BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Copy lembar permohonan surat pengantar menuju RS Paru Surabaya

Case Processing Summary. Cases. Valid Missing Total. Umur * Kecelakaan Kerja % 0 0.0% % Pendidikan * Kecelakaan Kerja


LAMPIRAN. Case Processing Summary. Descriptives. 95% Confidence Interval for Mean. Tests of Normality. Kolmogorov-Smirnov a

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur femur proksimal atau secara umum disebut fraktur hip

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Kuisioner Penelitian HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN OSTEOARTHRITIS

HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA PENYAKIT KELAMIN ANALISA UNIVARIAT

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

LAMPIRAN. Tabel Distribusi Frekuensi Frequency Table

LAMPIRAN Case Processing Summary Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Data Penelitian. Karakteristik Responden Penelitian

Lampiran 1 : Master Data

N X Y XY X Total

Jumlah Pekerja. Pendapatan

LAMPIRAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

Hubungan status gizi..., Ratih Agustin P., FKMUI, Lampiran 3. Surat Kerjasama Pemeriksaan Osteoporosis

STRURKTUR ORGANISASI RSUD BATARA GURU BELOPA

Gambaran Duplikasi Penomoran Rekam Medis. Gambaran Kualifikasi Pendidikan. Gambaran Pengetahuan. Statistics pemberian nomor. N Valid 60.

Lampiran Hasil Output SPSS. Statistics. Skor Kepuasan Pasien Rawat Jalan. Valid 200 Missing 0 Mean Skor Kepuasan Pasien Rawat Jalan Frequenc y

Persamaan I 379 = 5a + 15b (x3) 1137 = 15a + 45b Persamaan II 1051 = 15a + 55b (x1) 1051 = 15a + 55b

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dekripsi (karakteristik) data subjek dengan total subjek yang diteliti

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PERILAKU BAHAYA KERJA TERHADAP RISIKO KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI PT SUBUR SARI LASTDERICH

Analisa Kecenderungan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares) Jumlah Penderita Struma Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

INSTRUMEN PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas hasil yang didapat dari pengolahan

LAMPIRAN. 1. Lampiran 1 : Lembar Persetujuan untuk Menjadi Responden. 2. Lampiran 2 : Kuesioner Skor DNS (Dabetic Neuropathy Symptom)

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2016

Skenario Payoff Magnitude terhadap Kecenderungan Pengambilan Risiko. Skenario Pengambilan Keputusan Investasi (Baird et al., 2008)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap grade osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence. Diagnosis. ditegakkan berdasarkan klinis dan radiologinya.

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEKERJA TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Semua partisipan dalam penelitian ini berjenis kelamin wanita dan berusia

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI PERTAMA/COLOSTRUM DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBNU SINA JAKARTA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ***** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Distribusi Distribusi Responden Berdasarkan Umur (Tahun) Umur Valid Percent

Kuisioner Penelitian

KUESIONER ORANG TUA HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU TERHADAP KEJADIAN KARIES

Analisa Kecenderungan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares)

KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kepada Yth. Pasien rawat inap ruang Pinus Rumah Sakit Eka Tangerang Selatan Di tempat. : Permohonan menjadi responden

LEMBARAN PERSETUJUAN PENELITI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil. Timur, dengan sampel bidan honorer sejumlah 32 orang. Teknik pengambilan

LAMPIRAN SPSS. Scale Variance if Item Deleted. merasa sesak nafas Valid menghabiskan sepiring makanan

* Merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kepatuhan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisoner Penelitian. 1. Isilah dengan tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda

PERILAKU MAHASISWA GUNADARMA KAMPUS DEPOK KREDIT DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU KREDIT. Hertyn Frianka/ /3EA12

Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015


Lampiran 1. Kuesioner. 4. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan. 5. Status Perkawinan : 1. Kawin 2. Belum Kawin 3. Janda/Duda

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA

PEDOMAN PENGAMATAN PERAWAT HUBUNGAN PELAKSANAAN EDUKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT NYERI PASIEN PASCA TINDAKAN NASOLARINGOSCOPY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dua sampel independen, tidak terikat, tidak

Lampiran 1. Surat Izin Etik Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Jenis Kelamin Pasien * Diagnosa Utama Crosstabulation

PETA KABUPATEN BANDUNG BARAT

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN ( Informed Concent)

(2) Jenis Kelamin : 1. Laki-laki Perempuan. (3) Kelompok Usia : tahun tahun B. Pemeriksaan Kategori Massa Tubuh

Umur kelompok. Valid < 45 tahun tahun >65 tahun Total

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden :

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Esa

I. Identitas Informan 1. Nama : Umur : Pendidikan : Alamat :...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN A SKALA IKLIM ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA SETELAH UJI COBA

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Kadar Hemoglobin

Analisa Kecenderungan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares) Jumlah Penderita Leukemia Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun

(Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban yang anda rasa benar) 1. Apa yang ibu ketahui tentang kantong plastik?


