Tabel 19. Selisih Serapan dan Emisi Karbon Dioksida. (ton) ,19 52,56 64,59 85,95 101, , , ,53

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

Tabel 14. Emisi Karbon Dioksida yang Dihasilkan dari Penggunaan Listrik

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

KONDISI SOSIAL EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

K O T A P E K A N B A R U

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

JURNAL. Diajukan oleh : DIYANA NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBANGUNAN HUTAN KOTA DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN PROVINSI BANTEN

6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian:

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

KEGIATAN 1 TEKANAN PENDUDUK DAN KONVERSI LAHAN DI KOTA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II NOMOR : 34 TAHUN 1996

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Geografis dan Demografis Kota Pekanbaru

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permasalahan utama pada kawasan perkotaan umumnya adalah konversi lahan,

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

Pertemuan I ARSITEKTUR LANSEKAP (TR 438)

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut Ditjen. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. KondisiGeografisdanDemografis Kota Pekanbaru. Bujur Timur dan Lintang Utara.

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB V SUMBER DAYA ALAM

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas mengenai kasus

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kondisi Eksisting Lokasi Budidaya Tanaman Hias Kelurahan Srengseng

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota dan Hutan Kota ( Permasalahan Lingkungan Kota

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Transkripsi:

70 Tabel 19. Selisih Serapan dan Emisi Karbon Dioksida Pekanbaru Kota Senapelan Limapuluh Sukajadi Sail Rumbai Bukit Raya Tampan Emisi CO 2 (ton) 176.706,19 52,56 64,59 85,95 101,42 24.048,65 32.864,12 23.185,53 Serapan CO 2 Oleh Vegetasi (ton) 18,47 166,27 2.588,14 99,06 1.516,90 506.266,23 975.829,10 164.808,67 Selisih Emisi dan Serapan CO 2 (ton) -176.687,71 * 113,71 2.523,55 13,11 1.415,48 482.217,58 942.964,98 141.623,14 Total 257.109,01 1.651.292,85 1.394.183,84 Sumber: Hasil Analisis * Perkiraan Jumlah Yang Tidak Terserap Secara keseluruhan daerah yang bervegetasi berdasarkan hasil klasifikasi citra tahun 2004 di Kota Pekanbaru dengan luas 31,750.339 hektar diperkirakan mampu menyerap emisi karbon dioksida dari konsumsi energi dengan perkiraan serapan keseluruhan vegetasi sekitar 1,651,292.85 ton (perhitungan disajikan pada Lampiran 6). Emisi karbon dioksida yang dihasilkan sebesar 257.109,01 ton. Nilai selisih karbon dioksida yang diperoleh adalah sekitar 1.394.183,84 ton karbon dioksida. Masing-masing kecamatan mempunyai nilai kemampuan vegetasi yang berbeda-beda untuk menyerap emisi karbon dioksida. Secara berurutan nilai selisih emisi karbon dioksida dan serapan karbon dioksida dari yang terbesar adalah Bukit Raya mempunyai nilai selisih sebesar 942.964,98 ton, Rumbai 482.217,58 ton, Tampan 141.623,14 ton, Limapuluh 2.523,55 ton, Sail 1.415,48 ton, Senapelan 113,71 ton, dan Sukajadi 13,11 ton. Sementara Pekanbaru Kota mempunyai nilai emisi karbon dioksida yang paling tinggi yaitu 176.706,19 ton. Perkiraan vegetasi yang ada hanya mampu menyerap 18,47 ton karbon dioksida. 5.5 Analisis Kebutuhan Luas Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau merupakan salah satu bentuk dari ruang terbuka kota dan merupakan salah satu komponen penjaga keseimbangan ekosistem kota.

