bungo adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran; jasa-jasa; serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Masing-masing sektor ini memiliki kontribusi diatas 10% dari total perolehan PDRB Kabupaten Bungo tahun Hadirnya tiga sektor yang merupakan sektor tersier dalam pembangunan perekonomian dapat memberikan arti tersendiri terhadap prospek perkembangan kinerja perekenomian Kabupaten Bungo kedepannya. Sementara itu dapat dijelakan juga bahwa sektor listrik, gas, dan air bersih selalu linear sepanjang tahun, begitu juga dengan sektor keuangan, persewaan, jasa dan perumahan. Bergesernya kinerja pembangunan dari sektor primer yang diwarnai oleh pembangunan yang bersifat padat modal, padat teknologi, dan tenaga kerja terlatih (skilled labor) serta didukung oleh sektor keuangan yang maju yakni akan membuka peluang perekonomian Kabupaten Bungo bergerak menuju ke struktur ekonomi yang lebih kompetitif. D. Sosial Budaya Pendidikan merupakan aspek utama yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Bungo menurut data BPS tahun 2008 dari kantor statistik sebagian tidak tamat SD 28,36 %, tamat SD 34,08 %, sekolah lanjutan SMP 18,24 %, SMA16,08 % dan 1,6 % yang berpendidikan Akademi atau DIII keatas. Selanjutnya ditinjau dari agama dan tingkat kepercayaannya, sebagian besar pendudukkabupaten Bungoberagama Islam yaitu sebesar 259,535 (98,6%) dan selebihnya beragama Kristen Protestan1.842 jiwa, Katolik 1000 jiwa, Hindu 121 jiwa dan terendah beragama Budha sebesar 658 jiwa.