Kuesioner Penelitian

STRUKTUR ORGANISASI PT ASTRA INTERNATIONAL TBK-HEAD OFFICE

TIME LINE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. bidang penggilingan padi. Penggilingan Padi Karto terletak di Desa Bangun

Tabulasi Silang Uji Chi-Square (Umur-Kepuasan) Tabulasi Silang Uji Chi-Square (Jenis Kelamin-Kepuasan)

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI

KUESIONER PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN FORMULIR BIMBINGAN SKRIPSI

HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN PERANGKAT SPSS

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA MAHASISWA FKM USU TAHUN 2015

Keterangan: Berilah tanda Cek List ( ) pada kolom data responden yang sesuai dengan data saat ini berdasarkan pilihan jawaban yang tersedia!

DATA LAMPIRAN LAMPIRAN A SKALA SELF EFFICACY

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Jenis Panelis. Gambar 4.1 Pie Chart Jenis Panelis. Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

Wan Rita Mardhiya, S. Ked

Transkripsi:

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi umur Umur pasien kelompok fraktur intertrochanter adalah 69,7 + 3,7 tahun, sedangkan umur kelompok fraktur collum femur adalah 72,5 + 5,8 tahun. Didapatkan hasil rata-rata umur yang lebih tua pada kasus fraktur collum femur. Umur Kelompok Fraktur Intertrochanter Umur Kelompok FrakturCollum femur N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 32 65.00 78.00 69.7187 3.78652 32 65.00 87.00 72.5313 5.89688 Tabel 4.1 Rata-rata umur dengan nilai minimal dan maksimal

2 Fraktur Intertrochanter Kelompok Fraktur Collum Femur Total Umur 65 6 2 8 66 1 2 3 67 4 6 10 68 3 4 7 69 1 1 2 70 6 0 6 71 2 0 2 72 2 0 2 73 1 2 3 74 1 0 1 75 1 3 4 76 3 3 6 77 0 3 3 78 1 2 3 80 0 1 1 81 0 1 1 82 0 1 1 87 0 1 1 Total 32 32 64 Tabel 4.2 Frekuensi umur terhadap kejadian fraktur femur proksimal

3 4.2 Frekuensi modified Singh index pada populasi Fraktur Intertrochanter Kelompok Fraktur Collum Femur Total Modified A 0 1 1 Singh B 7 18 25 Index C 25 13 38 Total 32 32 64 Tabel 4.3 Tabel frekuensi modified Singh index pada populasi sampel Pada kelompok fraktur intertrochanter, frekuensi modified Singh index didominasi oleh grade C, dimana terdapat 25 pasien (78%), grade B sebanyak 7 pasien (22%). Tidak ada pasien yang memiliki grade A maupun grade N. Sedangkan pada kelompok fraktur collum femur, pola terbanyak adalah grade B sebanyak 18 pasien (57%), grade C 13 pasien (40%), dan terdapat 1 pasien yang masih memiliki modified Singh index grade A (3%). Dari grade B diperoleh data bahwa semakin sering terjadi fraktur collum femur (72%), sedangkan grade C, semakin sering terjadi fraktur intertrochanter (65%). Tabel diatas juga menyatakan fraktur proksimal femur lebih sering terjadi dengan meningkatnya derajat osteoporosis.