71 Keseimbangan ekologi di wilayah perkotaan sangat diperlukan karena pembangunan fisik kota terus meningkat. Penetapan luasan yang harus disediakan untuk menciptakan ruang terbuka hijau di suatu wilayah dapat diterapkan dalam suatu standar sebagai berikut: 5.5.1 Kebutuhan Luas RTH Berdasarkan Inmendagri No. 14 Tahun 1988 Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan menetapkan bahwa minimal 40 persen dari luas wilayah harus terbuka dan hijau. Berdasarkan standar yang ditetapkan maka wilayah Kota Pekanbaru yang harus dijadikan kawasan hijau minimal dengan luas 25.290 hektar. Kebutuhan ruang terbuka hijau dengan standar Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 untuk masingmasing kecamatan disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Kebutuhan RTH Berdasarkan Inmendagri No. 14 Tahun 1988 Luas (ha) Standar Luas RTH Kebutuhan RTH (ha) Pekanbaru Kota 226 40 % 90 Senapelan 665 40 % 266 Limapuluh 404 40 % 162 Sukajadi 510 40 % 204 Sail 326 40 % 130 Rumbai 20.303 40 % 8.121 Bukit Raya 29.908 40 % 11.963 Tampan 10.884 40 % 4.354 Total 63.226 25.290 Sumber: Data Sekunder dan Hasil Analisis Kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Pekanbaru dengan sebaran pada masing-masing kecamatan berjumlah minimal 25.290 hektar. Kesesuaian kebutuhan ruang terbuka hijau pada tahun 2004 diketahui berdasarkan existing condition kawasan hijau yang diperoleh dari analisis penutupan lahan. Luas existing condition kawasan hijau dan selisih antara kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 14 tahun 1988 disajikan pada Tabel 21. Sesuai dengan tujuannya bahwa standar luas digunakan adalah untuk tujuan : (1) meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar,

72 bersih dan sebagai sarana pengamanan lingkungan dan (2) menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Tabel 21. Selisih Kebutuhan RTH Berdasarkan Inmendagri No.14/88 dengan Existing Condition Kawasan Hijau Tahun 2004 Existing RTH (ha) Kebutuhan RTH Berdasarkan Inmendagri No.14/88 (ha) Selisih (ha) Pekanbaru Kota 0,353 90 89,647 * Senapelan 3,173 266 262,827 * Limapuluh 50,246 162 111,754 * Sukajadi 1,851 204 202,149 * Sail 28,649 130 101,351 * Rumbai 9.596,980 8.121 1.475,980 Bukit Raya 18.929,067 11.963 6.966,067 Tampan 3.140,020 4.354 1.213,980 * Total 31.750,339 25.290 6.460,339 Sumber: Hasil Analisis, * Jumlah Kekurangan Luas RTH Berdasarkan standar Inmendagri No.14/88 ruang terbuka hijau di Rumbai dan Bukit Raya masih memenuhi syarat minimal 40 persen dari luas areal. Enam kecamatan lainnya tidak memenuhi syarat dengan jumlah kekurangan ruang terbuka hijau masing-masing disajikan pada Tabel 22. Ruang terbuka hijau di Pekanbaru Kota berjumlah 0,39 persen dari standar luas yang ditentukan. Terdapat kekurangan sekitar 89,647 hektar atau 99,61 persen dari standar yang ditentukan. Senapelan 1,19 persen, Limapuluh 31,02 persen, Sukajadi 0,91, Sail 22,04 persen, dan Tampan 72,12 persen dari standar yang ditentukan. Ada kecenderungan bahwa kekurangan ruang terbuka hijau lebih besar berada pada kecamatan di Pusat Kota Pekanbaru. Pengembangan kegiatan perkotaan masih diarahkan pada lima kecamatan di pusat kota. Luas daerah yang relatif kecil serta aktifitas masyarakat dan kawasan pemukiman berada pada kecamatan di pusat Kota, sehingga sulit untuk mendapatkan areal yang akan dijadikan ruang terbuka dan hijau.

