BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4,

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

RSU Muhammadiyah Ponorogo LAPORAN LABA/(RUGI) KOMERSIAL. Per 31 Desember 2014

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB III PEMBAHASAN. A. Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. metode pembebanan PPh Pasal 21 pada perusahaan (net), metode pembebanan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pajak (tax planning) merupakan proses pengorganisasian yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA FISKAL PERUSAHAAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

Abstrak ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA. Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Diasumsikan perusahaan melakukan pembayaran denda kurang bayar pada Januari 2016 dan harus membayar Rp

UNIVERSITAS INDONESIA PT ELEKTRINDO MAKALAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian, pembahasan dan evaluasi yang telah dilakukan penulis

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

ABSTRAK. Kata Kunci: Perencanaan Pajak (Tax Planning), Penghematan PPh Terutang. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS UP

ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN PASAL 21 PADA PT. PRAMBANAN METALINDO. Oleh: Mutammam

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi salah satunya adalah laporan laba rugi yang memuat penghasilan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama perusahaan profit eriented adalah. meningkat untuk setiap periode, dimana hal ini dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. bidang Jasa Manajemen untuk perusahaan minyak dan gas bumi, yang

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang (long term return) kepada para pemegang saham yang telah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penulis dapat memberikan suatu kesimpulan, adalah sebagai berikut:

Berdasarkan data penghasilan karyawan selama setahun pada tabel 4.1 dan tabel

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

Transkripsi:

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahaasan Masalah 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan. Bagi negara semakin besar jumlah pajak yang diterima akan semakin baik keuangan negara. Namun bagi wajib pajak, pembayaran pajak merupakan beban. Karenanya semakin kecil jumlah pajak yang dibayar akan semakin menguntungkan. Maka ada kecenderungan setiap wajib pajak untuk beusaha meminimalkan jumlah pajak yang dibayar. Dalam rangka meminimalkan jumlah beban pajak yang harus dibayar Perusahaan X lebih memilih menggunakan natura. Hal tersebut dikarenakan kebijakan-kebijakan terkait ketentuan perpajakan pemerintah tentang natura dan atau kenikmatan memiliki celah-celah untuk dilakukannya tax planning. Dengan pertimbangan dan kondisi tertentu, pihak pemberi kerja lebih cenderung memilih pemberian penghasilan kepada karyawannya natura dan kenikmatan dalam bentuk tunjangan. Pertimbangan utamanya adalah berkaitan dengan pengakuan biaya secara aturan pajak. Pemberian natura dan kenikmatan dalam bentuk tunjangan kepada para karyawan dapat diakui sebagai pengurang penghasilan bruto untuk menghitung pajak penghasilan. 46

47 Sedangkan jika diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang bersifat umum maka pengeluaran tersebut tidak diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan bruto. Beberapa contoh pemberian penghasilan kepada karyawan dalam bentuk tunjangan atau natura dari sisi biaya dan penghasilan dapat dilihat pada tabel 3.2. Natura dan Kenikmatan dalam Bentuk Tunjangan Tabel 3.1 Jenis Bagi Pemberi Bagi Keterangan penghasilan Kerja Pegawai Sumbangan Non Deductible Ekpense Non Taxable Tidak Dipotong PPh Pasal 21 Tunjangan Beras Deductible Ekpense Taxable Dipotong PPh pasal 21 Tunjangan kesejahteraan Deductible Ekpense Taxable Dipotong PPh pasal 21 Tunjangan PPh 21 Deductible Ekpense Taxable Dipotong PPh pasal 21 Pengobatan Non Deductible Non Tidak Dipotong PPh Cuma-Cuma Tunjangan Kesehatan Ekpense Deductible Ekpense Taxable Taxable Pasal 21 Dipotong PPh pasal 21 Berdasarkan tabel 3.1 Natura yang diberikan dalam bentuk tunjangan jika berpatokan pada pasal 1 nomor 15 dan 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi adalah bahwa segala macam tunjangan merupakan penghasilan yang diberikan oleh pemberi kerja kepada pegawai tetap yang bersifat teratur maupun tidak teratur. Jika pemberi kerja memberikan penghasilan berupa tunjangan kepada penerima penghasilan yang merupakan bukan pegawai maka itu tidak