4 Berikut adalah contoh iliustrasi hasil rontgen pelvis populasi pasien yang telah mendapatkan expertise dari konsultan radiologi RSO Prof, Dr. R. Soeharso : Gambar 4.1 Ilustrasi kasus fraktur collum femur dengan modified Singh index grade A

5 Gambar 4.2 Ilustrasi kasus fraktur collum femur dengan modified Singh index grade B Gambar 4.3 Ilustrasi kasus fraktur collum femur dengan modified Singh index grade C

6 Gambar 4.4 Ilustrasi kasus fraktur intertrochanter femur dengan modified Singh index grade B

7 Gambar 4.5 Ilustrasi kasus fraktur intertrochanter femur dengan modified Singh index grade C

8 4.3 Perbedaan umur pada kelompok fraktur femur proksimal Perbedaan berdasarkan umur pada tipe fraktur intertrochanter dan fraktur collum femur dengan metode analisis t-test. 95% Confidence Interval of the Sig. (2- Mean Difference t Df tailed) Difference Intertrochanter Collum Umur 111.217 63.000 71.12500 69.8470 72.4030 Tabel 4.4 Analisis perbedaan umur dengan t-test Pada peneliian ini didapatkan hasil umur berbeda secara signifikan pada masing-masing kelompok dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Fraktur collum femur memiliki rata-rata umur yang lebih tua daripada kasus fraktur intertrochanter femur. 4.4 Perbedaan modified Singh index pada fraktur femur proksimal Value df Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 9.629 a 2.008 Likelihood Ratio 10.251 2.006 Linear-by-Linear Association 9.447 1.002 N of Valid Cases 64 Tabel 4.5 Analisis chi-square perbedaan modified Singh index pada fraktur femur proksimal

9 Dengan metode analisis chi-square pola modified Singh index antara kasus fraktur collum femur dengan fraktur intertrochanter berbeda secara signifikan dengan nilai p: 0,008 (p<0,05) Bila variabel Singh index dilakukan nominasi dengan grade A memiliki nilai 3, grade B memiliki nilai 2 dan grade C memiliki nilai 1, maka dengan uji t- test didapatkan bahwa, kelompok fraktur collum femur memiliki nilai modified Singh index yang lebih baik yaitu 1,55 dibandingan dengan kelompok fraktur intertrochanter dengan nilai 1,28. Dengan uji t-test maka didapatkan hasil kedua kelompok berbeda secara signifikan dengan p: 0,000 (p<0,05). Modified Singh index T Df Sig. (2- tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Intertrochante r Collum femur 21.515 63.000 1.42188 1.2898 1.5539 Tabel 4.6 Analisa dengan t-test modified Singh index pada kelompok

10 4.5 Korelasi antara umur terhadap modified Singh index Umur Singh index Umur Pearson Correlation 1 -.131 Singh index Sig. (2-tailed).301 N 64 64 Pearson Correlation -.131 1 Sig. (2-tailed).301 N 64 64 Tabel 4.7 Korelasi antara umur terhadap modified Singh index Dengan menggunakan variabel umur maka didapatkan bahwa umur tidak berhubungan dengan modified Singh index pada kasus fraktur femur proksimal secara umur, karena nilai korelasi negatif (-0,131) dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,301. Pada penelitian sebelumnya oleh Shankar et al, menyimpulkan bahwa semakin bertambah umur maka grade Singh index akan mengalami degenerasi. Namun pada populasi penelitian ini umur pasien tidak berkorelasi dengan grade, dimana hal ini dimungkinkan karena selain umur, masih terdapat faktor lain yang menentukan derajat Singh index seseorang, seperti pola nutrisi, aktivitas, pekerjaan dan lain-lain yang menentukan densitas mineral tulang maksimal seseorang saat dalam usia muda. Densitas mineral tulang saat umur 18 30 tahun dideskripsikan sebagai massa tulang puncak (peak bone mass), dimana adalah densitas maksimal yang dicapai seseorang selama hidup. Hal ini terjadi pada regio tulang yang berbeda pada umur yang berbeda, dimana diperkirakan 18 tahun pada sendi panggul dan

11 35 tahun pada distal radius. Faktor yang mempengaruhi densitas diduga ditentukan secara herediter dan faktor lingkungan seperti nutrisi dan aktivitas sebagai mana hormon kelamin dan pertumbuhan 5. 4.6 Korelasi umur terhadap pola fraktur femur proksimal Kelompok Fraktur Kelompok fraktur Umur Pearson Correlation 1.277 * Sig. (2-tailed).027 N 64 64 Umur Pearson Correlation.277 * 1 Sig. (2-tailed).027 N 64 64 Tabel 4.8 Korelasi umur terhadap pola fraktur femur proksimal dengan analisis bivariat Hasil korelasi umur dengan pola fraktur femur proksimal menunjukkan korelasi positif yaitu nilai pearson korelasi 0,277 dan signifikan dengan p: 0,027 (p< 0.05). Dimana hal ini bermakna, semakin tua semakin terjadi kecenderungan fraktur collum femur. Namun variabel umur sendiri tidak berhubungan dengan grade dari modified Singh index. Penelitian oleh Challa (2013) menyimpulkan bahwa pasien yang lebih tua dengan borderline osteoporosis cenderung terjadi frakur intertrochanter 11.

