Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.

dokumen-dokumen yang mirip
SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

TEKNOLOGI JERAMI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN TERNAK Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

JENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

PAKAN TERNAK HAYLASE JERAMI PADI DARI STARTER ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak.

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

MATERI DAN METODE. Materi

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

PROSES PEMBUATAN PAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

POTENSI PAKAN HIJAUAN KERING DI INDONESIA Oleh : Hesty Natalia Literatur berbagai sumber

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESUBURAN TANAH Jangan terlalu Kesuburan fisik: miring * Struktur tanah * Kedalaman Kesuburan kimia: * Unsur hara yang Tersedia dalam Tanah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH PISANG SEBAGAI PAKANTERNAK

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

MATERI DAN METODE. Materi

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

MATERI DAN METODE. Materi

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

b. Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Stylosantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides,

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Tillman dkk., (1989) menyatakan

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

I. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu,

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Limbah Pasar sebagai Pakan Ruminansia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di lokasi peternakan Sapi Bali yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

BERBAGAI METODA PENGOLAHAN PAKAN BERSERAT Oleh : Hesty Natalia Literatur : Berbagai sumber

Transkripsi:

Cara pengeringan Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Prinsip pengeringan adalah CEPAT agar penurunan kualitas dapat ditekan.

Cara pengeringan 1. Sinar matahari. Untuk daerah tropis, pengeringan macam ini murah biayanya, mudah dikerjakan dan meningkatkan kandungan vitamin D pada hay yang dihasilkan Agar pengeringan berjalan cepat, hijauan setelah mendapat perlakuan fisik ditumpuk tipis di tempat penjemuran dan dibalik-balik. Kelemahannya tergantung pada cuaca, padahal saat hijauan berlebih terjadi pada musim hujan.

Cara pengeringan 2. Mesin Pengering (dryer) Umumnya mesin berbentuk silindris bersuhu 600 o C (disebut drum dryer), panas ditiupkan dalam ruangan dan hijauan di balik-balik agar panas merata menyentuh permukaan hijauan yang telah dipotong-potong. Pengeringan singkat, sehingga hasil hay berwarna hijau, mengandung vitamin A & E lebih tinggi. Kekurangnya adalah memerlukan biaya mahal dan kandungan vitamin D rendah.

Cara pengeringan 3. Panas fermentasi Panas yang digunakan berasal dari fermentasi hasil penumpukan hijauan itu sendiri. Fermentasi sebagai akibat proses respirasi (panas dan air), sehingga mikro-organisme dapat tumbuh dengan baik. Untuk menghindari kebakaran akibat panas yang berlebihan, maka hijauan dibalik-balik dan dalam ruangan dialiri udara. Warna hay coklat, kualitas jelek karena banyak nutrient tanaman yang terbongkar akibat respirasi & aktifitas mikro-organisme

Cara penyimpanan Hay merupakan jenis bahan yang bulky (densitas rendah) jadi untuk penyimpanan memerlukan ruangan yang besar. Hay merupakan bahan organik yang sewaktu-waktu dapat rusak akibat bahan yang kurang kering serta tumbuhnya mikro-organisme akibat ruangan tempat penyimpanan yang lembab.

Untuk mengurangi tempat penyimpanan, dan memudahkan penanganannya, hay dapat disimpan dalam bentuk kemasan. Terdapat beberapa bentuk kemasan :

Bale Setelah hijauan dipotong, dikeringkan di biarkan kering di lapangan. Setelah kering, hijauan digulung dengan alat (baler) Hay dalam bentuk bale siap diangkut untuk disimpan

Stacks Setelah hijauan kering pada hamparan, ditumpuk pada suatu tempat Selanjutnya hijauan dipres hidrolis. Hay padat berbentuk seperti lempenganlempengan kemudian diankut pada tempat penyimpanan

Evaluasi Hay 1. Fisik : Tekstur Warna Jamur Imbangan batang daun 2. Kimia : Besarnya penurunan nutrient Kandungan nutrient 3. Biologi : Palatabilitas Kecernaan

Tekstur Evaluasi tekstur menyangkut : tingkat kekeringan, dapat dilihat di laboratorium atau dicampur dengan bahan yang higroskopis, apabila bahan-bahan tersebut menempel pada hay berarti hay masih belum layak disimpan. Kerapuhan, hay apabila diremas hancur, untuk rumput berindikasi sudah terjadi kelapukan akibat serangan mikro-organisme sedangkan untuk leguminosa maka sebaiknya poses dilanjutkan kepenggilingan untuk dijadikan tepung daun.