48 dapat dibenarkan. Misalnya, pemberian hadiah berupa uang kepada pegawai tetap yang menikah dapat diberi nama tunjangan misalnya tunjangan kesejahteraan maka sifatnya deductible expense. Jika pemberi kerja memberikan hadiah perkawinan kepada selain pegawai tetap kemudian diberi nama tunjangan maka pemberian tunjangan tersebut merupakan biaya yang tidak diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan bruto atau biaya yang non deductible expense karena sifatnya merupakan sumbangan. Pemilihan pemberian natura dan kenikmatan kepada karyawan tidak sekedar mengoptimalkan beban pajak saja melainkan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Dengan memberikan natura kepada perusahaan baik berupa uang maupun barang atau dalam bentuk tunjangan dapat memberikan rasa semangat dan motivasi bekerja yang tinggi bagi para karyawan perusahaan X. 2. PPh 21 atas Pemberian Natura dan Kenikmatan yang Dilakukan Perusahaan X Sebelum Melakukan Tax Planning. Peraturan pelaksanaan atas ketentuan ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009 tentang penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja.

49 Berikut ini adalah informasi pemberian natura dan kenikmatan yang dimiliki perusahaan yang terkait dengan laporan keuangan sebelum melakukan tax planning: 1) Perusahaan memberikan tunjangan makan dengan cara menyediakan makanan dan minuman bagi seluruh karyawan secara bersama-sama di tempat kerja. 2) Perusahaan memberikana tunjangan kesehatan yang dibayar bersama gaji bulanan, perusahaan juga memberikan biaya pengobatan dan rumah sakit kepada karyawan dan atau keluarga karyawan yang menderita sakit ringan biasa atau melakukan rawat inap dirumah sakit yang besarnya disesuaikan perusahaan Karyawan hanya dapat mengajukan klaim atas biaya pengobatan, apabila minimal telah mempunyai masa kerja 3 bulan dihitung dari tanggal masuk kerja. 3) Biaya Perjalanan Dinas dan Pendidikan dalam bentuk pengikutsertaan karyawan pada pelatihan-pelatihan dan seminarseminar. 4) Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan kepada karyawan dalam setahun sekali. Jumlah yang diberikan biasanya 50% dari gaji pokoknya. 5) Biaya Tamu dan Hiburan, Biaya tamu dan hiburan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjamu tamu yang datang dan hiburan.

50 3. Pajak penghasilan Badan yang Dibayarkan Sebelum Penerapan Perencanaan Pajak atau Tax planning Keterangan Rekonsiliasi Fiskal Untuk Periode 31 Desember 2015 Tabel 3.3 (dalam Ribuan Rupiah) Laporan Koreksi Koreksi Laporan L/R Fiskal komersial Positif Negatif Penjualan Bruto 18.074.000 18.074.000 Potongan penjualan 875.000 875.000 Penjualan Neto 17.199.000 17.199.000 Harga Pokok Penjualan: Persediaan Awal 12.050.000 12.050.000 Pembelian 5.875.000 5.875.000 Biaya Angkut 4.210.600 4.210.600 Pembelian Pembelian Neto 10.085.600 10.085.600 Barang sedia dijual 22.135.600 22.135.600 Persediaan Akhir 12.075.000 12.075.000 10.060.600 10.060.600 Laba Kotor 7.138.400 7.138.400 Biaya-Biaya yang dikeluarkan Perusahaan: Biaya Gaji 1.630.000 1.630.000 Biaya Iklan 87.500 87.500 Biaya lain-lain 78.500 78.500 Biaya Gaji 1.630.000 1.630.000 Biaya Iklan 87.500 87.500 Biaya listrik, air, 78.500 78.500 telp Biaya 54.300 54.300 Perlengkapan Biaya ATK 55.000 55.000 Biaya Sewa 142.500 142.500 Biaya Makan dan 56.000 56.000 Minum Biaya Pengobatan 825.670 825.670 - Biaya Perjalanan Dinas & Pendidikan 942.500 942.500 - THR 815.000 815.000 - Biaya Tamu dan 738.000 738.000 - Hiburan Total Biaya 5.424.970 2.103.800 Laba (Rugi ) Bersih 1.713.430 5.034.600 Sebelum Pajak Pajak 1.091.517 Laba (Rugi) Bersih Setelah Pajak 3.943.082