12 4.7 Korelasi bivariat modified Singh index terhadap pola fraktur femur proksimal Kelompok fraktur Modified Singh index Kelompok fraktur Pearson Correlation 1.387 ** Sig. (2-tailed).002 N 64 64 Modified Singh Index Pearson Correlation.387 ** 1 Sig. (2-tailed).002 N 64 64 Tabel 4.9 Korelasi antara modified Singh index terhadap pola fraktur femur proksimal Hubungan antara modified Singh index terhadap kelompok pola fraktur, adalah positif dan signifikan. Positif karena nilai pearson 0,387 (positif) dan nilai signifikansi 0,002 (p<0,05). Hubungan yang terjadi adalah semakin baik derajat modified Singh index maka semakin memiliki kecenderungan terjadi fraktur collum femur, dan semakin jelek derajat modified Singh index semakin memiliki kecenderungan terjadi fraktur intertrochanter. Hal ini bermakna frakur intertrochanter cenderung terjadi pada femur proksimal yang mengalami osteoporosis berat. Sehingga gaya yang mengenai tulang, berakibat fraktur pada cancelous bone yang telah mengalami degenerasi berat. Fujii pada 1987, menyatakan bahwa angka fraktur collum femur meningkat pada pasien dengan osteoporosis sedang atau berat dan angka fraktur intertrochanter lebih tinggi pada pasien dengan osteoporosis borderline atau ringan. Teori mereka adalah fraktur intertrochanter berhubungan dengan derajat osteoporosis dan juga gaya mekanis, terutama tipe dan keparahan jatuh, dan

13 fraktur collum femur berhubungan dengan densitas yang berkurang secara signifikan pada regio collum femur, lebih dari gaya mekanis (gaya shear) 11. Namun penelitian oleh Lu et al, menggunakan multi-detector computed tomography (MDCT) untuk menilai degenerasi trabekula proksimal femur dalam hubungannya dengan hip fragility fracture, mengungkapkan korelasi yang bermakna antara degenerasi trabekula dengan kejadian fraktur intrakapsular atau ekstrakapsular. Kesimpulan dari penelitian mereka adalah fraktur collum femur berhubungan erat dengan degenerasi compressive trabecula dan tensile trabecula. Fraktur trochanter berhubungan dengan degenerasi trabekula greater trochanter grup sebagaimana pelebaran ward triangle disamping degenerasi compressive trabecula dan tensile trabecula, yang bermakna degenerasi yang lebih berat sehingga dengan MDCT dapat diprediksi pola fraktur yang akan terjadi 2. Osteoporosis tidak hanya meningkatkan resiko frakur namun juga memiliki masalah tersendiri pada fiksasi osteal pada penanganan fraktur Osteoporosis menyebabkan pengurangan kekuatan dari fracture callus. Bone failure lebih merupakan mode kegagalan pada internal fiksasi tulang osteoporotik dari pada implant failure, terlebih lagi kominusi dapat menjadi berat pada tulang osteoporotik 18. Kemungkinan adanya gangguan bone formation pada kondisi osteoporosis telah banyak diteliti. Evaluasi stem cell dari bone marrow yang telah mengalami osteoporosis menunjukkan ukuran dan morfologi yang masih sama, sebagai mana ekspresi dari antigen permukaan sel, bila dibandingkan dengan konrol. Namun sel kultur dari tulang osteoporosis memiliki laju perumbuhan yang rendah dan

14 menunjukkan defisiensi kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi jalur osteogeni, dibuktikan dengan penurunan aktifitas alkali fosfatase, sintesis kolagen tipe 1, dan deposisi kalsium fosfat. Lebih jauh lagi, osteoporosis yang berhubungan dengan defisiensi estrogen tampak menunjukkan supresi osteosit dan menurunkan kemampuan fisiologis osteoblas terhadap stimulasi mekanik dan deteksi kerusakan mikro 19.