Warna Hay yang baik berwarna hijau terang. Warna hijau menunjukkan bahwa pengeringan berjalan dengan cepat, sehingga kehilangan nutrisi dapat diperkecil. Warna kuning atau coklat menunjukkan bahwa proses respirasi berjalan lama dan panas yang ditimbulkan dari respirasi sel tanaman bersama-sama dengan aktifitas mikro-organisme merusak chlorophil tanaman dan adanya indikasi karamelisasi.

Jamur Hay yang berjamur mengindikasikan bahwa kadar air masih tinggi atau tempat penyimpanan yang kurang baik (lembab). Apabila hay ini disimpan terus maka akan terjadi proses fermentasi yang dapat menyebabkan kebakaran, atau paling tidak akan menurunkan kualitas, tidak disukai ternak dan bahkan mungkin bisa meracuni ternak.

Imbangan batang dan daun Daun secara umum mempunyai kualitas yang lebih baik dari batang, oleh karena itu fraksi daun diharapkan lebih banyak pada hay. Untuk leguminosa pohon, umumnya helai daun terpisah dari tangkainya. Selama penyimpanan/transportasi bagian daun menumpuk pada bagian bawah, oleh karena itu sebaiknya pemberian pada ternak dicampur dengan rumput agar ternak mudah mengkonsumsinya dan menghindarkan selektifitas ternak.

Besarnya penurunan nutrient Pembuatan hay pada dasarnya akan menurunkan nutrient dalam hijauan. Hay yang baik apabila penurunan nutrient kecil. Penurunan nutrient yang besar mengindikasikan adanya kesalahan dalam proses pengeringan, penanganan bahan baku atau penyimpanan.

Cara menghitung penurunan nutrient Hijauan segar sebanyak 100 kg dengan kandungan BK 20%; (BO 85%; PK 9 % dalam BK) dibuat hay Setelah jadi hay beratnya tinggal 30 kg dengan kandungan BK 85 %; (BO 83% dan PK 9,5%) Artinya Bahan baku awal yang dibuat hay BK 0,20 x 100 kg = 20 kg; BO 0,85 x 20 kg = 17 kg dan PK 0,09 x 20 kg =1,8 kg Setelah jadi hay BK 0,85 x 20 kg = 17 kg; BO 0,83 x 17 kg = 14,11 kg dan PK 0,095 x 17 kg = 1,615 kg Dengan demikian penurunan BK 20 17 = 3 kg atau (3/20 x 100% = 15%); BO 17 14,11 = 2,89 kg (2,89/17 x 100% = 17%) dan PK 1,8 1,615 = 0,185 (0,185/1,8 x 100% = 10,28%)

Kandungan Nutrient Dalam pembuatan hay memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang cukup banyak, oleh karena itu dalam pembuatan hay diharapkan dari bahan-bahan baku yang berkualitas tinggi. Hay dari bahan baku yang berkualitas kualitas tinggi diharapkan akan menghasilkan kualitas hay yang tinggi pula. Kandungan nutrient ditentukan berasarkan analisis laboratorium, yang dapat dikerjakan dengan analisis proksimat atau analisis serat Van Soest.

Palatabilitas Merupakan tingkat kesukaan ternak terhadap hay yang diberikan. Palatabilitas ini merupakan tingkat konsumsi ternak. Hay yang baik mempunyai tingkat konsumsi yang tinggi. Palatabilitas merupakan gabungan dari dari beberapa faktor : warna, tekstur, bau dan rasa dari hay yang direspon oleh ternak. Namun demikian palatabilitas juga merupakan faktor kebiasaan dari ternak dan hal ini bisa dilatih.