73 5.5.2 Kebutuhan Luas RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Kebutuhan luas ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk yaitu 40 meter persegi untuk setiap jiwa. Sebaran penduduk belum merata untuk tiap kecamatan. Jumlah penduduk yang berada di kecamatan pada pusat kota mempunyai kecenderungan lebih tinggi dengan kepadatan 135 jiwa/hektar pada Pekanbaru Kota, Senapelan 55 jiwa/hektar, Limapuluh 102 jiwa/hektar, Sukajadi 121 jiwa/hektar, Sail 66 jiwa/hektar, Rumbai 5 jiwa/hektar, Bukit Raya 7 jiwa/hektar, dan Tampan 14 jiwa/hektar. Kebutuhan ruang terbuka hijau untuk masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Jumlah Standar Luas Kebutuhan Kebutuhan Penduduk RTH RTH (m 2 ) RTH (ha) Pekanbaru Kota 30.568 40 m 2 /jiwa 1.222.720 122 Senapelan 36.485 40 m 2 /jiwa 1.459.400 146 Limapuluh 41.154 40 m 2 /jiwa 1.646.160 165 Sukajadi 61.586 40 m 2 /jiwa 2.463.440 246 Sail 21.564 40 m 2 /jiwa 862.560 86 Rumbai 99.713 40 m 2 /jiwa 3.988.520 399 Bukit Raya 210.422 40 m 2 /jiwa 8.416.880 842 Tampan 152.428 40 m 2 /jiwa 6.097.120 610 Total 653.920 26.156.800 2.616 Sumber: Data Sekunder dan Hasil Analisis Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk yang paling besar terdapat di Bukit Raya. Bukit Raya terdapat 210.422 jumlah penduduk, sehingga memerlukan minimal 610 hektar ruang terbuka hijau. Kebutuhan ruang terbuka hijau di Bukit Raya mempunyai persentase luas sekitar 32,19 persen dari seluruh penduduk di Kota Pekanbaru. Kesesuaian ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk dengan existing condition ruang terbuka hijau disajikan pada Tabel 23. Berdasarkan existing condition ruang terbuka hijau, terdapat lima kecamatan yang tidak sesuai dengan standar kebutuhan ditinjau dari jumlah penduduk. Sukajadi merupakan daerah yang paling besar membutuhkan ruang terbuka hijau, yaitu sekitar 244,5 hektar. Tiga kecamatan yang sesuai dengan standar yaitu Rumbai, Bukit Raya, dan Tampan.

74 Tiga kecamatan ini mempunyai jumlah penduduk lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berada pada kecamatan di pusat Kota Pekanbaru. Kebutuhan ruang terbuka hijau pada tiga kecamatan tersebut masih tercukupi. dengan areal yang lebih luas serta keberadaan ruang terbuka hijau relatif masih lebih besar luasannya, sehingga kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk masih terpenuhi. Tabel 23. Kesesuaian Existing Condition RTH terhadap Standar Luas RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Luas RTH (ha) Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk (ha) Selisih (ha) Pekanbaru Kota 0,353 122-121,919* Senapelan 3,173 146-142,767* Limapuluh 50,246 165-114,370* Sukajadi 1,851 246-244,493* Sail 28,649 86-57,607* Rumbai 9.596,980 399 9.198,128 Bukit Raya 18.929,067 842 18.087,379 Tampan 3.140,020 610 2.530,308 Total 31.750,339 2.616 29.134,659 Sumber: Hasil Analisis, * Jumlah kekurangan luas RTH 5.5.3 Kebutuhan Luas RTH Berdasarkan Sebaran Emisi Karbon Dioksida Kebutuhan luas ruang terbuka hijau yang dibutuhkan untuk menyerap emisi karbon dioksida disajikan pada Tabel 24. Jumlah emisi karbon dioksida yang telah dihitung, serapannya diasumsikan dengan nilai serapan karbon dioksida oleh ruang terbuka hijau dengan vegetasi pohon yaitu sekitar 58,2576 ton per tahun per hektar. Berdasarkan jumlah dan sebaran emisi karbon dioksida pada masingmasing kecamatan, secara total Kota Pekanbaru membutuhkan sekitar 4.413 hektar lahan berpohon. Pekanbaru Kota paling besar membutuhkan ruang terbuka hijau. Jumlah karbon dioksida sekitar 176.706 ton pada tahun 2004 maka memerlukan ruang terbuka hijau (areal berpohon) sekitar 3.033 hektar. Ruang terbuka hijau yang diperlukan di Pekanbaru Kota untuk