51 Sesuaikan dengan tarif pasal 17 Undang-Undang PPh, maka tarif perhitungan PPh Badan adalah tarif tunggal sebesar 25% dari Penghasilan Kena Pajak pada tahun 2015. Dan dikarenakan jumah peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000 maka Perusahaan X mendapatkan fasiitas pengurangan. PKP mendapatkan fasilitas; Rp 4.800.000.000 : Rp 18.074.000.000 X Rp5.034.600.000 = Rp1.337.063.185 PKP tidak mendapatkan fasilitas; Rp5.090.600.000- Rp1.337.063.185=Rp 3.697.536.815 PPh terhutang mendapatkan fasilitas; 50% X 25% X Rp1.337.063.185= Rp 187.132.898 PPh terhutang tidak mendapatkan fasilitas; 25% X Rp 3.697.536.815= Rp 924.384.204 Total PPh terhutang Rp 187.132.898+ Rp 924.384.204= Rp 1.091.517.102 Jadi Pajak Penghasilan yang harus dibayarkan oleh Perusahaan X sebelum menerapkan tax planning / Perencanaan pajak sebesar Rp1.091.517.102

52 4. Strategi PPh 21 atas Pemberian Natura dan Kenikmatan yang Dilakukan Perusahaan X dalam Mengoptimalkan Beban Pajak. Berikut ini adalah strategi tax planning terhadap informasi pemberian natura dan kenikmatan yang dimiliki perusahaan yang terkait dengan laporan keuangan setelah dilakukan tax planning: 1) Perusahaan memberikan tunjangan makan dengan cara menyediakan makanan dan minuman bagi seluruh karyawan secara bersama-sama di tempat kerja, karena hal ini diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto dan merupakan pengecualian pemberian dalam bentuk natura atau kenikmatan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.466/KMK.04/2000 dan Keputusan Direktur Jendral Pajak no. Kep-213/PJ/2001 Pasal 1 huruf a yang menyatakan bahwa penyediaan makanan dan minuman yang diberikan pemberi kerja bagi seluruh karyawan secara bersama-sama termasuk kepala bagian yang diberikan di tempat kerja dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja dan bukan objek PPh Pasal 21 sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPH No.17 Tahun 2000. Perlakuan pajak atas pemberian kepada pegawai dalam bentuk natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam rangka pelaksanaan, keamanan dan keselamatan kerja atau yang berkenaan dengan situasi lingkungan kerja, dapat dikurangkan

53 dari penghasilan bruto pemberi kerja (deductible expense)dan bukan merupakan penghasilan bagi karyawan walaupun bukan di daerah terpencil, dengan menyediakan makan dan minum bagi seluruh karyawan secara bersama-sama di tempat kerja, dari segi moral akan mendorong semangat kebersamaan dan kesetaraan antara pengusaha dan karyawannya, sedangkan dari segi efisiensi karyawan tidak perlu pergi keluar kantor hanya untuk membeli makan siang, sehingga waktu jam kerja pun tidak akan terbuang untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. 2) Perusahaan memberikan biaya pengobatan dan biaya rumah sakit kepada karyawannya dengan sistem reimbursement, hal ini dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto Jika perusahaan menggunakan sistem reimbursement atas biaya pengobatan dan rumah sakit, maka dapat memperlakukan biaya tersebut sebagai biaya fiskal. Akan tetapi reimbursement ini merupakan objek PPh pasal 21 karyawan. Sementara biaya pengobatan yang tidak dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan yaitu fasilitas pengobatan ditanggung perusahaan. Pegawai tidak perlu membayar biaya dokter dan biaya obatnya, tetapi perusahaan membayar langsung kepada dokter/ klinik/rumah sakit yang dituju.