Kecernaan Kecernaan merupakan suatu gambaran berapa jumlah nutrient dari hay yang dapat diserap oleh alat pencernaan setelah hay tersebut dikonsumsi ternak. Hay yang baik adalah hay yang mempunyai kecernaan tinggi, dengan harapan hasil pencernaan tersebut dapat digunakan untuk produksi ternak

Macam dan bentuk hay Loose hay Standing hay Choppered / shredded hay Mash (tepung daun)

Loose hay Hay yang berbentuk panjang-panjang. Dibuat dengan cara setelah hijauan dipenen dibiarkan kering di lapangan. Umumnya dibuat dari jenis rumput penggembalaan (Cynodon, Digitaria, Brachiaria) Umumnya dikeringkan menggunakan panas matahari. Hijauan dibalik tiap periodik bisa menggunakan mekanisasi atau manual. Setelah kering bisa dibuat stack, bale atau disimpan begitu saja

Stack hay yang dibuat dari loose hay

Bale yang dibuat dari loose hay

Loose hay tanpa pengepresan, hanya diikat kemudian ditumpuk. Agar tidak berjamur diberi alas agar tidak menyentuh lantai/tanah

Standing hay Hay yang dibuat dengan cara mematikan hijauan yang ada di lapangan tanpa dipotong terlebih dahulu, Untuk mematikan hijauan dilakukan dengan cara tidak mengairi padang rumput pada saat udara panas atau membiarkan hijauan semusim setelah melewati fase generatif. Setelah hijauan kering baru dimanfaatkan, bisa dengan ternak dilepas di areal standing hay atau dipotong untuk disimpan. Selain sebagai pakan cadangan, standing hay ini bertujuan untuk memberikan istirahat pada lahan agar produksi rumput berikutnya tinggi.

Standing hay pada tanaman jagung. Jagung dibiarkan tua di lahan sampai menguning, sehingga begitu buah dipanen sudah kering (tidak perlu menjemur buah) dan jeraminya siap disimpan untuk pakan ternak

Chopped / shredded hay Hay yang dibuat dari hijauan setelah mendapatkan perlakuan fisik (dipotong kecilkecil / dicabik) Umumnya dari rumput potongan yang memiliki batang besar (R Gajah, Jagung, R Benggala) Umumnya dikeringkan dengan mesin pengering dalam suatu ruangan. Untuk menghemat ruangan penyimpanan, maka hay dipres dalam bentuk Wafer (chopped hay) dan cube (shredded hay)

Wafer Wafer adalah hay yang berbentuk balok yang disusun dari lembaran-lembaran yang padat. Umumnya 1 lembar beratnya 5 kg untuk 1 ekor sapi.

Wafer Wafer umumnya dibungkus jaring (net) atau karung agar rontokannya tidak tercecer. Untuk mengurangi kerontokan biasanya sebelum dipres, hay disemprot dengan perekat seperti molasses. Untuk pemberian pada ternak sangat praktis, 1 ekor diberi 1 lembaran.

Cube Hay yang dicetak dalam bentuk kubus, ukuran kubus besar 5 x 5 x 5 cm dan yang kecil 3 x 3 x 3 cm. Setelah hijauan di cabik dengan shredder, terus dikeringkan. Serat kering yang lembut dipres dalam mesin cube. Cube biasanya mengandung konsentrat sebagai pakan lengkap yang digunakan sebagai pakan saat transportasi.

QuickTime and a TIFF (Uncompressed) decompressor are needed to see this picture. QuickTime and a TIFF (Uncompressed) decompressor are needed to see this picture. Cube Hay

Tepung daun Hay dari daun leguminosa pohon (turi, lamtoro, kaliandra) cepat sekali kering. Saat proses pengeringan akan terjadi kerontokan daun dari tangkainya. Daun yang kering, teksturnya sangat remah, jadi penanganan yang ideal adalah dilanjutkan ke penggilingan untuk dijadikan tepung.

Tepung daun Untuk daun yang mempunyai serat kasar rendah, seperti lamtoro, alfafa/lucerne digunakan sebagai pakan unggas, sedangkan yang mempunyai serat kasar tinggi digunakan untuk pakan ruminansia. Agar mudah pemberiannya pada ternak, maka tepung daun ini diproses lagi menjadi pellet. Umumnya Pellet tepung daun ini sudah dicampur dengan konsentrat (bahan-bahan pakan lain) sebagai pakan lengkap.

QuickTime and a TIFF (Uncompressed) decompressor are needed to see this picture. QuickTime and a TIFF (Uncompressed) decompressor are needed to see this picture. Pelet Tepung daun