II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STRATEGI BISNIS EKSPOR PEMBEKUAN IKAN (Studi Kasus: PD SAMBU di Komplek Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat)

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

IV. METODE PENELITIAN

VII. FORMULASI STRATEGI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, kegiatan perikanan tangkap khususnya perikanan tuna

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

III. KERANGKA PEMIKIRAN

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kapabilitas yang akan berujung pada kompetensi inti yang akan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB I PENDAHULUAN. ke konsumen semakin banyak dengan kualitasnya masing-masing. Keadaan ini

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang termasuk dalam kategori

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK

A. Kuesioner penentuan bobot faktor analisis persaingan industri

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang telah berjalan pada CV. BP Muara Nauli dan memberikan penjelasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

4. IDENTIFIKASI STRATEGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dunia usaha berkembang dengan pesat, hal ini dapat kita

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

Melihat kondisi harga udang beku yang sangat fluktuatif maka PT. OPK mencoba mendiversifikasikan produk yang dihasilkan serta pasar yang akan dituju.

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian suatu negara, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

RINGKASAN EKSEKUTIF AGUS RUSLI.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

BAB IV MANAJEMEN MUTU TERPADU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran produknya. Perusahaan akan memproduksi produk sesuai dengan pesanan pembeli (make to order) terkait kualitas, spesifikasi dan jenis produknya dan hanya memiliki pembeli tunggal. Pemasaran produk tidak difokuskan untuk pasar lokal, terkecuali ada penolakan produk yang telah diekspor maka perusahaan akan menjual ke restoran-restoran atau hotel-hotel di dalam negeri. Untuk ekspor ke negara Jepang dan Uni Eropa menerapkan regulasi terkait ambang batas maksimal untuk antibiotik dan residu sebesar 1 miligram per ton, yang menunjukkan semakin ketatnya pengawasan terhadap masalah kebersihan dan kesehatan. Irianto dan Soesilo (2007) menyatakan bahwa Ikan termasuk komoditas yang cepat rusak dan bahkan lebih cepat dibandingkan dengan daging hewan lainnya. Kecepatan pembusukan ikan dipengaruhi oleh teknik penangkapan dan pemanenan, kondisi biologis ikan, serta teknik penanganan diatas kapal. Oleh karena itu, diperlukan pengawetan ikan dengan cara pembekuan. Teknologi pembekuan telah dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai jenis produk yang dipasarkan dan disimpan dalam keadaan beku dengan bahan mentah seperti ikan atau udang. Produk ikan dapat dipasarkan beku dalam bentuk ikan utuh yang telah disiangi, loin, fillet, dan lain-lain yang pada umumnya dari ikan laut. Produk ikan beku dapat disimpan cukup lama, yaitu berbulan-bulan bahkan bisa lebih dari 1 tahun. Selama pembekuan, pertumbuhan mikroorganisme dalam ikan akan terhambat. Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi mutu produk akhir ikan beku adalah mutu bahan baku, penanganan sebelum pembekuan, metode dan kecepatan pembekuan, suhu penyimpanan dan fluktuasi suhu, waktu penyimpanan, kelembaban lingkungan penyimpanan, serta sifat bahan kemasan yang digunakan. Proses pembekuan harus dilakukan dengan cepat, yaitu penurunan suhu dari 0 o C menjadi 5 o C dalam waktu tidak lebih dari 2 jam, kemudian diteruskan dengan pembekuan dalam cold storage sehingga suhu mencapai 30 o C pada akhir pembekuan (Suryaningrum 2008). 10

Perusahaan yang bergerak dalam ekspor pembekuan sering menghadapi permasalahan seperti, jumlah produksi yang tergantung permintaan pembeli. Perusahaan harus mempertimbangkan efisiensi produksi mengenai jumlah tenaga produksi yang dibutuhkan, jumlah ketersediaan bahan baku dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pesanan dari pembeli, sehingga dengan penurunan produksi membuat perusahaan harus menekan biaya produksi (Rosyidi 2007). Pengolahan modern seperti pembekuan ikan menurut Heruwati (2002), menuntut pasokan bahan baku yang bermutu tinggi, jenis dan ukuran seragam serta tersedia dalam jumlah yang cukup banyak sesuai dengan kapasitas industri. Di Indonesia, persyaratan tersebut sulit dipenuhi karena beberapa hal. Pertama, corak perikanan bersifat perikanan rakyat, dengan 90 persen armada perahu kecil tanpa motor, pola produksinya tersebar diantara nelayan yang sangat banyak jumlahnya, sedangkan jumlah hasil tangkapan per nelayan hanya sedikit. Kedua, perikanan tropik mempunyai ciri khas berupa jenis dan ukuran ikan yang sangat beragam. Kedua hal ini menjadi kendala dalam memasok ikan dengan jenis dan ukuran yang seragam serta jumlah yang cukup. Permasalahan industri perikanan yang terlihat di Jawa Barat menurut penelitian Rahayu (2009), yaitu rendahnya mutu produk dan bahan baku serta lemahnya kemampuan teknologi. Oleh karena itu, diperlukan adanya desain untuk meningkatkan daya saing industri pengolahan. Peningkatan daya saing industri pengolahan ikan dapat dilakukan dengan perbaikan kinerja mutu pada rantai pasok, dan untuk mewujudkannya diperlukan bantuan dari beberapa pihak terkait seperti Dinas Perikanan Daerah, Dinas Perindustrian Daerah, DKP, Departemen Perindustrian, Pemerintah Pusat dan Daerah, Kementerian KUKM, lembaga bantuan permodalan, serta seluruh pelaku yang terlibat dalam rantai pasok industri pengolahan ikan laut tangkapan. Selain itu, hasil penelitian Park et al. (2008) diacu Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (2012) menemukan bahwa pelaksanaan liberalisasi ACFTA yang dilakukan diantara negara-negara ASEAN dan Cina akan menyebabkan penurunan surplus perdagangan negara ASEAN dibandingkan Cina. Negara ASEAN memiliki industri yang kurang kompetitif 11