75 menyerap emisi karbon dioksida sekitar 68,73 persen dari seluruh kebutuhan Kota Pekanbaru. Tabel 24. Kebutuhan RTH Berdasarkan Emisi Karbon Dioksida Jumlah Emisi CO 2 Serapan CO 2 / Kebutuhan RTH Tahun 2004 (ton) Tahun/ha (Pohon) (ha) Pekanbaru Kota 176.706 58,2576 3.033 Senapelan 53 58,2576 1 Limapuluh 65 58,2576 1 Sukajadi 86 58,2576 1 Sail 101 58,2576 2 Rumbai 24.049 58,2576 413 Bukit Raya 32.864 58,2576 564 Tampan 23.186 58,2576 398 Total 257.109 4.413 Sumber: Data Sekunder dan Hasil Analisis Berdasarkan existing condition ruang terbuka hijau Kota Pekanbaru tahun 2004, hanya Pekanbaru Kota yang tidak sesuai antara jumlah emisi karbon dioksida dan ruang terbuka hijau yang ada. Tujuh kecamatan lainnya dengan ruang terbuka hijau yang ada masih memenuhi syarat. Kesesuaian ruang terbuka hijau berdasarkan emisi karbon dioksida dengan existing condition ruang terbuka hijau disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Kesesuaian Existing Condition RTH terhadap Emisi Karbon Dioksida Luas RTH Kebutuhan RTH Berdasarkan Emisi CO 2 Selisih Pekanbaru Kota 0,353 3.033-3.032,647* Senapelan 3,173 1 2,173 Limapuluh 50,246 1 49,246 Sukajadi 1,851 1 0,851 Sail 28,649 2 26,649 Rumbai 9.596,980 413 9.183,980 Bukit Raya 18.929,067 564 18.365,067 Tampan 3.140,020 398 2.742,020 Total 31.750,339 4.413 27.337,339 Sumber: Hasil Analisis, * Jumlah kekurangan luas RTH Secara total ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru masih mencukupi untuk menyerap karbon dioksida. Hanya Pekanbaru Kota yang masih kekurangan ruang terbuka hijau yaitu sekitar 3.032, 647 hektar dari karbon dioksida yang dihasilkan. Untuk Rumbai, Bukit Raya, dan Tampan,

76 karbon dioksida yang dihasilkan mampu diserap karena didukung dengan vegetasi yang cukup. Sementara untuk Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, dan Sail, jumlah ruang terbuka hijau relatif sangat sedikit. Meskipun keberadaan ruang terbuka hijau relatif sangat sedikit, diperkirakan masih cukup untuk menyerap karbon dioksida yang dihasilkan. Kecukupan tersebut disebabkan oleh rendahnya nilai karbon dioksida yang dihasilkan. 5.5.4 Ketercukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Existing Condition Ruang Terbuka Hijau Klasifikasi penutupan lahan untuk areal bervegetasi menghasilkan luas sekitar 31.750,34 hektar. Sebaran luas untuk setiap kecamatan disajikan pada Tabel 26. Berdasarkan sebaran dan luas, maka dapat diketahui ketercukupan ruang terbuka hijau sesuai dengan kategori yang ditetapkan. Tabel 26. Ketercukupan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Existing Condition Ruang Terbuka Hijau Luas RTH (ha) Luas Wilayah Kebutuhan RTH (ha) Berdasarkan Jumlah Penduduk Emisi CO 2 Ketercukupan RTH (ha) Berdasarkan Luas Jumlah Emisi Wilayah Penduduk CO 2 Pekanbaru Kota 0,353 90 122 3.033-89,65-121,92-3.032,65 Senapelan 3,173 266 146 1-262,83-142,77 2,17 Limapuluh 50,246 162 165 1-111,75-114,37 49,25 Sukajadi 1,851 204 246 1-202,15-244,49 0,85 Sail 28,649 130 86 2-101,35-57,61 26,65 Rumbai 9.596,980 8.121 399 413 1.475,98 9.198,13 9.183,98 Bukit Raya 18.929,070 11.963 842 564 6.966,07 18.087,38 18.365,07 Tampan 3.140,020 4.354 610 398-1.213,98 2.530,31 2.742,02 Total 31.750,340 25.290 2.616 4.413 6.460,34 29.134,66 27.337,34 Sumber: Hasil Analisis Kebutuhan ruang terbuka hijau secara makro untuk Kota Pekanbaru, luas areal bervegetasi masih mencukupi berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, dan emisi karbon dioksida. Luas areal bervegetasi sekitar 31.750,34 hektar. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, dan emisi karbon dioksida masing-masing adalah 25.290 hektar, 2.616 hektar, dan 4.413 hektar. Kebutuhan ruang terbuka hijau secara mikro untuk skala kecamatan, luas areal bervegetasi belum mencukupi.