54 3) Biaya Perjalanan Dinas dan Pendidikan dalam bentuk pennyertaan karyawan pada pelatihan-pelatihan dan seminar-seminar. Biaya yang dikeluarkan untuk pemberian pelatihan-pelatihan atau pengikutsertaan pada seminar-seminar dimasukkan sebagai komponen yang menjadi pengurang terhadap penghasilan bruto perusahaan. Biaya perjalanan Dinas dan pendidikan ini harus disertai surat keterangan agar tidak disalahgunakan sebagai perjalanan pribadi. Biaya ini tidak membawa implikasi pembayaran pajak penghasilan pada pihak karyawan. (deductible-non taxable) 4) Tunjangan hari raya (THR ) merupakan penghasilan pegawai tetap yang bersifat tidak teratur yaitu penghasilan pegawai tetap selain penghasilan bersifat teratur yang diterima sekali dalam satu tahun. Berdasarkan Peraturan Direktorat Jendral Pajak nomor PER-31/2012 THR dapat dijadikan pengurang penghasilan dalam perhitungan PPh 21 apabila THR diberikan dalam bentuk uang. Jika THR di berikan kepada karyawan dalam bentuk barang, maka tidak dapat dijadikan sebagai pengurang. 5) Biaya Tamu dan Hiburan, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjamu tamu yang datang dari pelanggan maupun dari perusahaan lain yang ada ikatan kerja dengan Perusahaan X. Karena tidak adanya bukti pendukung yang berupa surat perintah perjalanan dinas dari perusahaan, maka dianggap sebagai biaya

55 yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi dan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan perusahaan. Dalam kaitannya dengan penerapan perencanaan pajak, agar diakui sebagai biaya oleh fiskus, maka setiap tamu yang datang wajib disertai dengan surat perintah perjalanan dinas (SPPD) dari perusahaan terkait. Dengan adanya surat perintah perjalanan dinas, maka dapat diketahui bahwa kedatangan tamu tersebut bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk melaksanakan tugas dari perusahaan.

56 5. Pajak Penghasilan yang Dibayarkan Setelah Penerapan Perencanaan Pajak/ Tax Planning Keterangan Rekonsiliasi Fiskal Untuk Periode 31 Desember 2015 Tabel 3.3 (dalam Ribuan Rupiah) Laporan Koreksi Koreksi Laporan L/R Fiskal komersial Positif Negatif Penjualan Bruto 18.074.000 18.074.000 Potongan penjualan 875.000 875.000 Penjualan Neto 17.199.000 17.199.000 Harga Pokok Penjualan: Persediaan Awal 12.050.000 12.050.000 Pembelian 5.875.000 5.875.000 Biaya Angkut 4.210.600 4.210.600 Pembelian Pembelian Neto 10.085.600 10.085.600 Barang sedia dijual 22.135.600 22.135.600 Persediaan Akhir 12.075.000 12.075.000 10.060.600 10.060.600 Laba Kotor 7.138.400 7.138.400 Biaya-Biaya yang dikeluarkan Perusahaan: Biaya Gaji 1.630.000 1.630.000 Biaya Iklan 87.500 87.500 Biaya lain-lain 78.500 78.500 Biaya Gaji 1.630.000 1.630.000 Biaya Iklan 87.500 87.500 Biaya listrik, air, 78.500 78.500 telp Biaya 54.300 54.300 Perlengkapan Biaya ATK 55.000 55.000 Biaya Sewa 142.500 142.500 Biaya Makan dan 56.000 56.000 Minum Biaya Pengobatan 825.670 825.670 Biaya Perjalanan Dinas & Pendidikan 942.500 942.500 THR 815.000 815.000 Biaya Tamu dan 738.000 738.000 Hiburan Total Biaya 5.424.970 5.424.970 Laba (Rugi ) Bersih 1.713.430 1.713.430 Sebelum Pajak Pajak 428.357,5 Laba (Rugi) Bersih Setelah Pajak 1.285.072,5