dibandingkan Cina, sehingga diperlukan upaya perbaikan kinerja buruh, infrastruktur dan teknologi untuk meningkatkan daya saing produk ASEAN terhadap Cina. Oleh karena itu, diperlukan program untuk meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia. Pada PJPT II, pemerintah membuat kebijaksanaan yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi, yaitu mengeluarkan beberapa deregulasi yang salah satunya menggalakkan ekspor non-migas, hal ini menjadi faktor yang secara tidak langsung mendukung peningkatan daya saing industri perikanan (Ditjen Perikanan 1999 diacu Risnawati 2002). 2.2. Strategi Bisnis Ekspor Adanya beberapa penelitian terdahulu yang melakukan analisis mengenai strategi bisnis pada suatu perusahaan menandakan bahwa strategi dalam kegiatan usaha perlu dilakukan pengkajian untuk mengetahui maupun menentukan faktorfaktor lingkungan perusahaan. Dalam menganalisis strategi bisnis perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor, peneliti mempertimbangkan semua aspek yang terdapat dalam lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Proses analisis faktor internal dan eksternal perusahaan dapat dilakukan melalui analisis IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) (Sapanli 2007). Dalam mendapatkan informasi untuk mengidentifikasi faktor internal perusahaan dapat dilakukan melalui analisis pangsa pasar untuk membandingkan volume ekspor ikan tuna perusahaan terhadap volume ekspor ikan tuna Indonesia (Risnawati 2002). Selain itu, identifikasi lingkungan internal dapat juga menggunakan pendekatan rantai nilai dan untuk mengidentifikasi lingkungan eksternal dapat digunakan alat analisis dari Porter (Indriyasari 2011). Penetapan strategi bisnis sangat terkait dengan peluang dan ancaman yang berasal dari faktor eksternal maupun kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dari sisi internal perusahaan. Raimu (2000) menyatakan bahwa dalam menganalisis strategi bisnis pada tahap menentukan alternatif strategi bagi perusahaan melalui tahap pencocokan hasil IFE dan EFE dapat dilakukan dengan matriks SWOT. Setelah didapat beberapa alternatif strategi dari matriks SWOT selanjutnya dapat dibuat beberapa program kegiatan menggunakan arsitektur strategik (Indriyasari 2011). Rancangan 12

arsitektur strategik didapat melalui analisis terhadap sasaran dan tantangan yang dihadapi perusahaan serta akan menghasilkan rekomendasi bagi perusahaan berdasarkan penjabaran dari alternatif strategi yang dihasilkan matriks SWOT. Dalam menganalisis strategi bisnis, pertama kali yang harus dilakukan adalah menganalisis kekuatan dan kelemahan internal perusahaan serta menganalisis peluang dan ancaman yang dihadapi dari sisi eksternal perusahaan. Adapun kekuatan internal yang dapat dimiliki bagi perusahaan eksportir agar mampu bersaing dalam industri ekspor. Berdasarkan Raimu (2000) kekuatan yang dimiliki perusahaan eksportir, yaitu memiliki fasilitas produksi lengkap, produk bermutu tinggi, diversifikasi produk, memiliki cold storage sendiri dan teknologi yang mampu menghasilkan produk turunan, memiliki tenaga kerja yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing, memiliki hubungan baik dengan pemasok dan reputasi perusahaan yang baik selama meminjam kredit pada kreditur. Hal ini berbeda dengan yang diungkapkan oleh Sapanli (2007) yang menyatakan bahwa kekuatan perusahaan dapat berasal dari budaya disiplin yang tinggi, sistem distribusi penjualan produk yang baik, keunggulan kompetitif dalam bersaing, memiliki sertifikat HACCP dan lokasi yang strategis. Kepemilikan sertifikat internasional menjadi faktor kekuatan internal yang penting bagi perusahaan eksportir karena dengan sertifikat tersebut sudah pasti perusahaan akan menghasilkan produk sesuai standar yang diterapkan sehingga produk yang dihasilkan pasti berkualitas baik. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mendapatkan peluang yang ada dan mengurangi dampak dari kelemahan yang dimiliki maupun ancaman yang dihadapi. Kelemahan yang biasa terjadi di perusahaan ekspor pembekuan, diantaranya persediaan yang hanya tergantung pada pemasok yang tidak terikat kontrak, karyawan perusahaan yang kurang disiplin (seperti, saat melakukan kegiatan pemrosesan tidak menggunakan penutup mulut dan kepala), nilai dan volume ekspor perusahaan yang menurun tiap tahunnya mengakibatkan posisi perusahaan di pasar ekspor hanya sebagai penggarap relung pasar (Raimu 2000). Hal yang berbeda ditunjukkan oleh Indriyasari (2011). Dalam penelitiannya, kelemahan perusahaan lebih banyak berasal dari manajemen perusahaan. Adapun 13