77 Berdasarkan luas wilayah, Pekanbaru Kota, Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, Sail, dan Tampan masing-masing kekurangan vegetasi dengan luas 89,65 hektar, 262,83 hektar, 111,75 hektar, 202,15 hektar, 101,35 hektar, dan 1.213,98 hektar. Berdasarkan jumlah penduduk, kebutuhan ruang terbuka hijau untuk skala kota masih mencukupi. Kebutuhan untuk skala mikro atau kecamatan, masih terdapat kekurangan vegetasi yaitu Pekanbaru Kota, Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, Sail masing-masing 121,92 hektar, 142,77 hektar, 114,77 hektar, 244,49 hektar, dan 57,61 hektar. Berdasarkan jumlah emisi karbon dioksida untuk skala kota, ruang terbuka hijau masih mencukupi. Kebutuhan ruang terbuka hijau untuk skala mikro, Pekanbaru Kota kekurangan vegetasi dengan luas sekitar 3.032,65 hektar. 5.6 Analisis Kesesuaian Rencana Umum Tata Ruang Kota untuk Kawasan Hijau terhadap Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Penggunaan lahan untuk masing-masing peruntukan tersebar dan berada pada beberapa kecamatan. Rencana penggunaan lahan mempunyai kawasan terbesar untuk lahan pemukiman. Luas penggunaan lahan untuk masing-masing kawasan pada tahun 2004 di Kota Pekanbaru disajikan pada Tabel 27. Sebaran penggunaan lahan untuk masing-masing kawasan tahun 2004 di Kota Pekanbaru disajikan pada Gambar 24. Rencana penggunaan lahan Kota Pekanbaru untuk tahun 2004 sebagian besar didominasi oleh kawasan perumahan yaitu dengan luas 35.531,23 hektar atau sekitar 56,20 persen dari total luas wilayah Kota Pekanbaru. Rencana penggunaan lahan untuk areal ruang terbuka hijau terdiri dari penggunaan untuk kawasan hutan/hutan lindung dan kawasan pertanian. Kawasan terbuka hijau mempunyai luas sekitar 12.790,73 hektar atau 20,23 persen. Rencana kawasan terbuka hijau ini hanya tersebar pada tiga kecamatan yaitu Bukit Raya dengan luas 9.756,44 hektar, Rumbai dengan luas 2.815,53 hektar, dan Tampan dengan luas 218,76 hektar. yang tidak terdapat adanya rencana penggunaan untuk kawasan terbuka hijau adalah Pekanbaru Kota, Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, dan Sail. Sebaran dan luas penggunaan lahan lainnya masing-masing