57 Sesuaikan dengan tarif pasal 17 Undang-Undang PPh, maka tarif perhitungan PPh Badan adalah tarif tunggal sebesar 25% dari Penghasilan Kena Pajak pada tahun 2015. Dan dikarenakan jumah peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000 maka Perusahaan X mendapatkan fasiitas pengurangan. PKP mendapatkan fasilitas; Rp 4.800.000.000 : Rp 18.074.000.000 X Rp1.713.430.000 = Rp455.043.931 PKP tidak mendapatkan fasilitas; Rp1.713.430.000- Rp455.043.931 = Rp 1.258.386.069 PPh terhutang mendapatkan fasilitas; 50% X 25% X Rp455.043.931= Rp 56.880.491 PPh terhutang tidak mendapatkan fasilitas; 25% X Rp 1.258.386.069= Rp 314.596.517 Total PPh terhutang Rp 56.880.491+ Rp 314.596.517= Rp 371.477.009 Jadi Pajak Penghasilan yang harus dibayarkan oleh Perusahaan X setelah menerapkan tax planning / Perencanaan pajak sebesar Rp371.477.009 Berdasarkan tabel 3.3 sebelum perusahaan menerapkan tax planning total beban perusahaan sebesar Rp 2.103.800.000 dengan PPh terhutangnya sebesar Rp 1.091.517.102. Sedangkan berdasarkan tabel 3.4

58 setelah perusahaan menerapkan tax planning total beban yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 5.424.970.000 dan PPh Terhutang sebesar Rp428.357.500. Dari hasil perhitungan tersebut selisih total beban yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp3.377.170.000 hal tersebut membuktikan penerapan tax planning atas natura dan kenikmatan yang dilakukan perusahaan dapat mengoptimalkan beban pajak sehingga dapat meminimalkan PPh yang terhutang sebesar Rp663.159.602 B. Temuan Masalah Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis lakukan di Perusahaan X, penulis menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan dari pelaksanaan pemberian natura dan kenikmatan yang telah dilakukan oleh Perusahaan X dalam menoptimalkan beban pajak. 1. Kelebihan Di bawah ini kelebihan yang penulis temukan dari pelaksanaan pemberian natura dan kenikmatan yang telah dilakukan perusahaan X dalam mengoptimalkan beban pajak yaitu sebagai berikut : a. Pemberian natura dan kenikmatan yang dilakukan perusahaan dapat memberikan motivasi dan dorongan semangat bekerja bagi karyawan sehingga dapat menjadikan perusahaan lebih maju

59 2. Kelemahan b. Strategi Pemberian natura dan kenikmatan yang dilakukan perusahaan dapat mengoptimalkan beban pajak perusahaan. Dalam penelitianini kelemahan yang penulis temukan dari pelaksanaan pemberian natura dan kenikmatan yang telah dilakukan perusahaan X dalam mengoptimalkan beban pajak adalah pemberian natura dan kenikmatan pada karyawan yang dilakukan perusahaan kurang memperhatikan dampak perhitungan pajak pada karyawan. Karena ada aspek-aspek tertentu pemberian natura dan kenikmatan justru menambah penghasilan karyawan dan mengakibatkan pajak penghasilan karyawan meningkat