kelemahan tersebut antara lain, pemilik tidak hanya fokus menjalankan satu usaha, segala keputusan kegiatan usaha masih bergantung pada pemilik, tidak adanya divisi pemasaran secara khusus, pemasaran dilakukan oleh pemilik, administrasi dan keuangan perusahaan belum rapi, modal usaha terbatas. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki agar tidak menjadi kendala dalam menjalankan usaha dan memanfaatkan peluang yang akan muncul. Peluang yang memiliki kemungkinan untuk muncul diantaranya dapat berasal dari kebijakan pemerintah yang mendukung dunia usaha, adanya fasilitas bea masuk bagi produk tersebut, kondisi perekonomian Indonesia yang semakin baik, adanya konsumen yang menyukai produk yang ditawarkan perusahaan, kondisi sosial masyarakat yang kondusif, kemajuan teknologi dibidang transportasi; informasi; dan industri, hambatan masuk bagi pendatang baru yang relatif tinggi, sumber bahan baku melimpah, jumlah pemasok banyak dan merebaknya penyakit pada hewan konsumsi non-perikanan (Rosyidi 2007). Peluang tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan penjualan produknya ataupun memperluas pangsa pasar perusahaan. Selain peluang, perusahaan juga menghadapi beberapa ancaman dalam menjalankan usahanya. Ancaman yang dihadapi oleh perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor terutama dari subsektor perikanan antara lain, semakin baiknya pengusahaan produk negara pesaing maupun perusahaan sejenis di Indonesia, adanya arus globalisasi ekonomi, dan pemberlakuan standar mutu yang ketat. Ancaman tersebut dapat menimbulkan pasar yang semakin kompetitif dalam persaingan mutu produk (Raimu 2000). Ancaman lain yang dapat dihadapi adalah adanya bahaya isu bioterorism internasional, birokrasi perijinan usaha dan perijinan ekspor yang rumit, pajak yang masih tinggi dan banyaknya pungutan liar, adanya hambatan perdagangan internasional, sering terjadinya bencana alam serta semakin rusaknya ekosistem lingkungan perairan (Sapanli 2007). Analisis terhadap ancaman ini diperlukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan dan mengurangi dampak ancaman tersebut dengan kekuatan yang dimiliki maupun memanfaatkan peluang yang ada. 14

Penelitian mengenai strategi bisnis terutama ekspor ini bertujuan untuk mendapatkan alternatif strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan diantara para pesaingnya. Setelah mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan internal serta faktor peluang dan ancaman eksternal maka akan didapat beberapa alternatif strategi. Dalam Risnawati (2002) menunjukkan bahwa strategi kebijaksanaan bisnis yang dapat diterapkan oleh perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor ikan beku adalah memperluas segmen pasar tidak hanya tergantung pada satu pembeli, mencari dan mengembangkan pasar baru, membentuk divisi pemasaran dan merekrut tenaga ahli pemasaran. Sedangkan langkah operasional yang dapat dilakukan adalah memperbaiki teknik penetapan target penjualan dengan memperhatikan perubahan situasi eksternal yang terjadi, menetapkan tujuan tahunan dan mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan untuk melakukan ekspansi pasar, melakukan riset pasar secara mendalam di daerah pemasaran saat ini dan daerah potensial pemasaran dan membudayakan penggunaan sistem informasi komputer (Etriya 2001). Alternatif-alternatif strategi bisnis ekspor tersebut dapat digunakan perusahaan sebagai rencana untuk membangun dan memperkuat posisi bersaing produk perusahaan eksportir (Rosyidi 2007). Selain itu, berguna untuk semakin meningkatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang dimiliki agar mampu meraih peluang yang ada dan menghadapi ancaman yang mungkin muncul dari sisi eksternal perusahaan. Untuk lebih mempermudah dalam membaca dan memahami alternatif strategi yang telah dibuat dapat dilakukan dengan menggambarkannya ke dalam arsitektur strategik (Indriyasari 2011). 15