78 yaitu kawasan perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan campuran, kawasan industri, kawasan sempadan sungai, kawasan olahraga dan rekreasi, kawasan limitasi, kawasan Caltex, dan kawasan bandara. Tabel 27. Rencana Penggunaan Lahan Kota Pekanbaru Tahun 2004 Kawasan Peruntukan Lahan Bukit Raya Lima Puluh Lokasi (kecamatan) dan Luas P.Baru Rumbai Sail Sn.pelan Sk.jadi Tampan Bandara 726,53 - - - - - - 311,93 1.038,46 Caltex - - - 1.192,09 - - - - 1.192,09 Campuran 605,67 15,19 17,72 475,66 42,43 120,20 12,26 1.087,38 2.376,50 Hutan/Hutan Lindung 6.811,85 - - 2.815,53 - - - 218,76 9.846,14 Industri 2.336,08 - - 6,73 - - - 345,88 2.688,68 Limitasi 1.294,81 - - 1.554,53 - - - 479,06 3.328,41 Olah Raga/Rekreasi 181,63 - - 696,15 - - - 1.229,41 2.107,19 Perdagangan & Jasa 291,01 23,73 31,89 135,33 0,24 54,52 203,22 739,95 Pertanian 2.944,59 - - - - - - - 2.944,59 Perumahan Kepadatan Sedang 13.834,99 - - 11.784,70 - - 16,23 6.415,40 32.051,32 Perumahan Kepadatan Tinggi 456,30 365,08 176,39 634,06 283,32 544,80 427,00 592,95 3.479,91 Sempadan Sungai 424,54 - - 1.008,23 - - - - 1.432,76 Total 63.226,00 Sumber: Bappeda Kota Pekanbaru Tahun 2002 5.6.1 Kesesuaian RUTRK Kawasan Hijau Terhadap Kebutuhan RTH Berdasarkan Inmendagri No. 14 Tahun 1988 Total Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 menetapkan bahwa minimal 40 persen dari luas wilayah harus terbuka dan hijau. Berdasarkan standar yang ditetapkan maka wilayah Kota Pekanbaru yang harus dijadikan kawasan hijau minimal sebesar 25.290 hektar. Kesesuaian antara Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) untuk kawasan hijau dengan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan standar Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 untuk masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 28. Ruang terbuka hijau yang dibutuhkan berdasarkan standar Inmendagri adalah dengan luas sekitar 25.290 hektar. Kawasan hijau berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) untuk kawasan hijau adalah sekitar 12.790,733 hektar. Berdasarkan standar yang ditetapkan dalam Inmendagri No. 14 Tahun 1988, Kota Pekanbaru memliki kekurangan ruang terbuka hijau sekitar 12.499,267 hektar. Jumlah kekurangan ruang terbuka hijau bervariasi untuk masing-masing kecamatan, nilainya disajikan pada Tabel 28.

760500 767000 Ke Medan / Dumai 773500 780000 786500 RENCANA PENGGUNAAN LAHAN KOTA PEKANBARU TAHUN 2004 KAB. SIAK N W E 71500 71500 S Kec. Rumbai KAB. KAMPAR Kec. Kec. Kec. Bukit Raya Limapuluh 58500 Senapelan 58500 Kec. Pekanbaru Kota Kec. Tampan KOTA PEKANBARU Kec. Sukajadi Kec. Sail KAB. SIAK 65000 65000 Legenda Batas Kabupaten Batas Sungai Kawasan Hutan / Hutan Lindung Kawasan Perumahan Kepadatan Tinggi Kawasan Perumahan Kepadatan Sedang Kawasan Pertanian Kawasan Perdagangan / Jasa Kawasan Campuran Kawasan Industri Kawasan Sempadan Sungai Kawasan Olahraga / Rekreasi Kawasan Limitasi Kawasan Caltex Kawasan Bandara Sumber : RUTRK KOTA PEKAN BARU 1993/1994-2003/2004 52000 52000 760500 767000 773500 KAB. PELALAWAN 780000 786500 Gambar 24. Rencana Penggunaan Lahan Kota Pekanbaru Tahun 2004 ( RUTRK Pekanbaru, 2001)